Anda di halaman 1dari 47

KEUANGAN NEGARA

PENGELUARAN /
BELANJA NEGARA
Nur Imam Taufik

1
• Tujuan kuliah ini adalah
untuk memahami :
– TEORI PENGELURAN
NEGARA
– PRINSIP ANGGARAN
– JENIS-JENIS
PENGELUARAN NEGARA
– ANGGARAN DEFISIT
– KEBIJAKAN MENGATASI
DESFISIT ANGGARAN

2
TEORI PENGELUARAN NEGARA
3

 Musgrave dan Rostow


 Perkembangan pengeluaran negara sejalan dengan tahap
perkembangan ekonomi dari suatu negara
 Pada tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran
negara yang besar untuk investasi pemerintah, utamanya untuk
menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan,
pendidikan, dll
 Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap
diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi
sektor swasta sudah mulai berkembang
 Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah
tetap diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, misalnya peningkatan pendidikan, kesehatan, jaminan
sosial dsb.
TEORI PENGELUARAN NEGARA
4

 Wagner
 Berdasarkan pengamatan dari negara-negara maju, disimpulkan bahwa
dalam perekonomian suatu negara, pengeluaran pemerintah akan
meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita negara
tersebut.
 Di negara-negara maju, kegagalan pasar bisa saja terjadi, menimpa
industri-industri tertentu dari negara tersebut. Kegagalan dari suatu
industri dapat saja merembet ke industri lain yang saling terkait. Di sini
diperlukan peran pemerintah untuk mengatur hubungan antara
masyarakat, industri, hukum, pendidikan, dll
TEORI PENGELUARAN NEGARA
5

 Peacock dan Wiseman


 Kebijakan pemerintah untuk menaikkan pengeluaran negara tidak
disukai oleh masyarakat, karena hal itu berarti masyarakat harus
membayar pajak lebih besar
 Masyarakat mempunyai sikap toleran untuk membayar pajak sampai
pada suatu tingkat tertentu. Apabila pemerintah menetapkan jumlah
pajak di atas batas toleransi masyarakat, ada kecenderungan masyarakat
untuk menghindar dari kewajiban membayar pajak. Sikap ini
mengakibatkan pemerintah tidak bisa semena-mena menaikkan pajak
yang harus dibayar masyarakat
 Dalam kondisi normal, dengan berkembangnya perekonomian suatu
negara akan semakin berkembang pula penerimaan negara tersebut,
walaupun pemerintah tidak menaikkan tarif pajak. Peningkatan
penerimaan negara akan memicu peningkatan pengeluaran dari negara
tersebut.
TEORI PENGELUARAN NEGARA
6

 Peacock dan Wiseman


 Dalam kondisi tidak normal, misalnya dalam keadaan perang, pemerintah
memerlukan pengeluaran negara yang lebih besar. Keadaan ini membuat
pemerintah cenderung meningkatkan pungutan pajak kepada masyarakat.
Peningkatan pungutan pajak dapat mengakibatkan investasi swasta
berkurang, dan perkembangan perekonomian menjadi terkendala.
 Perang tidak bisa dibiayai dari pajak saja. Pemerintah terpaksa cari pinjaman
untuk biaya perang. Setelah perang selesai pemerintah harus membayar
angsuran pinjaman dan bunga. Oleh karenanya pajak tidak akan turun ke
tingkat semula walaupun perang sudah selesai.
 Setelah perang selesai, pengeluaran negara akan turun dari tingkat
pengeluaran negara saat perang, namun masih lebih tinggi dari tingkat
pengeluaran negara sebelum perang. Sementara itu pengeluaran swasta akan
meningkat, namun masih masih dibawah tingkat pengeluaran swasta
sebelum perang
KEWAJIBAN NEGARA DAN KAITANNYA DENGAN PENGELUARAN
NEGARA
7

 Kewajiban negara dalam rangka menjaga kelangsungan kedaulatan negara


(pemerintah) dan meningkatkan kemakmuran masyarakat, mencakup:
 mempersiapkan, memelihara, dan melaksanakan keamanan negara
 menyediakan dan memelihara fasilitas untuk kesejahteraan sosial dan
perlindungan sosial, termasuk
 fakir miskin
 jompo
 yatim piatu
 masyarakat miskin
 pengangguran
 menyediakan dan memelihara fasilitas kesehatan
 menyediakan dan memelihara fasilitas pendidikan
 Sebagai konsekuensi pelaksanaan kewajibannya, pemerintah perlu dana yang
memadai, dianggarkan melalui APBN/APBD, dan pada saatnya harus
dikeluarkan melalui Kas Negara/Kas Daerah
MACAM-MACAM PENGELUARAN
NEGARA
8

