Anda di halaman 1dari 37

UTANG LUAR NEGERI

.
L/O/G/O
PENDAHULUAN

 LATAR BELAKANG
 Pembangunan ekonomi suatu negara harus didukung oleh
ketersediaan sumberdaya ekonomi, baik sumberdaya alam;
sumberdaya manusia; dan sumberdaya modal, yang
produktif.
 Keterbatasan sumber daya ekonomi negara, khususnya
sumberdaya modal mengharuskan pemerintah
mendatangkan sumberdaya ekonomi dari negara-negara
lain untuk dapat memberikan dukungan yang cukup bagi
pelaksanaan program pembangunan ekonomi nasionalnya.
 Namun, diterimanya pinjaman luar negeri tersebut dapat
menimbulkan berbagai masalah dalam jangka panjang, baik
ekonomi maupun politik, bahkan pada beberapa negara-
negara yang sedang berkembang menjadi beban yang
seolah-olah tak terlepaskan, yang justru menyebabkan
berkurangnya tingkat kesejahteraan rakyatnya.
 RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah dampak pinjaman luar
negeri yang dilakukan Indonesia terhadap
1 pembangunan dan tatanan perekonomian
Indonesia?

2 Bagaimana solusi untuk


meminimalisir utang luar negeri
Indonesia?
Pengertian dan Latar Belakang
Utang Luar Negeri
 Utang luar negeri merupakan bantuan luar negeri
(loan) yang diberikan oleh pemerintah negara-negara
maju atau badan-badan internasional yang khusus
dibentuk untuk memberikan pinjaman dengan
kewajiban untuk membayar kembali dan membayar
bunga pinjaman tersebut.

 Tujuannya untuk menutup kekurangan kebutuhan


pembiayaan investasi dan untuk membiayai defisit
transaksi berjalan (current account) neraca
pembayaran dalam rangka pembiayaan transaksi
internasional sehingga posisi cadangan devisa tidak
terganggu.
Penyebab Besarnya Utang Luar
Negeri
 Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya utang luar negeri
Indonesia:
1) Strategi defisit anggaran
2) Tidak menyadari secara penuh biaya
yang harus ditanggung di masa depan
3) Adanya faktor sosial politik dari
penentu kebijakan Faktor sosial dan
politik lebih dominan dibanding faktor
ekonomi dalam melakukan utang
Bentuk-bentuk Pinjaman Luar
Negeri

1.Dilihat dari sumber 2. Dilihat dari segi


dananya persyaratannya

 Pinjaman Multilateral  Pinjaman Lunak

 Pinjaman Bilateral  Pinjaman setengah


lunak
 Pinjaman Sindikasi
Sumber Pinjaman Luar Negeri
dalam Pembangunan Indonesia

 World Bank
 Asian Development Bank (ADB)
 Consultative Group on Indonesia
( CGI )
 Pinjaman di Luar IGGI/CGI
 Pinjaman/hibah lainnya
Ketentuan dan Persyaratan Utang
Luar Negeri
Prinsip Dasar Penerimaan
Pinjaman Luar Negeri
 Pinjaman yang diterima harus berjangka panjang dengan syarat-
syarat yang ringan, yaitu syarat yang masih dapat dipenuhi secara
normal dan wajar.
 Pinjaman yang diterima tidak disertai dengan suatu ikatan politik
apapun dan dilandasi azas yang saling menguntungkan secara
wajar.
 Jumlah dan syarat pinjaman disesuaikan dengan batas kemampuan
untuk membayar kembali dan tidak menimbulkan beban yang
terlalu memberatkan terhadap neraca pembayaran.
 Penggunaan dan penarikan dana pinjaman tidak terlalu ketat dan
lebih disukai jenis pinjaman yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan
 Sumber dana pinjaman harus jelas dan pihak kreditor dikenal
mempunyai reputasi yang baik.
 Perlu adanya penganekaragaman (diversifikasi) sumber dan bentuk
pinjaman
 Penggunaan pinjaman tidak dibatasi untuk impor barang/jasa dari
negara pemberi pinjaman saja, tetapi hendaknya bebas digunakan
untuk kepentingan impor dari Negara lain.
Pengaruh Utang Luar Negeri di
Indonesia
 Dalam jangka panjang, ternyata utang luar
negeri dapat menimbulkan permasalahan
ekonomi pada banyak negara debitur. Di
samping beban ekonomi yang harus diterima
rakyat pada saat pembayaran kembali, juga
beban psikologis politis yang harus diterima
oleh negara debitur akibat
ketergantungannya dengan bantuan asing.
Pembangunan dan Utang Luar
Negeri: Masalah Pro dan Kontra
 Pandangan yang pro mengatakan
bahwa utang luar negeri telah terbukti
memberikan sumbangan yang berarti
bagi pembangunan di negara-negara
berkembang.
 Sedangkan pandangan yang kontra
berpendapat, utang luar negeri justru
menciptakan ketergantungan baru
yang berimplikasi luas, baik ekonomi
maupun politik.
Dampak Utang Luar Negeri

