Anda di halaman 1dari 21

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...

; Samsubar Saleh

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Pinjaman Luar Negeri serta Imbasnya
terhadap APBN
Samsubar Saleh
Universitas Gadjah Mada
samsubar@yahoo.com
The research and study cover a theoretical discussion and empirical study on factors
affecting the Indonesian Government’s foreign debt and their impact on the State Rev-
enues and Expenditures Budget (APBN) based on annual data from 1970 to 2008. The
research employs the Error Correction Model (ECM) approach by applying the Ordinary
Least Square (OLS) method. The research results indicate that within a long-term period,
there was a balance between changes in the Indonesian Government’s foreign debts and
macro-economic variables, i.e. budget deficit, exchange rate, export, GNP level, and dummy
variables for the 1997 economic crisis, despite the fact that the budget deficit variable did
not significantly affect the Indonesian Government’s foreign debts within the observed
period. On the other hand, within a short-term period changes in the Indonesian Government’s
foreign debts were affected significantly by dummy variables for the 1997 economic crisis
and the ECT variable. Within such a period, the budget deficit, exchange rate, export, and
GNP level variables did not significantly affect by the Indonesian Government’s foreign
debts. Thus, it could be concluded that the Indonesian Government’s foreign debts tended
to respond to changes occurring in macro-economic variables, especially export, exchange
rate, economic growth, and condition of foreign debts post-1997 economic crisis.
Keywords: foreign debt, budget, balance, macro-economic.

Pendahuluan di sisi lain pembayaran pinjaman yang telah


jatuh tempo juga menjadi beban dalam
D alam beberapa dekade terakhir
kebijakan pinjaman luar negeri Indone-
sia selalu menjadi bagian yang tidak
anggaran pemerintah sebagai pos
pengeluaran yang harus diperhitungkan.
terpisahkan dalam sistem keuangan suatu Krisis pinjaman luar negeri menjadi
negara sebagai salah satu sumber masalah yang sangat krusial dan menjadi
pembiayaan pembangunan dan menutupi beban perekonomian yang sangat berat.
defisit anggaran guna menunjang kondisi Pembayaran utang luar negeri tersebut
fiskal yang berkesinambungan. Kondisi setiap tahun bisa mencapai US$6 miliar
pinjaman luar negeri Indonesia hingga saat sampai US$7 miliar. Dalam rupiah sekarang
ini memang telah mencapai jumlah yang setara dengan jumlah uang sekitar Rp 60
sangat besar dan cukup memprihatinkan. triliun-Rp 70 triliun (Media-Indonesia, 16 Juli
Di samping itu juga menjadi dilema 2007). Dalam APBN-P 2007 ditetapkan tar-
tersendiri bagi pemerintah karena di satu sisi get pembiayaan luar negeri neto sebesar
pinjaman merupakan salah satu sumber minus Rp 12,54 triliun (net transfer negatif).
penerimaan pemerintah dalam anggaran dan Artinya, pemerintah membayar pinjaman

343
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008

luar negeri lebih besar dibandingkan dengan pada masa itu, di mana sebagian besar
penyerapan pinjaman baru. Pembayaran pinjaman luar negerinya didapat dari Negara-
cicilan pokok utang luar negeri mencapai negara Eropa Timur. Pada masa orde baru
Rp 54,75 triliun, sedangkan pinjaman yang secara ekonomi mewarisi berbagai
ditarik mencapai Rp 42,21 triliun (Kompas, permasalahan yang terjadi pada orde lama,
28 November 2007). di mana mengalami gagal membayar
Dengan demikian, kondisi ini akan pinjaman luar negerinya sebesar US$ 2,4
menciptakan hubungan sebab akibat antara miliar, hiperinflasi mencapai sebesar 600
penerimaan pinjaman dengan kewajiban persen, dan produksi industri yang hanya
membayar atas pinjaman yang digunakan. mencapai 20 persen dari kapasitasnya. Pada
Hal ini juga akan menjadi sebuah tugas yang pemerintahan orde baru, sejak awal
besar bagi pemerintah untuk melakukan pemerintahannya melaksanakan kebijakan
manajemen anggaran yang menyangkut untuk meminjam ke luar negeri dalam rangka
komitmen untuk membayar kembali pinjaman membiayai pengeluaran dalam anggaran.
pemerintahnya dalam jangka waktu yang Pada tahun 1966, pinjaman luar negeri
telah disepakati. Tingkat kemampuan suatu pemerintah mencapai US 2,105 miliar serta
negara untuk membayar kembali (solvency) perjanjian pembiayaan pembangunan yang
akan menjadi sebuah catatan tersendiri yang berasal dari luar negeri dimulai melalui Paris
berimplikasi pada image atau penilaian Club I pada 11 Maret 1966 yang akhirnya
secara makro ekonomi negara tersebut terbentuklah kelompok Negara donor yaitu
(Ramadhan dan Simanjuntak, 2007). Inter Governmental Group on Indonesia
(IGGI) dengan pinjaman pertama diberikan
Pinjaman luar negeri itu sendiri dilakukan
kepada pemerintah Indonesia sebesar US$
karena penerimaan pemerintah yang berasal
200 juta (Ramadhan dan Simanjuntak, 2007).
dari pajak maupun penerimaan lainnya tidak
mencukupi untuk membiayai pengeluaran Kemudian pada tahun 1970-an, pinjaman
pemerintah, baik untuk pengeluaran publik luar negeri pemerintah tumbuh rata-rata 16 persen
maupun pengeluaran aparatur. Dengan per tahun. Namun kali ini pinjaman luar negeri
demikian pinjaman menjadi salah satu faktor pemerintah lebih banyak didominasi pinjaman dari
yang menentukan akan terjadinya bank dunia berupa program pinjaman sangat
kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) lunak, Internasional Development Assistance
dari suatu anggaran negara. Dengan (IDA) tanpa bunga (hanya dibebani biaya
digunakannya pinjaman sebagai alat untuk administrasi) dengan jangka waktu 40 tahun. Pada
menutupi defisit anggaran pemerintah, hal ini tahun 1980-an, terjadi resesi global yang
akan berimplikasi pada neraca pembayaran diakibatkan oleh kenaikan suku bunga pada
yang kemudian juga berimplikasi pada kinerja negara-negara maju yang ternyata banyak
anggaran pemerintah. Dalam pemerintahan termasuk sebagai Negara kreditor pinjaman luar
Indonesia, hal ini akan terkait erat dengan negeri pemerintah Indonesia. Dengan demikian,
sejauh mana kemampuan pemerintah dalam pada tahun 1983 pinjaman luar negeri Indonesia
manajemen fiskal dalam Anggaran meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 7
Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) persen menjadi 20 persen.
dengan sebaik mungkin. Memasuki periode 1990-an, pada
Sejak masa orde lama, Indonesia telah sebelum krisis tahun 1997, pertumbuhan
menggunakan pinjaman luar negeri sebagai pinjaman luar negeri pemerintah menunjukkan
cara untuk menutupi keterpurukan ekonomi perkembangan yang semakin membaik

344
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh

dengan pertumbuhan rata-rata 2,24 persen Penarikan pinjaman luar negeri baru
per tahun. Namun memasuki Triwulan III 1997, akan berdampak pada meningkatnya stock
perekonomian Indonesia mengalami pinjaman luar negeri. Peningkatan terhadap
goncangan yang sangat besar. Hal ini stok pinjaman luar negeri akan berdampak
merupakan akibat efek penularan (contagion terhadap beban bunga dan cicilan pinjaman
effect) krisis nilai tukar yang menimpa mata luar negeri (Waluyo, 2006).
uang Tahiland, Bath, yang diikuti oleh negara- Dengan adanya kewajiban atas
negara lainnya di Asia. Melonjaknya nilai pinjaman luar negeri pemerintah, hal ini telah
tukar berdampak pada terjadinya defisit pada memberikan tekanan APBN yang sangat
neraca pembayaran. Dengan kondisi inilah besar sehingga mengurangi kemampuan
yang akhirnya memaksa pemerintah Indone- pemerintah untuk melakukan fiscal stimu-
sia untuk melakukan pinjaman terhadap In- lus bagi pertumbuhan ekonomi. Akibat beban
ternational Monetary Fund (IMF). untuk memenuhi kewajiban pinjaman yang
Indonesia sendiri pada akhirnya begitu besar, maka membuat permasalahan
memutuskan keluar dari fund facility pro- telah bergeser dari fiscal stimulus menjadi
gram dari IMF pada akhir tahun 2003. Pada fiscal sustainability. Artinya, yang perlu
saat itu, total pinjaman luar negeri terhadap dipikirkan dan dilakukan adalah langkah-
IMF mencapai US$ 9,2 miliar, dan Indone- langkah strategis di berbagai bidang untuk
sia masuk dalam Post Program Monitoring menjamin agar Indonesia terhindar dari krisis
IMF yang baru berakhir tahun 2007. fiskal yang dapat berdampak sangat
Sementara tercatat posisi pinjaman luar destruktif terhadap pertumbuhan ekonomi
negeri pemerintah Indonesia berdasarkan kita di masa yang akan datang.
sumber pinjamannya periode tahun 2004 sampai Fenomena pinjaman luar negeri
oktober 2008 adalah sebagaimana Tabel (1). pemerintah hendaknya mendapat perhatian
Tabel (1). Posisi Pinjaman Luar Negeri Pemerintah berdasarkan Sumber Pinjaman