• Menurut Organisasi
– Pemerintah Pusat
– Pemerintah Propinsi
– Pemerintah Kabupaten/Kota

• Menurut Sifat
– Pengeluaran Investasi
– Pengeluaran Penciptaan Lapangan Kerja
– Pengeluaran Kesejahteraan Rakyat
– Pengeluaran Penghematan Masa Depat
– Pengeluaran Yang Tidak Produktif
PENGELUARAN PEMERINTAH
9
PUSAT
Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi:
 Pengeluaran untuk Belanja

 Belanja Pemerintah Pusat


 Belanja Pegawai
 Belanja Barang
 Belanja Modal
 Pembayaran Bunga Utang
 Subsidi
 Belanja Hibah
 Bantuan Sosial
 Belanja Lain-lain
 Dana yang dialokasikan ke Daerah
 Dana Perimbangan
 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
PENGELUARAN PEMERINTAH
10
PUSAT

Dalam APBN, pengeluaran


Pemerintah Pusat dibedakan
menjadi:

 Pengeluaran untuk Pembiayaan


 Pengeluaran untuk Obligasi
Pemerintah
 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar
Negeri
PENGELUARAN PEMERINTAH
11
PROPINSI
Dalam APBD Propinsi, pengeluaran negara dibedakan menjadi:
 Pengeluaran untuk Belanja
 Belanja Operasi, yang terdiri dari
 Belanja Pegawai
 Belanja Barang dan jasa
 Belanja Pemeliharaan
 Belanja perjalanan Dinas
 Belanja Pinjaman
 Belanja Subsidi
 Belanja Hibah
 Belanja Bantuan Sosial
 Belanja Operasi Lainnya
 Belanja Modal, terdiri dari:
 Belanja Aset Tetap
 Belanja aset lain-lain
 Belanja tak tersangka
PENGELUARAN PEMERINTAH
12
PROPINSI
Dalam APBD Propinsi, pengeluaran negara dibedakan menjadi:

 Bagi hasil pendapatan ke kabupaten/kota/desa, terdiri dari


 Bagi hasil pajak ke Kabupaten/Kota
 Bagi hasil retribusi ke Kabupaten/Kota
 Bagi hasil pendapatan lainnya ke Kabupaten/Kota

 Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari


 Pembayaran Pokok Pinjaman
 Penyertaan modal pemerintah
 Belanja investasi Permanen
 Pemberian pinjaman jangka panjang
PENGELUARAN PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA
13

Dalam APBD Kabupaten/Kota, pengeluaran negara dibedakan menjadi:


 Pengeluaran untuk Belanja
 Belanja Operasi, yang terdiri dari
 Belanja Pegawai
 Belanja Barang dan jasa
 Belanja Pemeliharaan
 Belanja perjalanan Dinas
 Belanja Pinjaman
 Belanja Subsidi
 Belanja Hibah
 Belanja Bantuan Sosial
 Belanja Operasi Lainnya
 Belanja Modal, terdiri dari:
 Belanja Aset Tetap
 Belanja aset lain-lain
 Belanja tak tersangka
PENGELUARAN PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA
14

Dalam APBD Kabupaten/Kota, pengeluaran negara dibedakan menjadi:

 Bagi hasil pendapatan ke desa/kelurahan, terdiri dari


 Bagi hasil pajak ke Desa/Kelurahan
 Bagi hasil retribusi ke Desa/Kelurahan
 Bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa/Kelurahan

 Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari


 Pembayaran Pokok Pinjaman
 Penyertaan modal pemerintah
 Pemberian pinjaman kepada BUMD/BUMN/Pemerintah Pusat/Kepala Daerah
otonom Lainnya
JENIS-JENIS PENGELUARAN NEGARA
MENURUT SIFATNYA
15

 PENGELUARAN INVESTASI
 Pengeluaran yang ditujukan untuk menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di
masa datang
 Misalnya, pengeluaran untuk pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, satelit,
peningkatan kapasitas SDM, dll