 Sisi efektifitas, secara internal, utang luar negeri menghambat tumbuhnya


kemandirian ekonomi negara. Serta pemicu terjadinya kontraksi belanja
sosial, merosotnya kesejahteraan rakyat, dan melebarnya kesenjangan.

 Secara eksternal, utang luar negeri menjadi pemicu meningkatnya


ketergantungan negara pada modal asing, dan pada pembuatan utang
luar negeri secara berkesinambungan .

 Sisi kelembagaan, lembaga-lembaga keuangan multilateral diyakini telah


bekerja sebagai kepanjangan tangan negara-negara Dunia Pertama
pemegang saham utama mereka, untuk mengintervensi negara-negara
penerima pinjaman.

 Sisi ideologi, utang luar negeri diyakini telah dipakai oleh negara-negara
pemberi pinjaman, terutama Amerika, sebagai sarana untuk
menyebarluaskan kapitalisme neoliberal ke seluruh penjuru dunia.

 Sisi implikasi sosial dan politik, utang luar negeri sebagai sarana yang
sengaja dikembangkan oleh negara-negara pemberi pinjaman untuk
mengintervensi negara-negara penerima pinjaman.
Dampak Pinjaman Luar Negeri yang Dilakukan
Indonesia Terhadap Pembangunan dan Tatanan
Perekonomian Indonesia

a) Debt Service Ratio (DSR)

 Rasio pembayaran cicilan


Debt Service Ratio pokok hutang dan bunganya
(DSR) terhadap hasil ekspor

 Indikator ini menunjukkan


sejauh mana tingkat likuiditas
satu perekonomian negara
terkait dengan hutang luar
negeri.
DSR dengan tingkat di atas 40% DSR yang rendah sekitar 10%

menunjukkan bahwa menunjukkan tatanan


perekonomian nasional mengalami
permasalahan serius dan kesulitan
perekonomian nasional
membayar hutang diprediksi akan yang lebih baik.
lebih tinggi
b) Utang Luar Negeri dan Tingkat Kemiskinan

bantuan luar negeri telah beralih fungsi dari sebagaimana


mestinya. Pada awalnya bantuan dimaksudkan untuk
membantu pergerakan ekonomi nasional dan mengurangi
kemiskinan, namun saat ini berfungsi sebagai alat
pembayaran utang dan bunga utang sebelumnya.
Program pembangunan yang dijanjikan tidak dapat
berjalan dan pemerintah Indonesia semakin tidak mampu
mengatasi permasalahan kemiskinan di negara-nya.
c) Penyalahgunaan Fungsi Hutang Luar
Negeri dan Dampaknya Terhadap
Pembangunan Indonesia

Penyalahgunaan dari Pihak


Pemberi Dana (Luar Negeri)

Dalam pembuatan persyaratan peminjaman biasanya


pihak pemberi dana memasukkan unsur kepentingan
terhadap negara peminjam. Unsur kepentingan itu
diimplementasikan dalam intervensi kebijakan ekonomi
internal negara peminjam dana.
Contoh paling nyata adalah
seperti yang dilakukan oleh
Amerika Serikat terhadap
Indonesia.
Amerika Serikat melakukan
intervensi besar-besaran
terhadap perekonomian
Indonesia bahkan arah
kebijakan politik Indonesia.
DAMPAK YANG AKAN TERJADI ???