(dalam Miliar USD)

Tahun
No. Uraian Oktober
2004 2005 2006 2007 Q1 2008 Q2 2008
2008 *)
a. BILATERAL 34.27 32.32 31.83 32.14 34.33 33.23 33.42
b. MULTILATERAL 19.46 18.78 18.84 19.05 18.77 18.80 18.35
c. EXPORT CREDIT 13.68 11.63 11.22 10.98 11.33 11.07 10.28
d. COMMERCIAL CREDIT 0.07 0.06 0.07 0.06 0.06 0.06 0.05
e. LEASING 0.22 0.22 0.06 0.02 0.01 0.01 0.00
f. BONDS AND NOTES 0.17 0.17 - - - - -

Total Utang Pemerintah 68.58 63.09 62.02 62.25 64.49 63.17 62.10
Sumber: Direktorat Jendral Pengelolaan Utang
*)AngkaSementara
Catatan : Data di-update tgl. 31 Oktober 2008

345
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008

dan penanganan yang serius karena hal ini terhadap investasi. Demikian pula dengan
sangat terkait dengan pengelolaan keuangan indikator-indikator pinjaman, antara lain rasio
negara baik di sisi penerimaan, ketika ekspor terhadap pinjaman luar negeri, &
memperoleh pinjaman baru, maupun di sisi pembayaran bunga terhadap penerimaan
pengeluaran, saat harus membayar transaksi berjalan berpengaruh negatif
pinjaman yang jatuh telah tempo. meskipun pembayaran bunga terhadap
Permasalahan yang juga perlu ditekankan ekspor, debt service terhadap ekspor tidak
dalam hal ini adalah pinjaman luar negeri berdampak terhadap pertumbuhan.
yang senantiasa dijadikan solusi Penelitian lainnya dilakukan oleh
pembiayaan terhadap struktur APBN yang Karagol (1999) dengan metode 3SLS
dari tahun ke tahun selalu menunjukkan tentang External Debt and Economic Growth
posisi yang dilematis. Pertanyaan Relationship Using the Simultaneous Equa-
selanjutnya adalah apa sebaiknya yang tions. Penelitian ini menunjukkan bahwa
harus dilakukan pemerintah terhadap kondisi pembayaran pinjaman berhubungan dengan
pinjaman luar negeri saat ini serta dampak total pinjaman tahun sebelumnya dan
yang ditimbulkan terhadap APBN. Oleh ekspor, serta aliran modal masuk
karena itu, tulisan ini dimaksudkan untuk dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi,
menganalisis faktor-faktor apa saja yang juga ditunjukkan pengaruh langsung
mempengaruhi pinjaman luar negeri pembayaran pinjaman terhadap
pemerintah Indonesia serta imbasnya perekonomian adalah negatif. Dalam
terhadap APBN. konteks Highly Indebted Poor Countries
(HIPC) dan Non-HIPC, Cordella, Ricci, &
Kajian Pustaka Arranz (2005) meneliti tentang Debt Over-
hang or Debt Irrelevance? Revisiting the
1. Hasil-hasil Penelitian Debt-Growth Link dengan menggunakan
Sebelumnya dan Landasan metode regresi OLS & General Methods of
Teori Moments System Estimator (GMMS) di
mana ditunjukkan bahwa di Highly Indebted
Riset mengenai masalah pinjaman luar Poor Countries (HIPC) pinjaman tidak
negeri baik di Indonesia maupun di beberapa berpengaruh terhadap pertumbuhan &
negara lainnya telah menjadi perhatian investasi berdasarkan sampel yang ada.
banyak pihak dan cenderung menunjukkan Tetapi di Non-HIPC terdapat fakta bahwa
hasil yang relatif berbeda secara keduanya saling berhubungan, dimana
kontekstual antara satu dengan yang pinjaman naik pada tingkat yang cukup tinggi
lainnya. maka memiliki dampak marginal negatif
Javed dan Sahinoz (2005) melakukan terhadap pertumbuhan per kapita.
penelitian di Turki menyangkut External Martin (2008) dengan menggunakan
Debt: Some Experience from Turkish analisis kuantitatif, Numerical Solution and
Economy dengan menggunakan regresi Comparatif Statics melakukan kajian dan
OLS sebagai alat anlisis, menunjukkan penelitian menyangkut A positif Theory of
bahwa pinjaman luar negeri berpengaruh Goverenment Debt yang menunjukkan
positif terhadap pertumbuhan dan ekspor, bahwa kurangnya komitmen merupakan
tetapi persamaan pertumbuhan tidak suatu fundamental friction yang
signifikan, sementara berdampak negatif menjelaskan tingkat nominal pinjaman,

346
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh

membantu kita memahami bagaimana adalah motivasi politik (political motivation)


kebijakan pemerintah saat ini tentang dan motivasi ekonomi (economic motivation)
pengadaan dan penetapan yang rasional yang keduanya mempunyai kaitan yang
serta kurang jelasnya hubungan antara fun- sangat erat antara yang satu dan yang
damental ekonomi dan tingkat pinjaman. lainnya (Zainulbasri 2000). Selain kedua
Juga ditunjukkan bahwa pinjaman nominal alasan tersebut, dalam (Djamin 1993), juga
cenderung ditentukan oleh mata uang dikemukakan adanya alasan moral sehingga
domestik dan tidak ditunjukkan oleh inflasi. diberikannnya pinjaman luar negeri. Dalam
Sementara itu, untuk kasus Indonesia Hudianto (2005), disebutkan bahwa dilihat
telah pula dilakukan beberapa studi empiris dari sisi teoritis, pinjaman pemerintah terjadi
yang terkait dengan pinjaman luar negeri, karena adanya tarikan dan dorongan. Teori
antara lain seperti yang dilakukan oleh yang mendasarkan kepada tarikan disebut
Cholifihani (2008) mengenai A Cointegration dengan teori tarikan pinjaman (loan pull
Analysis of Public Debt Service and GDP theory) dan teori yang mendasarkan diri pada
in Indonesia. Analisis dilakukan melalui dorongan disebut dengan teori dorongan
pengujian stasioneritas, kointegrasi dan pinjaman (loan push theory).
ECM guna melihat keseimbangan jangka
1) Permintaan untuk berutang
panjang antara variabel pengamatan.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Dengan menggunakan teori tarikan
GDP, debt service, capital stock, labor force pinjaman luar negeri, permintaan akan
dan human capital memiliki hubungan pinjaman luar negeri terjadi karena memang
keseimbangan jangka panjang. Rasio antara ada permintaan yang dilakukan oleh
ekspor, debt service menunjukkan pemerintah negara peminjam. Ada dua
hubungan yang negatif signifikan dengan kategori kemungkinan mengapa ada tarikan
GDP dalam periode jangka panjang. untuk berutang, antara lain sebagai berikut:
Waluyo (2006) melakukan penelitian a. Adanya permintaan akan pinjaman
mengenai Dampak Pembiayaan Defisit luar negeri yang dilandasi oleh
Anggaran dengan Utang Luar Negeri alasan ekonomi yang matang dan
Pemerintah terhadap Inflasi dan jelas terkait dengan proses
Pertumbuhan Ekonomi menggunakan peningkatan kapasitas produksi
metode TSLS, di mana ditunjukkan bahwa nasional.
pembiayaan defisit anggaran dengan b. Adanya permintaan pinjaman dari
menggunakan utang luar negeri akan negara-negara sedang berkembang
berdampak meningkatkan pertumbuhan tanpa dilandasi oleh perhitungan
ekonomi dan bersifat inflationary. ekonomi (efisiensi) melainkan oleh
faktor acak (random). Faktor ran-
2. Alasan-Alasan dan Dampak dom erat kaitannya dengan perilaku
Penerimaan Pinjaman Luar para elit kekuasaan di negara
Negeri sedang berkembang, yaitu perilaku
korup dan tidak bertanggungjawab
Dari perspektif negara donor setidaknya dalam memanfaatkan pinjaman
ada dua hal penting yang memotivasi dan luar negeri.
melandasi mengalirnya bantuan luar negeri Dalam kategori kedua (tidak melalui
ke negara-negara debitur. Kedua hal ini pertimbangan ekonomis) sebenarnya juga