 PENGELUARAN PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA


 Pengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta memicu peningkatan
kegiatan perekonomian masyarakat

 PENGELUARAN KESEJAHTERAAN RAKYAT


 Pengeluaran yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kesejahteraan
masyarakat, atau pengeluaran yang dan membuat masyarakat menjadi bergembira
 Misalnya pengeluaran untuk pembangunan tempat rekreasi, subsidi, bantuan
langsung tunai, bantuan korban bencana, dll
JENIS-JENIS PENGELUARAN NEGARA
MENURUT SIFATNYA
16

 PENGELUARAN PENGHEMATAN MASA DEPAN


 Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat langsung bagi negara,
namun bila dikeluarkan saat ini akan mengurangi pengeluaran
pemerintah yang lebih besar di masa yang akan datang
 Pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan masyarakat,
pengeluaran untuk anak-anak yatim, dll

 PENGELUARAN YANG TIDAK PRODUKTIF


 Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat secara langsung
kepada masyarakat, namun diperlukan oleh pemerintah
 Misalnya pengeluaran untuk biaya perang
PENGELUARAN NEGARA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PEREKONOMIAN
17

 Ada beberapa sektor perekonomian yang umumnya


terpengaruh oleh besar atau kecilnya pengeluaran
negara, antara lain
 Sektor produksi
 Sektor distribusi
 Sektor konsumsi masyarakat
 Sektor keseimbangan perekonomian
PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP
SEKTOR PRODUKSI
18

 Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung


berpengaruh terhadap sektor produksi barang dan jasa
 Dilihat secara agregat pengeluaran negara merupakan faktor
produksi (money), melengkapi faktor-faktor produksi yang lain
(man, machine, material, method, management)
 Pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa akan
berpengaruh secara langsung terhadap produksi barang dan jasa
yang dibutuhkan pemerintah.
 Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan akan
berpengaruh secara tidak langsung terhadap perekonomian, karena
pendidikan akan menghasilkan SDM yang lebih berkualitas.
Dengan SDM yang berkualitas produksi akan meningkat.
PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP
SEKTOR DISTRIBUSI
19

 Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh


terhadap sektor distribusi barang dan jasa
 Misalnya, subsidi yang diberikan oleh masyarakat menyebabkan
masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati barang/jasa yang
dibutuhkan, misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dll
 Pengeluaran pemerintah untuk biaya pendidikan SD-SLTA membuat
masyarakat kurang mampu dapat menikmati pendidikan yang lebih baik
(paling tidak sampai tingkat SLTA). Dengan pendidikan yang lebih baik,
diharapkan masyarakat tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya di
masa yang akan datang
 Apabila pemerintah tidak mengeluarkan dana untuk keperluan tersebut,
maka distribusi pendapatan, barang, dan jasa akan berbeda. Hanya
masyarakat mampu saja yang akan menikmati tingkat kehidupan yang
lebih baik, sementara masyarakat kurang mampu tidak memperoleh
kesempatan untuk meningkatkan tara hidupnya.
PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP
SEKTOR KONSUMSI MASYARAKAT
20

 Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh


terhadap sektor konsumsi masyarakat atas barang dan jasa
 Dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk subsidi, tidak hanya
menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati suatu
barang/jasa, namun juga menyebabkan masyarakat yang sudah mampu
akan mengkonsumsi produk/jasa lebih banyak lagi
 Kebijakan pengurangan subsidi, misalnya BBM, akan menyebabkan
harga BBM naik, dan kenaikan harga BBM akan menyebabkan konsumsi
masyarakat terhadap BBM turun
PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP
SEKTOR KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN
21

• Untuk mencapai target-target peningkatan PDB, pemerintah


dapat mengatur alokasi dan tingkat pengeluaran negara.
• Misalnya dengan mengatur tingkat pengeluaran negara yang
tinggi (untuk sektor-sektor tertentu), pemerintah dapat
mengatur tingkat employment (menuju full employment)
• Apabila target penerimaan tidak memadai untuk membiayai
pengeluaran tersebut, pemerintah dapat membiayainya
dengan pola defisit anggaran
ANALISIS KEBIJAKAN
PENGELUARAN NEGARA
22