Negara peminjam menjadi pusat


eksploitasi Sumber Daya Alam dan
Sumber Daya Manusia, dan juga sebagai
tempat pemasaran produk yang
dihasilkan negara pemberi pinjaman.
Penyalahgunaan dari Pihak
Peminjam Dana (Dalam Negeri)

Tercatat hingga Oktober 2011 utang luar negeri Indonesia


membengkak hingga 40% demi kepentingan penambahan
bonus-bonus. Hal ini dinilai tidak fundamental dengan tujuan
pembangunan nasional karena hanya terfokus kepada
kepentingan sekelompok orang saja dan tidak dinikmati secara
langsung masyarakat luas. Kemudian semakin diperparah
dengan tingginya budaya korupsi.
Solusi Pemecahan Utang Luar
Negeri Indonesia

1.Debt Swap 2.Diplomasi Ekonomi


solusi yang paling Diplomasi ekonomi juga penting
sederhana mengatasi dilembagakan dengan sasaran
utang luar negeri adalah untuk memperoleh keringanan dan
dengan mengoptimalkan penghapusan sebagian hutang
restrukturisasi utang sehingga proses pengurasan
sumber daya dapat dihambat

3.Potensi Internal
4.Kebijakan Pemerintah Pemerintah Sendiri
pemerintah harus
mempunyai kemauan dan Dengan menjaga kinerja
itikad baik untuk mengakhiri makro-ekonomi dalam
semua hasrat posisi yang stabil dan
berhutangnya, dan menolak menstop utang luar
secara tegas pengaruh dan baru.
tekanan dari negara lain
yang ingin menjerat negara
ini dengan utang yang
besar
 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama 2016 hingga 2020,
rasio utang negara terhadap produk domestik bruto (PDB)
meningkat. Rasio utang pada 2016 sebesar 28,3% dari
PDB, sementara tahun ini hingga Mei tercatat menjadi 32,1%.
 Peningkatan utang lantaran belanja negara semakin agresif untuk
infrasturktur, perlindungan sosial, dan dana desa. Khususnya tahun
ini yang fokus untuk penanganan pandemi Covid-19. Meski
demikian, peningkatan ini belum melanggar amanat Undang-
Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa
rasio utang maksimal 60% dari PDB.
 Pembiayaan utang tercatat mengalami peningkatan tertinggi pada
2020. Hal ini karena pembiayaan defisit anggaran dan utang yang
jatuh tempo. Pada 2018 trennya sempat mulai turun terimbas
distabilitas perekonomian dunia yang ditandai dengan peningkatan
suku bunga dan depresiasi mata uang nasional terhadap dolar
Amerika Serikat. Namun, pembiayaan kembali meningkat pada 2019
 Hampir semua negara berkembang menghadapi masalah
utang luar negerinya. Pasalnya, utang luar negeri
diperlukan untuk pembangunan ekonomi negaranya akibat
tabungan dalam negeri yang tidak cukup untuk membiayai
investasinya. Oleh sebab itu, utang luar negeri identik
dengan pembangunan ekonomi negara berkembang.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghindarkan
negara-negara tersebut dari perangkap hutang, namun
hutang tetap dibutuhkan untuk kelangsungan pembangunan
negara-negara bersangkutan akibat ketergantungannya
yang sudah demikian besar.
 Untuk itu, utang luar negeri menjadi suatu keharusan.
Perannya semakin penting karena lembaga keuangan
internasional seperti IMF dan Bank Dunia, mengelolanya
secara institusional dan professional, dan karena banyak
negara yang membutuhkannya. Kenyataan ini mengacu
pada teori Harrod dan Domar yang menyatakan bahwa
untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang
dikehendaki, maka suatu negara memerlukan sejumlah dana
tertentu. Oleh karena dana tersebut tidak cukup tersedia di
dalam negeri, maka kekurangannya harus dipenuhi dari
luar.

23
Kerangka Teori:
Pendukung
 Teori Pertumuhan Neo-Klasik: Harrod-Domar dengan teorinya tentang
“Incremental Capital Output Ratio (ICOR)” memberikan rumusan
mengenai kebutuhan dana yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (g).
Dengan laju pertumbuhan ekonomi, ICOR dan tingkat tabungan tertentu
(s), maka akan diketahui kebutuhan pinjaman luar negeri. Formula yang
digunakan adalah g = s/k.
 Teori dual-analysis gap yaitu Saving Gap yang mencerminkan jumlah dana
yang diperlukan untuk melengkapi kekurangan tabungan dalam negeri,
dan Exchange Gap yang mencerminkan besarnya tambahan modal (devisa)
yang diperlukan diluar kemampuan negara yang diperoleh dari hasil
ekspornya.
 Teori tarikan (pull theory) dan desakan (push loan). Teori tarikan
didasarkan atas keterkaitannya dengan proses peningkatan kapasitas
produksi, sementara desakan disebabkan oleh dorongan lembaga
keuangan internasional, lembaga yang mengelola bantuan, akibat surplus
dana. Terjadinya surplus ini disebabkan oleh berkurangnya permintaan
pinjaman negara-negara maju pada lembaga keuangan internasional
tersebut.
 Utang luar negeri juga dapat diterangkan melalui teori permintaan dan
penawaran (demand and supply theory) dimana kurva permintaan adalah
kebutuhan negara berkembang untuk membiayai pembangunan
ekonominya, sedangkan kurva penawaran adalah pasokan dana oleh
negara maju untuk disalurkan ke negara yang memerlukannya dengan
sejumlah persyaratan tertentu.

