Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum adalah sebuah produk dialektika evolusioner masyarakat niscaya harus terus
berkembang dalam lingkungan zaman dan waktu, hukum yang dulu dianggap sebagai suatu
keniscayaan, sehingga lambat laun mulai ditinggalkan dan digantikan perannya oleh hukum yang
lebih relevan bagi zaman dan waktu tertentu. Namun, kajian yang sangat menarik dalam ranah
perkembangan ilmu hukum adalah dari masa ke masa tidak terjadi suatu loncatan revolusioner
sebagaimana yang terjadi dalam ilmu eksak, hukum sebagai ilmu yang berkembang secara
komulatif dan evolusi dimana perkembangan ilmu hukum tidak dapat di prediksi secara matematis,
namun harus dengan pendekatan filosofis yang juga menyangkut akan keyakinan suatu individu
atau masyarakat terhadap hukum tersebut. 1

Pada dasarnya Undang-Undang Dasar 1945 tentang sistem pemerintahan Indonesia


berdasarkan atas hukum (rechtstaat) bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (machstaat), dalam
hal ini terlihat bahwa kata “hukum” dijadikan lawan kata “kekuasaan”. Tetapi apabila kekuasaan
adalah serba penekanan, intimidasi, tirani, kekerasan, dan pemaksaan maka secara filosofis dapat
saja hukum di manfaatkan oleh pihak tertentu yang menguntungkan dirinya tetapi merugikan
orang lain.

Hubungannya dengan hal tersebut di atas, maka sesungguhnya perlu dipahami akan makna
dari filsafat hukum. Sehingga, filsafat hukum mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
dasar dari hukum. Pertanyaan-pertanyaan tentang “hakikat hukum”, tentang “dasar –dasar bagi
kekuatan mengikat dari “hukum” merupakan contoh – contoh pertanyaan yang bersifat mendasar
itu. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa dihadapkan kepada ilmu hukum positif.

1
http://www.academia.edu/30228426/makalah_filsafat_hukum_aliran-
aliran_dalam_filsafat_hukum_Puspa_Dwi_Labarina_2016 diakses pada Selasa, tanggal 25 Desember 2018

1
Sekalipun sama-sama menggarap bahan hukum, tetapi masing-masing mengambil sudut
pemahaman yang berbeda sama sekali. Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata
hukum tertentu dan mempertanyakan konsistensi logis asas-asas, peraturan-peraturan, bidang-
bidang serta sistem hukumnya sendiri.

Berbeda dengan pemahaman yang demikian itu, filsafat hukum mengambil fenomena
secara universal sebagai sasaran perhatiannya, untuk kemudian dikupas dengan menggunakan
standar analisa. Suatu hal yang menarik adalah, bahwa “ilmu hukum” atau “jurisprudence” juga
mempermasahkan hukum dalam kerangka yang tidak berbeda dengan filsafat hukum. Ilmu hukum
dan filsafat hukum adalah nama-nama untuk satu bidang ilmu yang mempelajari hukum secara
sama.2

Berbicara mengenai filsafat hukum, filsafat hukum mempunyai beberapa aliran yang
tentunya bertitik tolak dari hukum itu sendiri. Konon sepanjang sejarah hukum dari zaman Yunani
kuno atau Romawi hingga dewasa ini, kita dihadapkan dengan berbagai macam teori hukum.
Menurut Rahardjo aliran filsafat hukum terbagi menjadi beberapa aliran yaitu : teori Yunani dan
Romawi, hukum alam, positivisme dan utilitarianisme, teori hukum murni, pendekatan sejarah dan
antropologi, dan pendekatan sosiologis.

Adanya aliran-aliran filsafat hukum menunjukkan betapa kompleksnya hukum itu dengan
berbagai sudut pandangnya. Jika hukum dapat diartikan dengan berbagai macam maka begitu juga
dengan tujuannya. Setiap aliran berangkat dari argumentasinya sendiri. Pemahaman terhadap
aliran-aliran tersebut akan membuat wawasan kita semakin kaya dan terbuka dalam memandang
hukum dan masalah-masalahnya. Di dalam makalah ini, hanya akan di uraikan mengenai aliran
hukum alam dalam filsafat hukum.3

2
https://www.academia.edu//99179179/MAKALAH_FILSAFAT_HUKUM_DOC_PDF_ diakses pada Selasa, tanggal
25 Desember 2018

