Anda di halaman 1dari 55

ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN

Eka Juarsa

RENCANA PERKULIAHAN ;

Ke 1 PENDAHULUAN
 Definisi/ pengertian IKK
 Nama lain / Istilah IKK
 Ilmu Kedokteran Kehakiman adalah bagian dari Ilmu Forensik
 Pembagian Ilmu Kedokteran Kehakiman
 Ilmu Kedokteran Kehakiman sebagai Ilmu Pembantu
 Peranan Ilmu Kedokteran Kehakiman
 Tugas Ilmu Kedokteran Kehakiman
 Yang berhak meminta bantuan ahli kedokteran kehahiman
 Tindak Pidana Yang memerlukan Bantuan Ilmu Kedokteran
Kehakiman

DEFINISI :
Ilmu Kedokteran Kehakiman adalah ilmu yang mempergunakan semua cabang ilmu
kedokteran untuk kepentingan pengadilan.
Atau IKK adalah ilmu yg menggunakan pengetahuan Ilmu Kedokteran untuk
membantu Peradilan baik dalam perkara pidana maupun perkara lain (perdata).

PENGERTIAN DAN ISTILAH


Ilmu Pengetahuan Kedokteran Kehakiman atau Ilmu Kedokteran Kehakiman
disebut juga Ilmu Kedokteran Forensic terjemahan gerechtelijk geneeskunde atau
forensic medicine atau legal medicine atau medical jurisprudence, yang merupakan
cabang dari ilmu Kedokteran Khusus, yang berkaitan dengan interaksi (hubungan)
antara medis dan hukum.

Nama Lain:
Nama lain Ilmu Kedokteran Kehakiman (IKK) :
Ilmu Kedokteran Forensik
Forensic Medicine (Inggris)
Patologi Forensik
Legal Medicine (Inggris)
 Medicina forensis (Latin)
 Gerichtliche medizin (Jerman)
 Medicine legele (Prancis)
Menurut Sutomo Tjokronegoro :
Ilmu Kedokteran Kehakiman atau Ilmu Kedokteran Forensik, adalah : “ Ilmu
kedokteran yang digunakan untuk kepentingan pengadilan, artinya Ilmu
Kedokteran Kehakiman sangat berperan dalam membantu Kepolisian, Kejaksaan
dan Kehakiman di dalam mengungkapkan dan memecahkan segala soal hubungan
sebab akibat ( causalitas verband) terjadinya suatu tindak pidana,sehingga
pelakunya dapat dipertanggung jawabkan menurut hukum di dalam Sidang
Peradilan (Pidana) yang dilaksanakan”

R.Atang Ranoemiharja :
Menurutnya istilah Ilmu Kedokteran Kehakiman dialih bahasakan istilah Forensic
Science, menyatakan bahwa :” Ilmu Kedokteran Kehakiman adalah ilmu yang
menggunakan Ilmu Kedokteran untuk membantu peradilan baik dalam perkara
pidana maupun dalam perkara lain (perdata).
 Dalam hukum pidana terutama yang berhubungan dg kasus perkara yang
menyangkut perusakan tubuh dan kesehatan serta nyawa manusia (supaya
kasus perkara tersebut menjadi jelas dan terang sehingga hakim dan jaksa
akan yakin dan lancar dalam menjatuhkan keputusannya).
 Dalam perkara perdata,misal untuk menentukan apakah seorang terganggu
ingatannya (sehingga perlu ditempatkan di bawah pengampunan atau onder
curatele)

ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN ADALAH BAGIAN DARI ILMU


FORENSIK

Ilmu-Ilmu Forensik (Forensic Science) adalah meliputi semua Ilmu pengetahuan


yang mempunyai kaitan dg masalah kejahatan,
Ilmu-Ilmu Pengetahuan yg mempunyai kaitan dg masalah kejahatan ialah :
 Hukum Pidana
 Hukum Acara Pidana
 Ilmu Kedokteran Forensik
 Ilmu Kimia Forensik
 Ilmu Fisika (Alam) Forensik
 Kriminologi
 Psikologi Forensik
 Psikiatri (Neurologi) Forensik.
Pembagian Ilmu-Ilmu Forensik ada 3 gol:
1. Ilmu Forensik yg menangani masalah kejahatan sebagai masalah yuridis,
yaitu
a. Hukum Pidana,dan
b. Hukum Acara Pidana
2. Ilmu-ilmu Forensik yg menangani kejahatan sebagai masalah Teknis, yaitu;
a. Ilmu Kedokteran Forensik
b. Ilmu Kimia Forensik termasuk Toksikologi, dan
c. Ilmu Fisika Forensik, antara lain
1) Balistik
2) Daktloskopi
3) Identifikasi
4) Fotografi dsb.
Ilmu-ilmu (ketiga ilmu) tersebut disebut kriminalistik
3. Ilmu-ilmu Forensik yg menangani kejahatan sebagai masalah manusia,
yaitu ;
a) Kriminologi
b) Psikologi forensik,
c)Psikiatri (neurologi forensik)
Ilmu pengetahuan termasuk kriminalistik untuk mengungkapkan berbagai masalah
yang timbul,misal;
 Peristiwa kejahatan apa
 Waktu dan tempatnya dilakukan oleh si pelaku
 Alat yang dipergunakan
 Siapa pelakunya (Subjeknya)
 Bagaimana motivasi dan latarbelakangnya
 Akibat (sasaran/obyek dan akibatnya) beserta pengaruh yang ada pada
si pelaku
 Cara dilakukan perbuatan itu (modus operandi)
 Kerugian materil yg mungkin terjadi dan dampaknya terhadap korban
dan lingkungan
 Termasuk nyawa manusia

Suatu kejahatan disamping yuridis juga termasuk masalah teknis dan masalah
manusia

PEMBAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Ada 2 cabang :
1.Clinic Forensic Medicine yang berhubungan dengan manusia hidup,
2. Clinical Pathology yang berhubungan dengan mayat.
Contoh konkrit ;
Kasus-kasus yang berhubungan dengan luka tubuh manusia, atau luka itu terjadi
beberapa waktu yang lampau,dan sekarang sudah pulih kembali atau bisa
bertambah parah, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan luka bukan
kajian Ilmu Hukum,tapi dibantu oleh ilmu pengetahuan lain. Kapan saat terjadinya
luka dan apakah luka tersebut diakibatkan suatunkejahatan,maka harus ada alat
bukti yang dapat dipertanggung jawabkan secara hukum,karena tidak mampu
untuk mengungkap semuanya maka hukum memerlukan bantuan disiplin ilmu
pengetahuan lain yaitu Kedokteran.
Segala persoalan yang berhubungan dengan luka, kesehatan dan nyawa seseorang
yang diakibatkan suatu kejahatan,akan diterangkan oleh dokter forensik, dan
bermanfaat bagi proses penyelesaian perkara pidana contoh kasus lainnya seperti;
kasus aborsi, kasus kejahatan seksual.

ILMU KEDOKTERAN SEBAGAI ILMU PEMBANTU


Ilmu Kedokteran Kehakiman di dalam proses peradilan adalah merupakan
subbagian dari kriminalistik dan bagian dari ilmu-illmu forensik yang
kedudukannya sebagai ilmu pengetahuan pembantu, lihat bagian dari ilmu
forensik.
Tujuan hukum acara pidana lihat PP.No 27 Th 1983 tentang Pelaksanaan
KUHAP,yang dikeluarkan Menteri Kehakiman yang menyatakan,” adalah untuk
mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materil ialah
kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan
menerapkan ketentuan Hukum Acara Pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan
untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan pelanggara
hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna
menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana tindak pidana telah
dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan”

PERANAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN

Menurut Waluyadi (2000;4)


Pertnyaannya apa yang sesungguhnya yang menjadi inti dari peranan IKK tersebut
dalam hubungan dengan proses peradilan
“ Jawaban yang saling essensial dari pertanyaan tersebut bahwa IKK
berperan dalam hal menentukan hubungan kausalitas antara sesuatu perbuatan
dengan akibat yang ditimbulkannya dari perbuatan tersebut, baik menimbulkan
akibat luka pada tubuh atau menimbulkan gangguan kesehatan,atau yang
menimbulkan matinya seseorang, di mana terdapat akibat-akibat tersebut patut
diduga telah terjadi tindak pidana”
Dokter ahli forensik dapat memberikan bantuannya dalam hubungan dengan proses
peradilan dalam hal ;
 Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP).
 Pemeriksaan terhadap korban yang luka.
 Pemeriksaan mayat
 Pemeriksaan korban yang telah dikubur.
 Pemeriksaan barang bukti,
 Memberikan kesaksian

TUGAS ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Membantu para petugas kepolisian dan kejaksaan khususnya kehakiman (peradilan)
umumnya,terutama dalam hal kasus perkara yg menyangkut perusakan tubuh dan
kesehatan serta nyawa manusia, supaya kasus perkara tersebut menjadi jeelas dan
terang sehingga hakim akan yakin dan lancar dalam menjatuhkan keputusannya.

TUJUAN SERTA KEWAJIBAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN :


Adalah membantu Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman dalam menghadapi kasus-
kasus perkara yg hanya dapat dipecahkan dengan Ilmu Pengetahuan Kedokteran

Pasal 224 KUHP;


“Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
juru bahasa dengan sengaja tidak menjalankan suatu kewajiban menurut undang-
undang yang harus dijalankan dalam kedudukan diatas,
Ke-1 dalam perkara pidana, dipidana dengan pidana selama-lamanya sembilan
bulan.
Ke-2 dalam perkara lain, dipidana penjara sela-lamanya enam bulan”
Pasal 132 ayat (1) KUHAP.
Psl 133 ayat (1) KUHAP
Psl 133 ayat (2) KUHAP
Psl 216 KUHP

Tugas dari ilmu kedokteran kehakiman ,adalah membantu Aparat Penegak Hukum
(baik Kepolisian,Kejaksaan, Kehakiman, juga advocaat/ pengacara/ penasihat
hukum) dalam mengungkapkan sesuatu perkara yang berkaitan (berhubungan)
dengan pengrusakan tubuh, kesehatan, dan nyawa seseorang.
Diharapkan keputusan yang diambil oleh badan peradilan menjadi obyektif
berdasarkan apa yang sesungguhnya terjadi.

KEWAJIBAN SEORANG DOKTER


Kewajiban seorang dokter dalam bidang hukum kedokteran kehakiman seperti
tercantum dalam kitab undang-undang hukum acara pidana pasal 120, 133, 134,
135, 179, 180, serta pasal 222, 224, Kitab Undang-undang Hikum Pidana.

Pasal 120 KUHAP:


1) ”Dalam hal penyelidikan menganggap ia dapat minta pendapat orang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus”.
2) ”Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik
bahwa ia akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-
baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat martabatnya, pekerjaannya atau
jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk
memberi keterangan yang diminta.

Pasal 133 KUHAP;


1) ”Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati, yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya”.
2) ”Permintaan keterangan ahli sebagai mana dimaksudkan dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat da atau pemeriksaan bedah mayat”.
3) ”Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak
dan dicap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari atau bagian lain badan
mayat”.

Pasal 134 KUHAP;


1) ”Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian
pembedahan mayat tidak mungkin dihindari, penyidik wajib memberitahukan
terlebih dahulu kepada keluarga korban”.
2) ”Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-
jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan
tersebut”.
3) ”apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera
melaksanakan ketentuan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 133 ayat (2)
dan Pasal 134 ayat (3) undang-undang ini”.
Pasal 135 KUHAP;
”Dalam hal penyidik untuk kepentingan perlu melakukan penggalian mayat,
menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2) dan Pasal 134
ayat (1) undang-undang ini”.

Pasal 179 KUHAP;


1) ”Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman
atau dokter ahli lainya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan”.
2) ”Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan mereka dibidang keahliannya”.

Pasal 180 KUHAP;


1) ”Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul
di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat meminta keterangan ahli dan
dapat pula meminta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan”.
2) ”Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari atau penasehat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang”.
3) ”Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakuka penelitian
ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2)”.
4) ”Penelitian sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) diakukan oleh
instansi semula komposisis personal yang berbeda dan instansi yang lain yang
mempunyai wewenang itu”.

Pasal 222 KUH Pidana;


”Barang siapa dengan sengaja, mencegah menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan di ancam pidana penjara paling lama sembian
bulan atau denda paling banyak Rp. 4500,-”.

Pasal 240 KUH Pidana;


”Barang siapa ketika dipanggil menurut ketentuan UU sebagai saksi ahli
atau juru bahasa, dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban yang menurut UU
harus dipenuhi, itu diancam:
1. Dalam perkara pidana, dengan pidana paling lama sembilan bulan.
2. Dalam perkara lain, dengan pidana paling lama enam bulan.
Dalam pasal tesebut di atas disebutkan orang ahli atau dokter, berarti pasal-
pasal tadi berlaku utuk semua orang ahli dan semua dokter, termasuk juga dokter-
dokter ahli dalam satu bidang tertentu, seperti spesialis penyakit kandungan
(wanita), paru-paru, jantung, jiwa dll. Tapi ada baiknya bila permohonan Visum Et
Repertum selalu diajukan kepada dokter pemerintah berhalangan baru pada dokter
partikulir”.
Dari pasal-pasal tadi jelas bahwa yang memegang peranan aktif itu adalah jaksa dan
polisi, sedangkan dokter memegang peranan pasif, yang berarti hanya memberi
bantuan apabila diminta saja.

Untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya, maka perlulah jaksa dan polisi
mempelajari Hukum Kedokteran Kehakiman dalam garis besarnya dan mengetahui
dalam hal apa ia dapat minta bantuan kepada dokter.

Perbedaan Kerja dokter forensik dengan dokter klinik :


Dokter Forensik
1 Bertugas untuk melihat sebab-sebab dan bukti-bukti kejahatan
2 Membantu para petugas Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman dlm
mengungkap suatu perkara yg berhubungan dg perusakan tubuh, kesehatan dan
nyawa manusia, maka bekerjanya obyektif.
3 Ditentukan oleh Undang-undang
4 Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk menemukan barang bukti

Dokter Klinik
Bertugas untuk mengobati penyakit, atau menyembuhkan pasien minimal
mengurangi rasa sakit si penderita, dasarnya subyektief.
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk menyokong pengobatan.