24
Kerangka Teori : Penentang
 Teori yang menjelaskan bahwa tingkat akumulasi ULN
yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi
suatu negara dikemukakan oleh beberapa teori yang,
diantaranya debt overhang theories dan laffer curve.
 Pada intinya, debt overhang theories menggambarkan
bahwa semakin besar akumulasi utang suatu negara,
maka akan semakin menurun kemampuan membayar
kembali utang tersebut.
 Sementara itu, laffer curve menggambarkan efek
akumulasi utang terhadap pertumbuhan PDB. Menurut
teori ini, utang memang diperlukan pada tingkat yang
wajar dan penambahan utang akan memberikan
dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi
sampai pada suatu titik atau limit tertentu.

25
Pemahaman Utang Luar
Negeri

 Pengaruh bantuan luar negeri terhadap


pertumbuhan ekonomi sering mendapat kesulitan
dalam pemahamannya, karena:
a. Laju pertumbuhan ekonomi tidak hanya
dipengaruhi oleh aliran modal (investasi) luar
negeri tetapi juga oleh faktor lain seperti struktur
ekonomi, sistem perpajakan, neraca perdagangan,
pertumbuhan penduduk dan sebagainya
b. Pertumbuhan negara donor sering menentukan
laju pertumbuhan negara penerima bantuan luar
negeri
c. Ada “time-lag” antara modal masuk dengan
pengaruh pertumbuhan dimaksud
d. Bagian tertentu dari bantuan luar negeri untuk
perbaikan infrastruktur, pendidikan, dan
kelembagaan yang pengaruhnya terhadap laju
pertumbuhan ekonomi agak terbatas/jangka
26
panjang
Pedoman Utang Luar
Negeri
 Pada dasarnya, pemanfaatan utang ini
harus diselaraskan dengan politik luar
negeri yang bebas aktif, yaitu:
a. Utang luar negeri hanya bersifat pelengkap
dan tidak boleh dikaitkan dengan ikatan
politik
b. Syarat-syarat pembayaran utang tidak
memberatkan negara penerima dan dalam
batas-batas kemampuan untuk membayar
kembali
c. Penggunaan bantuan luar negeri
diperuntukkan bagi pembiayaan proyek-
proyek yang produktif sesuai dengan
prioritas pembangunan dan dapat
memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi kesejahteraan rakyat.

27
Beban Cicilan dan Bunga
Utang Terhadap
Perekonomian
 Beban cicilan dan bunga utang pemerintah yang
semakin besar juga menggeser alokasi dana-dana
untuk pengeluaran pos lain. Secara tidak langsung,
masyarakat terkena dampaknya dengan berkurangnya
proporsi pengeluaran untuk pos-pos yang berkaitan
dengan kesejahteraan masyarakat. Pembayaran utang
dan bunganya (debt service)—yang semakin besar
proporsinya –mengakibatkan:
a. Mengecilnya proporsi alokasi anggaran pembangunan
karena untuk membayar utang dan bunga
b. Gaji pegawai negeri semakin kecil proporsinya
atau dengan kata lain sangat sulit bagi pegawai
negeri mendapatkan peningkatan gaji yang signifikan
c. Pencabutan berbagai macam subsidi listrik dan bahan
bakar minyak walaupun subsidi tersebut memang
salah target