3
http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/07/aliran-hukum-alam.html?m=1 diakses pada
Selasa, tanggal 25 Desember5 2018

2
Aliran hukum alam ialah aliran filsafat hukum Barat yang memandang hukum alam
sebagai hukum yang berlaku universal dan abadi. Aliran hukum alam merupakan suatu teori untuk
suatu masa pertumbuhan yang timbul untuk memenuhi kebutuhan dari tingkatan equity (
pelaksanaan hukum bukan bedasarkan undang-undang yang tertulis melainkan berdasarkan jiwa
keadilan). Hukum alam ditanggapi tiap-tiap orang sebagai hukum oleh sebab menyatakan apa yang
termasuk alam manusia sendiri, yaitu kodratnya. Hukum alam adalah suatu hukum yang berlaku
di mana-mana karena hubungannya langsung dengan aturan alam. Hukum itu tidak pernah
berubah, tidak pernah lenyap dan berlaku dengan sendirinya. Hukum alam dibedakan dengan
hukm positif, yang seluruhnya tergantung dari ketentuan manusia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi fokus dalam penulisan makalah ini
akan dibatasi menjadi permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengertian dari aliran hukum alam?

2. Bagaimana sejarah dan perkembangan aliran hukum alam?

3. Bagaimana macam-macam aliran hukum alam dan pendapat para tokoh-tokohnya?

C. Tujuan

Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut maka tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian dari aliran hukum alam.

3
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan aliran hukum alam.

3. Untuk mengretahui macam-macam aliran hukum dan pendapat para tokoh-tokohnya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Hukum Alam

Aliran hukum alam adalah aliran yang tertua dalam sejarah pemikiran manusia mengenai
hukum. Menurut aliran ini, selain dari pada hukum positif yang merupakan buatan manusia masih
ada juga hukum yang lain yaitu hukum yang berasal dari Tuhan yang disebut hukum alam.
Pengertian hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku universal dan abadi. Hukum alam
dianggap lebih tinggi dari hukum yang sengaja dibuat oleh manusia.

Hukum alam sesungguhnya merupakan suatu konsep yang mencakup banyak teori di
dalamnya. Berbagai anggapan dan pendapat yang dikelompokkan ke dalam hukum alam
bermunculan dari dari masa ke masa. Dengan mempelajari sejarah hokum alam, maka kita akan
mengkaji sejarah manusia yang berjuang untuk menemukan keadilan yang mutlak di dunia ini
serta kegagalan-kegagalannya. Pada suatu saat hukum alam akan muncul dengan kuatnya, pada
saat yang lain ia abaikan, tetapi yang pasti hukum alam tidak akan pernah mati.4

Menurut Hugo De Groot ( Grotius) berpendapat, hukum alam dipandang sebagai


pencetusan rasio manusia yang berkaitan dengan apakah suatu laku manusia itu dianggap baik atau
buuk, apakah tindakan manusia itu dapat diterima atau ditolak atas dasar kesusilaan.

4
http://asikinzainal.blogspot.com/2012/08/?m=1 diakses pada Selasa, tanggal 25 Desember 2018

4
Adapun pengertian hukum alam mempunyai beberapa arti antara lain:

1. Hukum alam merupakan ideal-ideal yang menuntun perkembangan hukum dan


pelaksanannnya.
2. Suatu dasar hukum yang bersifat “moral” yang menjaga jangan sampai terjadi suatu
pemisahan secara total antara yang ada sekarang dengan yang seharusnya.
3. Suatu metode untuk menemukan hukum yang sempurna.
4. Isi hukum yang sempurna yang dapat dideduksikan melalui akal.
5. Suatu kondisi yang harus ada bagi kehadiran hukum.

Aliran hukum alam sendiri mempunyai kelebihan dan kekurangan . Kelebihannya yaitu,
dapat mengembangkan dan membangkitkan kembali orang untuk berfilsafat hukum dalam
mencari keadilan, mengembangkan perlindungan hukum terhadap HAM, mengembangkan hukum
internasional. Sedangkan kekurangan aliran hukum alam yaitu, karena tidak jelasnya apa yang
dimaksud dengan “hukum alam” itu. Akibatnya, pengertian tentang hukum alam itu menjadi
sangat subjektif, bergantung pada penafsiran masing-masing orang atau ahli yang
menganjurkannya.

