; Samsubar Saleh
343
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008
luar negeri lebih besar dibandingkan dengan pada masa itu, di mana sebagian besar
penyerapan pinjaman baru. Pembayaran pinjaman luar negerinya didapat dari Negara-
cicilan pokok utang luar negeri mencapai negara Eropa Timur. Pada masa orde baru
Rp 54,75 triliun, sedangkan pinjaman yang secara ekonomi mewarisi berbagai
ditarik mencapai Rp 42,21 triliun (Kompas, permasalahan yang terjadi pada orde lama,
28 November 2007). di mana mengalami gagal membayar
Dengan demikian, kondisi ini akan pinjaman luar negerinya sebesar US$ 2,4
menciptakan hubungan sebab akibat antara miliar, hiperinflasi mencapai sebesar 600
penerimaan pinjaman dengan kewajiban persen, dan produksi industri yang hanya
membayar atas pinjaman yang digunakan. mencapai 20 persen dari kapasitasnya. Pada
Hal ini juga akan menjadi sebuah tugas yang pemerintahan orde baru, sejak awal
besar bagi pemerintah untuk melakukan pemerintahannya melaksanakan kebijakan
manajemen anggaran yang menyangkut untuk meminjam ke luar negeri dalam rangka
komitmen untuk membayar kembali pinjaman membiayai pengeluaran dalam anggaran.
pemerintahnya dalam jangka waktu yang Pada tahun 1966, pinjaman luar negeri
telah disepakati. Tingkat kemampuan suatu pemerintah mencapai US 2,105 miliar serta
negara untuk membayar kembali (solvency) perjanjian pembiayaan pembangunan yang
akan menjadi sebuah catatan tersendiri yang berasal dari luar negeri dimulai melalui Paris
berimplikasi pada image atau penilaian Club I pada 11 Maret 1966 yang akhirnya
secara makro ekonomi negara tersebut terbentuklah kelompok Negara donor yaitu
(Ramadhan dan Simanjuntak, 2007). Inter Governmental Group on Indonesia
(IGGI) dengan pinjaman pertama diberikan
Pinjaman luar negeri itu sendiri dilakukan
kepada pemerintah Indonesia sebesar US$
karena penerimaan pemerintah yang berasal
200 juta (Ramadhan dan Simanjuntak, 2007).
dari pajak maupun penerimaan lainnya tidak
mencukupi untuk membiayai pengeluaran Kemudian pada tahun 1970-an, pinjaman
pemerintah, baik untuk pengeluaran publik luar negeri pemerintah tumbuh rata-rata 16 persen
maupun pengeluaran aparatur. Dengan per tahun. Namun kali ini pinjaman luar negeri
demikian pinjaman menjadi salah satu faktor pemerintah lebih banyak didominasi pinjaman dari
yang menentukan akan terjadinya bank dunia berupa program pinjaman sangat
kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) lunak, Internasional Development Assistance
dari suatu anggaran negara. Dengan (IDA) tanpa bunga (hanya dibebani biaya
digunakannya pinjaman sebagai alat untuk administrasi) dengan jangka waktu 40 tahun. Pada
menutupi defisit anggaran pemerintah, hal ini tahun 1980-an, terjadi resesi global yang
akan berimplikasi pada neraca pembayaran diakibatkan oleh kenaikan suku bunga pada
yang kemudian juga berimplikasi pada kinerja negara-negara maju yang ternyata banyak
anggaran pemerintah. Dalam pemerintahan termasuk sebagai Negara kreditor pinjaman luar
Indonesia, hal ini akan terkait erat dengan negeri pemerintah Indonesia. Dengan demikian,
sejauh mana kemampuan pemerintah dalam pada tahun 1983 pinjaman luar negeri Indonesia
manajemen fiskal dalam Anggaran meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 7
Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) persen menjadi 20 persen.
dengan sebaik mungkin. Memasuki periode 1990-an, pada
Sejak masa orde lama, Indonesia telah sebelum krisis tahun 1997, pertumbuhan
menggunakan pinjaman luar negeri sebagai pinjaman luar negeri pemerintah menunjukkan
cara untuk menutupi keterpurukan ekonomi perkembangan yang semakin membaik
344
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh
dengan pertumbuhan rata-rata 2,24 persen Penarikan pinjaman luar negeri baru
per tahun. Namun memasuki Triwulan III 1997, akan berdampak pada meningkatnya stock
perekonomian Indonesia mengalami pinjaman luar negeri. Peningkatan terhadap
goncangan yang sangat besar. Hal ini stok pinjaman luar negeri akan berdampak
merupakan akibat efek penularan (contagion terhadap beban bunga dan cicilan pinjaman
effect) krisis nilai tukar yang menimpa mata luar negeri (Waluyo, 2006).
uang Tahiland, Bath, yang diikuti oleh negara- Dengan adanya kewajiban atas
negara lainnya di Asia. Melonjaknya nilai pinjaman luar negeri pemerintah, hal ini telah
tukar berdampak pada terjadinya defisit pada memberikan tekanan APBN yang sangat
neraca pembayaran. Dengan kondisi inilah besar sehingga mengurangi kemampuan
yang akhirnya memaksa pemerintah Indone- pemerintah untuk melakukan fiscal stimu-
sia untuk melakukan pinjaman terhadap In- lus bagi pertumbuhan ekonomi. Akibat beban
ternational Monetary Fund (IMF). untuk memenuhi kewajiban pinjaman yang
Indonesia sendiri pada akhirnya begitu besar, maka membuat permasalahan
memutuskan keluar dari fund facility pro- telah bergeser dari fiscal stimulus menjadi
gram dari IMF pada akhir tahun 2003. Pada fiscal sustainability. Artinya, yang perlu
saat itu, total pinjaman luar negeri terhadap dipikirkan dan dilakukan adalah langkah-
IMF mencapai US$ 9,2 miliar, dan Indone- langkah strategis di berbagai bidang untuk
sia masuk dalam Post Program Monitoring menjamin agar Indonesia terhindar dari krisis
IMF yang baru berakhir tahun 2007. fiskal yang dapat berdampak sangat
Sementara tercatat posisi pinjaman luar destruktif terhadap pertumbuhan ekonomi
negeri pemerintah Indonesia berdasarkan kita di masa yang akan datang.
sumber pinjamannya periode tahun 2004 sampai Fenomena pinjaman luar negeri
oktober 2008 adalah sebagaimana Tabel (1). pemerintah hendaknya mendapat perhatian
Tabel (1). Posisi Pinjaman Luar Negeri Pemerintah berdasarkan Sumber Pinjaman
Tahun
No. Uraian Oktober
2004 2005 2006 2007 Q1 2008 Q2 2008
2008 *)
a. BILATERAL 34.27 32.32 31.83 32.14 34.33 33.23 33.42
b. MULTILATERAL 19.46 18.78 18.84 19.05 18.77 18.80 18.35
c. EXPORT CREDIT 13.68 11.63 11.22 10.98 11.33 11.07 10.28
d. COMMERCIAL CREDIT 0.07 0.06 0.07 0.06 0.06 0.06 0.05
e. LEASING 0.22 0.22 0.06 0.02 0.01 0.01 0.00
f. BONDS AND NOTES 0.17 0.17 - - - - -
Total Utang Pemerintah 68.58 63.09 62.02 62.25 64.49 63.17 62.10
Sumber: Direktorat Jendral Pengelolaan Utang
*)AngkaSementara
Catatan : Data di-update tgl. 31 Oktober 2008
345
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008
dan penanganan yang serius karena hal ini terhadap investasi. Demikian pula dengan
sangat terkait dengan pengelolaan keuangan indikator-indikator pinjaman, antara lain rasio
negara baik di sisi penerimaan, ketika ekspor terhadap pinjaman luar negeri, &
memperoleh pinjaman baru, maupun di sisi pembayaran bunga terhadap penerimaan
pengeluaran, saat harus membayar transaksi berjalan berpengaruh negatif
pinjaman yang jatuh telah tempo. meskipun pembayaran bunga terhadap
Permasalahan yang juga perlu ditekankan ekspor, debt service terhadap ekspor tidak
dalam hal ini adalah pinjaman luar negeri berdampak terhadap pertumbuhan.
yang senantiasa dijadikan solusi Penelitian lainnya dilakukan oleh
pembiayaan terhadap struktur APBN yang Karagol (1999) dengan metode 3SLS
dari tahun ke tahun selalu menunjukkan tentang External Debt and Economic Growth
posisi yang dilematis. Pertanyaan Relationship Using the Simultaneous Equa-
selanjutnya adalah apa sebaiknya yang tions. Penelitian ini menunjukkan bahwa
harus dilakukan pemerintah terhadap kondisi pembayaran pinjaman berhubungan dengan
pinjaman luar negeri saat ini serta dampak total pinjaman tahun sebelumnya dan
yang ditimbulkan terhadap APBN. Oleh ekspor, serta aliran modal masuk
karena itu, tulisan ini dimaksudkan untuk dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi,
menganalisis faktor-faktor apa saja yang juga ditunjukkan pengaruh langsung
mempengaruhi pinjaman luar negeri pembayaran pinjaman terhadap
pemerintah Indonesia serta imbasnya perekonomian adalah negatif. Dalam
terhadap APBN. konteks Highly Indebted Poor Countries
(HIPC) dan Non-HIPC, Cordella, Ricci, &
Kajian Pustaka Arranz (2005) meneliti tentang Debt Over-
hang or Debt Irrelevance? Revisiting the
1. Hasil-hasil Penelitian Debt-Growth Link dengan menggunakan
Sebelumnya dan Landasan metode regresi OLS & General Methods of
Teori Moments System Estimator (GMMS) di
mana ditunjukkan bahwa di Highly Indebted
Riset mengenai masalah pinjaman luar Poor Countries (HIPC) pinjaman tidak
negeri baik di Indonesia maupun di beberapa berpengaruh terhadap pertumbuhan &
negara lainnya telah menjadi perhatian investasi berdasarkan sampel yang ada.
banyak pihak dan cenderung menunjukkan Tetapi di Non-HIPC terdapat fakta bahwa
hasil yang relatif berbeda secara keduanya saling berhubungan, dimana
kontekstual antara satu dengan yang pinjaman naik pada tingkat yang cukup tinggi
lainnya. maka memiliki dampak marginal negatif
Javed dan Sahinoz (2005) melakukan terhadap pertumbuhan per kapita.
penelitian di Turki menyangkut External Martin (2008) dengan menggunakan
Debt: Some Experience from Turkish analisis kuantitatif, Numerical Solution and
Economy dengan menggunakan regresi Comparatif Statics melakukan kajian dan
OLS sebagai alat anlisis, menunjukkan penelitian menyangkut A positif Theory of
bahwa pinjaman luar negeri berpengaruh Goverenment Debt yang menunjukkan
positif terhadap pertumbuhan dan ekspor, bahwa kurangnya komitmen merupakan
tetapi persamaan pertumbuhan tidak suatu fundamental friction yang
signifikan, sementara berdampak negatif menjelaskan tingkat nominal pinjaman,
346
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh
347
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008
348
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh
dan tabungan dalam negeri dan menampung beban pembayaran bunga dan
membesarnya defisit neraca pembayaran cicilan pinjaman pokok, yang sekaligus
negara-negara berkembang, yang semuanya masih juga memberikan ruang gerak bagi
itu merupakan akibat dari meningkatnya pembiayaan untuk mendorong pereko-
kewajiban dunia ketiga untuk membayar nomian. Dalam hal ini, satuan pengukur
pinjaman, serta sering dikaitkannya bantuan yang dipergunakan adalah “Primary Bal-
tersebut dengan keharusan menampung ance”, yaitu surplus atau defisit APBN
produk ekspor negara-negara donor (Todaro, sebelum diperhitungkan pembayaran bunga
1994) dalam (Lumadya, 2001). pinjaman pemerintah. Ini berarti bahwa
Solusi terhadap persoalan pinjaman ini semua penerimaan pemerintah dikurangi
memerlukan kerja keras secara kolektif dari dengan semua pengeluaran pemerintah di
berbagai pihak, yaitu debitor, kreditor luar pembayaran bunga pinjaman (Harinowo,
internasional (baik negara, institusi donor, 2002).
maupun bank-bank komersial), negara- Dalam sistem neraca pembayaran,
negara industri sebagai pasar produk negara peningkatan pinjaman luar negeri berarti
berkembang, serta tata ekonomi dunia pada meningkatkan pembayaran cicilan.
umumnya (yang berpengaruh pada fluktuasi Selanjutnya, hal ini akan menyebabkan
suku bunga) (Prasetiantono, 1996). kecenderungan net transfer negatif yang
tidak bisa dibiayai dengan rekening
3. APBN dan Kemampuan transaksi berjalan mengingat transaksi
Membayar Pinjaman berjalan yang kecil (bahkan negatif).
Konsekuensinya adalah pemerintah
Suatu defisit atau surplus anggaran
mencari devisa lewat pinjaman luar negeri.
merefleksikan suatu ketidakseimbangan
Pinjaman luar negeri pemerintah akan
antara pengeluaran dan penerimaan
meningkatkan cicilan pinjaman dan bunga
pemerintah. Anggaran defisit adalah
dalam RAPBN yang merupakan komponen
besarnya pengeluaran melebihi penerimaan
anggaran rutin berarti menurunkan anggaran
yang diperoleh dari pajak, pembayaran-
pembangunan dalam RAPBN. Penurunan
pembayaran lain, dan ongkos pungutan
kemampuan membangun tidak lain berarti
retribusi. Sementara jika surplus ber-
penurunan aktivitas pembangunan maupun
langsung, maka kelebihan dana tersebut
pertumbuhan ekonomi bagi rakyat.
dapat digunakan untuk membayar dan
mengurangi pinjaman pemerintah. Surplus
4. Overlapping Generations
anggaran akan meningkatkan tabungan
Model
nasional dan membuat dana yang tersedia
di pasar kredit semakin besar. Peningkatan Pandangan Lerner
tabungan nasional dapat menurunkan
Analisis dari sebuah overlapping gen-
tingkat bunga riil, yang berkontribusi pada
eration model menunjukkan bagaimana
peningkatan investasi dengan demikian
beban dari sebuah pinjaman dapat ditransfer
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
lintas generasi (Rossen, 2002). Dalam
(Hyman, 2005).
model Lerner, suatu generasi terdiri dari
Kemampuan membayar pinjaman oleh setiap orang yang hidup pada suatu waktu,
pemerintah pada hakikatnya merupakan serta diasumsikan bahwa populasi terdiri
refleksi kemampuan APBN dalam dari suatu jumlah yang sama dari anak
349
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008
350
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh
penting dalam analisis neoklasik. Ketika Pada waktu yang bersamaan pula, defisit
pemerintah meningkatkan permintaannya anggaran federal meningkat, bagaimanapun
untuk kredit, tingkat suku bunga, yang juga, tabungan/penghematan swasta/pribadi
merupakan harga dari kredit, meningkat. Tapi (relatif terhadap produk rata-rata nasional)
jika tingkat suku bunga meningkat, investasi akan turun pula (Rossen, 2002).
pribadi menjadi lebih mahal dan efek
selanjutnya akan menyebabkan turunnya 7. Krisis Pinjaman dan
tingkat investasi tersebut. Pembayaran Cicilan utang
serta Bunga
6. Model Ricardian
Berdasarkan teori three gap model,
Barro (1974) mengemukakan, bahwa hubungan antara besarnya pembayaran cicilan
ketika pemerintah meminjam, para anggota serta bunga pinjaman adalah positif. Semakin
dari generasi ‘tua’ menyadari, bahwa tinggi jumlah pinjaman luar negeri maka jumlah
keturunannya akan semakin buruk. Anggapan cicilan dan bunga yang harus dibayar juga
lebih lanjut bahwa generasi tua akan peduli akan meningkat (Supriyanto dan Sampurna,
terhadap kesejahteraan dari keturunan- 1999:40 dalam Gunawan, 2005).
keturunannya dan oleh karena itu tidak ingin Krisis pembayaran pinjaman luar negeri
tingkat konsumsi keturunannya akan berkurang suatu negara terjadi jika memenuhi tiga
di masa datang. Hipotesis provokatif Barro persyaratan berikut ini (Eaton dan Taylor,
tentang ketidakrelevanan kebijakan fiskal 1986 dalam Zainulbasri, 2000):
pemerintah telah menjadi subyek dari banyak
perdebatan. Beberapa menolak pemikiran yang 1. Tidak sanggup membayar (insolvent)
didasarkan pada asumsi-asumsi yang luar atau tidak mampu membayar pinjaman
biasa ini. Informasi tentang implikasi-implikasi dalam jangka panjang.
dari defisit anggaran saat ini terhadap akan 2. Tidak likuid (illiquid), yakni mereka
adanya beban-beban pajak di masa depan tidak mempunyai cukup uang untuk
tidaklah mudah diperoleh.Oleh karena dalam membayar kewajiban saat jatuh tempo.
kenyataannya, bahkan tidaklah mudah dan 3. Tidak punya keinginan untuk
jelas berapa besar pinjaman yang sebenarnya. membayar.
Kritikan lain yang cukup mendasar adalah, Pada kondisi pertama dan kedua sangat
bahwa orang tidak berpandangan jauh dan akan berhubungan dengan kemampuan suatu
melakukan antisipasi seperti yang diperkirakan negara dalam memenuhi kewajiban-nya,
dalam model ini. dalam arti suatu negara mempunyai
keinginan untuk membayar tetapi tidak
Di sisi lain, dapat dikatakan bahwa ujian mampu memenuhi kewajiban tersebut karena
terakhir dari teori ini bukanlah logika dari menghadapi masalah kekurangan (shortage)
asumsi-asumsinya, tetapi apakah ini devisa luar negeri, sedangkan masalah
mengarahkan pada prediksi-prediksi yang terakhir lebih disebabkan oleh tidak adanya
dipastikan oleh data atau tidak. Menurut keinginan untuk membayar (unwillingness to
pandangan kaum yang cenderung skeptis pay) yang bisa saja dikarenakan adanya
bahwa pada awal tahun 1980-an, ada keuntungan-keuntungan ekonomis yang
banyak peningkatan dalam defisit anggaran akan diraih atau karena alasan politis lainnya.
negara. Jika model Ricardian adalah benar,
maka dapat diharapkan tabungan pribadi Krisis pinjaman dapat terjadi dalam
atau swasta meningkat secara sepadan. berbagai bentuk. Pertama, negara atau
351
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008
352
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh
353
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008
= β 0 + β 1 BDt + β 2 ERt + β 3 I 1997 t + β 4 EXRt + β 5 YRt + β 6 BDt −1 + β 7 ERt −1 +
2. Namun pada umumnya, keseimbangan
tersebut sulit tercapai dan justru β 8 I 1997 t −1 + β 9 EX t −1 + β 10 YR t −1 − λ GFD t −1 + et
ketidakseimbangan yang sering
muncul dalam jangka pendek.
Keterangan : λ = (1 − β 11 )
Ketidakseimbangan ini digambarkan Selanjutnya, penambahan dan pengurangan
dengan nilai Error Correction Term d e n g a n
(ECT) yang dirumuskan sebagai ( β1 BDt −1 + β 2 ERt −1 + β 3 I 1997 t −1 + β 4 EXRt −1 + β 5YRt −1 )
berikut:
ECT t = GFD t − β 0 + β 1 BD t + β 2 ER t + β 3 I 997 t + β 4 EX t + β 5 YR t menghasilkan persamaan-persamaan
ECTt ini disebut sebagai kesalahan berikut:
GFDt − GFDt −1 = β 0 + β1 BDt + β 2 ERt + β3 I1997t + β 4 EXRt + β5YRt + β6 BDt −1 + β 7 ERt −1 +
ketidakseimbangan (disequilibrium error).
3. Selanjutnya untuk mengetahui secara β 8 I 1997 t −1 + β 9 EX t −1 + β 10YR t −1 + β 1 BD t −1 + β 2 ER t −1 + β 3 I1997 t −1 + β 4 EXR t −1 +
β 8 I 1997 t −1 + β 9 EX t −1 + β 10 YR t −1 − (1 − β 11 ) GFD t −1 + et
(diferensi pertama pinjaman luar negeri
pemerintah)
354
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh
355
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008
Keterangan:
Nilai Kritis pada α = 5%
Keterangan:
Nilai Kritis pada
356
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh
Keterangan:
Nilai Kritis pada
Keterangan:
Nilai Kritis pada
357
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008
358
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh
359
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008
masa yang akan datang. Keadaan ini Tabel (7) Rasio Pinjaman Luar Negeri
memang tidak perlu dirisaukan apabila Pemerintah Indonesia (GFD) terhadap
kinerja ekspor maupun penerimanan pajak Ekspor (EXR) dan GNP serta Debt
Indonesia tidak mengalami gangguan dalam Service Ratio (DSR)
jangka pendek maupun dalam jangka
panjang. Namun dengan adanya krisis
ekonomi yang terjadi secara global dan
belum adanya tanda-tanda bahwa krisis ini
akan segera berakhir, maka dampak krisis
ekonomi global terhadap menurunnya
ekspor sudah mulai dirasakan. Kondisi DSR
Indonesia dari tahun 1970 hingga tahun 1984
menunjukkan kinerja yang sangat baik di
mana rata-rata DSR dalam kurun waktu
tersebut berkisar 6%. Tahun 1985 hingga
Kondisi yang semakin baik terlihat pada
rasio antara besarnya pinjaman luar negeri
terhadap ekspor. Hal ini memang
disebabkan dalam dekade terakhir
pemerintah Indonesia tidak begitu gencar
untuk menambah pinjaman luar negerinya
dalam membiayai defisit anggarannya.
Selanjutnya dari tahun 1998 rata-rata DSR TAHUN
meningkat secara tajam dengan angka rata- 1970
rata DSR lebih dari 50%. Hasil perhitungan 1971
selengkapnya dapat dilihat pada tabel (7). 1972
1973
Penutup 1974
1975
Berdasarkan hasil-hasil pembahasan
1976
tersebut diatas, maka dapat ditarik
1977
kesimpulan sebagai berikut:
1978
Pertama, hasil uji kointegrasi 1979
menunjukkan bahwa ada hubungan 1980
kointegrasi jangka panjang atau hubungan 1981
keseimbangan antara perubahan pinjaman 1982
luar negeri pemerintah Indonesia terhadap 1983
variabel-variabel makro ekonomi, yakni 1984
defisit anggaran, nilai tukar, ekspor, tingkat 1985
pertumbuhan GNP, dan variabel dummy 1986
krisis pinjaman 1997. 1987
1988
1989
1990
(Sumber : BAPPENAS, DEPKEU, BPS, data diolah) 1991
1992
1993
360 1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh
Kedua, dari hasil estimasi EG-ECM di berada pada angka/level yang cukup besar
atas dapat dikemukakan bahwa dalam dan memprihatinkan sehingga menjadi
jangka pendek variabel independen yang beban tersendiri bagi APBN Indonesia yang
berpengaruh signifikan terhadap perubahan setiap tahunnya harus mengalokasikan
pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia porsi yang sangat besar untuk membayar
adalah variabel dummy krisis ekonomi 1997 beban pokok dan bunga pinjaman yang telah
dan variabel ECT pada tingkat signifikansi jatuh tempo. Hal ini terlihat dari hasil analisis
5%. Sedangkan variabel defisit anggaran, terhadap indikator pinjaman atau kerentanan
nilai tukar, ekspor, dan tingkat GNP tidak eksternal, seperti debt to export ratio, debt
berpengaruh signifikan terhadap pinjaman to GNP ratio, dan Debt Service Ratio (DSR).
luar negeri pemerintah Indonesia selama Berdasarkan hal tersebut di atas,
periode pengamatan. setidaknya ada beberapa implikasi penting
Ketiga, signifikansi variabel ECT antara lain, perlunya perhatian pemerintah
memperkuat bukti adanya hubungan terhadap variabel makro ekonomi seperti nilai
kointegrasi atau hubungan jangka panjang/ tukar, ekspor, tingkat GNP dan kondisi
keseimbangan antara variabel independen pinjaman luar negeri pemerintah pasca krisis
dan dependennya. Selain itu, signifikansi ekonomi tahun 1997. Pemerintah perlu
variabel variabel ECT juga berarti bahwa merencanakan dan mengambil strategi
model empiris yang digunakan dalam kebijakan yang kongkrit untuk mendorong
penelitian memiliki spesifikasi model yang laju pertumbuhan ekspor, mengupayakan
valid sehingga hasil estimasi EG-ECM dapat kenaikan tingkat pertumbuhan GNP serta
digunakan untuk melihat pengaruh variabel- menjaga kapasitas atau kemampuan
variabel makro ekonomi terhadap pinjaman anggaran agar tetap berada pada level yang
luar negeri pemerintah Indonesia. Dari hasil cukup aman guna menciptakan fiscal
estimasi diketahui besarnya nilai absolut sustainability.
koefisien variabel ECT sebesar 0.416144 Selanjutnya, guna memperperbaiki
yang menjelaskan bahwa sekitar 41% kondisi pinjaman luar negeri dan
ketidaksesuaian antara nilai aktual pinjaman perekonomian Indonesia sebagai akibat
luar negeri pemerintah Indonesia dalam terjadinya shock atau gangguan dalam
jangka pendek dan nilai keseimbangan jangka pendek maka diperlukan adanya
pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia sistem peringatan dini serta pembenahan
dalam jangka panjang akan dikoreksi pada sistem kelembagaan yang lebih terpadu,
setiap tahunnya. transparan dan akuntabel serta dibarengi
Keempat, dalam jangka panjang, oleh adanya arus informasi yang lebih baik
pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia antara Pemerintah Indonesia, stake holder
dipengaruhi secara signifikan oleh nilai tukar, serta dunia Internasional guna menunjang
dummy krisis ekonomi 1997, ekspor, dan tercapainya stabilitas ekonomi dalam
tingkat GNP, sedangkan defisit anggaran negeri. Implikasi lainnya adalah perlu adanya
tidak berpengaruh signifikan terhadap komitmen dan upaya yang kuat dari
Pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia pemerintah untuk mengurangi jumlah
selama periode pengamatan. pinjaman luar negeri dan ketergantungannya
Kelima, kondisi atau posisi pinjaman terhadap pihak asing. Pemanfaatan dan
luar negeri pemerintah Indonesia saat ini peruntukan anggaran yang telah diperoleh
361
UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008
362
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri...; Samsubar Saleh
Insukindro, 1991., Pemilihan Model Ekonomi Rizky Awalil dan Nasyith Majidi ,2008. In-
Empirik dengan Pendekatan Koreksi donesia Andercover Economy: Utang
Kesalahan, Jurnal Ekonomi dan Pemerintah Mencekik Rakyat, E Pub-
Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 1, 1-8. lishing Company, Jakarta.
363