Tugas dokter forensik


1 Sebagai saksi ahli yaitu memberikan keterangan di pengadilan untuk
memutuskan suatu perkara karena hakim memiliki keterbatasan di bidang ilmu
kedokteran
2 Mempelajari undang-undang sebagai referensi penyusunan visum et repertum
3 Tidak dapat menolak untuk kepentingan pengadilan
4 KUHP pasal 224 : Tiap orang yang dimintakan datang ke pengadilan wajib
menghadirinya (Bila menolak bisa dipenjara 9 bulan)
5 Tidak memihak (independent) / keterangan, yaitu memberikan keterangan
secara objektif tidak memihak / secara jujur dan selalu memegang rahasia

Contoh UU referensi penyusunan visum et repertum


Medical Jurispudence
Medical jurispudence adalah bagian ilmu hukum yang mempelajari ketentuan-
ketentuan atau peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pekerjaan dokter
(mengatur profesi kedokteran).

Perbedaan IKK dengan Medical Jurispudence


IKK
1 Cabang ilmu kedokteran
2 Dasar: ilmu kedokteran
3 Penggunaan ilmu kedokteran untuk kepentingan hukum
4 Sumber : semua cabang ilmu kedokteran

Medical Jurispudence
1 Cabang ilmu hukum
2 Dasar : PP, UU, Keputusan Pemerintah
3 Penerapan hukum untuk menangani kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan
profesi dokter
4 Sumber : semua peraturan pemerintah

YANG BERHAK MEMINTA BANTUAN AHLI KEDOKTERAN


KEHAKIMAN
Psl 222 dan Psl 216 KUHP, bahwa tugas seorang dokter untuk membantu
memberikan data keterangan untuk kepentingan proses peradilan menjadi suatu
kewajiban,
Yang berwenang meminta bantuan ahli kedokteran kehakiman adalah :
 Hakim pidana, melalui jaksa dan dilaksanakan oleh penyidik,
 Hakim perdata, meminta langsung kepada ahli kedokteran kehakiman,
 Hakim pada pengadilan agama,
 Jaksa Penuntut umum,
 Penyidik

Ad.1.
Psl 143 ayat (1) KUHAP menyebutkan Penuntut Umum melimpahkan perkara ke
Pengadilan Negeri dengan permintaan agar segera mengadili perkara tersebut
disertai dengan surat dakwaan.
Psl 114 KUHAP menyebutkan diantaranya Penuntut umum dapat mengubah surat
dakwaan dll.
Ad 2.
Ahli kedokteran kehakiman memberi bantuan bagi hukum perdata dalam hal
menentukan kedewasaan seseorang dalam kaitannya dengan penempatan dibawah
pengampuan, dll
Ad 3.
Peranan ahli kedokteran kehakiman bagi hakim pengadilan agama untuk
menentukan masa iddah (masa menunggu)
Psl 153 Kompilasi Hukum Islam,diantaranya bagi seorang isteri yang putus
perkawinannya berlaku waktu tunggu atau iddah kecuali qobla al dhukul dan
perkawinannya putus bukan karena kematian suami dll.
Perkawinan putus karena kematian, waktu tunggu 130 hari
Perkawinan putus karena perceraian waktu tunggu 90 hari
Perkawinan putus sedang hamil waktu tunggu sampai melahirkan.
Ad 5
Kewenangan penyidik untuk minta bantuan ahli kedokteran kehakiman lihat Psl
133 ayat (1) KUHAP

Tindak Pidana yang memerlukan bantuan Ilmu Kedokteran Kehakiman


meliputi ;
 Pembunuhan dengan sengaja (doodslag) termasuk didalamnya pembunuhan
anak dengan sengaja (kinderdoodslag) Psl 338, 339,, 341; 342,344, dan
pengguguran kandungan (abortus provocatus criminalis) psl 347 348
KUHP.
 Pembunuhan dengan rencana (moord) termasuk pembunuhan anak dengan
rencana (kindermoord) dan bunuh diri (selfmoord) PSL 340, 342, 345
KUHP.
 Penganiayaan (mishandeling) termasuk di dalamnya penganiayaan ringan
(lichte mishandeling) Psl 351 dan penganiayaan berat (zware mis Handeling)
Psl 352, 353, 354, 355, 356, 358 KUHP.
 Percobaan terhadap delik-delik sub 1.
 Percobaan terhadap delik-delik sub 3.
 Makar mati ( aanslag met het oogmerk= aan het levente berooven) psl 104
KUHP.
 Kematian karena culpa (veroorzaken van den dood doorschuld) Psl 359
KUHP.
 Luka karena culpa (veroorzaken van lichameliyk letsel doorschuld) Psl 360
KUHP.
 Perkosaan (verkrachting) Psl 285, 286, 287, 288 KUHP.
 Perzinahan (overspel) termasuk didalmnya perbuatan cabul (ontuchtige
handeling) dan homo seksual Psl 284, 289, 290, 292. 293KUHP.
Kesepuluh tindak pidana diatas, dapat dikualifikasikan golongan kasus
perkara mengenai ;
 Kasus yg berhubungan dg kematian
 Kasus yg berhubungan dg luka
 Kasus yg berhubungan dg sex
 Kasus yg berhubungan dengan percobaan pembunuhan yg
menimbulkan luka

Penggunaan Ilmu Kedokteran untuk Bukti


1. Biologi Medik
1 Jaringan dilihat dari perubahan warna dan alur serat- Lalat dapat
menunjukkan :
Umur kematian korban lebih dari 24 jam
Orang mati/busuk (18-24 jam) lalat datang bertelur (24 jam)
belatung
Lokasi berbiak di daerah yang basah (muka, mulut, dll) sehingga bagian
tersebut lekas rusak/membusuk
2 serat otot (kasus hit & run/tabrak lari)

2. Kimia Medik
1 Keracunan sianida, karbonmonoksida, keracunan logam berat
2 Bisa untuk mengetahui penyebab mati mendadak, misalnya karena hot shot
(campuran morfin dan strignin)

3. Fisika
1 Kecelakaan lalu lintas : kecepatan kendaraan yang menabrak (10x jarak
pengereman)
2 Luka tembak : jauh/dekatnya jarak tembakan (bila jauh akan terdapat jejas
peluru, bila dekat akan terdapat bekas bubuk mesiu, jejas peluru dan luka
bakar)

4. Parasitologi
Malaria cerebri pada natural sudden death (kematian mendadak alami)

5. Histologi
Rambut, sperma (diperiksa golongan darah sperma dan pemeriksaan DNA)
6. Biokimia
1. Penentuan kadar Kalium di LCS
2. Penentuan kadar histamin & serotonin membedakan apakah korban dipukul
saat masih hidup (intravital) atau sudah mati (post mortem)
3. Kematian intravital : kadar histamin dan serotonin tinggi, ada pembekuan
darah
4. Kematian post mortem : kadar histamin dan serotonin rendah atau negatif,
tidak ada pembekuan darah

7. Etik
Hukum Kesehatan

8. Mikrobiologi
1. Keracunan makanan : Staphyloccus/Streptococcus
2. Kejahatan kesusilaan : Neisseria gonorrhoe, B.doderlein
3. Pada Sub Acute Bacterial Endocarditis kultur jantung, terutama pada
septum

9. Anatomi
Otopsi

10. Radiologi
1. Identifikasi personal (umur) dari gigi, tulang
2. Kejahatan kesusilaan

11. Farmasi/Farmakologi
Toksikologi

12.Psikiarti
Visum et repertum psychiatri

13. Patologi
1. Natural sudden death : myocard infark, atherosklerosis koroner
2. Luka-luka
3. Misal: korban mati karena syok anafilaktik pemeriksaan PA pada daerah
bekas suntikan eosinofil

14. Patologi Klinik


HLA, golongan darah, DNA fingerprint

15. Pediatri
1. Infantisid
2. Bayi earna kuning : bayi lahir hidup dibunuh umur 1-2 hari

16. Obstetri Ginekologi


Abortus, kejahatan kesusilaan

17. Gigi
1. Identifikasi (baligh atau belum baligh : dari gigi M2)
2. Kejahatan kesusilaan menentukan pelaku kejahatan

18. I.P. Dalam/ Saraf


Natural sudden Death, trauma kepala

19. I.P Kulit


Racun, kosmetik
Menetukan apakah tali yang diperkirakan untuk membunuh korban sudah
kontak dengan leher korban atau tidak

Saksi terbagi atas :


Saksi ahli berdasarkan keilmuan, tidak perlu meyaksikan kejadiannya
Saksi mata harus melihat, mengenal dan mengalami kejadiannya

Kepentingan Saksi Untuk Pengadilan


1 Benda bukti manusia dapat berubah.
Beda bukti manusia dengan benda bukti barang :
1 Manusia bisa berubah-ubah
2 Perlu diganti dengan keterangan pengganti benda bukti manusia (dibuat dan
ditandatangani oleh dokter)
Visum et repertum sebagai pengganti bukti, harus diperhatikan syaratnya, yaitu
:
3 Tidak boleh menggunakan istilah kedokteran
4 Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
5 Tidak boleh menggunakan kata-kata yang bermakna ganda
Menetapkan sebab pasti kematian
Alasan penagkapan bagi polisi terhadap seorang tersangka
Arahan penyidikan
Menetapkan lamanya hukuman (KUHP 338, 320, 352, 90)
Penghentian penyidikan
Identifikasi (pada kasus mutilasi, hit and run)
Menetapkan waktu kematian (suhu, mata)
Jenis kematian (homicide/pembunuhan, suicide/bunuh diri, atau accident/
kecelakaan, luka tembak, luka tusuk)
Kejahatan asuransi (adopsi, kecelakaan, kesehatan)
Pencegahan (keracunan pabrik, kesehatan lingkungan)

Tujuan Pendidikan IKK


Dokter PUSKESMAS atau RS dapat mengenal kasus-kasus forensik. (Dari
anamnesa forensik yang diberikan sebagian besar tidak benar)
Mengenal undang-undang ; 267, 512A, 531
Memilih/mengirimkan bahan pemeriksaan ke laboratorium
Membuat kesimpulan visum et repertum untuk hakim

Medical Evidence
Bukti Kedokteran untuk Pengadilan
1 Laporan otopsi menetukan sebab pasti kematian
2 Testimonial evidence (keterangan di sidang pengadilan)
3 Experimental (percobaan pada binatang) menentukan ada/tidaknya
keracunan
4 Documentary evidence (pemeriksaan di TKP) mengumpulkan barang-
barang bukti
5 Medical investigation di TKP
6 Exhumation report (penggalian kuburan)
7 Surat-surat (surat sakit, surat keterangan sehat, surat kematian, surat kelahiran,
dll)

Pengawetan benda bukti


1 Fotografi
2 Sketching (membuat sketsa)
3 Description (membuat visum et repertum)
4 Testimony of witness (keterangan saksi) :
5 Bisa meringankan/memberatkan terdakwa
6 Dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (luar) dan individual (daya ingat,
waktu)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuktian saksi


Intelegensi (termasuk perhatian saksi)
Jenis kasus (menarik/tidak)
Dilihat lama atau sepintas (biasanya digunakan untuk pembelaan)
Interest saksi
Kredibilitas saksi (ahli/bukan ahli)
Jumlah saksi (sama/tidak)

Tanda-tanda Kebohongan Saksi


melanggar KUHAP 174
Keringat dingin, muka/ telinga merah
Nafas/nadi cepat
Pulsasi karotis jelas, jakun bergerak-gerak
Tangan tidak diam, letak siku kaku
Mulut kering, kepala menunduk, gelisah
Bersumpah, alasan ”Saya tidak ingat lagi”

Pemeriksaan Laboratorium
Truth serum (hyocin hydrobromid)
Alkohol, narkotik, scopolamin
Sodium
Amytal (dulu digunakan untuk mengorek informasi pada perang Vietnam)
Hypnosis
Tata cara sidang pengadilan
Surat panggilan :
3 Telah diterima 3 hari sebelum sidang
4 Setelah menerima surat tersebut, langsung hubungi panitera untuk menanyakan
kasus yang dimaksud dan meminta berkasnya untuk dipelajari
Mempelajari kasus
Tata tertib sidang pengadilan
5 Sopan (dalam berpakaian, duduk, dll)
6 Melapor kepada panitera ketika tiba di persidangan
7 Sebelum masuk ruang sidang memakai pakain bebas untuk menghindari
kecurigaan jabatan (saksi ahli atau bukan)
8 Ketika masuk ruang sidang memakai jas dokter
9 Tidak terlalu dekat dengan terdakwa
10 Jawaban tegas
Parkir kendaraan pribadi tidak dekat ruang sidang

Yang tidak boleh dijadikan saksi :


Dibawah 16 tahun
Bekas istri/suami
Keturunannya

Kuliah ke 2
Thanatologi (Sign Of Death) atau kematian
1 PENGERTIAN
2 JENIS-JENIS KEMATIAN
3 KEPENTINGAN KEMATIAN
4 DEFINISI MATI YANG BERKAITAN DENGAN UNDANG-UNDANG
5 PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA ORANG MATI
6 KEPENTINGAN TANATOLOGI
7 PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION)
8 PENYABUNAN
9 LIVOR MORTIS
10 RIGOR MORVIS

PENGERTIAN
Tanatologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perubahan-perubahan pada
manusia setelah meninggal dunia, yang merupakan ilmu dasar paling penting dalam
IKK terutama dalam hal pemeriksaan jenazah (visum et repertum)
JENIS-JENIS KEMATIAN
a MATI KLINIS (SOMATIS)
Yaitu proses kematian yang hanya dapat dilihat secara makroskopis, ditandai
dengan tidak adanya gerakan, serta tidak berfungsinya jantung dan
paru-paru, definisi ini sering dianut oleh orang awam. (semua organ
jantung + paru-paru berhenti ).

b.MATI SELULER \ MOLEKULER


Yaitu proses kematian sel-sel\jaringan setelah mati klinis, dimana
waktu kematian tiap jaringan\organ berbeda-beda. Penentuan mati seluler \
molekuler ini terutama penting transplantasi organ, transplantasi dilakukan
sebelum cellurar death (kematian sel).
Bila sel mati, jantung atau organ lain tidak langsung mati (yang mati sel-sel
yang ada pada tubuh, belum tentu sel-sel yang lain mati, cth; tangan mati
di jantung belum tentu mati)

c. MATI CEREBRAL
Yaitu suatu proses kematian yang ditandai dengan tidak berfungsinya otak
dan S.S.P ( sistim syaraf pusat ).Definisi ini yang diakui oleh WHO.
KEPENTINGAN KEMATIAN
asuransi
pengurusan pensiun
orang mati dibebaskan dari segala hukuman

DEFINISI MATI YANG BERKAITAN DENGAN UU.