B. Sejarah dan Perkembangan Aliran Hukum Alam

 Sejarah

Sama halnya dengan banyak bidang studi lainnya, sejarah hukum dari alam (the law of
nature) dimulai pada zaman Yunani, Filsafat Yunani melahirkan standar yang absolut mengenai
hak dan keadilan. Hal ini didasarkan pada kepercayaan pada berlakunya kekuasan supernatural
atas hukum, dimana manusia seharusnya mematuhinya. Pernyataan riil pertama dari Teori Hukum
Alam dari sudut terminologi filsafat berasal dari abad ke 6 SM, Hukum manusia dikatakan
mendapat tempatnya dalam tatanan benda-benda berdasarkan atas kekuatan yang mengontrol
segala hal. Reaksi dari jajaran ini datang pada abad-abad berikutnya dimana ada perbedaan dan
kemungkinan timbulnya konflik antara Hukum Alam dan Hukum yang dibuat oleh manusia. Pada

5
zaman Yunani, Aristoteles dan Plato membangun kembali hukum alam, ia mengganggap manusia
adalah bagian dari alam.5

Menurut Friedman aliran hukum alam timbul karena kegagalan umat manusia dalam
mencari keadilan yang absolut, sehingga hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku
universal dan abadi. Hukum alam dianggap derajatnya paling tinggi, hukum alam itu sebenarnya
bukan merupakan satu jenis hukum, tetapi penanaman seragam untuk banyak ide yang
dikelompokkan menjadi satu nama yaitu hukum alam. Salah satu pemikiran hukum alam yang
khas adalah tidak dipisahkannya secara tegas antara hukum dan nilai moral.

Pada umumnya penganut aliran hukum alam memandang hukum dan moral sebagai
pencerminandan pengaturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia dan hubungan
sesama manusia. Didalam aliran hukum alam terdapat suatu pembedaan-pembedaan, yaitu :

1. Hukum Alam sebagai metode

Adalah yang tertua yang dapat dikenali sejak zaman yang kuno sekali sampai pada
permulaan abad pertengahan. Hukum ini memusatkan perhatiannya pada usaha untuk menemukan
metode yang bisa digunakan untuk menciptakan peraturan-peraturan yang mampu untuk
mengatasi keadaan yang berlain-lainan.

2. Hukum Alam sebagai subtansi atau isi yang berisikan norma-norma

Peraturan-peraturan dapat diciptakan dari asas yang mutlak yang lazim dikenali dengan
peraturan hak asasi manusia. Ciri hukum alam seperti ini merupakan ciri dari abad ke 17 dan abad
ke 18 untuk kemudian pada abad berikutnya digantikan oleh positivism hukum. Dalam memahami
ajaran hukum alam maka terlebih dahulu harus dibedakan antara pemikiran hukum alam yang
tumbuh di Yunani dan pemikiran Romawi. Dan yang perlu diketahui adalah bahwa tidak ada teori
yang tunggal tentang hukum alam, masing-masing filsuf yang menganut ajaran ini cenderung
mempunyai pandangan khas masing-masing. Perbedaan pokok antara pemikiran Yunani dan
pemikiran Romawi tentang hukum lebih bersifat teoritis dan filosofis, sedangkan pemikiran
Romawi lebih menitik beratkan pada hal –hal yang praktis dan dikaitkan pada hukum positif

5
E-dokumen.kemenag.go.id diakses pada Rabu, tanggal 26 Desember 2018

6
 Perkembangan

Perkembangan hukum alam sebenarnya sudah mulai muncul pada abad pertengahan .
Aliran hukum alam sebelum abad pertengahan dapat ditelusuri dari masa kerajaan Yunani dan
Romawi. Pada masa kerajaan Yunani pemikiran tentang hukum yang bercorak teoritis berkembang
begitu subur karena :

1. Kecenderungan orang untuk berpikir spekulatif serta persepsi intelektualnya untuk


menyadari adanya tragedi kehidupan manusia serta konflik-konflik dalam kehidupan di
dunia.
2. Munculnya fenomena negara kota (polis) yang diikuti kekacauan sosial, konflik-konflik di
dalamnya serta pergantian pemerintah yang begitu sering.