28
Peran World Bank dan IMF
dalam Akumulasi Utang
 Peran Bank Dunia sebagai fasilitator negara-negara kreditor dalam
memberikan pinjaman ke Indonesia memiliki peranan yang sangat penting.
Oleh karena itu, perilaku lembaga multilateral ini perlu dilihat lebih dalam
lagi. Perilaku Bank Dunia dalam menjalankan misinya dipengaruhi peran
gandanya di mana kedua peran itu sesungguhnya saling bertolak
belakang.
 Pertama, peran Bank Dunia merupakan agen pembangunan bagi negara-
negara peminjam.
 Kedua, peran Bank Dunia sebagai bank komersial dan professional atas
dana yang diterima dan dana yang disalurkannya. Peran kedua inilah yang
lebih berkaitan dengan kelangsungan hidup dari Bank Dunia sendiri,
karena dari keuntungan selisih bunga pinjaman dan bunga simpanan Bank
Dunia memperoleh penghasilannnya yang digunakan untuk membayar
(dengan mahal) para pegawainya dan dividen bagi para negara pemegang
saham.

29
Permasalahan Utang Luar
Negeri
 Kekhawatiran banyak pihak terhadap kondisi pinjaman luar negeri
pemerintah maupun pinjaman swasta cukup beralasan. Angka
statistik pinjaman luar negeri, baik pinjaman pemerintah maupun
swasta, memang menunjukkan tingginya kewajiban Indonesia
dalam membayar kembali pokok dan bunga pinjaman luar negeri.
 Beberapa indikator yang lazim digunakan dalam mengukur beban
utang, seperti debt service ratio (DSR/rasio cicilan dan pokok
utang terhadap ekspor), debt to export ratio (rasio utang terhadap
ekspor) dan debt to GDP ratio (rasio utang terhadap produk
domestik bruto), telah menunjukkan adanya perbaikan pada masa
krisis ini (lihat tabel. 9.3). Tetapi secara umum ketiga indikator
kelangsungan utang luar negeri Indonesia menujukkan angka
diatas normal menurut kiteria Bank Dunia. Hal ini berarti bahwa
utang luar negeri Indonesia mengalami beban yang sangat berat
yang dapat mengancam kelangsungan pembayaran kembali utang.
 Bank dunia menetapkan bahwa suatu negara dikategorikan
sebagai negara penghutang berat (severely indebted country) jika
negara yang bersangkutan memiliki debt to GDP ratio diatas 80
persen dan debt to export ratio lebih besar dari 220 persen. Untuk
kedua indikator tersebut, Indonesia sejak pasca krisis ekonomi
1998-2003 menunjukkan angka diatas kriteria Bank dunia yang
berarti Indonesia tergolong negara penghutang berat.

30
Fungsi Pengelolaan Utang
 Mengelola ULN membutuhkan suatu landasan yang
kuat untuk mengupayakan agar kebutuhan
pembiayaan pemerintah dan kewajibannya berada
pada biaya yang seminimal mungkin dalam jangka
panjang dan menengah, serta dengan
mempertimbangkan tingkat risiko dalam batas
toleransi pemerintah. Sehubungan dengan itu
diperlukan kerangka kelembagaan manajemen utang
dalam pengelolaan ULN, khususnya pinjaman luar
negeri pemerintah, yang mengintegrasikan fungsi-
fungsi front, middle, dan back office secara efisien dan
berpedoman pada prinsip-prinsip utang yang hati-
hati. Dalam pengelolaan tersebut, selain
memposisikan fungsi front office dan back office
secara benar, fungsi middle office perlu didirikan
secara terpisah dari front office.

31
Upaya-upaya penyelesaian
utang luar negeri
 Upaya penyelesaian utang luar negeri dapat di tempuh dengan cara-cara
sebagai berikut:
1. Mengurangi secara bertahap pembiayaan luar negeri bersih, yang merupakan
selisih antara pencairan pinjaman baru dan pembayaran pokok utang
2. Membenahi mekanisme dan prosedur peminjaman luar negeri, termasuk
perencanaan, proses produksi, pemanfaatan dan pengawasannya. Dikelola
secara transparan dan selalu dikonsultasikan dengan DPR dan diatur dengan
Undang-undang.
3. Memanfaatkan pinjaman secara optimal sesuai dengan prioritas
pembangunan dan dilaksanakan secara transparan, efektif dan efisien
4. Mengkaji secara menyeluruh kemampuan setiap proyek dan mempertajam
prioritas pengeluaran anggaran dalam memperkuat pengawasan yang
sistematik, utamanya bagi proyek-proyek yang dibiayai dengan utang luar
negeri
5. Meningkatkan kemampuan renegosiasi dan diplomasi pinjaman luar negeri.
6. Menerbitkan obligasi pemerintah untuk kebutuhan pembangunan diluar
kebutuhan obligasi untuk rekapitulasi perbankan
7. Mengurangi tambahan beban pinjaman dalam negeri melalui rekstrukturisasi
perbankan dan utang swasta
8. Utang luar negeri harus secepatnya diposisikan kembali hanya sebagai
pelengkap dan bersifat sementara seperti dulu ditetapkan waktu menyusun
Repelita I dan Repelita II
9. Utang luar negeri harus dijadwal ulang dengan keinginan bunga dan pokok
melalui global diplomacy and cooperation

32
Upaya-upaya penyelesaian
utang luar negeri (continued)
10 Utang luar negeri harus dikaitkan secara langsung dengan semangat self-help
dan self-reliance dengan bunga rendah, menghindari sindroma madu beracun
11 Pembiayaan pembangunan dari sumber-sumber dalam negeri berupa deficit
financing plus obligasi negara yang dijual kepada rakyat. Deficit financing
dengan mencetak uang tidak perlu dikhawatirkan apabila diikuti secara
langsung dengan kegiatan-kegiatan produktif di sektor riil, sehingga inflasi
yang tidak terkontrol dapat dicegah terutama akibat pengaruh uang yang
beredar.
12. Meningkatkan penerimaan dalam negeri dari sektor perpajakan. Pajak
merupakan insentif produksi dan disinsentif konsumsi mewah. Basis pajak
perlu diperluas dan sistem pajak ultra progresif dikenakan terhadap
kekayaan/pemilikan barang-barang mewah
13. Merestruktur pola industri nasional ke arah resource-based industry dengan
ketergantungan minimal dari komponen luar negeri dan meningkatnya secara
maksimal penggunaan komponen luar negeri menuju self-reliance. Dengan
sekaligus melaksanakan restrukturisasi industri nasional secara mapan (baik
meliputi restrukturisasi ekonomis, institusi maupun manajemen), maka
perekonomian nasional akan berakar di dalam negeri dan sekaligus pula akan
dapat memperkukuh fundamental ekonomi nasional
14. Investasi luar negeri harus diterima secara lebih selektif, on our own terms,
sehingga rakyat dapat ikut berpartisipasi secara emansipatif dalam
pembangunan dan menerima nilai-tambah secara optimal
15. Pengawasan efektif lalu lintas devisa untuk menghindarkan capital flight
secara spekulatif.
16. Pemberantasan KKN untuk menyumbat kebocoran-kebocoran dana dan
menghindari high cost economy

33
Keluar Dari Perangkap Utang
 Indonesia saat ini sudah terperosok jauh ke jurang utang
dan untuk keluar dari jurang tersebut bukan perkara yang
mudah serta memerlukan upaya yang berhati-hati, sabar,
dan terencana. Keluar dari perangkap utang bukan hanya
sekedar bisa melunasi utang pemerintah dan swata, tetapi
lebih jauh lagi, di dalamnya juga mengharuskan terjadinya
reformasi struktural dalam perekonomian Indonesia. Seperti
diketahui bahwa penyebab suatu bangsa berutang adalah
karena kesenjangan investasi tabungan dan kesenjangan
defisit neraca transaksi berjalan.
 Oleh karena itu, upaya meningkatkan tabungan menjadi
sangat penting bagi upaya keluar dari perangkat utang.
Selain itu, agar neraca transaksi berjalan menunjukkan
angka yang sehat maka kinerja ekspor mesti ditingkatkan.
Hal ini sangat terkait dengan upaya bagaimana produk-
produk yang memiliki keunggulan komparatif bisa muncul
sebagai komoditi ekspor utama. Di dalamnya juga termasuk
bagaimana pasar menjadi arena yang fair bagi semua pelaku
usaha untuk bersaing satu sama lain sehingga pelaku usaha
terbaiklah yang muncul ke permukaan, bukannya pelaku
usaha karbitan pemburu rente seperti selama ini.

34
Argumen Penghapusan ULN
 Beberapa argumen untuk penghapusan utang ini, yaitu:
 Pertama, karena belas kasihan—karena terpuruk ke dalam lembah
kemiskinan sebagai akibat krisis ekonomi yang dalam.
 Kedua, karena sebagian dari utang tersebut adalah utang ilegal atau
najis (odius debt). Utang najis adalah utang yang diberikan negara
peminjam atau lembaga multilateral, namun tidak digunakan untuk
keperluan pembangunan atau dengan kata lain utang-utang
tersebut tidak sampai ke tangan rakyat. Tetapi, dikorupsi oleh
penguasa-penguasa di negara penerima. Sehingga adalah sah jika
utang ini tidak diakui utang suatu pemerintahan. Gerakan
penghapusan utang negara-negara dunia ketiga sudah menjadi satu
gerakan yang akan mendunia, yaitu gerakan Jubilee 2000 yang
dipelopori gereja-gereja Khatolik di Amerika Latin.
 Ketiga, penghapusan utang karena kesalahan perilaku kreditor,
khususnya lembaga multilateral seperti Bank Dunia. Salah satu
penyebab proyek-proyek yang dibangun tidak memberikan
kontribusi yang berarti bagi masyarakat negara debitor adalah
karena kesalahan staf-staf Bank Dunia yang melakukan studi
kelayakan proyek, merekomendasikan, dan menyetujuinya. Selain
itu, kebocoran dana-dana juga tidak terlepas dari sikap Bank Dunia
yang hanya mementingkan kepentingannya—yaitu, pembayaran
cicilan dan bunga utang lancar—tanpa memperhatikan kesuksesan
proyek dan tanpa pengawasan yang berarti.

35
Dampak Utang Luar Negeri
 Dari sisi moneter, posisi utang yang terlalu tinggi (tidak
sustainable) akan menimbulkan tekanan depresiatif terhadap nilai
tukar Rupiah. Artinya kurs Rupiah masih sulit untuk diangkat,
malah akan terus melemah, sementara harga dollar akan makin
tinggi
 Dari sisi fiskal, beban utang yang besar akan mengurangi ruang
gerak pemerintah dalam memberikan stimulus bagi pemulihan
kegiatan ekonomi. Defisit fiskal yang besar, apabila terjadi dalam
periode yang cukup lama, akan meningkatkan ekspektasi inflasi
dan depresiasi. Melemahnya nilai tukar Rupiah akan mempersulit
kebijakan moneter dalam mengendalikan inflasi.
 Apabila tekanan inflasi akibat depresiasi Rupiah tersebut tidak
diredam, maka akan mengurangi, bahkan menghilangkan dampak
positif depresiasi Rupiah terhadap transaksi berjalan.
 Dari sisi moneter, pilihan kebijakan yang dapat diambil untuk
meredam inflasi adalah penerapan kebijakan moneter yan ketat.
Dalam kondisi kurs rupiah yang melemah tajam, hal itu tentu akan
mendorong kenaikan suku bunga secara tajam berikut dampak
negatifnya terhadap seluruh sektor perekonomian.
 Dari sisi fiskal, pilihan kebijakan dapat diambil untuk meredam
kenaikan inflasi adalah dengan menciptakan surplus anggaran.
Namun, menjadikan APBN surplus melalui peningkatan penarikan
pajak, justru akan berdampak negatif terhadap proses pemulihan
ekonomi.

36
Negeri Terkini: Beban
Ekonomi yang Makin
Berat
 Dalam tempo satu semester memimpin Indonesia, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono telah meneken 21 perjanjian
utang baru senilai 1,62 miliar dolar AS. Jumlah tersebut
akan bertambah karena Indonesia pun sudah dijanjikan
akan mendapat pinjaman sebesar 3,4 miliar dolar AS dari
negara-negara anggota Consultative Group on Indonesia
(CGI). Jumlah tersebut belum seberapa. Sebab KTT
infrastruktur yang digelar Medio Janurai 2005 lalu,
pemerintah dijanjikan akan mendapat utang 10 miliar dolar
AS. Dengan demikian, bila dijumlahkan semuanya mencapai
14,4 miliar dolar AS.
 Utang baru tersebut akan semakin menegaskan posisi
Indonesia sebagai negara pengutang terbesar. Sebelumnya,
jumlah utang luar negeri (pemerintah) mencapai 78,7 miliar
dolar AS, utang publik ini akan semakin membengkak bila
memperhitungkan utang dalam negeri yang jumlahnya kira-
kira 60 miliar dolar AS. Sementara utang luar negeri BUMN
mencapai 4,8 miliar dolar AS, dan utang luar negeri swasta
mencapai 45,5 miliar dolar AS. Dengan demikian, total utang
Indonesia (sebelum utang baru) mencapai 190 miliar dolar
AS atau melebihi PDB yang pada 2004 besarnya 182 miliar
dolar AS

37

Anda mungkin juga menyukai