Transplantasi dari seseorang yang belum tergolong mati secara seluler
/molekuler, mis; korban pembunuhan.
membebaskan seseorang dari tugas atau hukuman,
visum et repertum dari kematian harus dideskripsikan dengan jelas karena
berhubungan dengan hukum.

PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA ORANG MATI


a. Perubahan cepat (early) (livor mortis)
1 gerak (-) (tidak ada),
2 jantung tidak berdenyut (henti jantung)
3 paru-paru tidak bergerak (henti nafas),
4 kulit dingin dan turgornya menurun,
5 mata tidak ada refleks pupil,(gerak (-),
6 suhu tubuh sama dengan suhu lingkungan,
7 lebam mayat ( post mortal lividity ) (setelah kematian)

b. Perubahan lambat (late)


1 Kaku mayat (post mortal rigidity) (rigor mortis)
2 Pembusukan ( decomposition)
3 Penyabunan (adipocere)
4 Mummification ( terutama di tempat yang panas dan kering)

Mummifikasi
 Adalah proses pengawetan jenazah sehingga mengkerut, kecil dan berubah
menjadi mummi,
 Terutama terjadi pada wanita,
 Kulit akan menjadi coklat kuning dan alat dalam membusuk
 Proses ada 2 macam ;
Mummifikasi alamiah ;
a) Bisa terjadi bila syarat-syarat tsb dibawah ini terpenuhi :
- Daerah tempat penyimpanan jenazah berudara kering dan tidak
lembab
- Angin kencang
- Kuburan dangkal dan banyak mengandung pasir
- Amplitudo waktu siang dan malam relatif panjang
b) Proses mummifikasi alamiah ini banyak terdapat di negara-negara
Timur Tengah (Mesir)
Mummifikasi buatan
a) Menggunakan pengawet (fiksatif) formalin, rempah=rempah yang
mengandung KCO, Pb dan preparat Arsen
b) Perubahan post mortal yang terjadi :
- Kulit kering dan berwarna coklat(pada perabaan seperti perkamen)
- Alat-alat dalam (jantung, hepar, dll) mengecil dan memadat.

KEPENTINGAN TANATOLOGI
Kepentingan mempelajari tanatologi adalah untuk menetapkan :
1 Waktu kematian terutama pada kasus tanpa saksi,
2 Sebab kematian pasti, cth; keracunan, c.o (carbon oksida) akan terdapat kulit
merah terang, kematian karena terbakar warna kulit (biru2) $ lembab.
3 cara kematian (homicide) (pembunuhan), suicide (bunuh diri), accident
(kecelakaan mobil, kebetulan tertimpa gempa, kereta api, bencana dll ).
4 Transplantasi (donor organ).

5 Premature burria ( dikuburkan terlalu cepat)

KULIAH 3
KEMATIAN ASPHYXIA
Definisi:
Kematian asphyxia (mati lemas) adalah kematian karena kekerasan akibat primer
terganggunya proses pernafasan atau kurang oksigen dalam darah serta ke jaringan.

PEMBAGIAN ASPHYXIA;
-HANGING (kematian karena penggantungan)
-STRANGULATION (kematian karena trauma pada leher)
 Srangulation by ligature (penjeratan )
 Manual strangulation / throttiing (pencekikan )
 Special strangulation :-( untuk mengilangkan jejas, dengan kawat
ninja,dengan siku lengan, tekanan leher dengan cabang pohon)
-SUFFOCATION (kematian bukan karena trauma pada leher), jenisnya :
 Smothering (pembekapan ),
 Choking (penyumbatan hidung dan mulut
-DROWNING (tenggelam)
-PRESSURE ON THE CHEST (Accident asphyxia)
-ASPHYXIA GAS (pada perang)

Ad 1, Hanging
Definisi : Kematian karena kekerasan dengan cara menggantung, yang
ditandai dengan adanya tekanan tali pada leher, kekuatan berat badan.
Pada prakteknya tidak perlu seluruh kaki tergantung, tapi korban bisa dalam
keadaan duduk atau tidur dengan muka kebawah.

Tanda-tanda orang gantung diri ;


 Sensibilitas menurun,
 Telinga berdenging
 Melihat kilat-kilat
 Tidak sadar
 Otot kaki lemas
 Muka merah atau pucat (tali keras dan kuat) atau sembab (tali lunak)
 Mata menonjol

Tanda-tanda post mortal pada hanging ;


 Leher teregang (panjang), kepala deflexi berlawanan dengan arah simpul,
 Mata terbuka/tertutup dengan pupil dilatasi sebagian (kiri/kanan saja)
 Muka pucat atau cyanosis atau sembab
 Lidah menjulur/ tidak (tergantung posisi tali di atas atau di bawah larynx)
 Tangan menggenggam, kaku
 Bibir pucat
 Busa halus keluar dari hidung/mulut
 Penis semi ereksi,
 Kotoran (urine dll keluar)

Perbedaan hanging karena suicide, homicide atau accident


1. Homicide ;
 Biasanya pintu tertutup (relatif)
 TKP tidak teratur/berantakan
 Ada luka-luka lecet di leher,
 Ada luka-luka tangkisan (perlawanan), korban lebih lemah
daripada pelaku kejahatan, misalnya anak-anak, wanita, orang-
orang yang lemah fisiknya, orang keracunan,dll.
2. Suicide
o Menggunakan tali yang ada di rumah,
o TKP tenang,
o Korban biasanya meninggalkan wasiat,
o Simpul yang dipakai adalah simpul hidup, ditemukan bekas
tumpuan kaki.

3. Accident
 Sangat jarang terjadi, biasanya terjadi pada anak-anak atau wanita,
karena ketidak sengajaan.

Ad,2 Srangulatio ( strangulation by ligature (penjeratan)


Adalah kematian asphyxia dengan jerat yang makin erat menekan leher oleh
kekuatan luar, bukan oleh pengaruh berat badan korban.

Ad 3 Drowning
Adalah kematian asphyxia yang ditandai dengan masuknya air kedalam paru-
paru akibat tenggelam dalam air diikuti dengan kehilangan kesadaran yang
membahayakan kehidupan (menyebabkan kematian)

Kuliah ke 4
LUKA
Pengertian :
Luka adalah kelainan berupa diskontinuitas jaringan di sembarangan tempat pada
tubuh yang disebabkan adanya kekerasan dari luar.

JENIS LUKA;
1 Luka mekanik, yaitu luka akibat trauma benda tajam (iris, luka tusuk) maupun
benda tumpul (lecet, memar Luka panas (termal), yaitu luka akibat api (dry
heat) atau air panas (moist heat)
2 Luka kimia, yaitu luka akibat zat kimia korosif (asam kuat, basa kuat)----
menimbulkan iritasi akut pada kulit,
3 Luka listrik /petir,
4 Luka tembak,
5 Luka karena radiasi, cth sinar rontgen, emersi atom.
Klasifikassi luka berdasar bahaya ;
 Luka ringan (KUHP Psl 352), yaitu yang dapat sembuh sempurna, tidak perlu
diadakan bedah, penyembuhannya dibawah 4 minggu,
 Luka berat (Psl 90 KUHP), yaitu luka yang dapat menyebabkan bahaya
maut/cacat permanen, perlu tindakan bedah, penyembuhan lebih 4 minggu
 Kematian (fatal)
 Luka dapat menyebabkan ;
1. Kematian ......> VER orang mati
Kerusakan jaringan tubuh ........> Visum luka

KULIAH KE 5

Visum Et Repertum
Pengertian
Visum et repertum adalah surat keterangan tertulis yang dibuat oleh seorang dokter
di bawah sumpah atas permintaan pengadilan/penyidik tentang segala sesuatu yang
dilihat dan ditemukan

Syarat-syarat VR
Ditulis di bawah sumpah oleh seorang dokter
Diminta oleh pengadilan/penyidik
Isinya mengenai segala hal yang dilihat dan ditemukan oleh dokter tersebut

Berguna tau tidaknya Visum et repertum di pengadilan sangat dipengaruhi oleh


bentuk laporan yang dibuat oleh dokter ybs. Maka agar Visum et repertum yang
dibuat bermanfaat harus memenufi syarat-syarat sbb :
Dapat menerangkan jenis kejahatan, misalnya kejahatan oleh senjata tajam,
sentaja tumpul, luka tembak, dll.
Dapat menggambarkan bagaimana perbuatan/kejahatan telah dilakukan,
misalnya disenganja, tidak disengaja atau direncanakan.
Dapat menggambarkan dengan alat apa kejahatan dilakukan, setidaknya ada
informasi tentang alat apa yang digunakan untuk melakukan kejahatan.
Sudah tersirat/ dapat diperkirakan tentang waktu kejahatan dilaksanakan.
Misalnya :
Luka sudah membentuk sikatriks berarti lebih dari 4 minggu
Suhu jenazah yang masih hangat berarti kematiannya baru sekitar 15 menit
sebelum jenazah ditemukan dan diperiksa
Dapat memperkirakan siapa pelaku kejahatan, misalnya dengan pemeriksaan
golongan darah, pemeriksaan serat pakaian di TKP, dll
Dapat menetapkan siapa korbannya (identitas korban, laki-laki atau wanita,
TB/bb, dll)
Yang berhak meminta Visum et repertum adalah penyidik, yaitu polisi dengan
Pembantu Letnan Dua.

VISUM ET REPERTUM
• PENGERTIAN
• MACAM-MACAM VISUM ET REPERTUM
• KEGUNAAN VISUM ET REPERTUM
• PROSEDUR VER
• VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI
• KETERIKATAN HAKIM TERHADAP VISUM ET REPERTUM
• OTOPSI SEBAGAI UNSUR VISUM ET REPERTUM

PENGERTIAN
• PENGERTIAN HARFIAH VISUM ET REPERTUM ADALAH
BERASAL DARI KATA VISUAL, YAITU MELIHAT DAN REPERTUM
YAITU MELAPORKAN, BERARTI APA YANG DILIHAT DAN
DITEMUKAN, SEHINGGA VER MERUPAKAN SUATU LAPORAN
TERTULIS DARI DOKTER (AHLI) YG DIBUAT BERDASARKAN
SUMPAH, PERIHAL APA YG DILIHAT DAN DIKETEMUKAN ATAS
BUKTI HIDUP, MAYAT ATAU FISIK ATAUPUN BARANG BUKTI
LAIN, KEMUDIAN DILAKUKAN PEMERIKSAAN BERDASARKAN
PENGETAHUAN YANG SEBAIK-BAIKNYA
• PENGERTIAN YG TERKANDUNG APA;” YG DILIHAT DAN
DIKETEMUKAN”, JADI VISUM ET REPERTUM ADALAH SUATU
KETERANGAN DOKTER TENTANG APA YANG DILIHAT DAN
DIKETEMUKAN DI DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN
TERHADAP ORANG YANG LUKA ATAU TERHADAP MAYAT, JADI
MERUPAKAN KESAKSIAN TERTULIS

MACAM-MACAM VISUM ET REPERTUM dilihat dari sifatnya


• VISUM ET REPERTUM YG DIBUAT LENGKAP SEKALIGUS ATAU
DEFINITIF, LAZIMNYA DITULIS “VISUM ET REPERTUM” ATAU
VER LANGSUNG.
• VISUM ET REPERTUM SEMENTARA, MISAL, VER YG DIBUAT
BAGI KORBAN YG SEMENTARA MASIH DI RUMAH SAKIT
AKIBAT LUKA-LUKANYA KARENA PPENGANIAYAAN.
LAZIMNYA DITULIS “VISUM ET REPERTUM (SEMENTARA)”.
• VISUM ET REPERTUM LANJUTAN, MISAL BAGI KORBAN YG
LUKA TERSEBUT (VISUM ET REPERTUM SEMENTARA)
KEMUDIAN MENINGGALKAN RUMAH SAKIT ATAUPUN AKIBAT
LUKA-LUKANYA TERSEBUT SI KORBAN KEMUDIAN
DIPINDAHKAN KE RUMAH SAKIT ATAU DOKTER LAIN,
MELARIKAN DIRI, PULANG DG PAKSA ATAU MENINGGAL
DUNIA. LAZIMNYA DITULIS “VISUM ET REPERTUM (LANJUTAN)”

MACAM-MACAM VISUM ET REPERTUM DILIHAT DARI HASIL


PEMERIKSAAN DOKTER
• VER TENTANG PEMERIKSAAN LUKA(KORBAN HIDUP)
• VER TENTANG PEMERIKSAAN MAYAT (JENAZAH)
• VER TENTANG PEMERIKSAAN BEDAH MAYAT (JENAZAH)
• VER TENTANG PENGGALIAN MAYAT
• VER DI TEMPATKEJADIAN PERKARA (TKP)
• VER PEMERIKSAAN BARANG BUKTI (BUKTI-BUKTI) LAIN

PRAKTIK PEMERIKSAAN BEDAH MAYAT


• Praktik pemeriksaan bedah mayat forensik (otopso medico legal), sistem yg
berlaku di indonesia adalah sistem kontinental, artinya bahwa, pihak
penyidiklah yg harus aktif, sedang fihak kesehatan (kedokteran) hanya
bersifat pasif yaitu hanya melaksanakan tugas pekerjaan bilamana sesuai
permintaan dari pihak penyidik (kepolisian),memberikan saran-saran dan
penjelasan atau pengertian-pengertian kpd penyidik. Permintaan tsb
biasanya oleh dokter(dinas kesehatan atau rumah sakit) atas dasar
permintaan tertulis dari penyidik (kepolisian,jaksa,atau hakim). Misl;
pemeriksaan atas mayat (jenazah) baru dilakukan karena ada tindak pidana
dan kemudian pihak kepolisian melakukan pemeriksaan dan melaporkan kpd
jaksa dan selanjutnya kpd hakim.
• Sistem ini dianut di eropa dan indonesia (psl 133 kuhap)
PEMERIKSAAN BEDAH MAYAT SISTEM CORONER (INGGRIS)

• SISTEM CORONER DILAKUKAN APABILA TERJADI SUATU


TINDAK PIDANA YANG MENGAKIBATKAN MATINYA ORANG
ATAU TINDAK PIDANA DG KEKERASAN LAINNYA. YG
KEMUDIAN OLEH CORONER(OFFICER) DILAKUKAN
PENYELIDIKAN YG BILAMANA PERLU DILAKUKAN BEDAH
MAYAT FORENSIK TANPA IZIN LEBIH DAHULU DARI
KLUARGANYA ATAU MELALUI INSTANSI TERKAIT”

PRAKTIK PEMERIKSAAN BEDAH MAYAT SISTEM MEDICAL


EXAMINAR (AMERIKA SERIKAT)

• Sistem medical examinar Dilakukan hampir sama dg sistem coroner, sdgkan


pejabat-pejabat medical examinar adalah ahli-ahli pathologi dan di mana
perlu melakukan penyelidikan di tempat kejadian itu atas mayat (jenazah)
tersebut serta kematiannya itu dan bahakan berwenang memanggil saksi-
saksi yg melihat atau mengetahuinya utk dimintai keterangan kesaksiannya,
jikalau suatu kematian seseorang itu karena diduga kuat sebagai akibat suatu
tindak pidana (criminal)

Kegunaan visum et repertum

• Ver dibuat dan dibutuhkan dalam rangka upaya penegakkan hukum dan
keadilan.