347
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008

termasuk di dalamnya permintaan pinjaman menyebabkan pembengkakan nilai proyek


luar negeri yang dimaksudkan untuk (mark up) yang dibiayai dengan pinjaman
mempertahankan nilai tukar yang tinggi luar negeri. Misalnya, kasus Balongan,
sehingga impor barang konsumsi Paiton dan berbagai kasus lainnya
meningkat, serta dimaksudkan untuk (Hudianto, 2005). Perilaku elit kekuasaan
mempertahankan cadangan devisa. Dua hal dalam berutang, pada akhirnya juga tampak
ini bisa dimaksudkan untuk kategori random pada bagaimana pengelolaan pinjaman luar
yang tidak secara langsung berkait dengan negeri penuh dengan kebandelan atas batas
peningkatan kapasitas produksi. bahaya yang secara umum dipakai sebagai
acuan. Beberapa ambang bahaya yang
2) Dorongan untuk berutang dari Negara selalu misalnya yang berkaitan dengan debt
Donor service ratio (DSR) dan ambang psikologis
Mandel (dalam Hudianto, 2005) meksiko.
mengemukakan bahwa mengalirnya Debt Service Ratio (DSR) adalah ukuran
pinjaman luar negeri dari negara-negara maju umum yang sering dipakai untuk
ke negara sedang berkembang bukan hanya mempertimbangkan kemampuan suatu
karena permintaan negara pengutang, negara dalam menanggung beban pinjaman.
namun juga merupakan desakan dari negara- Ukuran ini menunjukkan beban pinjaman
negara yang mempunyai petro dolar. Dari yang harus dibayar dibanding dengan ekspor
teori tarikan dan dorongan, akhirnya yang bisa dilakukan oleh suatu negara.
pinjaman mengalir deras ke nagar-negara Apabila peningkatan pinjaman luar negeri
sedang berkembang. Kalau dorongan dan tidak diimbangi dengan meningkatnya
tarikan itu rasional dan bisa meningkatkan kemampuan ekspor maka DSR akan
produksi nasional, tentu merupakan hal yang meningkat. Sebaliknya, apabila peningkatan
ideal. Ada kebutuhan, ada pasokan. Namun pinjaman luar negeri diimbangi dengan
yang sering terjadi adanya desakan dari kemampuan meningkatkan besarnya
negara-negara maju untuk “melempar” ekspor (konsekuensi dari tanggung jawab
kelebihan dana bertemu dengan tarikan berutang) maka DSR akan menurun.
permintaan yang tidak dilandasi oleh Disamping itu, masalah mengenai
pertimbangan ekonomis, melainkan hanya dampak ekonomis yang ditimbulkan dari
untuk kepentingan para elit kekuasaan pinjaman luar negeri seperti halnya dengan
menangguk keuntungan pribadi atau swasta asing disatu pihak, yaitu para
golongan sebanyak mungkin. Karena jalinan ekonom tradisional mengemukakan bahwa
kepentingan itu, banyak proyek di negara bantuan luar negeri telah membuktikan
sedang berkembang tidak bisa manfaatnya dengan mendorong
dipertanggungjawabkan secara ekonomi. pertumbuhan dan transformasi struktural di
Terjadi kolaborasi antara kreditor yang akan banyak negara berkembang (Todaro, 1994),
menyalurkan dananya yang menganggur (Basu, 1997) dalam (Lumadya, 2001).
dan pejabat pemerintahan yang mempunyai Namun pihak lain berpendapat bahwa dalam
interest pribadi sehingga objektivitas kenyataannya bantuan luar negeri tersebut
kelayakan proyek dipertanyakan karena sama sekali tidak mendorong pertumbuhan
tidak mempunyai justifikasi ekonomi. hingga menjadi lebih cepat, tetapi justru
Kolaborasi antara loan pusher dengan memperlambat pertumbuhan sehubungan
pejabat pemerintah pada akhirnya dengan adanya substitusi terhadap investasi

348
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh

dan tabungan dalam negeri dan menampung beban pembayaran bunga dan
membesarnya defisit neraca pembayaran cicilan pinjaman pokok, yang sekaligus
negara-negara berkembang, yang semuanya masih juga memberikan ruang gerak bagi
itu merupakan akibat dari meningkatnya pembiayaan untuk mendorong pereko-
kewajiban dunia ketiga untuk membayar nomian. Dalam hal ini, satuan pengukur
pinjaman, serta sering dikaitkannya bantuan yang dipergunakan adalah “Primary Bal-
tersebut dengan keharusan menampung ance”, yaitu surplus atau defisit APBN
produk ekspor negara-negara donor (Todaro, sebelum diperhitungkan pembayaran bunga
1994) dalam (Lumadya, 2001). pinjaman pemerintah. Ini berarti bahwa
Solusi terhadap persoalan pinjaman ini semua penerimaan pemerintah dikurangi
memerlukan kerja keras secara kolektif dari dengan semua pengeluaran pemerintah di
berbagai pihak, yaitu debitor, kreditor luar pembayaran bunga pinjaman (Harinowo,
internasional (baik negara, institusi donor, 2002).
maupun bank-bank komersial), negara- Dalam sistem neraca pembayaran,
negara industri sebagai pasar produk negara peningkatan pinjaman luar negeri berarti
berkembang, serta tata ekonomi dunia pada meningkatkan pembayaran cicilan.
umumnya (yang berpengaruh pada fluktuasi Selanjutnya, hal ini akan menyebabkan
suku bunga) (Prasetiantono, 1996). kecenderungan net transfer negatif yang
tidak bisa dibiayai dengan rekening
3. APBN dan Kemampuan transaksi berjalan mengingat transaksi
Membayar Pinjaman berjalan yang kecil (bahkan negatif).
Konsekuensinya adalah pemerintah
Suatu defisit atau surplus anggaran
mencari devisa lewat pinjaman luar negeri.
merefleksikan suatu ketidakseimbangan
Pinjaman luar negeri pemerintah akan
antara pengeluaran dan penerimaan
meningkatkan cicilan pinjaman dan bunga
pemerintah. Anggaran defisit adalah
dalam RAPBN yang merupakan komponen
besarnya pengeluaran melebihi penerimaan
anggaran rutin berarti menurunkan anggaran
yang diperoleh dari pajak, pembayaran-
pembangunan dalam RAPBN. Penurunan
pembayaran lain, dan ongkos pungutan
kemampuan membangun tidak lain berarti
retribusi. Sementara jika surplus ber-
penurunan aktivitas pembangunan maupun
langsung, maka kelebihan dana tersebut
pertumbuhan ekonomi bagi rakyat.
dapat digunakan untuk membayar dan
mengurangi pinjaman pemerintah. Surplus
4. Overlapping Generations
anggaran akan meningkatkan tabungan
Model
nasional dan membuat dana yang tersedia
di pasar kredit semakin besar. Peningkatan Pandangan Lerner
tabungan nasional dapat menurunkan
Analisis dari sebuah overlapping gen-
tingkat bunga riil, yang berkontribusi pada
eration model menunjukkan bagaimana
peningkatan investasi dengan demikian
beban dari sebuah pinjaman dapat ditransfer
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
lintas generasi (Rossen, 2002). Dalam
(Hyman, 2005).
model Lerner, suatu generasi terdiri dari
Kemampuan membayar pinjaman oleh setiap orang yang hidup pada suatu waktu,
pemerintah pada hakikatnya merupakan serta diasumsikan bahwa populasi terdiri
refleksi kemampuan APBN dalam dari suatu jumlah yang sama dari anak

349
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008

muda, usia pertengahan, dan orang tua. 5. Model Neoklasik


Lerner beranggapan bahwa ketika
Rossen (2002) mengemukakan, bahwa
pemerintah meminjam dari warga negaranya
model-model antar generasi yang dibahas
sendiri, maka kewajiban yang ada adalah
sejauh ini tidak mengindikasikan adanya
sebuah pinjaman internal.
fakta bahwa keputusan-keputusan ekonomi
Menurut Lerner (1948), adanya hutang dapat dipengaruhi oleh kebijakan pinjaman
internal tidak menciptakan beban bagi pemerintah, dan perubahan-perubahan
generasi di masa depan. Para anggota dalam keputusan-keputusan ini memiliki
generasi masa depan meminjamnya ke akibat-akibat bagi mereka yang menanggung
orang lain. Ketika hutang dibayar, ada sebuah beban pinjaman. Namun, ada anggapan
transfer pendapatan dari satu kelompok warga bahwa pajak-pajak yang dibebankan untuk
negara (mereka yang tidak memiliki bond) ke membayar hutang tidak mempengaruhi
orang lainnya (pemilik bond). Bagaimanapun perilaku kerja ataupun tabungan.
juga, generasi masa depan secara
Model neoklasik tentang pinjaman
keseluruhan tidak lebih buruk dalam hal di
menekankan bahwa ketika pemerintah
mana tingkat konsumsinya adalah sama
memulai sebuah proyek, baik didanai oleh
seperti yang telah ada. Seperti yang dikatakan
pajak-pajak atau pinjaman, sumber daya-
oleh penulis abad ke-18, Melon, ‘tangan kanan
sumber daya dipindahkan dari sektor
meminjamkan ke tangan kiri’ (Musgrave, 1985,
swasta. Seseorang biasanya menganggap
hal. 49 dalam Rossen, 2002).
bahwa ketika pendanaan pajak digunakan,
Hal ini cukup berbeda ketika sebuah sebagian besar sumber-sumber yang
negara meminjam dari luar negeri untuk berpindah masuk pada pengeluaran
mendanai pengeluaran saat ini. Ini disebut konsumsi. Di sisi lain, ketika pemerintah
sebagai pinjaman eksternal. Dengan meminjam, maka dia bersaing untuk dana-
beranggapan bahwa uang yang dipinjam dari dana tersebut dengan individu-individu dan
luar negeri digunakan untuk mendanai perusahaan-perusahaan yang menginginkan
konsumsi saat ini, maka generasi masa depan uang bagi proyek-proyek investasi pribadi
tentu menanggung sebuah beban, karena mereka. Oleh karena itu, pada umumnya
tingkat konsumsinya dikurangi oleh satu ada anggapan bahwa pinjaman memiliki efek
jumlah yang sama dengan pinjaman ditambah paling besar pada investasi pribadi. Dalam
dengan bunga yang ditambahkan yang harus kaitan di mana asumsi-asumsi ini adalah
dikirimkan ke penyedia dana dari luar negri. benar, pendanaan pinjaman meninggalkan
Jika, di sisi lain, pinjaman digunakan untuk generasi masa depan dengan sebuah stok
mendanai akumulasi modal, hasilnya modal yang lebih kecil, ceteris paribus
tergantung pada pro-duktivitas proyek. Jika (Rossen, 2002). Dengan demikian para
pendapatan marginal dari investasi adalah anggota dari generasi ini kurang produktif
lebih besar biaya marginal dana yang diperoleh dan cenderung memiliki pendapatan-
dari luar, kombinasi pinjaman dan pengeluaran pendapatan riil yang lebih kecil daripada
modal benar-benar membuat generasi masa yang telah ada sekarang ini. maka, pinjaman
depan menjadi lebih baik. Namun, ketika memberikan sebuah beban bagi generasi-
penda-patan proyek lebih kecil daripada biaya generasi masa depan melalui dampaknya
marginal, generasi masa depan adalah lebih pada pembentukan modal. Adanya asumsi
buruk (Rossen, 2002). bahwa pinjaman pemerintah mengurangi
investasi pribadi memainkan sebuah peran