Kondisi-kondisi tersebut diatas melahirkan pemikiran-pemikiran yang kritis terhadap


hukum dalam kaitannya dengan persoalan kekuasaan dan keadilan. Plato mengungkapkan sebuah
konsepnya bahwa keadilan akan tercipta apabila seseorang mengurusi pekerjaanya sendiri dan
tidak mencampuri urusan orang lain. Menurut pendapat Aristoteles sendiri negara berdasarkan
hukum bukanlah alternatif terbaik tetapi alternative yang paling praktis untuk mencapai kehidupan
yang sejahtera. Hukum adalah penjelmaan dari akjal, bukan nafsu-nafsu. Hanya akal dan Tuhan
saja yang boleh memerintah. Sumbangan Aristoteles yang lain adalah konsepsinya tentang
keadilan yaitu :

1. Keadilan distributif, menyangkut pembagian barang dan kehormatan kepada masing-


masing orang sesuai dengan tempatnya dimasyarakat.
2. Keadilan komulatif, adalah standar umum guna memperbaiki atau memulihkan
konsekuensi-konsekuensi dari suatu tindakanyang telah dilakukan dalam hubungannya
dengan orang lain.

Pada abad pertengahan hukum alam berkembang semakin pesat. Banyak filsuf-filsuf baru setelah
Plato dan Aristoteles yang muncul pada abad sebelumnya.

7
C. Macam-Macam Aliran Hukum Alam dan Pendapat Para Tokoh-Tokohnya

Berdasarkan pada sumbernya, maka aliran hukum alam dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu sebagai berikut :

1. Hukum alam irrasional,

Aliran hukum alam ini berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu
bersumber dari Tuhan secara langsung. Aliran hukum alam ini di kembangkan oleh para pemikir
sekolastik pada abad pertengahan. Adapun pemikiran tokoh-tokoh aliran hukum alam irrasional
yaitu :

 Thomas Aquinus

Filsafatnya berkaitan erat dengan teologia. Mengakui di samping kebenaran wahyu


terdapat juga kebenaran akal, akan tapi ada pengetahuan yang tidak dapat ditembus oleh akal tetapi
memerlukan iman. Maka, pengetahuan menurutnya terdapat dua pengetahuan yang saling
beriringan yaitu: pertama, pengetahuan alamiah (berpangkal pada akal), dan kedua, pengetahuan
iman yang berpangkal pada wahyu.6

Berkaitan dengan hukum, Aquinus mendefinisikannya sebagai ketentuan akal untuk


kebaikan umum, yang dibuat oleh orang yang mengurus masyarakat. Berkaitan dengan hal ini,
Friedman menggambarkan pemikiran Aquinus sebagai berikut: sejak dunia diatur oleh ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan Tuhan, maka seluruh masyarakat dialam semesta diatur oleh akal yang
berasal dari Tuhan. Hukum Tuhan berada di atas segala-galanya. Akan tapi tidak semua hukum
Tuhan dapat diperoleh oleh manusia, dan diungkapkan melalui hukum abadi sebagai penjelmaan
kearifan Tuhan, yang mengatur semua tindakan dan pergerakan. Hukum alam adalah bagian dari
hukum Tuhan, bagian yang diungkapkan dalam pikiran alam. Manusia, sebagai makhluk yang
berakal, menerapkan bagian dari hukum Tuhan ini terhadap kehidupan manusia, sehingga ia dapat

6
Pound, Roscoe, An Antrodaction To The Philosph Af Law, diterjemahkan oleh M.Radjab, Jakarta: Bhratara Niaga ,
1996

8
membedakan yang baik dan buruk. Hal ini berasal dari prinsip-perinsip hukum abadi sebagaimana
terungkap dalam hukum alam yang merupakan sumber dari sumber hukum manusia.

Lebih lanjut Aquinus membagi hukum terhadap empat macam, yaitu:

1. Lex aeterna, yaitu hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia.

2. Lex divina yaitu hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia.

3. Lex naturalis atau hukum alam, yaitu penjelmaan lex aeterna ke dalam rasio manusia.

4. Lex positivis yaitu penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia di dunia.

 Jhon Salisbury

Jhon Salisbury merupakan seorang rohaniawan pada abad pertengahan. Pandangan Jhon
Salisbury banyak mengkritik kesewenang-wenangan penguasa, menurutnya, gereja dan negara
perlu bekerja sama. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan penguasa wajib memperhatikan
hukum tertulis dan hukum tidak tertulis (hukum alam) yang mencerminkan hukum-hukum Tuhan.
Merupakan tugas rohaniawan agar membimbing penguasa supaya tidak merugikan rakyat, bahkan
menurutnya penguasa itu harus menjadi abdi gereja.