• Ver dibuat guna membuat terang dan jelas suatu perkara pidana yg telah
terjadi khususnya yg menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia.

• Ver sangat penting gunanya dan perannya dalam bidang pengadilan

• Dokter ahli tanpa alasan yg jelas tidak datang sebagai saksii dapat diancam
berdasar Psl 224 KUHP dan Psl 522 KUHP.

• VER suatu hal sangat penting dalam pembuktian karena menggantikan


sepenuhnya barang bukti (corpus delicti)
• Suatu perkara pidana yang menyangkut perusakan tubuh dan kesehatan serta
membinasakan nyawa manusia maka tubuh si korban merupakan corpus
delicti

PROSEDUR PERMOHONAN VISUM ET REPERTUM

• PERMOHONAN HARUS DILAKUKAN SECARA TERTULIS OLEH


FIHAK-PIHAK YG DIPERKENANKAN UTK ITU DAN TIDAK
DIPERKENANKAN DILAKUKAN MELALUI LISAN.

• PERMOHONAN VER HARUS DISERAHKAN OLEH PENYIDIK


BERSAMAAN DG KORBAN, TERSANGKA DAN JUGA BARANG
BUKTI KEPADA DOKTER AHKLI KEDOKTERAN KEHAKIMAN

ISI VISUM ET REPERTUM

• PENDAHULUAN, YG BERISI ATAU MEMUAT IDENTITAS YANG


MEMINTA VER, SIAPAKAH YG HENDAK MEMERIKSANYA,
SIAPAKAH YG DIPERIKSA, DI MANA DIADAKAN PEMERIKSAAN
DG MENYEBUTKAN WAKTU DAN TEMPAT

• PEMBERITAAN, YG MEMUAT SEGALA SESUATU YG DIDENGAR,


DILIHAT DAN YG DISAKSIKAN SENDIRI OLEH DOKTER SELAMA
PEMERIKSAAN.DEMIKIAN SESUNGGUHNYA YG MEMPUNYAI
KEKUATAN BHW VER MEMPUNYAI KEKUATAN PEMBUKTIAN,
ATAU DG KATA LAIN DAPAT DISEBUTKAN BHW BAGIAN YG
MEMPUNYAI KEKUATAN PEMBUKTIAN DLM VER ADALAH BGN
PEMBERITAAN.
KESIMPULAN, MEMUAT HUBUNGAN SEBAB AKIBAT ANTARA
SESUATU PERBUATAN DG AKIBAT YG DITIMBULKANNYA, DG
KESIMPULAN TERSEBUT SELANJUTNYA DAPAT DIKETAHUI
TENTANG SEBAB-SEBAB TERJADINYA LUKA, TERGANGGU
KESEHATANNYA MAUPUN KEMATIAN SESEORANG, YG PADA
GILIRANNYA AKAN MAMPU MENJAWAB “MISTERI” LUKANYA
SESEORANG, TERGANGGU KESEHATAN SESEORANG MAUPUN
MATINYA SESEORANG DLM KAITANNYA DG KEMUNGKINAN
ADANYA TINDAK PIDANA.

TUJUAN VER MENURUT WALUYADI

• ADALAH SEBAGAI PEMBUKTIAN MENGENAI TELAH


TERJADINYA SESUATU TINDAK PIDANA YG SELANJUTNYA
KEJADIAN TERSEBUT OLEH DOKTER BERDASARKAN
PEMERIKSAAN YG TELAH DILAKUKANNYA, HASIL
PEMERIKSAAN TERSEBUT OLEH HAKIM AKAN DIJADIKAN
SALAH SATU ALAT BUKTI DALAM SIDANG PENGADILAN.

VER SEBAGAI ALAT BUKTI

• PSL 184 (1) KUHAP :

1) KETERANGAN SAKSI

2) KETERANGAN AHLI

3) SURAT

4) PETUNJUK

5) KETERANGAN TERDAKWA.

, maka perlulah jaksa dan polisi mempelajari Hukum Kedokteran Kehakiman dalam
garis besarnya dan mengetahui dalam hal apa ia dapat minta bantuan kepada dokter.
Seorang dokter dapat membantu dalam hal :
1. Pemeriksaan pertama di tempat kejadian kejahatan.
2. Pemeriksaan pada korban luka.
3. Pemeriksaan pada korban yang sudah mati (otopsi).
4. Pemeriksaan pada korban yang sudah dikubur (penggalian mayat).
5. Pemeriksaan barang bukti.
6. Memberi kesaksian di sidang pengadilan selaku saksi ahli.

a.d.1. Pemeriksaan pertama di tempat kejadian perkara.


Biasnya dokter diminta bantuannya bila korban meninggal oleh karena suatu sebab
yang belum diketahui oleh petugas pengusut, atau bila pembunuh belum terungkap.
Tindakan pertama:
Ditentukan apakah korban masih hidup atau sudah mati. Bila korban masih hidup,
maka segala upaya harus dilakukan untuk menolong jiwa korban sesuai dengan
KUHAP. Bila korban sudah mati dan tidak menggangu kelancaran lalu lintas maka
jangan sekali-kali memindahkan jenasah sebelum pemeriksaan di tempat selesai.

Tindakan kedua:
Mengamankan tempat kejadian perkara, ini berarti tempat tersebut harus ditutup dan
hanya petugas saja yang boleh masuk. Bila ini sudah dilaksanakan, maka tempat
harus dibersihkan dari oknum-oknum yang tidak ada sangkut pautnya dengan
kejadian tersebut, dan agar pemeriksaan dapat dilakukan dengan tenang.

Tugas penting, yaitu mengumpulkan bukti sebanyak-banyaknya.

Dokter dalam hal ini perlu menentukan sifat atau cara kematiannya:

a. Mati wajar
b. Mati oleh kekerasan;
b.1. Pembunuhan
b.2. Bunuh diri
b.3. Kecelakaan
selain daripada itu, dokter dapat membuat perkiraa mengenai saat kematian sikorban
yang dapat dipakai untuk mencocokan dengan alibi tertuduh. Lagi pula dokter dapat
memberi bantuan dalam mencari dan mengumpulkan bahan bukti, antara lain:
3 Mencari anak peluru yang diperlukan untuk identifikasi senjata api;
4 Mencari racun yang digunakan pada suatu kejadian keracunan baik sengaja
maupun tidak, untuk keperlua pengubatan korban-korban yang masih hidup
dan untuk kepentingan pengusutan da sebagainya.
Bila pemeriksaan setempat sudah selesai, jenazah boleh diangkut ke rumah sakit
dengan mengajukan permohonan Visum Et Reptum pada dokter.

Tindakan ketiga:
Tempat kejadian, kamar, halaman untuk sementara dinyatakan tertutup, sebab
kemungkinan sekali sewaktu-waktu masih memerlukan bahan bukti.

Ketentuan-ketentuan tentang jenazah:


Jenazah tidak boleh diawetkan, dikubur dan atau diperabukan sebelum jenazah di
otopsi untuk kepentingan visum.

a.d.2. Pemeriksaan pada korban yang luka:


a. Sehubungan dengan ketentuan dalam pasal-pasal 351, 352, 90 KUH Pidana:
5 Penganiayaan ringan
6 Penganiayaan
7 Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat, untuk menetapkan
kwalifikasi luka yang diperlukan hakim untuk menjatuhkan pidana.
b. Sehubungan dengan ketentuan-ketentuan dalam pasal 281 KUH Pidana dan
seterusnya. Pelanggaran kesusilaan;
Pasal 285 ; pemerkosaan
Pasal 292 ; perbuatan homo sex
Pemeriksaan harus dilakukan segera pada semua orang yang tersangkut, da
tidak hanya orang yang merasa dirinya dirugikan
c. Sehubungan dengan ketentuan dalam pasal 283, 287 dan 45 KUH Pidana
yaitu :
Pemeriksaan umur.
Bila pada pemriksaan umur mendapat kesukara, maka pemeriksaan umur
sebaiknya dikerjakan oleh suatu team dokter yang terdiri dari sedikit-
dikitnya tiga orang dokter;
8 Seorang dokter gigi
9 Seorang dokter ahli radiologi
10 Seorang dokter ahli ilmu kedokteran kehaliman
d. Sehubungan dengan ketentuan dalam pasal 341, 342 KUH Pidana yaitu
pembunuhan anak oleh ibunya pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian,
Yang perlu diperiksa yaitu selain bayi yang mati, juga wanita tersebut yang
diduga melahirkan anak.
e. Sehubungan dengan ketentuan dalam pasal 44 KUH Pidana yaitu untuk
menentukan tidak mampu bertanggungjawab.
Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
padanya, disebabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya atau terganggu
karena penyakit tidak pidana.

a.d.3. Pemeriksaan pada korban yang mati


Sehubungan dengan ketentuan pasal 351 (3) KUHPidana yaitu penganiayaan yang
mengakibatkan matinya orang. Untuk menentukan sebab kematian yang pasti,
jenasah harus diotopsi.
Tanpa otopsi tidak dapat ditentukan sebab kematian. Bila tidak dilakukan otopsi,
dalam kesimpulan selalu terselip kata ”mungkin”, sebab misalnya : ”mungkin
meninggal oleh karena persentuhan dengan benda tumpul”. Oleh karena dipakainya
perkataan mungkin maka seorang pembela yang cerdik dapat mengajukan
pertanyaan kepada dokter yang khusus untuk ini diharuskan datang di sidang
pengadila.
Dokter dalam kesimpulan Visum Et Repertum menyatakan sebab kematian
”mungkin” ini, oleh karena persentuhan dengan benda tumpul.
Apa kemungkinan-kemungkinan yang lain ?
Apakah ”mungkin” korban meninggal oleh karena sakit jantung sebelum benda
tumpul menimpa tubuh korban ?
Apakah tidak mungkin korban yang meninggal karena dokter yang merawatnya
memberi obat yang salah ? dan seterusnya.
Disini terdapat kontradiksi :
Untuk menentukan sebab kematian, dokter memerlukan pemeriksaan dalam tubuh
korban (otopsi) sedangkan jaksa atau polisi berwenang meminta Visum Et
Repertum hanya atas dasar pemeriksaan luar saja, yang berarti jaksa/polisi
membatasi tugas dokter dalam hal menentukan sebab kematian korban untuk
kepentingan mereka sendiri.
Untuk menghilangkan kontradiksi ini ada tiga jalan :
1. jaksa/polisi selalu minta Visum Et Repertum yang berdasarkan pemeriksaan
luar dan dalam
2. dokter menolak tiap permintaan Visum Et Repertum yang berdasarkasn atas
pemeriksaan luar saja.
3. jalan lain yaitu dokter memberitahukan kepada petugas tersebut bahwa tanpa
otopsi tidak diberikan VER yang lengkap, yaitu VER dengan kesimpulan
yang jelas, sedangkan VER tanpa kesimpulan bukan suatu VER.
Sebenarnya permohonan VER berdasarkan pemeriksaan luar tidak beralasan, sebab
petugas pengusut dapat menggunakan pasal 222 KUHPidana

a.d.4. Pemeriksaan pada korban yang sudah dikubur (penggalian mayat)


Pemeriksaan ini seharusnya hanya dikerjakan pada kejahatan yang mayatnya
dikubur secara bersembunyi. Akan tetapi ada beberapa kejadian yang oleh petugas
pengusut semula dianggap tidak perlu dimintakan VER, pada waktu sidang
pengadilan ia diperintahkan oleh hakim untuk melengkapi perkaranya dengan VER,
sehingga mayat harus digali dan diperiksa.

a.d.5. Pemeriksaan barang bukti


11 membuktikan bahwa suatu noda adalah darah manusia
12 membuktikan bahwa sehelai rambut yang melekat pada mobil berasal dari
korban.
13 Membuktikan adanya spermatozoa pada sehelai kain (sprei)
14 Membuktikan adanya racun dalam makanan, dan sebagainnya

a.d.6. Memberi kesaksian disidang pengadilan, sengaja tidak memenuhi


panggilan tersebut dapat dituntut dengan pasal 224 KUHPidana.
Laporan –laporan yang dibuat untuk pemeriksaan No.1 s/d No.5 di beri nama Visum
Et Repertum

KULIAH 6
LUKA
Pengertian :
Luka adalah kelainan berupa diskontinuitas jaringan di sembarangan tempat pada
tubuh yang disebabkan adanya kekerasan dari luar.