350
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh

penting dalam analisis neoklasik. Ketika Pada waktu yang bersamaan pula, defisit
pemerintah meningkatkan permintaannya anggaran federal meningkat, bagaimanapun
untuk kredit, tingkat suku bunga, yang juga, tabungan/penghematan swasta/pribadi
merupakan harga dari kredit, meningkat. Tapi (relatif terhadap produk rata-rata nasional)
jika tingkat suku bunga meningkat, investasi akan turun pula (Rossen, 2002).
pribadi menjadi lebih mahal dan efek
selanjutnya akan menyebabkan turunnya 7. Krisis Pinjaman dan
tingkat investasi tersebut. Pembayaran Cicilan utang
serta Bunga
6. Model Ricardian
Berdasarkan teori three gap model,
Barro (1974) mengemukakan, bahwa hubungan antara besarnya pembayaran cicilan
ketika pemerintah meminjam, para anggota serta bunga pinjaman adalah positif. Semakin
dari generasi ‘tua’ menyadari, bahwa tinggi jumlah pinjaman luar negeri maka jumlah
keturunannya akan semakin buruk. Anggapan cicilan dan bunga yang harus dibayar juga
lebih lanjut bahwa generasi tua akan peduli akan meningkat (Supriyanto dan Sampurna,
terhadap kesejahteraan dari keturunan- 1999:40 dalam Gunawan, 2005).
keturunannya dan oleh karena itu tidak ingin Krisis pembayaran pinjaman luar negeri
tingkat konsumsi keturunannya akan berkurang suatu negara terjadi jika memenuhi tiga
di masa datang. Hipotesis provokatif Barro persyaratan berikut ini (Eaton dan Taylor,
tentang ketidakrelevanan kebijakan fiskal 1986 dalam Zainulbasri, 2000):
pemerintah telah menjadi subyek dari banyak
perdebatan. Beberapa menolak pemikiran yang 1. Tidak sanggup membayar (insolvent)
didasarkan pada asumsi-asumsi yang luar atau tidak mampu membayar pinjaman
biasa ini. Informasi tentang implikasi-implikasi dalam jangka panjang.
dari defisit anggaran saat ini terhadap akan 2. Tidak likuid (illiquid), yakni mereka
adanya beban-beban pajak di masa depan tidak mempunyai cukup uang untuk
tidaklah mudah diperoleh.Oleh karena dalam membayar kewajiban saat jatuh tempo.
kenyataannya, bahkan tidaklah mudah dan 3. Tidak punya keinginan untuk
jelas berapa besar pinjaman yang sebenarnya. membayar.
Kritikan lain yang cukup mendasar adalah, Pada kondisi pertama dan kedua sangat
bahwa orang tidak berpandangan jauh dan akan berhubungan dengan kemampuan suatu
melakukan antisipasi seperti yang diperkirakan negara dalam memenuhi kewajiban-nya,
dalam model ini. dalam arti suatu negara mempunyai
keinginan untuk membayar tetapi tidak
Di sisi lain, dapat dikatakan bahwa ujian mampu memenuhi kewajiban tersebut karena
terakhir dari teori ini bukanlah logika dari menghadapi masalah kekurangan (shortage)
asumsi-asumsinya, tetapi apakah ini devisa luar negeri, sedangkan masalah
mengarahkan pada prediksi-prediksi yang terakhir lebih disebabkan oleh tidak adanya
dipastikan oleh data atau tidak. Menurut keinginan untuk membayar (unwillingness to
pandangan kaum yang cenderung skeptis pay) yang bisa saja dikarenakan adanya
bahwa pada awal tahun 1980-an, ada keuntungan-keuntungan ekonomis yang
banyak peningkatan dalam defisit anggaran akan diraih atau karena alasan politis lainnya.
negara. Jika model Ricardian adalah benar,
maka dapat diharapkan tabungan pribadi Krisis pinjaman dapat terjadi dalam
atau swasta meningkat secara sepadan. berbagai bentuk. Pertama, negara atau

351
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008

kreditur menerima penundaan pembayaran ER = nilai tukar


cicilan namun tetap menerima pembayaran I1997 = variabel dummy krisis ekonomi 1997
bunga pada jadwal yang telah disepakati.
EXR = tingkat ekspor
Kedua, kreditur menunda baik pembayaran
kembali cicilan maupun bunganya YR = tingkat GNP
sekaligus. Disamping kedua bentuk ini, et = error term
masih banyak lagi variasi lain dari krisis t = indikator waktu
pinjaman ini dan perlakuan dari kreditur
terhadap penundaan ini juga bervariasi, Metode Analisis
misalnya pada kasus tertentu kreditur
bersedia memperpanjang masa jatuh tempo Estimasi yang akan dilakukan dalam
(maturity) tetapi dengan menaikkan tingkat penelitian ini menggunakan model
bunga pinjaman. Sementara dalam kasus ekonometri dinamis, khususnya Error Cor-
yang lain justru tingkat suku bunga yang rection Model (ECM) dengan metode Ordi-
diturunkan sebagai upaya untuk mengurangi nary Least Square (OLS). Model ECM
beban pinjaman negara yang bersangkutan. digunakan untuk mengatasi adanya
kemungkinan kesalahan atau perbedaan
Metode Penelitian terutama diantara model teoritis dengan
model statistik serta untuk melihat
Jenis dan Sumber Data hubungan keseimbangan jangka panjang
antar variabel pengamatan.
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yang berbentuk Kemudian untuk melihat dampak
data runtun waktu (time series) periode pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia GFDt = β 0 + β 1 BDt + β 2

tahun 1970-2008. Data-data tersebut terhadap APBN dan perekonomian secara


dikumpulkan dari beberapa sumber, antara keseluruhan, maka digunakan pengukuran
lain: BAPPENAS, DEPKEU, BI, BPS, dan kuantitatif berdasarkan indikator pinjaman
berbagai sumber terkait lainnya. menurut Bank Dunia:
1. Rasio total pinjaman terhadap ekspor;
Spesifikasi Model (130%-220%)
2. Rasio pinjaman terhadap Produk
Model dasar yang digunakan Nasional Bruto (PNB); (50%-80%)
merupakan modifikasi dari model 3. Debt Service Ratio; (<20%).
persamaan yang digunakan oleh Karagol Selengkapnya, analisis dilakukan
(1999). Penelitian tersebut menggunakan melalui beberapa langkah atau tahapan
tiga persamaan, yaitu pertumbuhan pengujian yang berupa:
ekonomi, pinjaman luar negeri, dan
persamaan aliran modal masuk, sedangkan Stasionaritas dan Kointegrasi
penelitian ini hanya menggunakan satu
persamaan, yaitu persamaan pinjaman luar Masalah stasionaritas data merupakan
negeri: salah satu asumsi utama yang sering
(1) dilupakan orang di dalam pengukuran
ekonometri yang menggunakan regresi.
dimana: Pemenuhan asumsi ini akan mampu
GFD = pinjaman luar negeri pemerintah memberikan jaminan bahwa antara variabel
BD = defisit anggaran dependen dan variabel independen memiliki