 Dante Alighieri

Filsafat Dante sebagian besar merupakan tanggapan atas situasi yang kacau pada saat itu.
tepatnya pada saat abad perengahan di mana Jerman dan Prancis menghadapi perselisihan dengan
kekuasaan paus di Roma. Dante sangat menentang penyerahan kekuasaan duniawi kepada gereja.
Menurutnya keadilan akan dapat ditegakkan apabila pelaksanaan hukum diserahkan kepada satu
tangan saja, berupa pemerintahan yang absolut. Rupanya Danke berusaha memberikan legitimasi
terhadap kekuasaan monarki yang bersifat mondial. Monarki dunia yang menjadi badan tertinggi
yang memutuskan perselisihan antara penguasa satu dengan yang lainnya. Namun, dasar hukum
yang dijadikan pegangan adalah hukum alam, yang mencerminkan hukum-hukum Tuhan

 PieRe Dubois

PieRe Dubois merupakan filusuf terkemuka Prancis sekaligus sebagai pengacara raja
Prancis. Maka tidak heran jika pandangan-pandangannya pro penguasa. Ia mencita-citakan
kerajaan Prancis yang maha luas, yang menjadi pemerintah tunggal dunia. PieRe dubois

9
berpandangan bahwa penguasa (raja) dapat langsung menerima kekuasaan dari Tuhan tanpa perlu
melewati pemimpin gereja. Bahkan ia ingin agar kekuasaan duniawi gereja (paus) di cabut dan
diserahkan kepada raja.

 Marsilius Padua dan William Occam

Kedua tokoh ini memiliki banyak persamaan pandangan. keduanya termasuk tokoh
penting abad k-14 dari ordo fransiscan dan pernah memberi kuliah di sebuah universitas di kota
Paris. Keduanya sama-sama dikeluarkan dari gereja oleh paus. Marsilius Padua; Negara berada
di atas kekuasaan Paus. Kedaulatan tertinggi ditangan Rakyat dan hukum harus mengabdi pada
rakyat. Filsafat Occam sering disebut nominalisne lawan dari pemikiran Thomas. Occam bahwa
rasio manusia tidak dapat memastikan suatu kebenaran.

 John Wycliffe (1320-1384) dan Johannes Huss (1369-1415)

Bagi Wicliffe Gereja dan pemerintah memiliki lahan masing-masing, tidak boleh saling
mencampuri. Huss menyatakan bahwa gereja tidak perlu mempunyai hak milik, penguasa dapat
merampas hak yang disalah gunakan oleh gereja.

2. Hukum alam rasional

Aliran hukum alam rasional berpendapat bahwa sumber dari hukum yang universal dan
abadi itu adalah rasio manusia. Adapun pemikiran tokoh-tokoh aliran hukum alam rasional yaitu:

 Hugo De Groot (Grotius) (1583-1645)

Grotius dikenal sebagai bapak hukum internasional karena mempopulerkan konsep-


konsep hukum dalam hubungan antar Negara, seperti hukum perang dan damai serta hukum laut.
Menurutnya hukum bersumber dari rasio manusia dan tidak dapat diubah walaupun oleh Tuhan,
tetapi diberi kekuatan mengikat oleh Tuhan.

 Samuel V.P. (1632-1694) dan Christian Thomasius (1655-1728)

Samuel (Jerman); hukum alam adalah aturan yang berasal dari akal pikiran yang murni.
Menurutnya hukum alam yang lahir dari factor-faktor yang bersifat takdir dan berdasarkan sifat

10
manusia yang fitri, seperti naluri akan terdesak kebelakang. Disisi lain undang-undang akan
semakin maju. Menurut Thomasius manusia hidup dengan berbagai macam Naluri yang
bertentangan, sehingga diperlukan aturan yang mengikat.