JENIS LUKA;
6 Luka mekanik, yaitu luka akibat trauma benda tajam (iris, luka tusuk) maupun
benda tumpul (lecet, memar Luka panas (termal), yaitu luka akibat api (dry
heat) atau air panas (moist heat)
7 Luka kimia, yaitu luka akibat zat kimia korosif (asam kuat, basa kuat)----
menimbulkan iritasi akut pada kulit,
8 Luka listrik /petir,
9 Luka tembak,
10 Luka karena radiasi, cth sinar rontgen, emersi atom.

Klasifikassi luka berdasar bahaya ;


 Luka ringan (KUHP Psl 352), yaitu yang dapat sembuh sempurna, tidak perlu
diadakan bedah, penyembuhannya dibawah 4 minggu,
 Luka berat (Psl 90 KUHP), yaitu luka yang dapat menyebabkan bahaya
maut/cacat permanen, perlu tindakan bedah, penyembuhan lebih 4 minggu
 Kematian (fatal)
 Luka dapat menyebabkan ;
2. Kematian ......> VER orang mati
Kerusakan jaringan tubuh ........> Visum luka

MACAM-MACAM BENTUK KEKERASAN


A. KEKERASAN FISIK = PHYSICAL TRAUMA
B. KEKERASAN SUHU = THERMAT TRAUMA
C. KEKERASAN ARUS LISTRIK = ELECTRICAL TRAUMA

a.d. KEKERASAN FISIK :


KEKERASAN FISIK DAPAT MENIMBULKAN MACAM-MACAM LUKA
PADA TUBUH, PADA UMUMNYA LUKA-LUKA TERSEBUT DAPAT
DIBAGI DALAM 4 GOLONGAN :
A. LUKA-LUKA AKIBAT PERSENTUHAN DENGAN BENDA TUMPUL
B. LUKA-LUKA AKIBAT PERSENTUHAN DENGAN BENDA TAJAM
C. LULA-LUKA AKIBAT PERSENTUHAN DENGAN ANAK PELURU
D. LUKA-LUKA DAN KEKERASAN YANG MENGAKIBATKAN MATI
LEMAS
a.d.1.Luka-luka akibat persentuhan dengan benda tumpul pada bagian tubuh.
1. luka memar
2. luka lecet
3. luka robek
a.d.2.Luka-luka akibat persentuhan benda tajam
Luka yang disebabkan oleh karena persentuhan dengan benda tajam dapat dibagi
dalam tiga golongan :
1. luka iris
2. luka tusuk
3. luka bacok
a.d.3.Luka akibat persentuhan dengan anak peluru.
Macam-macam anak peluru :
I. Macam-macam anak peluru tunggal,
1. anak peluru bulat timah = Round Lead Bullet
2. anak peluru bulat lonjong = Lead Bullet
3. anak peluru bulat lonjong half mantel = Half Jacket Bullet
4. anak peluru bulat lonjong Volmmantel = Full Jacket Bullet
II. Macam-macam anak peluru khusus
1. anak peluru dum-dum = ujung anak peluru dibelah empat;
2. granat kogel = anak peluru diberi mesin, bila anak peluru mengenai
sasaran anak peluru ini meledak
light Bullet = licht kokel = anak peluru yang waktu ditembakkan memberi
cahaya untuk dapat lebih cepat membidik pada waktu malam
ofen kogel = anak peluru latihan dibuat dari kayu dapat membahayakan juga
bila ditembakkan dari jarak dekat.
Anak-anak peluru dum-dum dan anak peluru half jacket dilarang menurut
konvesi Geneva. Maksud peperangan sebenarnya tidak membunuh melainkan
membuat lawan tidak berdaya (buitten gewecht stellen)
Identifikasi senjata api
Untuk identifikasi senjata api yang penting yaitu menemukan kembali anak
peluru atau selongsong yang telah ditembakkan. Anak peluru dalam tubuh
seorang korban berarti, dapat menunjukan senjata api yang digunakan untuk
menembak korban, sedangkan selongsong-selongsong hanya dapat memberi
petunjuk bahwa senjata api tertentu telah digunakan untuk menembak, tidak
memberi keterangan tentang sasaran.
Pada jenasah anak peluru harus ditemukan untuk identifikasi senjata api, bila
mendapat kesukaran dapat menggunakan ro-foto. Pada korban hidup, anak
peluru tidak selalu dikeluarkan, ini tergantung pada lokalisasi anak peluru dan
tergantung pada beratnya operasi untuk mengeluarkan anak peluru. Bila
senjata api ditemukan, maka untuk identifikasi pertama-tama harus dicocokan
:
15 kaliber
16 jumlah alur
17 arah alur
bila ini semua cocok baru dilakukan tembakan percobaan = Proefschoten
dalam suatu bumbung besi berisi air dengan saringan untuk mrngambil anak
peluru, atau dalam suatu peti berisi kapas. Dalam kapas pada jarak tertentu
diberi sekat kertas. Bila kemudian melakukan tembakan percobaan, maka
anak peluru berada antara kertas yang tembus dan kertas yang tidak tembus.
Goresan-goresan yang disebabkan karena dataran laras pada anak peluru
percobaan dicocokkan dengan goresan-goresan pada anak peluru bukti
dengan COMPARISON MICROSCOPE.
Bila goresan-goresan cocok baru dibuat foto. Goresan-goresan ini khas untuk
tiap-tiap senjata api, dan boleh disamakan dengan sidik jari. Tidak mungkin
ada dua senjata api yang mempunyai goresan-goresan yang sama, demikian
pula tidak mungkin ada dua manusia yang mempunyai dua sidik jari yang
sama, meskipun mereka saudara kembar satu telur=EEN EIGE
TWEELING=SINGLE OVUM TWINS.
Selongsong
Goresan-goresan selongsong disebabkan karena :
18 penarikan peluru = PATROON TREKKER
19 pembuang peluru = PATROON STOTER
20 yang penting yaitu goresan yang disebabkan oleh karena penutup =
GRENDEL=BREECH OF THE GUN dan pasak pemalu= SLAGPIN
bila mesiu meledak, maka gas mendorong anak peluru kemuka,
sedangkan selongsong didorong kebelakang dan membuat
cetakan=IMPRINT dari penutup.
Pemeriksaan selanjutnya tidak berbeda dari pemeriksaan anak peluru yaitu
dengan comparison microscope.
Luka tembak
Percobaan paraffine :
Untuk menentukan sisa-sisa mesiu pada tangan sipenembak atau sisa-sisa
mesiu sekitar luka tembak masuk dari jarak dekat perlu dikerjakan percobaan
paraffine sbb ;
Tempat yang diperiksa dibanding dengan karton lalu dituangkan paraffine
cair + 60 C, diberi

KULIAH KE 7

IDENTIFIKASI :
Adalah suatu cara untuk dapat mengenal kembali sesuatu, atau suatu cara
untuk memastikan tentang persamaan sesuatu, dengan jalan memperhatikan
dan memberikan tanda-tanda yg luar biasa dari dan pada sesuatu, atau dg
mempersamakan yg satu dg lainya.

Pihak kepolisian atau badan-badan penegak hukum lainya sudah lama


memakai sistem ”identifikasi” dalam melakukan tugasnya.

Ada 5 macam sistem identifikasi :


1. NARKOTIC = OBAT-OBAT BIUS;
2. TOXICOLOGY = RACUN-RACUN
3. BALISTIC = MEMPERSAMAKAN KALIBER DAN MACAM-
MACAM PELURU;
4. HANDWRITTING AND QUESTIONED DOCUMENT;
5. PERSONAL IDENTIFICATION = CARA UNTUK MENGENAL
(KEMBALI) SESEORANG.
Cara mengenal orang dilakukan berbagai cara, seperti:
1 Memotong bagian anggaota tubuh seseorang yg melakukan kejahatan (
dlm hkm islam dipotong tangannya).
2 Tanda-tanda pada badan (tatto); misalnya tentara-tentara sewaan di
Romawi)
3 Di Cap dg besi panas (branding), (orang-orang yg dihukum seumur
hidup di daerah Siberia).

Identifikasi mengenai orang sesuai dg perkembangan kebudayaan dan tehnik


ilmu pengetahuan mengalami perubahan ,maka timbul sistem :
1.PHOTOGRAPHY
1. dengan ditemukan sistem Camera- Obscura, kemudian diolah thn
1816-1839 oleh Nietze dan Daguerre, maka kepolisian telah
memanfatkan hasil ini dg menggunakan foto sebagai alat identifikasi
orang.
2. setiap penjahat selalu diambil fotonya dr muka, samping kanan/kiri
dg disertai keterangan orang yg bersangkutan.
3. sistem ini lebih efektif, akan tetapi ada keberatan dan kekurangannya,
baik sengaja ataupun tidak.
4. yg disengaja : mis cara berpakaian dg make up, mk bentuk muka
berubah atau dg operasi plastik.
5. yg tidak disengaja : mis karena umur tua, kecelakaan dan sebaginya
dpt merubah bentuk wajah.

2.ANTHROPOMETRY ATAU BERTILLONAGE


1. Diciptakan oleh Alphonso Bertillon, seorang lulusan fak kedokteran
Universitas Paris, lalu jadi anggota polisi di Paris.
2. Anhtropometry berasal dari kata , anhtropos = tubuh manusia dan
metric = ukuran-ukuran.
3. Dasar dan pendapat dari Bertillon :
a. rangka tubuh manusia tidak akan mengalami perubahan setelah
mencapai umur 20 th;
b. tidak ada dua orang yg mempunyai ukuran-ukuran bagian-bagian
tubuh yg sama dalam segala-galanya.
4. Bagian-bagian tubuh yg diambil :
a. panjang dan lebar kepala
b. panjang jari tengah kiri, kaki kiri, lengan kiri dari siku sampai
ujung jari tengah, dan panjang kelingking kiri;
c. panjang telinga kanan.
d. tinggi badan sambil berdiri dan sambil duduk;
e. lebar badan dg kedua tangan direntangkan.
f. dicatat pula warna kulit, rambut dan mata, bentuk wajah, hidung,
telinga dll, juga tanda lain tahi lalat, bekas luka.
5. sistem ini mempunyai kelemahan dan kekurangan, terbatas untuk laki-
laki umur 20 th sampai 65 thn.

3.DACTYLOSCOPY berasal dari dua suku kata bahasa


Yunani, dactylus = jari-jari
Scopein = melihat, meneliti atau mempelajari
Kelebihan sistem dictyloscopy ialah alat-alat dan cara- cara pengambilannya
sangat sederhana dan mudah, klasifikasinya lebih baik dan universal.
DACTYLOSCOPY memakai dasar-dasar yaitu:
a. bentuk teraan jari ( finger print, finger impression) seseorang tidak
mengalami perubahan sejak lahir sampai mati dan telah terjadi sejak bayi
dalam kandungan (janin) umur 4 bln .
dalam keadaan mati (rigor mortis) bentuk- bentuk teraan masih dapat
dilihat, kecuali hancur kulitnya. Mis pada mumi-mumi (mayat yg
dibalsem)
b. Tidak ada satu orang atau dua orang yg berlainan mempunyai bentuk-
bentuk teraan yg sama. Sampai sekarang tidak ada dua jari yg
mempunyai bentuk dan susunan garis-garis yg sama. Juga dalam anak
kembar tidak pernah diketemukan mempunyai teraan jari yg sama.
c. Penggolongan kelas-kelas bentuk- bentuk teraan jari dapat dilaksanakan
dg mudah dan sederhana dg jalan membagi bentuk teraan kedalam
beberapa golongan.

PENEMUAN DAKTILOSCOPI MODERN

1 Orang yg mula-mula menemukan bentuk teraan jari (finger prints


pattern) secara ilmiah ialah seorang bangsa Inggeris bernama
NEHEMIAH GREW,M.D. thn 1684 telah memeberikan kuliah atau
ceramah tentang bentuk-bentuk jari tangan manusia.
2 2 thn kemudian thn 1686 seorang bangsa Italia bernama MARCELLO
MALPIGHI (PROF ANATOMI DARI UNIVERSITAS DI BOLOGNE)
yg mula-mula menggunakan mokroskop dan mempermasalahkan
susunan garis-garis papiler pada tangan.
3 Thn 1892 SIR FRANCIS GALTON, seorang ahli bangsa Inggeris dalam
usaha mencari ” tanda-tanda keturunan” berdasarkan bentuk teraan
jari, telah menerbitkan buku dg judul ” Fingerprints”. Ia seorang
antopologi berhasil menemukan dasar pembagian bentuk-bentuk teraan
yang dikenal dg sistem klasifikasi A -L –W.
4 Penemuan Francis Galton diolah lagi oleh SIR EDWARD RICHARD
HENRY (Kepala polisi Metropolitan London, Inggeris), ia berhasil
memecah teraan jari dari 3 gol menjadi 8 gol kecil, sistem ini dikenal dg
nama GALTON- HENRY dan banyak dipakai dg berbahasa Inggeris dan
keduanya dianggap sebagai bapak dari Daktiloskopi.

Di Indonesia tgl 12 Nop 1914 telah dibuka resmi Kantor Pusat Daktiloskopi,
dasar hukumnya :
a. K.B, tgl 16 Januari 1911 No.27 (Ind. Stbl. No. 234) ’tot de werkkring van
het Departemen van Justitie in Ned, Indie wordt gebracht de identficatie
door het stelsel van vingeerafdrukken ( dactiloscopy) enz........
b. Besluit G.G; Ned. Indie tgl 30 Maret 1920 No. 21, Stbl, 1920 No. 259,
menetapkan: ” het biy de afdeling Dactiloscopy het Departemen van
Justitie werkzaam personeel vormt het ”CENTRAAL KANTOOR VOOR
DACTILOSCOPY”, ENZ......

ALAT-ALAT DAN CARA –CARA PENGAMBILAN TERAAN JARI.