 Analisis kebijakan program pengeluaran negara diperlukan untuk


mengetahui tingkat efisiensi dan equity dari suatu kebijakan pengeluaran
negara.
 Analisis kebijakan pengeluaran negara dapat dilakukan melalui 10 tahap
kegiatan, mencakup:
 perlunya program pengeluaran negara
 kegagalan pasar yang terjadi pada program pengeluaran negara
 alternatif-alternatif intervensi pemerintah melalui program pengeluaran
negara
 rancangan feature khusus dari program pengeluaran negara
 respon sektor swasta
 konsekuensi efisiensi
 trade-off efisiensi-ekuiti
 sasaran kebijakan publik
 proses politik
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN NEGARA:
PERLUNYA PROGRAM PENGELUARAN NEGARA
23

 Analisis kebijakan program pengeluaran negara dapat


diawali dengan melakukan investigasi terhadap
 riwayat dari program tersebut, apa yang melatarbelakangi program
tersebut
 lingkungan sekitar atau kondisi yang membentuk dan mempengaruhi
program tersebut
 Siapa yang menjadi target dari program tersebut
 Kebutuhan apa yang ingin dicapai dari program tersebut
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN NEGARA:
PERLUNYA PROGRAM PENGELUARAN NEGARA
24

 Sebagai contoh, program pengeluaran pemerintah dalam bentuk bantuan


langsung tunai (BLT) pada tahun 2005:
 Program tersebut dipicu kenaikan harga BBM di pasar internasional
yang jauh melampaui prakiraan harga BBM yang ditetapkan
pemerintah dalam APBN 2005
 Kenaikan harga BBM akan mengakibatkan subsidi BBM yang
dikeluarkan pemerintah menjadi membengkak, sementara pengguna
BBM, terutama premium ke atas, adalah masyarakat kelas menengah
ke atas. Hanya sedikit masyarakat kelas bawah yang menikmati
subsidi BBM
 Untuk mengurangi biaya subsidi BBM, pada 1 Oktober 2005
pemerintah menaikkan harga BBM. Kenaikan BBM telah diprediksi
akan memicu kenaikan harga barang-barang lain, termasuk barang
kebutuhan pokok masyarakat.
 BLT dirancang untuk membantu masyarakat kelas bawah untuk
memperkecil kesulitan hidup, berkaitan dengan kenaikan harga-harga
barang
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN NEGARA:
ANALISIS KEGAGALAN PASAR
25

 Pada tahap ini perlu dicari jawaban atas pertanyaan: apakah terjadi
kegagalan pasar sehingga pemerintah perlu turun tangan dengan program
pengeluaran tersebut?
 Dalam contoh kasus program BLT, telah terjadi kegagalan pasar di mana
pasar tidak dapat mengendalikan harga BBM di pasar internasional.
 Kenaikan harga BBM di pasar internasional mengakibatkan perbedaan
harga BBM dalam negeri dengan harga BBM di pasar internasional
semakin besar, yang selanjutnya berdampak subsidi BBM yang harus
dikeluarkan pemerintah semakin besar
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN NEGARA:
ALTERNATIF INTERVENSI PEMERINTAH
26

 Pemerintah perlu mencari alternatif-alternatif kebijakan untuk


mengatasi kegagalan pasar yang ada, dengan memperhatikan
dampak dari masing-masing alternatif:
 Alternatif intervensi pemerintah dapat berupa:
 Apabila diproduksi oleh pemerintah, alternatif kebijakan antara lain:
 distribusi gratis
 distribusi dengan harga di bawah harga produksi
 distribusi dengan harga sama dengan harga produksi
 Apabila Produksi oleh swasta/private, alternatif kebijakan antara lain:
 Subsidi pemerintah untuk produsen
 Subsidi pemerintah untuk konsumen
 Distribusi langsung dari pemerintah
 Aturan pemerintah
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN NEGARA:
ALTERNATIF INTERVENSI PEMERINTAH
27

 Dalam kasus program BLT, beberapa alternatif dapat ditempuh


pemerintah:
 Pemerintah tidak melakukan kebijakan apa-apa, harga BBM dalam
negeri tidak dinaikkan:
 kenaikan harga BBM di pasar internasional akan menyebabkan pengeluaran
pemerintah untuk subsidi BBM membengkak
 tidak ada kenaikan harga BBM, serta harga barang-barang lainnya
 Kenaikan subsidi dinikmati masyarakat kelas menengah ke atas, sementara
hanya sedikit dari masyarakat kelas bawah yang ikut menikmati subsidi BBM
 Pemerintah menaikkan harga BBM dalam negeri, tanpa memberikan
BLT kepada masyarakat miskin:
 Pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM dapat ditekan
 Kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga barang-barang lain
 Daya beli masyarakat akan berkurang, terutama masyarakat kelas bawah
paling menderita dengan adanya kebijakan ini
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN NEGARA:
ALTERNATIF INTERVENSI PEMERINTAH
28

 Dalam kasus program BLT, beberapa alternatif dapat ditempuh


pemerintah:
 Pemerintah menaikkan harga BBM dalam negeri, tanpa memberikan BLT
kepada masyarakat miskin:
 Pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM dapat ditekan
 Kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga barang-barang lain
 Daya beli masyarakat akan berkurang, terutama masyarakat kelas bawah.
 Untuk mengurangi penderitaan masyarakat kelas bawah/miskin,
pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT)
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN NEGARA:
RANCANGAN DENGAN FITURE KHUSUS
29

 Setelah dipilih satu alternatif intervensi pemerintah melalu


program pengeluaran negara, perlu dilihat bagaimana
rancangan rinci dari program yang dipilih
 Perlu ada keterbukaan dan efisiensi dalam rancangan
program, tentang:
 siapa yang menjadi target program?
 apa bentuk programnya?
 bagaimana program tersebut akan dilaksanakan?
 siapa yang bertanggungjawab melaksanakan program tersebut?
 dimana program tersebut akan dilaksanakan?
 kapan program tersebut akan dilaksanakan?
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN NEGARA:
RANCANGAN DENGAN FITURE KHUSUS
30

• Dalam kasus program BLT,


– yang menjadi target program adalah masyarakat miskin. Di sini perlu ada
kejelasan kriteria-kriteria masyarakat miskin itu seperti apa
– bentuk programnya berupa pemberian uang tunai secara langsung
– program tersebut akan dilaksanakan dengan membuat kriteria tentang
keluarga miskin, mengidentifikasi keluarga miskin, menghitung kebutuhan
pengeluaran program, mendistribusikan uang tunai kepada keluarga miskin
– yang bertanggungjawab melaksanakan program:
• penentuan kriteria keluarga miskin oleh Menko Ekuin, Bapenas, dan BPS
• identifikasi keluarga miskin oleh BPS
• pendistribusian keluarga miskin oleh kantor pos
– pendistribusian bantuan langsung tunai oleh kantor pos
– program BLT dilaksanakan segera setelah kenaikan BBM
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN NEGARA:
RESPON SEKTOR SWASTA
31

 Menilai respon sektor swasta terhadap kebijakan program pemerintah


merupakan bagian yang sulit untuk dikerjakan
 Dalam sistem perekonomian campuran, pemerintah tidak dapat sepenuhnya
mengatur perilaku masyarakat atas suatu kebijakan pemerintah
 Pihak swasta dapat saja merespon negatif terhadap kebijakan pemerintah.
Dalam kasus BLT, banyak masyarakat yang berpendapat bahwa kebijakan
pemerintah tidak mendidik masyarakat. Banyak masyarakat yang mengaku
miskin dengan memanipulasi kondisi mereka sehingga sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan sebagai keluarga miskin
 Dalam menilai konsekuensi dari suatu program, perlu dilihat konsekuensi
jangka pendek dan jangka panjang. Seberapa jauh BLT dapat membantu
masyarakat miskin? Berapa lama BLT harus diberikan? Bagaimana dampak
BLT terhadap kondisi keuangan negara?
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN NEGARA:
KONSEKUENSI EFISIENSI
32

 Hal yang perlu dikaji dari suatu kebijakan pengeluaran


pemerintah, apakah terjadi peningkatan efisiensi atau
inefisiensi setelah kebijakan tersebut diimplementasikan?
 Efisiensi bisa terjadi pada sektor produksi, bisa pula pada
sektor konsumsi
 Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM dibarengi
dengan BLT diharapkan:
 penggunaan BBM akan menurun, yang berdampak pengeluaran
pemerintah untuk subsidi BBM juga akan turun
 penerimaan masyarakat miskin akan meningkat, pengeluaran
masyarakat akan meningkat
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN NEGARA:
TRADE-OFF EFISIENSI-EKUITI
33

 Adakalanya, suatu program pengeluaran pemerintah dapat membuat


semua pihak bahagia, dalam arti terjadi efisiensi dalam perekonomian,
tidak ada pihak yang dirugikan
 Namun dalam banyak hal, kebijakan pengeluaran pemerintah harus
mengorbankan efisiensi untuk membuat semua pihak bahagia, atau
mengorbankan pihak-pihak tertentu agar terjadi efisiensi
 Sebagai contoh, pungutan atas pengguna jalan tol merupakan kebijakan
yang mengorbankan efisiensi, karena penggunanya tidak sebanyak kalau
pungutan ditiadakan. Namun pungutan tersebut dinilai adil, karena
pengguna harus membayar pungutan, yang tidak menggunakan tidak
dikenai biaya.
 Contoh lain, kenaikan TDL membuat pengguna listrik akan berhemat
sehingga terjadi efisiensi penggunaan listrik, namun kurang adil, karena
ada sebagian masyarakat yang tidak dapat menikmati listrik karena
adanya kenaikan tersebut.
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN NEGARA:
SASARAN KEBIJAKAN PUBLIK
34

 Adakalanya, kebijakan publik dibuat bukan hanya


didasarkan pertimbangan efisiensi ekonomi dan
keadilan/distribusi saja, tetapi ada tujuan-tujuan khusus yang
lain, misalnya untuk meningkatkan kesejahteraan pribumi,
membantu sektor informal, dsb.
 Dalam hal demikian, analisis kebijakan pengeluaran
pemerintah harus diarahkan untuk mengukur seberapa jauh
keberhasilan program untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
• Dalam negara yang demokratis, perancangan program
kebijakan pengeluaran pemerintah akan melibatkan banyak
kelompok, dengan kepentingan yang berbeda
• Program yang dibuat (merupakan hasil kompromi) biasanya
dipengaruhi oleh pihak-pihak yang terlibat, terutama pihak-
pihak yang memiliki mayoritas suara
• Analisis proses politik dari suatu kebijakan akan
memberikan pemahaman yang lebih baik, kenapa program
tersebut ada, kenapa program dibuat seperti itu, dsb.

35
KONVERSI BELANJA NEGARA MENURUT JENIS BELANJA DALAM I-ACCOUNT

FORMAT LAMA FORMAT BARU

A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH


I. Penerimaan Dalam Negeri I. Penerimaan Dalam Negeri
1. Penerimaan Perpajakan 1. Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
II. Penerimaan Hibah II. Penerimaan Hibah
B. BELANJA NEGARA B. BELANJA NEGARA
I. Belanja Pemerintah Pusat I. Belanja Pemerintah Pusat
1. Pengeluaran Rutin 1. Belanja Pegawai
a. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang
3. Belanja Modal
b. Belanja Barang
4. Pembayaran Bunga Utang
c. Pembayaran Bunga Utang
5. Subsidi
d. Subsidi
6. Belanja Hibah
e. Pengeluaran Rutin Lainnya
7. Bantuan Sosial
2. Pengeluaran pembangunan
8. Belanja lain-lain
II. Belanja Untuk Daerah II. Belanja Untuk Daerah
1. Dana Perimbangan 1. Dana Perimbangan
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

C. Keseimbangan Primer C. Keseimbangan Primer


D. Surplus/Defisit Anggaran D. Surplus/Defisit Anggaran
E. Pembiayaan E. Pembiayaan
ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN (PP. 38/2007)

URUSAN PEMERINTAHAN

ABSOLUT CONCURRENT
( MUTLAK URUSAN PUSAT) (6) ( Urusan Bersama : Pusat, Provinsi, Kab/Kota ) (31)

1. Politik Luar Negeri,


2. Pertahanan, PILIHAN (8) WAJIB/OBLIGATORY
3. Keamanan,
(SEKTOR UNGGULAN) (Pelayanyan Dasar) (26)
4. Yustisi,
5. Moneter dan Fiskal
6. Agama Misal : Misal :
• PERTANIAN • KESEHATAN
• INDUSTRI • PENDIDIKAN
• PERDAGANGAN • LINGK HIDUP
• PARIWISATA • PEKERJAAN UMUM
• KELAUTAN, DLL • PERHUBUNGAN 37
Sentralisasi
DILAKSANAKAN SENDIRI
OLEH PEMERINTAH
PUSAT

Desentralisasi
DISERAHKAN KEPADA DAERAH

WEWENANG
PEMERINTAH
Dekonsentrasi
DILIMPAHKAN KEPADA
PUSAT GUBERNUR SELAKU WAKIL
PEMERINTAH PUSAT

Tugas Pembantuan
DITUGASKAN KEPADA DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

38
TUJUAN PENGALOKASIAN DANA
DEKONSENTRASI DAN DANA TUGAS
PEMBANTUAN

Umum Meningkatkan pencapaian efisiensi dan efektivitas dalam


penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan
pembangunan di daerah, serta menciptakan keselarasan
dan sinergi secara nasional antara program/kegiatan
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dan yang didanai dari
APBD.

Khusus Menjamin tersedianya sebagian anggaran kementerian


negara/lembaga bagi pelaksanaan program/kegiatan
Pemerintah Pusat di daerah, sesuai dengan masing-masing
kriteria dan persyaratan yang telah ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan.

39
DEKONSENTRASI & TG PEMBANTUAN
(PP. 7/2008)

• Pendekatan top down – bottom up


• Penyelesaian dokumen o/ unit teknis pusat dengan dukungan daerah
dlm data pendukung & standard pembiayaan
• Perumusan pelaksana & penanggung jawab terkait dengan satker
• Penyesuaian lingkup kegiatan dengan program

DEKONSENTRASI TG PEMBANTUAN
• Kegiatan non physik, dapat • Kegiatan physik, dapat non physik
physik terbatas terbatas-terkait
• Dilimpahkan gubernur • Ditugaskan
• Bentuk dokumen : RKA-KL & gubernur/bupati/wali-kota
SRAA • Bentuk dokumen : RKA-KL & DIPA
(Dipa : Kanwil Perbdhr Prop) • SKPD : Dinkes Kab/Kota, RS & UPT
• SKPD : Dinkes Prop

40
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA

APBN DANA PERIMBANGAN PUSAT &


KEMENTERIAN/LEMBAGA DAERAH

1. KANTOR PUSAT
2. RS / UPT VERTIKAL
3. DEKONSENTRASI
4. TG PEMBANTUAN DANA BAGI HASIL
APBD
DANA ALOKASI UMUM

DANA ALOKASI KHUSUS

PENDAPATAN ASLI DAERAH


41
PENGELUARAN
NEGARA SEBELUM
TAHUN 2000

PENGELUARAN PENGELUARAN
RUTIN PEMBANGUNAN

BELANJA BELANJA PEMBAYARAN SUBSIDI PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN


PEGAWAI BARANG HUTANG DAERAH OTONOM PROYEK RUPIAH

42
PENGELUARAN
NEGARA SEJAK
TAHUN AANGGARAN
2000

BELANJA PEM. DANA


PUSAT PERIMBANGAN

PENGELUARAN
PENGELUARAN DANA BAGI DANA ALOKASI DANA ALOKASI
PEMBANGUNAN
RUTIN HASIL UMUM KHUSUS

BELANJA PEMBIAYAAN
PEGAWAI RUPIAH

BELANJA PEMBIAYAAN
BARANG PROYEK

PEMBAYARAN
HUTANG

SUBSIDI

43
44
Belanja Pemerintah Pusat
 Belanja K/L
 Belanja Non K/L
 Pembayaran Bunga Utang
 Utang Dalam Negeri
 Utang Luar Negeri
 Subsidi
 Subsidi Energi
 Subsidi Non Energi
Transfer Ke Daerah
45

 Dana Perimbangan
 Dana Bagi Hasil
 Dana Alokasi Umum
 Dana Alokasi Khusus
 Dana Otonomi Khusus dan Peny.
BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT
JENIS
46

1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Modal
4. Pembayaran Bunga Utang
1. Utang Dalam Negeri
2. Utang Luar Negeri
5. Subsidi
1. Subsidi Energi
2. Subsidi Non Energi
6. Belanja Hibah
7. Bantuan Sosial
TERIMA KASIH

47
47

Anda mungkin juga menyukai