 Immanuel Kant (1724-1804)

Dikenal sebagai penganut filsafat kritis dengan paham empirisme, berpendapat bahwa
sumber pengetahuan manusia bukan rasio, melainkan pengalaman (empiris), tepatnya pengalaman
yang berasal dari pengenalan inderawi, filsafat kantesius dari empiris dengan rasional yakni filsafat
rasionalis yang memulai perjalanan dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-
batas rasio.

Contoh Kasus :

Kasus Penerapan Hukum Alam Dalam Putusan Pengadilan

Hukum Alam dan Hak Milik Intelektual, PT. Tancho Indonesia Co. Ltd. V. Wwong Kiong,
No. 521/1971 G (1972)

Dalam sengketa merek yang cukup menarik dan telah menjadi yurisprudensi, yaitu sama
secara keseluruhan, untuk jenis barang yang sama. Dalam PT Tancho Indonesia, Co Ltd, adalah
pemilik merek “Tancho” yang sah dan berkedudukan di Osaka Jepang. Menurut Penggugat,
Tergugat (Wong A Kiong telah) meniru merek Penggugat yang sama secara keseluruhan untuk
jernis barang yang sama (kosmetik).7

Dalam gugatannya, Penggugat menyatakan bahwa merek dagang “Tancho” tersebut


terdiri dari dua huruf kanji dan gambar burung terbang dalam lingkaran untuk barang-barang
kosmetik dan telah didaftarkan sejak tahun1961 di Philipina, Singapore dan Hongkong, serta pada
tahun itu juga barang-barang keluaran Tancho tersebut telah dikenal di Indonesia. Untuk
melancarkan perdagangan di Indonesia, Tancho, Co. Mengadakan Joint Venturre N.V. The City
Factory, sehingga terbentuklah PT Tancho Indonesia , Co. Ltd. Kemudian Penggugat
mendaftarkan mereknya di Indonesia,tetapi secara lisan ditolak oleh Kantor Merek.

7
http://www.academia.edu/9963829/HAK_MILIK_INTELEKTUAL_DAN_PUTUSAN-
PUTUSAN_PENGADILAN_Erman_Rajagukguk

11
Rupanya Tergugat Wong A Kiong telah meniru merek Penggugat dan sama secara
keseluruhan untuk jenis barang yang sama (kosmetik), bahkan Tergugat menyatakan sebagai
pemakai merek Tancho pertama di Indonesia, dan telah mendaftarkannya di Kantor Merek. Selain
dari itu, Tergugat mencantumkan dalam label merek, seoalah-olah produksi barang buatan luar
negri, padahal buatan dalam negri.

Pengadilan Negri Jakarta Pusat dalam putusannya menyatakan, bahwa Tergugat Wong
A Kiong adalah satu-satunya yang berhak di wilayah Indonesia karena pendaftar pertama. Atas
putusan itu PT. Tancho Indonesia naik kasasi ke Mahkamah Agung. Mahkamah Agung
berpendapat, antara lain sesuai dengan maksud yang pada waktu itu masih menggunakan Undang-
Undang Merek 1961 yang mengutamakan perlindungan terhadap khalayak ramai, maka perkataan
“pemakai pertama di Indinesia” harus ditafsirkan sebagai “pemakai pertama di Indonesia yang
jujur dan beritikad baik”, sesuai dengan azas hokum bahwa perlindungan diberikan kepada orang
yang beritikad baik dan tidak kepada orang yang beritikad buruk. Mahkamah Agung kemudian
membatalkan putusan Pengadilan Negri dan menyatakan Penggugat adalah pemilik dan pemakai
pertama merek dagang Tancho di Indonesia. Putusan perkara Tancho tersebut merupakan
terobosan Mahkamah Agung yang mengikuti Hukum Alam, yaitu orang harus beritikad baik dan
tidak boleh mencuri milik orang lain.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan atau penjelasan diatas, menurut pendapat kelompok kami dapat
menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah “ Aliran Hukum Alam Dalam Filsafat Hukum”
Penyusun menyimpulkan Aliran hukum alam adalah aliran yang tertua dalam sejarah pemikiran
manusia mengenai hukum. Menurut aliran ini, selain dari pada hukum positif yang merupakan
buatan manusia masih ada juga hukum yang lain yaitu hukum yang berasal dari Tuhan yang
disebut hukum alam. Pengertian hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku universal
dan abadi. Hukum alam dianggap lebih tinggi dari hukum yang sengaja dibuat oleh manusia.