Daktiloskopi sampai sekarang dianggap sebagai sistem identifikasi orang ( a
means of personal identification yang positif)

ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN :


a. Tinta dakloscopi biasanya hitam.
b. Sepotong kaca atau benda lain yg keras dan licin ukuran 30 x 15.
c. Roller (roda karet), untuk meratakan lapisan tinta pada kaca.
d. Formulir ( slip) teraan jari terbuat dari kertas putih agak tebal menurut
ukuran yg telah ditentukan.
e. Meja kecil untuk meleteken dan melakukan pengambilan teraan jari,
sebaiknya dg tinggi 125 cm.
f. Alat-alat untuk membersihkan jari dan alat-alat pengambilan teraan jari
seperti : sabun, bensin/ minyak tanah, lap dan lain-lain

CARA MENGAMBIL TERAAN JARI :


a. Orang yg akan diambil teraan jari harus berdiri disebelah kanan dan
tangan dilemaskan (relax)
b. Lalu digulingkan jari-jari pada tinta satu persatu.
c. Jari yg diberi tinta cukup satu ruas ujung ditambah dg setengah ruas
kedua ( 11/2 ruas)
d. Teraan ini disebut ” teraan berguling” karena seluruh gambaran atau
permukaan teraan jari yg seluas-luasnya (rolled impression)
e. Setelah itu dibuat ” Teraan rata”, yaitu pengambilan secara sekaligus dari
kelima jari kanan dan kiri.
f. Karene teraan tidak sama panjang, maka diambil 4 jari dulu sama-sama
(telunjuk smp dg kelingking), lalu ibu jari, cara ini disebut ”teraan rata
(plain impressions), yg diambil seluruh bagian jari-jari.

BENTUK-BENTUK TERAAN JARI (FINGER PRINT PATTERN)

Menuruy Francis Galaton, bentuk teraan jari manusia dapat dibagi menjadi
tiga golongan, yaitu :
1. Bentuk teraan jari BUSUR (Arc type pattern) tandanya..A
2. Bentuk teraan jari JERAT (Loop type pattern) tandanya ..L
3. Bentuk teraan jari LINGKARAN (Whorl type pattern) tandanya....w

E.R Henry telah berhasil membagi tiga kelompok itu menjadi delapan
kelompok yang lebih kecil, yaitu:
I. Bentuk teraan Busur (Arch) menjadi 2 bagian:
1. B.t. Busur Biasa (plain Arch) tandanya ...........A
2. B.T. Busur Runcing (Tented Arch) tandanya ..T
II. Bentuk teraan Jerat (Loop) menjadi 2 bagian :
1. B.T. Jerat Radial (Radial Loop) tandanya ........R
2. B.t. Jerat Ulnar (Unlaar Loop) tandanya ..........U
III.Bentuk teraan Lingkaran (Whorl) menjadi 4 bagian :
1. B.t. Lingkaran Biasa (plain Whorl) tandanya ..W
2. B.T. Lingkaran Jerat Kantong Tengah (Central Pocket Loop
Whorl) tandanya ..................................................C
3. B.t. Linkaran Jerat Kembar (Double Loop Whorl) ...D
4. B.t. Lingkaran Luar Biasa (Accidental Whorl)...........X
KULIAH 8

TOXICOLOGY FORENSIC

PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM TOXICOLOGY

TOXIKOLOGY BERASAL DARI KATA TOXICON ( BHS YUNANI) POISON


ARTI RACUN, ATAU IALAH PANAH YANG MENGANDUNG RACUN.

FORENSIC ASAL KATA FORENSIS ( BHS LATIN), PERKATAAN FORUM


(A PUBLIC PLACE) YANG BERARTI SIDANG PENGADILAN.

TOXICOLOGIST IALAH AHLI TOXICOLOGIE YAITU SEORANG YG


MEMPELAJARI MENGENAI RACUN TERMASUK EFEK RACUN
TERHADAP TUBUH MANUSIA DAN CARA MENANGGULANGINYA
BILA TERJADI KERACUNAN/ PERACUNAN SERTA CARA
MENEMUKAN/MENGANALISA RACUN-RACUN.

ILMU PENGETAHUAN MEMBAGI TOXIKOLOGIE DALAM BEBERAPA


MACAM, YAITU ;
a. TOXICOLOGY KLINIS (CLINICAL TOXICOLOGY)’
OBYEKNYA IALAH BERUPA ORANG HIDUP YG KERACUNAN
DAN DIUSAHAKAN DITOLONG ATAU DIPUNAHKAN
RACUNNYA.
b. TOXICOLOGY INDUSTRI (INDUSTRIAL TOXICOLOGY).
BERUSAHA MENCEGAH TERJADINYA KERACUNAN-
KERACUNAN SEBAGAI AKIBAT DARI INDUSTRI BAIK BAGI
BURUHNYA MAUPUN BAGI ORANG-ORANG YANG TINGGAL DI
DAERAH INDUSTRI ITU.

c. TOXICOLOGY FORENSIC.
TERMASUK BAGIAN KIMIA FORENSIC (FORENSIC
CHEMISTRY).
OBYEKNYA KEBANYAKAN BERUPA MAYAT YG AKAN
DITENTUKAN SEBAB KEMATIANNYA, APAKAH AKIBAT RACUN
ATAUKAH AKIBAT LAINNYA YG ADA HUBUNGANNYA DG
PERKARA PIDANA.

ILMU FORENSIC DAPAT MEMBANTU DALAM PENGUSUTAN SUATU


PERKARA, YAITU DIGUNAKAN UNTUK MENCARI, MENGHIMPUN,
MENYUSUN DAN MENILAI BAHAN-BAHAN GUNA PERADILAN ATAU
ILMU FORENSIC ADALAH ILMU YG DIPAKAI UNTUK KEPENTINGAN
PERSIAPAN, PENYELENGGARAAN DAN PENYELESAIAN DARI PADA
USAHA-USAHA PERADILAN.

CARANYA; MISAL ADA KASUS YG DISANGKA ADA KERACUNAN/


PERACUNAN, MAKA DOKTER PEMBUAT VISUM ET REPERTUM
AKAN MINTA TOLONG PADA SEORANG TOXICOLOOG, UNTUK
MENENTUKAN ADA ATAU TIDAKNYA RACUN DALAM TUBUH SI
KORBAN DAN APAKAH RACUN CUKUP BANYAK JUMLAHNYA ,
SEHINGGA KORBAN MENINGGAL, LALU HASIL PEMERIKSAAN
TOXICOLOOG TERSEBUT BARULAH PEMBUAT VISUM ET
REPERTUM ( DOKTER) JANG BERSANGKUTAN MENENTUKAN
KEMATIAN SI KORBAN.

PENGERIAN RACUN
” TAYLOR” YAITU ;
’ SETIAP BAHAN ATAU ZAT YANG DALAM JUMLAH RELATIF BILA
MASUK ATAU DIMASUKAN KE DALAM TUBUH AKIBAT REAKSI
KIMIAWINYA DAPAT MENIMBULKAN GEJALA-GEJALA ABNORMAL,
MENYAKITI, MENCEDARAKAN ATAU MEMBINASAKAN BAGI TUBUH
YANG NORMAL DAN SEHAT”

Ada berapa macam dosis yang digunakan untuk tujuannya masing-masing


ialah :
a. dosis pemakaian (usual dosage)
biasanya digunakan oleh seseorang yang normal/sehat makan
obat untuk menjaga kondisi tubuhnya
b. dosis terapi/penyembuhan (therapeutic dosage)
dosis ini digunakan untuk pengobatan atau dengan kata lain untuk
menyembuhkan orang sakit
c. dosis maximal (maximal dosage)
ialah takaran yang paling banyak yang boleh diberikan kepada
penderita
d. dosis toxis (toxis dosage)
ialah takaran yang bila diberikan kepada seseorang akan menyebabkan
orang tersebut keracunan
e. dosis lethalis (lethal dosage)
ialah takaran yang bila diberikan kepada seseorang akan menyebabkan
kematian orang itu.
Suatu keracunan/peracunan dapat terjadi dengan beberapa cara :
I. Masuk ke dalam tubuh si korban biasanya melalui
1. Mulut
Disebut juga per oral, per os; biasanya berbentuk makanan atau
minuman atau juga obat-obatan dan lain-lain
2. Pernafasan (inhalation)
Biasanya racun-racun berbentuk gas atau padatan yang mudah
mengurai menjadi gas misalnya gas carbon mono oksida, gas
cyanidadan sebagainya
3. Suntikan (per parenteral)
Misalnya dalam kasus penyuntikan narcotica dan sebagainya
4. Kulit tubuh (per cutan)
Yaitu absorpsi lewat kulit.
Suatu peristiwa terjadi sewaktu seseorang mengobati penyakit kulit
(panu) dengan jalan mengoleskan ”Basudin” pada kulitnya dan oleh
karena panunya banyak sekali maka ”Basudin” yang dioleskan pada
kulitnya juga banyak sekali
Setelah 1-2 jam orang tersebut menderita kejang-kejang kemudian
meninggal dunia

II. Diserap oleh darah melalui :


1. paru-paru (pernafasan), biasanya berupa gas
2. kulit atau luka pada kulit (injeksi).
Biasanya berupa padatan/cairan

Pembagian racun menurut khasiatnya dan beberapa macam


keracunan/peracunan
Menurut khasiatnya terhadap tubuh manusia maka racun dibagi sebagai
berikut :
a. racun-racun yang corrosive dan merangsang
yaitu racun-racun yang apabila mengenai tubuh manusia maka akan
merusak kulit, selaput lendir, dan sebagainya dan rasanya seakan-akan
membakar.
b. racun systemic
yaitu racun-racun yang mempengaruhi terhadap susunan syaraf tubuh
manusia, sedangkan tanda-tanda di luar tubuh si korban tidak
nyata/tidak ada sehingga lebih sukar untuk diselidiki secara Toxicology.

Ada beberapa macam peracunan/keracunan ialah oleh :


a. zat-zat kimia
jenis peracunan/keracunan ini yang paling banyak terjadi di sini
termasuk obat-obatan
b. Bakteria
misalnya : botulism poisoning – penyebab toxin Clostridium botolinum.
Biasanya terdapat dalam makanan kalengan yang kalengnya sudah
mengembung bentuknya
c. tumbuh-tumbuhan/jamur
misalnya : tempe bongkrek – penyebab jamur bongkrek (fungi)
d. makanan
misalnya : tape (singkong), biji pohon karet – penyebabnya
cyanophorin glycosida
e. mekanis
misalnya : kemasukan zat yang tajam (debu ampelas/baja) sehingga
mengakibatkan kerusakan bagi paru-paru dan sebagainya

dalam peristiwa keracunan/peracunan ini ada beberapa hal yang diperhatikan


yaitu :
1. Idiosiucrasi, ialah reaksi peka yang timbul setelah memakan suatu zat
atau memakai suatu bahan; misalnya obat-obatan, makanan,
minuman dsb.
2. Allergi, ialah perubahan reaksi badan atas hama penyakit yang
menyerbu ke dalam tubuh. Penyakit allergi ialah penyakit karena
perubahan reaksi tubuh atas hama penyakit.
3. Noxius things, ialah suatu zat yang jika dimakan dapat merusak,
merugikan kehidupan dalam keadaan/lingkungan tertentu, walaupun
zat tersebut bila ditinjAu dari segi pengetahuan kedokteran atau
secara populerpun tidak dianggap sebagai ”racun”
Contoh : serbuk gelas, paku, jarum dan sebagainya

MOTIF PERACUNAN/ KERACUNAN;


1. PEMBUNUHAN (HOMICIDE)
2. BUNUH DIRI (SUICIDE)
3. KELALAIAN SENDIRI ATAU ORANG LAIN (ACCIDENTAL)

TANDA-TANDA KERACUNAN/PERACUNAN IALAH;


a. MUNTAH-MUNTAH
b. KEJANG
c. COMA
d. GANGGUAN PERNAFASAN (ASPHYXIA)
e. PELEBARAN PUPIL MATA (MYDRIATIC)
f. BIRU PADA KULIT KARENA YG BERBALIK TERTAHAN
(CYANOSIS)
g. DLL

DALAM HAL ADA KASUS PERACUNAN / KERACUNAN

1.TUGAS PENYIDIK BILA DISANGKA ADA KASUS PERACUNAN


1 PENYIDIK MEMEGANG PERANAN PENTING SUPAYA
PEMERIKSAAN PERACUNAN/KERAACUNAN DAPAT
DITEMUKAN DG MUDAH YAITU DG MENGUMPULKAN
BUKTI-BUKTI PETUNJUK-PETUNJUK SELENGKAP
MUNGKIN.
2 PENYIDIK DAPAT MINTA BANTUAN SATU DUA ORANG
DOKTER, KEMMUDIAN BERSAMA-SAMA PERGI KE
TEMPAT KEJADIAN.
3 DSR HK PSL 133 KUHAP, PSL 179 KUHAP, PSL 224 KUHAP.
4 MELINDUNGI DAN MENCARI SISA-SISA BARANG YG
DAPAT DISANGKA AKAN MENJADI BARANG BUKTI ATAU
PETUNJUK UTK PEMERIKSAAN TOXICOLOGY;
5 MUNTAHAN SI KORBAN,
6 SISA-SISA OBAT-OBATAN,
7 SISA MINUMAN/MAKANAN YG DIMAKAN/DIMINUM
SI KORBAN, SERTA ATAU PEMBUNGKUSNYA,
8 SISA-SISA AIR SENI SI KORBAN,
9 KERTAS-KERTAS CATATAN DSB
10 MENAHAN DAN MENANYAI SAKSI-SAKSI TERMASUK
KELUARGA DAN TETANGGA SI KORBAN
11 SESUAI DG INSTRUKSI KAPOLRI NO. POL. INS/E/20/IX/75
TGL 19 SEPT 1975, YG ISINYA IALAH ;” DG VISUM ET
REVERTUM ATAS MAYAT, BERARTI MAYAT ITU HARUS
DIBEDAH. SAMA SEKALI TIDAK DIBENARKAN
MENGAJUKAN PERMINTAAN VISUM ET REVERTUM ATAS
MAYAT BERDASARKAN PEMERIKSAAN LUAR SAJA ”

3. PENGIRIMAN BARANG BUKTI.


1 SETELAH MAYAT KORBAN DIBEDAH OLEH DOKTER
KEMUDIAN DIAMBIL DAN DIKUMPULKAN JARINGAN-
JARINGAN/ORGAN-ORGAN TUBUH KORBAN UNTUK
DIJADIKAN BARANG BUKTI DAN BAHAN PEMERIKSAAN
TOXICOLOOG.
2 ORGAN-ORGAN/JARINGAN-JARINGAN TUBUH SI
KORBAN YG DIAMBIL IALAH;
3 LAMBUNG DG ISINYA SEMUANYA,
4 USUS HALUS DG ISINYA SEMUANYA,
5 USUS BESAR DG ISINYA SEMUANYA
6 HATI 500 GR
7 GINJAL SEBUAH
8 OTAK DAN PARU-PARU MASING-MASING 500 GR
9 DARAH KIRA-KIRA 100 ML
10 URINE SEMUANYA
11 RAMBUT DAN KUKU.
12 SEMUA BARANG BUKTI HARUS DIAWETKAN DG
ALKOHOL 95 %
13 PENGELOMPOKAN BARANG BUKTI YG AKAN
DIKIRIMKAN KEPADA TOXICOLOOG IALAH SBB ;
1) LAMBUNG DG ISINYA DLM WADAH
TERSENDIRI.
2) USUS HALUS, USUS BESAR DLM SUATU
WADAH.
3) HATI DAN GINJAL DLM SATU WADAH,
4) OTAK,PARU-PARU DLM SATU WADAH
5) DARAH, URINE MASING-MASING SATU
WADAH.
6) RAMBUT DAN KUKU DALAM SATU WADAH
1 HAL-HAL YG PERLU DIKIRIMKAN IALAH :
1) LAPORAN PENYITAAN BARANG BUKTI
2) LAPORAN HASIL TANYA JAWAB DG SAKSI-
SAKSI
3) LAPORAN BEDAH MAYAT
4) BERITA ACARA
PEMBUNGKUSAN/PENYEGELAN BARANG
BUKTI.
2 DSR HKM PSL 129, PSL 130, PSL 133 KUHAP.