352
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh

hubungan jangka panjang, sehingga berguna stasionaritas residual regresi


bagi pengujian suatu hipotesa teoritis. Tanpa kointegrasi. Pada umumnya sebagian
adanya asumsi ini, suatu hubungan antar besar pembahasan mengenai isu
variabel yang dihasilkan oleh persamaan terkait lebih memusatkan perhatiannya
regresi tidak bisa dijamin kebenarannya pada variabel yang berintegrasi nol I(0)
dalam jangka panjang. Dengan kata lain, atau berintegrasi satu I(1).
hubungan yang ditemukan dari sebuah
persamaan regresi yang diestimasi tersebut Pembentukan EG-ECM
hanya benar oleh kasus itu sendiri, dan tidak Penerapan model EG-ECM dalam
ada jaminan bahwa persamaan itu bisa analisis ekonomika tidak terlepas dari Sargan
diberlakukan secara umum. Apabila hal itu (1964), kemudian dikembangkan oleh
terjadi, maka tujuan penelitian dan pengujian Hendry dan dipopulerkan oleh Eangle dan
hipotesa menjadi tidak tercapai. Granger (1987). EG-ECM mengasumsikan
Asumsi stasionaritas memiliki adanya keseimbangan (equilibrium) dalam
konsekuensi penting bagi penerjemahan jangka panjang antara variabel-variabel
data dan model ekonomi, karena data yang ekonomi.
stasioner akan memiliki variasi yang sangat Dalam jangka pendek, bila pada suatu
kecil dan cenderung mendekati nilai rata- periode terdapat ketidakseimbangan (dis-
ratanya (Eangle dan Granger, 1987). equilibrium), maka pada periode berikutnya
Sebaliknya, data yang tidak stasioner dalam rentang waktu tertentu akan terjadi
cenderung dipengaruhi oleh waktu dan proses koreksi kesalahan sehingga akan
cenderung menyimpang menjauhi nilai rata- kembali pada posisi keseimbangan. Proses
ratanya. Ketidakstasioneran suatu data bisa koreksi kesalahan ini dapat diartikan
disebabkan oleh adanya hal-hal yang sebagai penyelaras perilaku jangka pendek
berkaitan dengan trend waktu polinomial, yang berpotensi mengalami ketidak-
akar-akar unit dan derajat integrasi dari data seimbangan ke arah perilaku jangka panjang
(Insukindro, 1992). yang mempresentasikan kondisi
Untuk mengatasi kemungkinan adanya keseimbangan (Hardianto, 2006).
masalah stasionaritas data yang pada Pembentukan EG-ECM dari penelitian
dasarnya merupakan pra-kondisi atas ini selengkapnya dapat dilakukan melalui
sahihnya penggunaan estimasi OLS ini, tahap-tahap berikut:
maka dalam studi ini akan dilakukan
1. Diawali dari pengembangan model
pendekatan kointegrasi (cointegration ap-
persamaan awal yang menggambarkan
proach) yang meliputi (lihat Granger,
hubungan keseimbangan dalam jangka
1986:213; Insukindro, 1992:1-13):
panjang sesuai teori yang berlaku,
1. Uji akar-akar unit yang digunakan untuk yakni:
mengetahui stasionaritas suatu data. GFD t = β 0 + β 1 BD t + β 2 ER t + β 3 I 1997 t + β 4 EXR t + β 5 YR t + e t
2. Uji derajat integrasi yang digunakan
Jika variabel GFD berada pada titik
untuk mengetahui pada derajat berapa
keseimbangan terhadap variabel
data tersebut akan stasioner.
independennya, maka hubungan
3. Uji kointegrasi yang baru dapat
keseimbangan antara variabel
dilakukan apabila data yang diestimasi
dependen dan independennya seperti
memiliki derajat integrasi yang sama,
persamaan (1) terpenuhi.
dan digunakan untuk mengetahui

353
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008
= β 0 + β 1 BDt + β 2 ERt + β 3 I 1997 t + β 4 EXRt + β 5 YRt + β 6 BDt −1 + β 7 ERt −1 +
2. Namun pada umumnya, keseimbangan
tersebut sulit tercapai dan justru β 8 I 1997 t −1 + β 9 EX t −1 + β 10 YR t −1 − λ GFD t −1 + et
ketidakseimbangan yang sering
muncul dalam jangka pendek.
Keterangan : λ = (1 − β 11 )
Ketidakseimbangan ini digambarkan Selanjutnya, penambahan dan pengurangan
dengan nilai Error Correction Term d e n g a n
(ECT) yang dirumuskan sebagai ( β1 BDt −1 + β 2 ERt −1 + β 3 I 1997 t −1 + β 4 EXRt −1 + β 5YRt −1 )
berikut:
ECT t = GFD t − β 0 + β 1 BD t + β 2 ER t + β 3 I 997 t + β 4 EX t + β 5 YR t menghasilkan persamaan-persamaan
ECTt ini disebut sebagai kesalahan berikut:
GFDt − GFDt −1 = β 0 + β1 BDt + β 2 ERt + β3 I1997t + β 4 EXRt + β5YRt + β6 BDt −1 + β 7 ERt −1 +
ketidakseimbangan (disequilibrium error).
3. Selanjutnya untuk mengetahui secara β 8 I 1997 t −1 + β 9 EX t −1 + β 10YR t −1 + β 1 BD t −1 + β 2 ER t −1 + β 3 I1997 t −1 + β 4 EXR t −1 +

empiris hubungan antara variabel β 5YR t −1 − β 1 BD t −1 − β 2 ER t −1 − β 3 I 1997 t −1 − β 4 EX t −1 − β 5YR t −1 − λ GFD t −1 + et


pinjaman luar negeri pemerintah dan = β0 + β1BDt − β1BDt −1 + β2ERt − β2ERt −1 + β3I1997t − β31997t −1 + β4EXRt − β4EXRt −1 +

variabel-variabel ekonomi, peneliti tidak


β 5YRt − β 5YRt −1 + β 6 BDt −1 + β1 BDt −1 + β 7 ERt −1 + β 2 ERt −1 + β 8 I1997 t + β 3 I1997 t −1 +
dapat mendeteksi nilai keseimbangan
secara langsung. Namun peneliti hanya β 9 EXR t −1 + β 4 EXR t −1 + β 10 YR t −1 + β 5 YR t − 1 − λ GFD t −1 + et
DGFD t = β 0 + β 1 DBD t + β 2 DER t + β 3 DI 1997 t + β 4 DEXR t + β 5 DYR t + ( β 6 + β 1 ) BD t −1 +
dapat melakukannya dengan
mengestimasi hubungan jangka ( β 7 + β 2 ) ER t −1 + ( β 8 + β 3 ) I 1997 + ( β 9 + β 4 ) EXR t −1 + ( β 10 + β 5 )YR t −1 −
t −1
pendek dengan memasukkan unsur
λ GFD t −1 + et
kelambanan sehingga model
DGFD = β 0 + β 1 DBD t + β 2 DER t + β 3 DI 1997 t + β 4 DEXR t + β 5 DYR t − λ ( GFD t −1 −
persamaannya menjadi:
t

δ 1 BD t −1 − δ 2 ER t − δ 3 I 1997 − δ 4 EXR t − δ 5 YR t ) + e t δDGFD


0 = β0 / λ
t= β + β DBD + β D
0 1 t 2

GFDt = β 0 + β1 BDt + β 2 ERt + β 3 I1997 t + β 4 EXRt + β 5YRt + β 1 BDt −1 + β 2 ERt −1 +


DGFD t = β 0 + β1 DBD t + β 2 DER t + β 3 DI 1997 t + β 4 DEXR t + β 5 DYR t − λ (GFD t −1 − δ 0 − δ1 = (β6 + β1 ) / λ
β 3 I 1997t −1 + β 4 EX t −1 + β 5YRt −1 + GFDt −1 + et ..................................(2)
δ 1 BD t −1 − δ 2 ER t −1 − δ 3 I 1997 − δ 4 EXR t −1 − δ 5 YR t −1 ) + e t
δ2 = (β7 + β2 ) / λ
t −1
δ3 = (β8 + β3 ) / λ
Keterangan : δ4 = (β9 + β4 ) / λ
4. Persoalan utama dalam mengestimasi
persamaan (2) adalah jika data ternyata δ5 = (β10 + β5 ) / λ
tidak stasioner pada tingfkat level. DXt = Xt − X t−1
Untuk mengatasinya, persamaan (2)
perlu dimanipulasi dengan cara
mengurangi setiap sisi kanan dan kiri
persamaan (2) dengan variabel
GFDt −1 . Hasilnya sebagai berikut:
GFDt − GFDt −1 = β 0 + β1 BDt + β 2 ERt + β 3 I1997 t + β 4 EXRt + β 5YRt + β 6 BDt −1 +

β 7 ER t −1 + β 8 I 1997 t −1 + β 9 EX t −1 + β 10 YRt −1 + β 11GFD t − GFD t −1 + et


Setelah melalui manipulasi persamaan
= β 0 + β 1 BD t + β 2 ER t + β 3 I 1997 t + β 4 EXRt + β 5 YRt + β 6 BDt −1 + β 7 ERt −1 +
dan parameterisasi ulang seperti diatas,
model EG-ECM yang diestimasi adalah
β 8 I 1997 t −1 + β 9 EX t −1 + β 10 YR t −1 − ( GFD t −1 − β 11 GFD t −1 ) + et
sebagai berikut:
DGFDt = β0 + β1DBDt + β 2DERt + β 3DI1997t + β 4 DEXRt + β5 DYRt − β6 ECTt −1 + et .....................(3)
= β 0 + β1 BDt + β 2 ER t + β 3 I 1997 t + β 4 EXRt + β 5 YRt + β 6 BDt −1 + β 7 ER t −1 +

