Anda di halaman 1dari 9

FORMAT ANGGARAN APBN

NAMA : USNIDA ZAKIYAH AMALINA


NPM : 12162201190052
PRODI : AKUNTANSI
MATKUL : AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
Sebagai suatu entitas yang mengemban amanat rakyat, pemerintah dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya harus memiliki rencana yang matang.
Rencana tersebut akan dipakai sebagai pedoman dalam setiap pelaksanaan
tugas negara termasuk pula dalam hal pengurusan keuangan
Setiap tahun pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana triliunan
rupiah melalui APBN. Penyusunan APBN merupakan rangkaian aktifitas yang
melibatkan banyak pihak termasuk departemen , lembaga dan DPR, peran DPR
dalam hal ini sebagai otoritas yang mengawasi arus keluar dana APBN
Sesuai UUD 45, APBN harus diwujudkan dala bentuk Undang-undang, dalam hal
ini Presiden berkewajiban menyusun dan mengajukan Rancangan APBN kepada
DPR. RAPBN memuat asumsi umum yang mendasari penyusunan APBN,
perkiraan penerimaan, pengeluaran, transfer, defisit/surplus, pembiayaan
defisit dan kebijakan pemerintah.
Ruang Lingkup APBN
APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran yang ditampung dalam satu
rekening yang disebut rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) di bank sentral
(Bank Indonesia). Pada dasarnya semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah
harus dimasukkan dalam rekening tersebut.
Sesuai dengan peraturan pemerintah perundangan yang terkait dengan pengelolaan
APBN, semua penerimaan dan pengeluaran harus tercakup dalam APBN. Dengan
kata lain pada saat pertanggungjawaban APBN, semua realisasi penerimaan dan
pengeluaran dalam rekening harus dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN. Semua
penerimaan dan pengeluaran yang telah dimasukkan dalam rekening BUN adalah
merupakan penerimaan dan pengeluaran “on budget”
Sejarah Format APBN
Selama TA 1969/70 sampai dengan 1999/2000 APBN menggunakan format T-
account.Format ini dirasakan masih mempunyai kelemahan antara lain tidak
memberikan informasi yang jelas mengenai pengendalian defisit dan kurang
transparan sehingga perlu disempurnakanMulai TA 2000 format APBN diubah menjadi
I-account, disesuaikan dengan Government Finance Statistics (GFS)

Tujuan Perubahan Format APBN


Tujuan perubahan format dari T-account ke I-account adalah :Untuk meningkatkan
transparansi dalam penyusunan APBNUntuk mempermudah analisis, pemantauan,
dan pengendalian dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBNUntuk mempermudah
analisis komparasi (perbandingan) dengan budget negara lainUntuk mempermudah
perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan yang didistribusikan oleh
pemeritah pusat ke pemerintah daerah mengikuti pelaksanaan UU No.25/1999
tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah
• T-Account
Dalam T-account, sisi penerimaan dan sisi pengeluaran dipisahkan di kolom yang
berbedaT-account mengikuti anggaran yang berimbang dan dinamisDalam versi T-
account, format seimbang dan dinamis diadopsi. Seimbang berarti sisi penerimaan
dan pengeluaran mempunyai nilai jumlah yang sama. Jika jumlah pengeluaran lebih
besar daripada jumlah penerimaan, kemudian kekurangannya ditutupi dari
pembiayaan yang berasal dari sumber-sumber dalam atau luar negeri

• T-Account (Cont’d)
Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintah pusat dan pemerintah daerahVersi
T-account tidak menunjukan dengan jelas komposisi anggaran yang dikelola
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini merupakan akibat dari sistem
anggaran yang terpusatPada format T-account, pinjaman luar negeri dianggap
sebagai penerimaan pembangunan dan pembayaran cicilan utang luar negeri
dianggap sebagai pengeluaran rutin
• I-Account
Dalam I-account, sisi penerimaan dan sisi pengeluaran tidak dipisahkan atau dalam satu kolomI-
account menerapkan anggaran defisit/surplusDalam versi I-account, anggaran surplus/defisit
diadopsi. Perubahan – perubahan itu dengan jelasnya digambarkan oleh posisi overall balance
•  I-Account (Cont’d)
Defisit/surplus adalah perbedaan antara jumlah penerimaan dan hibah, dan jumlah pengeluaran.
Perbedaan negatif-jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan- berarti
defisit.Jika perbedaan adalah positif –jumlah penerimaan dan hibah lebih besar dari jumlah
pengeluaran- itu berarti surplus.Sumber – sumber pembiayaan untuk menutup defisit mungkin
berasal dari pembiayaan dalam dan luar negeri
Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintah pusat dan pemerintah daerahversi I-account
dengan jelas menunjukan komposisi jumlah anggaran yang dikelola oleh pemerintah daerahI-
account, pinjaman luar negeri dan pembayaran cicilannya dikelompokan sebagai pembiayaan
anggaran
• Format I-Account APBN
Dengan format baru ini pinjaman luar negeri diperlakukan sebagai utang, sehingga jumlahnya
harus sekecil mungkin karena pembayaran kembali bunga dan cicilan pinjaman luar negeri akan
memberatkan APBN di masa yang akan datang
• Format I-Account APBN
• A. Pendapatan dan Hibah
• I. Penerimaan Dalam Negeri
• 1. Penerimaan Pajak
• 2. Penerimaan Bukan Pajak
• II. Hibah
• B. Belanja Negara
• I. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
• 1. Pengeluaran Rutin
• 2. Pengeluaran Pembangunan
• II. Dana Perimbangan
• III. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
• C. Keseimbangan Primer
• D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B)
• E. Pembiayaan
• I. Dalam Negeri
• II. Luar Negeri
• Penjelasan Komposisi APBN
A.Penerimaan Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber yang meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), cukai
dan Pajak lainnya yang merupakan sumber utama penerimaan APBN. Selanjutnya Penerimaan Non Pajak, diantaranya
penerimaan dari sumber daya alam, laba BUMN
• B.Pengeluaran Secara umum, pengeluaran yang dilakukan pada suatu tahun anggaran harus ditutup dengan
penerimaan pada tahun anggaran yang sama. Berbeda dengan anggaran penerimaan negara yang diperlakukan sebagai
target penerimaan pemerintah dan diharapkan dapat dilampauinya, anggaran pengeluaran merupakan batas
pengeluaran yang tidak boleh dilampaui.
• C.Dana Perimbangan Dana Perimbangan adalah transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam
rangka program desentralisasi. Terdapat 3 jenis transfer, yaitu dana bagi hasil penerimaan, dana alokasi umum dan dana
alokasi khusus
• D.Dana Otonomi Khusus Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah yang memiliki karakteristik khusus yang
membedakan dengan daerah lain, contohnya propinsi Papua mendapat dana alokasi yang lebih besar untuk mengatasi
masalah yang kompleks di wilayahnya. Tujuan alokasi tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya dan mengurangi ketertinggalan dari propinsi lainnya.
• E. Defisit dan Surplus Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran yang
melebihi penerimaan disebut defisit, sebaliknya jika penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus.
• F.Keseimbangan Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu : keseimbangan primer, dan
keseimbangan umum. Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran
bunga, sedangkan Kesembangan Umum adalah total penerimaan dikurangi total pengeluaran termasuk pembayaran
bunga
• G.Pembiayaan Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber pembiayaan yang penting
saat ini adalah pembiayaan dalam negeri meliputi penerbitan obligasi, penjualan aset dan privatisasi, dan pembiayaan
luar negeri meliputi pinjaman proyek, pembayaran kembali utang, pinjaman program dan penjadwalan kembali utang

Anda mungkin juga menyukai