3 LAPORAN HASIL PEMERIKSAANN TOXICOLOOG


(EXPERTISE).
4 SETELAH BARANG BUKTI SAMPAI DI LABORATORIUM
SEORANG AHLI MEMERIKSA SEBELUM BARANG BUKTI
DIBUKA, APAKAH CARA PENYEGELAN SESUAI DG PSL
129, PSL 130 DAN PSL 133 KUHAP.
5 KALAU TIDAK MEMENUHI SYARAT MAKA BARANG
BUKTI DIKEMBALIKAN KEPADA SI PENGIRIM
(PENYIDIK), DG PERMINTAAN PENYEGELAN
DIPERBAIKI LAGI.
6 KALAU MEMENUHI SYARAT ,MAKA BARANG BUKTI
DIBUKA DAN DIPERIKSA APAKAH SEMUA SESUAI DG
APA YG DICATAT SI PENGIRIM.
7 LALU BARANG BUKTI DIBAGI 3 BGN :
a. SEPERTIGA BAGIAN UNTUK BAHAN
PEMERIKSAAN
b. SEPERTIGA BAGIAN UTK DIKIRIMKAN KEMBALI
KPD SI PENGIRIM SETELAH PEMERIKSAAN
SELESAI,
c. SEPERTIGA BAGIAN UNTUK DIJADIKAN ARSIP.
1 YANG SEPERTIGA DIKIRIM KPD PENYIDIK ADALAH
UTK MEMBERI KESEMPATAN KPD PEMBELA PADA
WAKTU PERSIDANGAN NANTI BILA PERLU DAPAT
MENGAJUKAN SUATU ”CONTRA-EXPERTISE”
2 SELESAI PEMERIKSAAN OLEH TOXICOLOOG MAKA
DIKELUARKAN SSEBUAH LAPORAN DARI HASIL
PEMERIKSAAN YG DISEBUT ”EXPERTISE”. YAITU
LAPORAN TERTULIS SEORANG AHLI.
3 EXPERTISE DISERAHKAN KEPADA PENYIDIK
KEMUDIAN DITERUSKAN KPD DOKTER YG
MEMBEDAH DAN MEMERIKSA MAYAT SI KORBAN,
BARU AKAN DISELESAIKAN VISUM ET REPERTUM-NYA
4 JADI EXPERTISE INI TELAH DIAMBIL OLEH DOKTER
YG MEMBUAT VISUM ET REVERTUM TERSEBUT.

4. BENTUK DAN KEDUDUKAN EXPERTISE DALAM


PEMERIKSAAN PIDANA
1 EXPERTISE TIDAK DIATUR DALAM SUATU
ORDONANSI, MAKA BENTUKNYA TIDAK SERAGAM,
TAPI SUSUNANNYA SBB :
2 BAGIAN SATU : PENDAHULUAN.
MENGURAIKAN MENGENAI BARANG BUKTI YG
DITERIMA, BAGAIMANA KEADAANNYA, BERAPA
JUMLAH /BERATNYA DSB.
1 BAGIAN KEDUA : CARA PEMERIKSAAN.
DISEBUT SUMBER KEPUSTAKAAN DARI CARA-
CARA PEMERIKSAAN YG TELAH DIPAKAI.
METODE YG TDK TERDAPAT DLM LITERATUR
HARUS DITERANGKAN DG JELAS,

VISUM ET REPERTUM

Pengertian yg terkandung dlm Visum Et Repertum ialah : ”YANG DILIHAT


DAN DIKETEMUKAN”

Jadi Visum Et Repertum adalah suatu keterangan dokter


tentang apa yg ”dilihat dan diketemukan” di dalam melakukan
pemeeriksaan terhadap orang yg luka atau terhadap mayat. Jadi merupakan
kesaksian tertulis.

Visum Et Repertum merupakan CORPUS DELICTI (tanda bukti), seperti


dlm perkara pidana yg menyangkut perusakan tubuh dan kesehataan serta
membinasakan nyawa manusia, maka tubuh si korban merupakan CORPUS
DELICTI.

Tugas seorang dokter dlm bidang Ilmu Kedokteran Kehakiman adalah


membantu para petugas Kepolisian,, Kejaksaan dan Kehakiman dlm
mengungkap perkara pidana yg berhubungan dg perusakan tubuh, kesehatan
dan nyawa manusia.maka kerjanya harus obyektif.

TERTUDUH MENDERITA PENYAKIT JIWA ATAU TERGANGGU


JIWANYA

APABILA TERTUDUH MENDERITA PENYAKIT JIWA


MELAKUKAN PEMBUNUHAN MAKA;
 FORENSIC PSYCHIATRY (ILMU KEDOKTERAN JIWA
KEHAKIMAN) ADA TITIK TEMU DENGAN
 FORENSIC MEDICINE (ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN)
 KORBAN DIBAWA KE BAGIAN FOREISIC MEDICINE (ILMU
KEDOKTERAN KEHAKIMAN) UNTUK DIPERIKSA
LUAR/DALAM (BEDAH MAYAT = AUTHOPSY)
 TERTUDUH DIBAWA KEBAGIAN FORENSIC PSYCHIATRI
(ILMU KEDOKTERAN JIWA KEHAHIKAM, UNTUK
DIPERIKSA APAKAH DIA TERGANGGU JIWANYA PADA
WAKTU MELAKUKAN PEMBUNUHAN, APAKAH DIA
DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN PERBUATANNYA
DAN DAPAT DITUNTUT DI DEPAN PENGADILAN ATAU
TIDAK.
 MENURUT REGLEMENT DER KRANKZINNINGENWEZEN
TAHUN 1887 DULU DIATUR CARA-CARA/SYARAT-SYARAT
UNTUK MEMASUKAN PENDERITA PENYAKIT JIWA KE
RUMAH SAKIT JIWA, DENGAN MEMINTA
PSYCHIATRISCHE ATTEST, HANYA JAKSA/HAKIM
(KETUA) YANG BERHAK MENGIRIMKAN SEORANG
TERTUDUH YANG DISANGKA TERGANGGU JIWANYA
UNTUK DIOBSERVASI DI FASILITAS PSYCHIATRIS DAN
ORANG YANG DIRAWAT DISINI HARUS TERLEBIH DULU
DI VONIS HAKIM, KEMUDIAN BARURAH DAPAT
DIMASUKAN DAN DIRAWAT/DIOBATI
 UU POKOK KESEHATAN RI TAHUN 1965 BERDASARKAN
PERATURAN PELAKSANA UU KESEHATAN JIWA TH 1966
NO 23 YG DIKELUARKAN TH 1972, KEPOLISIAN BERHAK
MENGIRIMKAN TERTUDUH YANG DISANGKA
TERGANGGU JIWANYA (PSL 44(1) KUHPID. UNTUK
MEMINTA PSYCHIATRISCHE ATTEST, MAKA TERTUDUH
HARUS DIOBSERVASI DULU DALAM FASILITAS
PSYCHIATRI MINIMUM 2 MINGGU LAMANYA OLEH
SEORANG PSYATER ATAU DAPAT DIPERPANJANG. DAN
DISERTAI BERITA ACARA PEMERIKSAAN (BAB)
DICANTUMKAN SI TERTUDUH MELANGGAR PASAL
BERAPA DALAM KUHPID ATAU PERUNDANG-UNDANG
LAINNYA..
 VISUM PSYHIATRISCHE CONTOH VISUM PSYCHIATRI
UNTUK PIDANA RINGAN.SEPERI MELEMPARI NEON DI
JALAN DLL
 PSYCHIATRISCHE ATTEST, UNTUK PERISTIWA BERAT
ATAU TINDAK PIDANA BERAT SEPERTI PEMBUNUHAN
3 Kerangka dari Visum Et Repertum sbb ;
Karena ada kemungkinan
I. PENDAHULUAN
Di sebelah kiri atas ditulis kata-kata :
”PRO JUSTITIA”
Saya bertanda tangan dibawah ini : dr.........x........ pada hari
ini........... tanggal........ 19.......... telah memeriksa seorang/mayat,
seorang pria/wanita bernama........umur.......th, tempat tinggal
di.........atas permintaan........dalam suratnya tanggal.........No........
II. PEMBERITAAN ;
Dalam Pemberitaan harus lengkap yaitu dicantumkan segala ciri
yg ada pada si korban seperti pakaiannya, rambutnya, warna
kulit dll, akirnya tentang luka-lukanya, hal ini penting utk
menghindarkan kekeliruan.
Pemeriksaan dilanjutkan meliputi semua bagian tubuh yg penting
seperti otak, lambung, limpa (milt) dll walaupun lukanya bukan
dibagian itu.
Hal ini penting ada kemungkinan kematian seseorang bukan
disebabkan langsung oleh luka karena penganiayaan atau
tabrakan, akan tetapi misalnya disebabkan oleh ”terkejut”
(schok) atau karena memang limpanya pecah disebabkan ia telah
lama menderita penyakit malaria.
Sebagai catatan dapat dikemukakan bahwa Pemberitaan adalah
analoog dg suatu kesaksian, sebab dalam Pemberitaan dimasukan
segala apa yg dilihat dan diketemukan, Umpamanya dlm hal
tabrakan, pada Pemberitaanmemuat segala hal ihwal yg
berhubungan dg tabrakan itu sehingga akan sama dg kesaksian
dari orang yg melihat tabrakan itu, hanya bedanya jika kesaksian
dari orang yg melihat tabrakan itu diperoleh di tempat kejadian,
sedangkan Pemberitaan seorang dokter diperoleh dari barang
bukti yg diperiksanya.

III. KESIMPULAN.
Kesimpulan harus didasarkan pada ajaran Sebab dan Akibat
(causaliteits leer).Misalnya tidak boleh hanya dikatakan bahwa
kematian seseorang disebabkan karena perdarahan saja,
melainkan harus diterangkan juga bahwa perdarahan itu
disebabkan oleh luka pada limpanya dan lukanya itu disebabkan
pula oleh tusukan senata tajam.
Di bagian bawah harus dicantumkan ”sumpah”. Hal ini berarti
bahwa setiap Visum Et Revertum harus dibuat diatas sumpah
dokter.

Sumpah ini ada dua pendapat ialah :


1. Pada tiap-tiap Visum Et Repertum harus dicantumkan
Sumpah dokter yg khusus utk suatu pemeriksaan tersebut.
2. Berhubung dlm praktek sulit dilaksanakannya mk utk visum et repertum
dianggap cukup dg sumpah yg diucapkan oleh dokter ybs pada wkt pertama
kali menrima jabatan sbg dokter, hal ini berlaku baik di negeri Belanda
maupun di Indonesia (Staatsblad 1937 No. 350. Ordonansi tgl 22 Mei 1937).

MACAM-MACAM VISUM ET REPERTUM TENTANG LUKA


I. VISUM ET REVERTUM SEGERA ;
Yaitu visum et repertum dimana korban tidak perlu perawatan oleh
karena hanya mengalami luka-luka lecet saja
a.dalam hal ”penganiayaan ringan”
b.Tentang ” mayat”.

II. VISUM ET REVERTUM (SEMENTARA) ;


1 Yaitu Visum Et Repertum yg dibuat pada korban-korban yg perlu
perawatan. Visum Et Repertum sementara dibuat untuk alasan
penangkapan tersangka oleh polisi dan di dalamnya tidak dibuat
kesimpulan atau kualifikasi luka. Kualifikasi luka hanya dicantumkan
untuk kepentingan pengobatan sehingga korban perlu dirawat di
Rumah Sakit (dicantumkan pada visum et repertum lanjutan)
2 Diberikan kepada si korban yg masih dirawat dirumah
sakit,sehubungan penahanan pelaku tindak pidananya (dader-nya),
sesuai Psl 21 ayat (4) huruf a dan b KUHAP bahwa, penahana
sementara hanya dapat dilakukan bila, tindak pidana yang
bersangkutan diancam dg hukuman 5 th atau, jo Psl 351 ayat 1 dan Psl
353 aat 1 KUHP tentang ”luka”.
IV. VISUM ET REPERTUM ( LANJUTAN) :
1 Yaitu Vissum Et repertum yg dibuat oleh dokter setelah selesai
pengobatan. Visum Et Repertum lanjutan dibuat oleh
kemungkinan atas lukanya
2 sembuh sempurna,
3 Setelah dirawat mengalami cacat,
4 Meninggal dunia,

2 Visum Et Repertum lanjutan dibuat apabila ; setelah selesai


pengobatan,, korban meninggal, korban pindah dokter atau
korban pindah ke RS lain.
3 Contoh ; seseorang masuk ke emergensi. Pertama kali diperiksa
dibuat visum et repertum segera bila, luka-lukanya tidak perlu
dirawat. Bila perlu perawatan maka dibuat visum et repertum
sementara. Setelah ditransper ke bagian Bedah, dokter bedah yg
menanganinya akan membuat visum et repertum lanjutan.
4 Jika si korban yang masih di Rumah Sakit diberi visum et
repertum sementara, apabila keluar dari Rumah Sakit akan
diberikan Visum Et Repertum lanjutan.