Menurut Friedman aliran hukum alam timbul karena kegagalan umat manusia dalam
mencari keadilan yang absolut, sehingga hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku
universal dan abadi. Hukum alam dianggap derajatnya paling tinggi, hukum alam itu sebenarnya
bukan merupakan satu jenis hukum, tetapi penanaman seragam untuk banyak ide yang
dikelompokkan menjadi satu nama yaitu hukum alam. Salah satu pemikiran hukum alam yang
khas adalah tidak dipisahkannya secara tegas antara hukum dan nilai moral. Dan pada
perkembangannya di abad pertengahan hukum alam berkembang semakin pesat. Banyak filsuf-
filsuf baru setelah Plato dan Aristoteles yang muncul pada abad sebelumnya.

Berdasarkan pada sumbernya, maka aliran hukum alam dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu hukum alam irrasional dan hukum alam nasional. Hukum alam irrasional berpendapat
bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung. Aliran
hukum alam ini di kembangkan oleh para pemikir sekolastik pada abad pertengahan sedangkan
hukum alam rasional berpendapat bahwa sumber dari hukum yang universal dan abadi itu adalah
rasio manusia.

Hugo De Groot sendiri berpendpat bahwa hukum alam dipandang sebagai pencetusan rasio
manusia yang berkaitan dengan apakah suatu tingkah laku manusia itu dianggap baik atau buruk
apakah tindakan manusia itu dapat diterima atau ditolak atas dasar kesusilaan alam. Hubungan
kasus diatas dengan aliran hukum alam sendiri yaitu, karena Wong A Kiong telah meniru merek

13
Penggugat yang sama secara keseluruhan untuk jenis barang yang sama (kosmetik) dengan merek
“Tancho” yang terlebih dahulu mendaftarkan mereknya secara sah dan berkedudukan di Osaka
Jepang maka, dalam putusan perkara Tancho tersebut Mahkamah Agung dalam putusannya
melakukan terobosan hukum yaitu dengan mengikuti hukum alam yaitu orang harus beritikad baik
dan tidak boleh mencuri milik orang lain sehingga, perlindungan hukum hanya diberikan kepada
orang yang beritikad baik dan tidak kepada orang yang beritikad buruk.

kelebihan dan kekurangan aliran hukum alam. Kelebihannya yaitu, dapat mengembangkan
dan membangkitkan kembali orang untuk berfilsafat hukum dalam mencari keadilan,
mengembangkan perlindungan hukum terhadap HAM, mengembangkan hukum internasional.
Sedangkan kekurangan aliran hukum alam yaitu, karena tidak jelasnya apa yang dimaksud dengan
“hukum alam” itu. Akibatnya, pengertian tentang hukum alam itu menjadi sangat subjektif,
bergantung pada penafsiran masing-masing orang atau ahli yang menganjurkannya.

B. Saran

Kelompok kami mnyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannnya, maka dari itu kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak yang
mendukung untuk perbaikan makalah ini, akhir kata kami mengucapkan banyak-banyak
terimaksih.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/30228426/makalah_filsafat_hukum_aliran-
aliran_dalam_filsafat_hukum_Puspa_Dwi_Labarina_2016 diakses pada Selasa, tanggal 25
Desember
2018https://www.academia.edu//99179179/MAKALAH_FILSAFAT_HUKUM_DOC_PDF_
diakses pada Selasa, tanggal 25 Desember 2018

http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/07/aliran-hukum-alam.html?m=1
diakses pada Selasa, tanggal 25 Desember5 2018

http://asikinzainal.blogspot.com/2012/08/?m=1 diakses pada Selasa, tanggal 25 Desember 2018

E-dokumen.kemenag.go.id diakses pada Rabu, tanggal 26 Desember 2018

Pound, Roscoe, An Antrodaction To The Philosph Af Law, diterjemahkan oleh M.Radjab, Jakarta:
Bhratara Niaga , 1996

http://www.academia.edu/9963829/HAK_MILIK_INTELEKTUAL_DAN_PUTUSAN-
PUTUSAN_PENGADILAN_Erman_Rajagukguk

15

Anda mungkin juga menyukai