Dimana : DGFD t = GFD t − GFD t −1

β 8 I 1997 t −1 + β 9 EX t −1 + β 10 YR t −1 − (1 − β 11 ) GFD t −1 + et
(diferensi pertama pinjaman luar negeri
pemerintah)

354
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh

DBDt = DBD t − DBDt −1 variabel penelitian, dan uji asumsi klasik


terhadap hasil estimasi jangka pendek (EG-
(diferensi pertama defisit anggaran)
ECM). Dalam proses ini dapat dikeahui
DERt = DERt − DERt −1 pengaruh variabel independen terhadap
(diferensi pertama nilai tukar rupiah terhadap variabel dependen dalam jangka pendek
dollar AS) termasuk validitas penelitian yang dapat
dilihat dari informasi variabel ECT.
DI 1997t = DI 1997t − I 1997t −1
(diferensi pertama kriris pinjaman tahun Estimasi Jangka Panjang
1997) (Persamaan Kointegrasi)
DEXRt = DEXRt − DEXRt −1
Setelah menganalisis hubungan jangka
(diferensi pertama tingkat ekspor) pendek, maka proses berikutnya dilanjutkan
dengan menganalisis hubungan jangka
DYRt = DYRt − DYRt −1
panjang (persamaan kointegrasi). Dalam hal
(diferensi pertama tingkat GNP) ini dapat diketahui pengaruh jangka panjang/
ECTt −1 = Error Correction Term pada keseimbangan variabel makro ekonomi
terhadap pinjaman luar negeri pemerintah
t −1 Indonesia.
= GFDt −1 − δ 0 − δ 1 BDt −1 − δ 2 ERt −1 − δ 3 I 1997 t −1 − δ 4 EXRt −1 − δ 5YRt −1

et = residual Hasil dan Pembahasan


Persamaan (3) di atas menjelaskan
bahwa perubahan variabel pinjaman luar Uji Stasioneritas
negeri pemerintah (DGFD) dipengaruhi oleh Dalam menguji perilaku data selama
perubahan variabel defisit anggaran (DBD), periode pengamatan dapat dilakukan
perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar dengan uji akar-akar unit (unit roots). Adapun
AS (DER), variabel dummy krisis pinjaman metode yang digunakan adalah uji
tahun 1997 (I1997), perubahan tingkat Argumented Dickey Fuller (ADF), yaitu
ekspor (DEXR), dan perubahan tingkat dengan membandingkan nilai absolut
pertumbuhan ekonomi atau GNP (DYR), dan statistik ADF dengan nilai absolut kritisnya
Error Correction Term (ECT). Model distribusi statistik Mackinnon pada tertentu.
persamaan tersebut hanya dapat diestimasi
Hasil pengujian unit roots terhadap
jika variabel-variabel di dalamnya
variabel-variabel yang digunakan dalam
terkointegrasi pada derajat integrasi yang
analisis ini dapat dilihat pada tabel (2)
sama. Karena itu, sebelum mengestimasi
sebagaimana Tabel (2).
persamaan EG-ECM, terlebih dahulu
dilakukan pengujian derajat integrasi dan Hasil uji stasioneritas menunjukkan
kointegrasi. bahwa tidak semua variabel stasioner pada
bentuk level karena nilai absolut statistik
Estimasi Jangka Pendek ADF lebih kecil daripada nilai absolut
kritisnya pada tingkat signifikansi 5%.
Tahapan selanjutnya adalah meng- Dengan demikian, maka perlu dilakukan uji
estimasi hubungan jangka pendek (EG- integrasi untuk mengetahui pada derajat
ECM) dengan metode Ordinary Least Square berapa variabel-variabel tersebut stasioner
(OLS). Setelah itu dilakukan uji signifikansi dalam derajat yang sama.

355
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008

Tabel (2) Hasil Uji Stasioneritas Bentuk Level

Keterangan:
Nilai Kritis pada α = 5%

Uji Derajat Integrasi Selanjutnya, hasil uji integrasi


menunjukkan adanya hubungan kointegrasi
Hasil uji integrasi menunjukkan bahwa
pada model persamaan awal penelitian. Hal
semua variabel penelitian ternyata stasioner
ini dapat diketahui dari uji stasioneritas
dalam bentuk diferensi pertama. Hal itu
terhadap residual yang diperoleh dari hasil
dilihat dari nilai absolut statistik ADF yang
estimasi model persamaan awal, yakni
lebih besar dari pada nilai absolut kritisnya,
persamaan (1). Uji stasioneritas tersebut
pada tingkat signifikansi 5%. Karena itu
menunjukkan bahwa nilai absolut statistik
dapat dikatakan bahwa variabel-variabel
ADF lebih besar dari pada nilai absolut
penelitian terintegrasi pada derajat yang
kritisnya pada tingkat signifikan 5%. Hasil α = 5%
sama, yakni derajat satu atau dengan kata
uji stasioneritas residual (ECT) ini dapat Variabel
lain, persyaratan untuk melakukan uji
dilihat pada tabel (4) dan (5).
kointegrasi telah terpenuhi.
Dengan demikian dapat disimpulkan GFD
GFD
Adapun hasil uji derajat integrasi BD
bahwa model persamaan awal merupakan BD
tersebut dapat dilihat pada tabel (3) ER
model persamaan kointegrasi, di mana ER
sebagaimana Tabel (3). I
perilaku datanya mengandung kemungkinan I
EXR
adanya hubungan keseimbangan jangka EXR
YR
panjang seperti yang diharapkan oleh teori. YR

Tabel (3) Hasil Uji Derajat Integrasi Pertama

Keterangan:
Nilai Kritis pada

356
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh

Tabel (4) Hasil Uji Kointegrasi ECT pada Bentuk Level

Keterangan:
Nilai Kritis pada

Tabel (5) Uji Koinetegrasi ECT pada First Difference

Keterangan:
Nilai Kritis pada

Estimasi Jangka Pendek (EG-ECM) signifikansi variabel penelitian, dan uji


Setelah melakukan uji stasioneritas asumsi klasik terhadap hasil estimasi EG-
dan uji kointegrasi, penelitiant ini berlanjut ECM. Hasil EG-ECM yang terbentuk adalah
α = 5%
DGFDt = 2664.176 - 1.773896DBD t + 0.821601DER
Nilai t - 7932.002DI1997
NilaiStatistik
Statistik ADF
ADF Nilai
NilaiKritis
Kritis
Variabel dengan (1.327599)
(2.988974) (-0.618613) membentuk
Intercept (-2.174734)
& model koreksi model persamaan
Intercept &&
(3) di atas. Selanjutnya
Variabel Intercept Intercept & None model
Intercept Intercept
persamaan NoneEG-ECM tersebut
Intercept
kesalahan
- 0.069167DEXR melalui
t - 0.005142DYR t Trend
-Trend estimasi
0.416144ECT t-1 None Intercept
EG-ECM Trend None
Trend
(-0.572078) dengan metode
(-0.299995) Ordinary 7.603297
(-2.457623) Least Square diestimasi dengan metode OLS. Hasil
ECT 7.490890 7.391486 2.945842 3.540328 1.950394
ECT
R² = 0.3819(OLS).5.928369
DW =Dalam
1.3009 5.870136 6.014232
proses ini dapat diketahui
F = 3.192840 estimasi
2.943427 jangka
3.536601 pendek
1.950117 (EG-ECM)
pengaruh variabel independen terhadap dikemukakan sebagai berikut:
variabel dependen dalam jangka pendek dan Persamaan: (4) Hasil Estimasi Jangka
juga validitas model estimasi yang dapat
diketahui dari koefisien variabel Error Cor-
rection Term (ECT). Eksistensi koreksi
kesalahan menghasilkan koefisien koreksi
kesalahan yang menunjukkan adanya
fenomena dikoreksinya penyimpangan
menuju ekuilibrium. Model koreksi Pendek (EG-ECM)
kesalahan merupakan alternatif lain untuk Berdasarkan hasil di atas dapat
menguji kemungkinan berkointegrasinya dikemukakan bahwa dalam jangka pendek,
variabel yang diamati. variabel independen yang berpengaruh
Apabila ECT dari hasil regresi signifikan signifikan terhadap perubahan pinjaman luar
berarti model koreksi kesalahan adalah negeri pemerintah Indonesia adalah variabel
model yang valid, dan variabel yang diamati dummy dan variabel ECT pada tingkat
berkointegrasi atau residual hasil regresi signifikansi 5%, dan memiliki tanda sesuai
adalah stasioner. Setelah itu dilakukan uji dengan yang diharapkan.

357
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008

Seberapa besar perubahan variabel Dengan demikian, maka melalui


independen tersebut berpengaruh terhadap persamaan jangka pendek di atas dapat
perubahan pinjaman luar negeri pemerintah ditaksir pengaruh jangka panjang defisit
Indonesia tergantung nilai koefisien dan anggaran, nilai tukar, dummy, ekspor, dan
tanda pada hasil estimasi. Sebaliknya, tingkat GNP terhadap pinjaman luar negeri
dalam jangka pendek variabel defisit pemerinah Indonesia.
anggaran, nilai tukar, ekspor dan tingkat Disamping itu terbukti bahwa spesifikasi
GNP tidak berpengaruh signifikan terhadap model yang dipakai adalah model yang valid
pinjaman luar negeri pemerinah Indonesia seperti telah diketahui diatas, hasil estimasi
pada tingkat signifikansi 5%. ECM juga lolos dari berbagai uji diagnosis
Sedangkan untuk variabel ECT atau asumsi klasik seperti uji normalitas,
berpengaruh signifikan pada tingkat linieritas, autokorelasi dan heteros-
signifikansi 5%, dan memiliki tanda negatif. kedastisitas, sekaligus membuktikan bahwa
Hal ini memperkuat bukti adanya hubungan model penaksir tersebut merupakan model
kointegrasi atau hubungan jangka panjang/ penaksir yang linier, tidak bias, dan terbaik/
keseimbangan antara variabel independen efisien (Best Linear Unbiased Estimator,
dan dependennya. Selain itu, signifikansi BLUE). Selengkapnya hasil uji asumsi-
variabel variabel ECT juga berarti bahwa asumsi klasik dapat dilihat pada tabel (6).
model empiris yang digunakan dalam
penelitian memiliki spesifikasi model yang Estimasi Keseimbangan Jangka
valid sehingga hasil estimasi EG-ECM dapat Panjang
digunakan untuk melihat pengaruh variabel-
Selanjutnya, setelah melalui beberapa
variabel makro ekonomi terhadap pinjaman No Uji As
tahapan pengujian seperti dikemukakan
luar negeri pemerintah Indonesia.
sebelumnya, maka tibalah saatnya untuk 1 No
Dari hasil estimasi diketahui besarnya menganalisa hubungan jangka panjang
nilai absolut koefisien variabel ECT sebesar variabel makro ekonomi dengan pinjaman 2 Li
0.416144yang menjelaskan bahwa sekitar luar negeri pemerintah Indonesia. Hubungan
41% ketidaksesuaian antara nilai aktual jangka panjang ini dapat diperoleh dengan 3 Aut
pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia mengestimasi model persamaan jangka
dalam jangka pendek dan nilai 4 Hetero
panjang atau persamaan kointegrasi
keseimbangan pinjaman luar negeri sebagaimana ditunjukkan pada persamaan
pemerintah Indonesia dalam jangka panjang (1) di atas.
akan dikoreksi pada setiap tahunnya.

Tabel (6) Hasil Uji Asumsi Klasik Estimasi ECM

358
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh

Hasil estimasi terhadap model GFDt = -16065.71 – 1.680733BDt + 3.700630Ert – 10689.75I1997t


(-7.033366) (-0.393814) (5.715910) (-2.403854)
persamaan tersebut menunjukkan bahwa
– 0.490787EXRt + 0.069051YRt
dalam jangka panjang, variabel nilai tukar (-6.755081) (15.21315)
(ER), ekspor (EXR), tingkat GNP (YR), dan R² =0.9811 DW = 1.5388 F = 344.0029
variabel dummy (I) berpengaruh signifikan
terhadap pinjaman luar negeri pemerintah, Persamaan: (5) Hasil Estimasi Jangka
kecuali variabel defisit anggaran (FD) yang Panjang
cenderung tidak berpengaruh signifikan
terhadap pinjaman luar negeri pemerintah Imbasan Pinjaman luar negeri
Indonesia selama periode pengamatan. Terhadap Anggaran Pendapatan
Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa & Belanja Negara
perubahan besarnya pinjaman luar negeri Pada bagian ini akan disajikan
pemerintah Indonesia cukup responsif sekelumit pembahasan tentang imbasan
terhadap perubahan yang terjadi pada pinjaman luar negeri pemerintah terhadap
variabel-variabel makro ekonomi Indonesia, APBN khususnya dan perekonomian Indo-
khususnya variabel ekspor, nilai tukar, nesia pada umumnya. Hasil analisis
pertumbuhan ekonomi, dan kondisi memperlihatkan adanya variasi atau trend
pinjaman luar negeri pacsa krisis ekonomi yang cenderung menaik maupun menurun
tahun 1997. Hasil dari analisis tersebut telah untuk masing-masing variabel pengamatan.
mampu menggambarkan bahwa besarnya Umumnya indikator tersebut dinyatakan
pinjaman luar negeri sangat dipengaruhi oleh dalam satuan persen atau rasio yang
dua variabel yang pada dasarnya sulit merupakan perbandingan antara dua
dikendalikan oleh pemerintah, yaitu variabel. Indikator tersebut dimaksudkan
besarnya ekspor dan tinggi rendahnya nilai antara lain untuk mengukur “tingkat
tukar mata uang rupiah terhadap dolar keamanan”. Dengan demikian, dapat
Amerika. Bagi Indonesia, belum terlihat dikatakan bahwa secara keseluruhan
adanya perubahan yang cukup signifikan pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia
antara melemahnya nilai tukar rupiah sangat berpengaruh terhadap kondisi APBN
terhadap kenaikan nilai ekspor yang yang ditunjukkan melalui besaran angka
selanjutnya dapat memperbaiki angka DSR. atau persentase DSR dari tahun ke tahun
Begitupun dengan nilai tukar yang masih yang hingga kini masih berada diatas batas
sering berfluktuasi akan menyulitkan bagi psikologis yaitu sebesar 20%. Berdasarkan
dunia usaha untuk membuat rencana kondisi ini, maka APBN Indonesia masih
bisnisnya dalam jangka panjang. Kondisi akan mengalami tekanan karena harus
seperti ini tentunya akan mempengaruhi pula memenuhi kewajiban membayar kembali
akan adanya upaya-upaya pelaku ekonomi jumlah pokok dan bunga pinjaman yang
lainnya untuk melakukan spekulasi yang telah dan akan jatuh tempo di masa-masa
berlebihan terhadap kondisi pasar valas di yang akan datang.
Indonesia.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa ada
Hasil estimasi selengkapnya dapat tendensi yang kuat bahwa DSR Indonesia
dilihat pada persamaan berikut: semakin meningkat dari tahun ke tahun dan
keadaan tersebut nampaknya sudah cukup
mengkhawatirkan bagi kondisi APBN di

359
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008

masa yang akan datang. Keadaan ini Tabel (7) Rasio Pinjaman Luar Negeri
memang tidak perlu dirisaukan apabila Pemerintah Indonesia (GFD) terhadap
kinerja ekspor maupun penerimanan pajak Ekspor (EXR) dan GNP serta Debt
Indonesia tidak mengalami gangguan dalam Service Ratio (DSR)
jangka pendek maupun dalam jangka
panjang. Namun dengan adanya krisis
ekonomi yang terjadi secara global dan
belum adanya tanda-tanda bahwa krisis ini
akan segera berakhir, maka dampak krisis
ekonomi global terhadap menurunnya
ekspor sudah mulai dirasakan. Kondisi DSR
Indonesia dari tahun 1970 hingga tahun 1984
menunjukkan kinerja yang sangat baik di
mana rata-rata DSR dalam kurun waktu
tersebut berkisar 6%. Tahun 1985 hingga
Kondisi yang semakin baik terlihat pada
rasio antara besarnya pinjaman luar negeri
terhadap ekspor. Hal ini memang
disebabkan dalam dekade terakhir
pemerintah Indonesia tidak begitu gencar
untuk menambah pinjaman luar negerinya
dalam membiayai defisit anggarannya.
Selanjutnya dari tahun 1998 rata-rata DSR TAHUN
meningkat secara tajam dengan angka rata- 1970
rata DSR lebih dari 50%. Hasil perhitungan 1971
selengkapnya dapat dilihat pada tabel (7). 1972
1973
Penutup 1974
1975
Berdasarkan hasil-hasil pembahasan
1976
tersebut diatas, maka dapat ditarik
1977
kesimpulan sebagai berikut:
1978
Pertama, hasil uji kointegrasi 1979
menunjukkan bahwa ada hubungan 1980
kointegrasi jangka panjang atau hubungan 1981
keseimbangan antara perubahan pinjaman 1982
luar negeri pemerintah Indonesia terhadap 1983
variabel-variabel makro ekonomi, yakni 1984
defisit anggaran, nilai tukar, ekspor, tingkat 1985
pertumbuhan GNP, dan variabel dummy 1986
krisis pinjaman 1997. 1987
1988
1989
1990
(Sumber : BAPPENAS, DEPKEU, BPS, data diolah) 1991
1992
1993
360 1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh

Kedua, dari hasil estimasi EG-ECM di berada pada angka/level yang cukup besar
atas dapat dikemukakan bahwa dalam dan memprihatinkan sehingga menjadi
jangka pendek variabel independen yang beban tersendiri bagi APBN Indonesia yang
berpengaruh signifikan terhadap perubahan setiap tahunnya harus mengalokasikan
pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia porsi yang sangat besar untuk membayar
adalah variabel dummy krisis ekonomi 1997 beban pokok dan bunga pinjaman yang telah
dan variabel ECT pada tingkat signifikansi jatuh tempo. Hal ini terlihat dari hasil analisis
5%. Sedangkan variabel defisit anggaran, terhadap indikator pinjaman atau kerentanan
nilai tukar, ekspor, dan tingkat GNP tidak eksternal, seperti debt to export ratio, debt
berpengaruh signifikan terhadap pinjaman to GNP ratio, dan Debt Service Ratio (DSR).
luar negeri pemerintah Indonesia selama Berdasarkan hal tersebut di atas,
periode pengamatan. setidaknya ada beberapa implikasi penting
Ketiga, signifikansi variabel ECT antara lain, perlunya perhatian pemerintah
memperkuat bukti adanya hubungan terhadap variabel makro ekonomi seperti nilai
kointegrasi atau hubungan jangka panjang/ tukar, ekspor, tingkat GNP dan kondisi
keseimbangan antara variabel independen pinjaman luar negeri pemerintah pasca krisis
dan dependennya. Selain itu, signifikansi ekonomi tahun 1997. Pemerintah perlu
variabel variabel ECT juga berarti bahwa merencanakan dan mengambil strategi
model empiris yang digunakan dalam kebijakan yang kongkrit untuk mendorong
penelitian memiliki spesifikasi model yang laju pertumbuhan ekspor, mengupayakan
valid sehingga hasil estimasi EG-ECM dapat kenaikan tingkat pertumbuhan GNP serta
digunakan untuk melihat pengaruh variabel- menjaga kapasitas atau kemampuan
variabel makro ekonomi terhadap pinjaman anggaran agar tetap berada pada level yang
luar negeri pemerintah Indonesia. Dari hasil cukup aman guna menciptakan fiscal
estimasi diketahui besarnya nilai absolut sustainability.
koefisien variabel ECT sebesar 0.416144 Selanjutnya, guna memperperbaiki
yang menjelaskan bahwa sekitar 41% kondisi pinjaman luar negeri dan
ketidaksesuaian antara nilai aktual pinjaman perekonomian Indonesia sebagai akibat
luar negeri pemerintah Indonesia dalam terjadinya shock atau gangguan dalam
jangka pendek dan nilai keseimbangan jangka pendek maka diperlukan adanya
pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia sistem peringatan dini serta pembenahan
dalam jangka panjang akan dikoreksi pada sistem kelembagaan yang lebih terpadu,
setiap tahunnya. transparan dan akuntabel serta dibarengi
Keempat, dalam jangka panjang, oleh adanya arus informasi yang lebih baik
pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia antara Pemerintah Indonesia, stake holder
dipengaruhi secara signifikan oleh nilai tukar, serta dunia Internasional guna menunjang
dummy krisis ekonomi 1997, ekspor, dan tercapainya stabilitas ekonomi dalam
tingkat GNP, sedangkan defisit anggaran negeri. Implikasi lainnya adalah perlu adanya
tidak berpengaruh signifikan terhadap komitmen dan upaya yang kuat dari
Pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia pemerintah untuk mengurangi jumlah
selama periode pengamatan. pinjaman luar negeri dan ketergantungannya
Kelima, kondisi atau posisi pinjaman terhadap pihak asing. Pemanfaatan dan
luar negeri pemerintah Indonesia saat ini peruntukan anggaran yang telah diperoleh

361
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008

dari pinjaman luar negeri harus dapat Kedeputian,2004. Kajian Strategi


terealisasi dengan baik, tepat sasaran dan Pendanaan Luar Negeri, Jakarta.
memenuhi kaidah akuntabilitas dengan
mempertimbangkan skala prioritas Cholifihani, Muhammad,2008, A
pembangunan nasional serta terbebas dari cointegration Analysis of Public Debt
berbagai masalah penyimpangan atau Service and GDP in Indonesia, Jour-
penyelewengan. nal of Management and Sosial Sci-
Akhirnya, untuk mengurangi pinjaman ences, Vol. 4, No. 2, 68-81, http://
luar negeri maka dana-dana yang bersifat www.biztek.edu.pk/downloads/re-
off-budget perlu dikelola oleh pemerintah search/jmss, diakses tanggal 26
secara cermat dan masuk secara resmi Januari 2009.
dalam pos penerimaan negara. “Sunset
Policy” yang belum lama ini dikenalkan oleh Cordella, Tito, Luca Antonio Ricci, and Marta
pemerintah memang dapat dimanfaatkan Ruiz-Arranz,2005, Debt Overhang or
untuk mendapatkan penerimaan negara dari Debt Irrelevance? Revisiting the
pajak yang lebih tinggi lagi dan juga Debt-Growth Link, IMF Working Pa-
meningkatkan kesadaran masyarakat akan per, Desember, http://www.imf.org/
arti pentingnya membayar pajak secara external/pubs/ft/wp/2005/
patuh, tepat waktu dan jujur. Namun wp05223.pdf, diakses tanggal 27
pemerintah jangan lupa pula untuk Desember 2008.
mengembalikannya hasil pajak tersebut ke
masyarakat dalam bentuk penyediaan Djamin, Zulkarnaen,1993. Pinjaman Luar
barang-barang dan pelayanan publik yang Negeri serta Prosedur Administratif
lebih baik lagi agar kesejahteraan mereka dalam Pembiayaan Proyek
dapat meningkat secara signifikan dan Pembangunan di Indonesia, Penerbit
berkesinambungan.l UI-Press.

Engle, R. F. dan C. W. J. Granger,1987. Co-


Daftar Pustaka
Integration and Error Correction: Rep-
Badan Pusat Statistik,2005. Statistik 60 resentation, Estimation, and
Tahun Indonesia Merdeka, Jakarta. Testing, Econometrica, Vol. 55, No.
2, 251-276, Marc.
________, Berbagai Edisi, Indikator
Ekonomi, Jakarta-Indonesia. Hardianto, F. N. 2006. Responsivitas Harga
Saham Properti Terhadap Dinamika
________, Berbagai Edisi, Statistik Indo- Ekonmi Moneter Di Indonesia:
nesia: Statistical Yearbook of Indo- Pendekatan Error Correction Model,
nesia, Jakarta-Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.
11, No. 3, Desember.
________, 2007, Statistik Perdagangan
Luar Negeri Indonesia : Ekspor, Jilid/ Harinowo, C.2002, Utang Pemerintah:
Volume I, Jakarta-Indonesia. Perkembangan, Prospek dan
Pengelolaannya, Gramedia Pustaka
Badan Perencanaan Pembangunan Utama, Jakarta.
Nasional, Tim Kajian Lintas Direktorat

362
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh

Hyman, D. N. 2005. Public Finance : A Con- Pendekatan, Jurnal Ekonomi dan


temporary Application of Theory to Pembangunan Indonesia, Vol. VIII
Policy, United States. No. 01, hal. 1-30, Juli.

Insukindro, 1991., Pemilihan Model Ekonomi Rizky Awalil dan Nasyith Majidi ,2008. In-
Empirik dengan Pendekatan Koreksi donesia Andercover Economy: Utang
Kesalahan, Jurnal Ekonomi dan Pemerintah Mencekik Rakyat, E Pub-
Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 1, 1-8. lishing Company, Jakarta.

________,1992, Pembentukan model dalam Rossen, H. S. 2002. Public Finance, Omega


penelitian ekonomi, Jurnal Ekonomi Publishing Services, United States.
dan Bisnis Indonesia, 7: 1-17.
Waluyo, Joko ,2006. Dampak Pembiayaan
Javed, Z. H. dan Ahmet Sahinoz, 2005. Ex- Defisit Anggaran dengan Utang Luar
ternal Debt: Some Experience From Negeri terhadap Inflasi dan
Turkish Economy, Journal of Applied Pertumbuhan Ekonomi, Jurnal
Sciences, 5 (2):363-367, http:// Ekonomi dan Pembangunan Indone-
www.scialert.net/pdfs/jas/2005/363- sia, Vol VII, No. 1, hal 83-106, Juli.
367.pdf , Diakses tanggal 26 Januari
2009. Zainulbasri, Yuswar,2000. Utang Luar
Negeri, Investasi dan Tabungan
Karagol, Erdal,1999. External Debt and Domestik: Sebuah Survey Literatur,
Economic Growth Relationship Using Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indone-
The Simultaneous Equations, Univer- sia, Vol. 15, No. 3, 280-293.
sity of Balikesir, Turkey.
http://www.bappenas.go.id, diakses tanggal
Martin, F. M. 2008. Apositive Theory of Gov- 20 Desember, 2008.
ernment Debt, Simon Fraser Univer-
sity, September. http://www.sfu.ca/ http://www.dmo.or.id, diakses tanggal 20
~fmartin/Documents/debt.pdf, Desember, 2008.
diakses tanggal 27 Desember 2008.
http://id.wikipedia.org, diakses tanggal 6
Prasetiantono, A. T. 1996. Utang Luar Negeri September, 2008.
dan Defisit Transaksi Berjalan dalam
Perekonomian Indonesia, Kelola, http://www.econturk.org, diakses tanggal 10
Gadjah Mada University Business September, 2008.
Review, No. 12, V.
http://www.bps.go.id/sector/nra/gdp/
Ramadhan, Gaffari, dan Robert A. tables.shtml, diakses, 5 April 2009.
Simanjuntak ,2007. Dinamika Utang
Pemerintah dan Kesinambungan http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik
Fiskal di Indonesia Periode 1980- +Ekonomi + dan+ Keuangan+
2005: Suatu Uji Perbandingan Tiga Indonesa/VersiHTML, diakses
tanggal 5 April 2009.
rrr

363

Anda mungkin juga menyukai