Visum Et Repertum yang berhubungan dg ”luka” yg disebabkan


dg perbuatan tindak pidana. Maka terlebih dulu kita tinjau
pengertian ”penganiayaan” yg diatur dalam Bab XX KUHP.
Psl 351:
1) Penganiayaan dihukum dg hukuman penjara selama-lamanya 2 th 8
bln atau denda sebanyak Rp.4.500,-
2) Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, sitersalah dihukum penjara
selama 5 thn. (KUHP 90).
3) Jika perbuatan itu menjadikaan mati orangnya, dia dihukum penjara
selama 7 thn (338 KUHP)
4) Dengan penganiayan disamakan merusak kesehatan orang dg sengaja.
5) Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat dihukum. (KUHP
37,53, 184s, 353 s, 356, 487).

Menurut Yurisprudensi, pengertian ”penganiayaan” (mishandeling) yaitu


sengaja menyebabkan ;
1 Perasaan tidak enak (penderitaan), misal mendorong orang ke kali hingga
basah, menyuruh orang berdiri diterik matahari dan sebagainya.
2 Rasa sakit (pijn), misal mencubit, mendupak, memukul, menempeleng.
3 LUKA,misalnya mengiris,memotong, menusuk dg pisau dan lain-lain
4 Merusak kesehatan, misalnya orang sedang tidur dan berkeringat, di buka
jendela kamarnya, shg orang itu masuk angin.
5 Penganiayaan ini disebut ”Penganiayaan biasa”.
6 Jika ”penganiayaan biasa” ini berakibat luka berat (Psl 90 KUHP), maka
diancam dg hukuman yg lebih berat.

Psl 352 ;
1) Selain daripada apa yg tersebut dlm Psl 353 dan Psl 356, maka penganiayaan
yg tidak menyebabkan sakit atau halangan untuk melakukan jabatan atau
pekerjaan sbg penganiayaan ringan, dihukum penjara selama 3 bln atau
denda sebanyak Rp 4.5oo,- hukuman ini boleh ditambah 1/3nya, bila
kejahatan itu dilakukan terhadap orangyg bekerja padanya atau yg ada
dibawah perintahnya.
2) Percobaan melakukan kejahatan ini tdk dapat dihukum.

Tindak pidana ini disebut ”Penganiayaan ringan”


Yaitu penganiayaan yg tidak ;
a.menyebabkan sakit,
b.terhalang utk menjalankan jabatan atau pekerjaan sehari-hari.
- misal ; si A melukai jari kecil kelingking kiri si B main biola sbg
pekerjaannya sehari-hari,walaupun luka itu kecil, disini bukan
penganiayaan ringan, karena si B terhalang dlm pekerjaannya.

Psl 353 :
1) Penganiayaan yg dilakukan dg direncanakan terlebih dahulu dihukum
penjara selamaa 4 th.
2) Jika perbuatan itu menjadi luka berat, sitersalah dihukum penjara selama 7
th (Psl 90 KUHP).
3) Jika perbuatan itu menjadikan kematian orangnya ia dihukum penjara
selama 9 th.

Psl 354 :
1) Barangsiapa dg sengaja melukai berat orang lain, dihukum karena
menganiaya berat, dg hukuman penjara selama 8 th.
2) Jika perbuataan itu menjadikan kematian orangnya, sitersalah dihukum
penjara selama 10 th.

Ini dinamakan ”penganiayaan berat” (zware mishandeling)

Psl 355 :
1) Penganiayaan berat yg dilakukan dg direncanakan terlebih dahulu, dihukum
penjara selama 12 th.
2) Jika perbuatan itu menyebabkan kematian orangnya, si tersalah dihukum
selama 15 th.

Psl 90 ;
Yang dikatakan luka berat pada tubuh yaitu : Psl 184, 213 s, 288, 306, 333 s,
358, 360, 365, 495 s).
Penyakit atau luka, yg tdk boleh diharap akan sembuh lagi dg sempurna atau
yg dapat mendatangkan bahaya maut, terus menerus tidak cakap lagi
melakukan jabatan atau pekerjaan, tidak lagi memakai salah satu
pancaindera, kudung (rompong), lumpuh, berubah pikiran (akal) lebih dari 4
minggu lamanya, menggugurkan atau membunuh anak dari kandungan ibu.

Luka berat atau luka parah ialah :


1 Penyakit atau luka yg tak boleh diharap akan sembuh lagi dg sempurna
atau dapat mendatangkan bahaya maut.
2 Terus menerus tidak cakap lagi melakukan jabatan atau pekerjaan.
Misal ;penyanyi yg menjadi rusak kerongkongannya, sehingga tdk bisa
nyanyi lagi utk selamanya, ini termasuk luka berat
3 Tidak dapat memakai lagi/kehilangan salah satu pancaindera
(penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa lidah dan rasa kulit )
4 Kudung (rompong). ”verminking” (cacad sehingga jelek rupanya
karena ada sesuatu anggota badan yg putus, misalnya hidungnya
rompong, daun telinganya putus/teriris, jari tangan atau kakinya putus
dsb)
5 Menggugurkan kandungan aatau membunuh janin (bakal anak dalam
kandungan ibu).

DARI BAB XX TENTANG ’PENGANIAYAAN’ DAPAT DITARIK


KESIMPULAN BAHWA SUATU TINDAK PIDANA ”PENGANIAYAAN”
ITU MENGAKIBATKAN :
I. ”LUKA” dengan derajat luka atau kualifikasi luka sebagai berikut;
1) Luka derajat pertama (Luka gol C) ialah ; ”luka” yg tidak
berakibat penyakit atau halangan menjalankan jabatan pekerjaan”
–Psl 352 KUHP (penganiayaan ringan).
2) Luka derajat kedua (Luka gol B) ialah : ”luka” yg berakibat
penyakit atau halangan menjalankan jabatan atau pekerjaan untuk
sementara waktu---- Psl 351 (1) KUHP (Penganiayaan).
3) Luka derajat ketiga (luka gol A) ialah : ”Luka yg menyebabkan
rintangan/halangan tetap dalam menjalankan jabatan, pekerjaan
atau pencaharian”---Psl 351 (2), 353 (2), 354 (1), jo pasal 90
KUHP (penganiayaan yg mengakibatkan luka berat
=Zwaarlichamelijk letsel)

Yg harus diperhatikan ialah :


a. Jenis luka apa yg terjadi,
b. Jenis senjata apa yg menyebabkan terjadinya luka itu.
c. Kualifikasi dari pada luka itu.

II. ’KEMATIAN” ;-----Psl 351 (3) KUHP


Psl 353 (3) KUHP
Psl 354 (2) KUHP
Psl 355 (2) KUHP

KASUS-KASUS PERKARA PIDANA YG MEMERLUKAN


ADANYA VISUM ET REPERTUM.

a. Pembunuhan dg sengaja (doodslag) Psl 338, Psl 339, Psl 344 KUHP.
b. Pembunuhan anak setelah beberama melahirkan (kinderdoodslag) Psl 341
dan 342 KUHP.
c. Pembunuhan anak dalam kandungan (abortus provocatus criminalis) Psl
346, Psl 347, Psl 348 KUHP.
d. Pembunuhan yg direncanakan terlebih dahulu (met voorbedacte rade moord)
termasuk didalamnya, pembunuhan anak (kindermoord) dan bunuh diri
(zelfmoord) yaitu PSL 340, Psl 342 ,PSL 345 KUHP.
e. Penganiayaan (mishandeling) termasuk didalamnya penganiayaan ringan
(lichte mishandeling) dan penganiayaan ringan (lichte mishandeling) dan
penganiayaan berat (zware mishandeling) yaitu psl 351. Psl 352. Psl 353, psl
354, psl 355, psl 356 dan 358 KUHP.
f. Percobaan (poging) terhadap delik-delik yg disebut dalam sub a,b, c dan d.
g. Makar mati (aanslag met het oogmerk =aan het leven te beroven) yaitu Psl
104 KUHP.
h. Kematian karena culpa (veroorzaken van den dood door schuld) yaitu psl
359 KUHP.
i. Luka karena culpa (veroorzaken van den dood door schuld ) yaitu 360
KUHP..
j. Perkosaan (verkrachting) yaitu Psl 285, 286, 287, 288 KUHP.
k. Perzinahan (overspel) termasuk didalamnya perbuatan cabul (ontuchtige
handeling) dan homosexuil yaitu Psl 284, 289, 290, 293 KUHP.
l. Kasus keracunan yang diatur dalam Psl 133 ayat (1) KUHAP.

PEMBUNUHAN ANAK PADA WAKTU DILAHIRKAN ATAU SETELAH


BEBERAPA LAMA DILAHIRKAN

Hal ini telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana yaitu pada :
Pasal 341 : Seseorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya
ketika dilahirkan atau tidak beberapa lama sesudah dilahirkan,
karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak, dihukum
karena makar mati terhadap anak (kinderdoodslag), dengan
hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun.
Pasal 342 : Seorang ibu yang sengaja akan menjalankan keputusan yang ambilnya
sebab takut ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan
atau tidak lama kemudian daripada itu, dihukum karena
pembunuhan anak (kindermoord), yang direncanakan dengan
hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.
Bila dianalisis pasal-pasal tersebut maka kita akan menemukan unsur-unsurnya
sebagai berikut :
1. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh si ibu.
2. Rasa takut dari si ibu untuk diketahui.
3. Pada waktu melahirkan ataupun tidak lama kemudian.
Unsur ini terlebih dahulu harus diketahui, sesudah itu barulah diadakan tuntutan
apakah memenuhi Pasal 341 atau Pasal 342 KUHPidana. Tentang persoalan
tersebut di atas harus diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada dokter ialah:
a. Unsur dalam kandungan.
b. Apakah waktu dilahirkan hidup atau mati.
c. Sebab kematian.

ABORTUS
Abortus yaitu keluarnya hasil pembuahan (janin) yang belum waktunya
dikandungan ibu dan belum dapat hidup di luar kandungan.
Dalam dunia kedokteran abortus ini ialah kelahiran yang terjadi terbatas sampai
waktu 28 minggu umur janin, halmana sebenarnya kurang cocok dengan teknik
sekarang. Kalau kelahiran terjadi setelah umur janin lebih dari 28 minggu tetapi
kurang dari yang sebenarnya (40 minggu) maka hal ini dinamakan prematur.
Mengenai Abortus ini ada 2 macam yaitu :
1. Abortus provocatus medicalis :
Dalam hal ini tidak terdapat adanya sifat kriminal.
2. Abortus provocatus criminalis :
Proses pembuahan terjadi karena sperma masuk serta bercampur dengan sel
telur yang matang pada jarak1/3 bagian dari indung telur rahim.
Jika tidak terjadi pembuahan maka sel telur akan masuk ke dalam rahim dan
pada waktu menstruasi akan keluar.

TERTUDUH YANG MENDERITA PENYAKIT JIWA ATAU


TERGANGGU JIWANYA.

2 Forencsic psyhiatri (Ilmu Kedokteran Jiwa Kehakiman) dan Forensic


Medicine (Ilmu Kedokteran Kehakiman) yang dapat menyelesaikan kasus
ini.
3 Si korban dibawa ke bagian Forensic Medicine (IKK) untuk diadakan
pemeriksaan luar/dalam (bedah mayat = Authopsy),
4 Si tertuduh dibawa kebagian Forensic Psyhiatry (IK Jiwa Kehakiman), untuk
diperiksa apakah dia menderita penyakit jiwa/terganggu jiwanya atau tidak
pada saat melakukan tindak pidana (pembunuhan), apakah akibatnya dapat
dipertanggungjawabkan atas perbuatannya dan dapat dituntut di depan
pengadilan atukah tidak.
5 Reglement Der Krankzinnigen wezen th 1887 mengatur cara-cara/ syarat-
syarat untuk memasukan penderita penyakit jiwa ke Rumah Sakit Jiwa, cara-
cara minta Psyhiatrisch Attest, dan siapa-siapa saja yg berhak memintanya.
Hanya Jaksa/Hakim (ketua) yg berhak mengirimkan tertuduh yg disangka
terganggu jiwanya untuk di Observasi di Fasilitas Psychiatris. Seseorang
yang akan dirawat harus di vonis oeh Hakim,baru dapat masuk dan
dirawat/diobati.
6 Undang-Undang Pokok Kesehatan RI Th 1965 dan Peraturan Pelaksana
Undang-Undang Kesehatan Jiwa th 1966 No 23 yg dikeluarkan th 1972,
Kepolisian diberi hak untuk mengirimkan tertuduh yg disangka terganggu
jiwanya ( Psl 44 (1) KUHP.maka setiap penderita psychiatris biasa dapat
langsung membawa si penderita ke fasilitas Psychiatris, Tetapi untuk
penderita Psychiatris yg membunuh orang misalnya, tetap harus melalui
pengadilan dengan surat perintah hakim untuk dimasukan dirawat pada
fasilitas Psychiatris dan disertai ”Berita Acara Pemeriksaan”nya (proses
verbalnya)
7 Untuk meminta Psyhiatrische Attest, maka si tertuduh harus di Observasi
dulu dalam Fasilitas Psychiatri minimum 2 minggu, karena melakukan
tindak pidana berat seperti pembunuhan. dan Psychiater dapat minta
diperpanjang lamanya.
8 Visum Psychiatris diberikan kepada orang yg melakukan tindak pidana
ringan misal merusak lampu di jalan, mencuri pakaian, makan tidak bayar
9 Dalam ’Berita Acara Pemeriksaan’ harus mencantumkan tertuduh melanggar
pasal berapa dalam KUHPatau Perundang-undangan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai