Anda di halaman 1dari 32

APBN

Bagian.2

MATERI KULIAH KEUANGAN NEGARA


DOSEN: MURBANTO SINAGA
Perkiraan APBN 2

Perkiraan-perkiraan APBN terdiri dari:


1. Penerimaan
2. Pengeluaran
3. Transfer
4. Surplus/Defisit
5. Pembiayaan
3
1. Penerimaan APBN
 Penerimaan APBN bersumber dari Pendapatan Pajak dan Non Pajak (PNBP) +
Hibah
1. Pendapatan dari Pajak
Diperoleh dari sumber pajak meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), cukai dan Pajak lainnya yang merupakan
sumber utama penerimaan APBN.
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), diantaranya penerimaan dari
sumberdaya alam, laba BUMN, penerimaan instansi pemerintah yang terkait
pelaksanaan tugas dan fungsinya. Contoh : biaya pembuatan SIM di Kepolisian,
biaya nikah di KUA dan pendapatan lain-lain.
3. Hibah
Hibah adalah pemberian oleh negara lain kepada negara yang tidak perlu
dikembalikan lagi, dapat berupa uang maupun barang.
2.Pengeluaran
BELANJA (Belanja Pusat )
1.
APBN 4
1. Belanja Rutin adalah pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang dilaksanakan
secara rutin ( terus-menerus) sepanjang tahun misalnya gaji, pembelian alat tulis
pakai habis kurang dari 1 tahun, dsb.
2. Belanja Pembangunan adalah pengeluaran yang digunakan untuk membeli dan
membangun aset tetap dan tidak dilaksanakan secara rutin misalnya pembangunan
jalan, jembatan dsb.
2. DANA PERIMBANGAN ( Belanja Daerah = Dana Transfer )
Dana Perimbangan adalah transfer dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
dalam rangka program desentralisasi. Terdapat 3 jenis transfer, yaitu Dana Bagi Hasil
Penerimaan, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.
3. DANA OTONOMI KHUSUS & DANA PENYESUAIAN
Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah yang memiliki karakteristik khusus
yang membedakannya dengan daerah lain. Contoh : Prov.NAD, Prov.Papua dan Papua
Barat. mendapat alokasi DOK untuk mengatasi masalah khusus dan yang kompleks di
wilayahnya.
Tujuan alokasi DOK tadalah untuk percepatan peningkatan kesejahteraan
masyarakatnya dan mengurangi ketertinggalannya dari provinsi lainnya.
5
3.DEFISIT & SURPLUS APBN
1. DEFISIT DAN SURPLUS
Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran.
Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit, sebaliknya jika
penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus.

2. KESEIMBANGAN
Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu :
1. Keseimbangan Primer
Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak
termasuk pembayaran bunga,
2. Keseimbangan Umum.
Keseimbangan Umum adalah total penerimaan dikurangi total
pengeluaran termasuk pembayaran bunga
Surplus & Defisit APBN 6

 Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan


dan pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan
disebut defisit, sebaliknya jika penerimaan yang melebihi
pengeluaran disebut surplus.
 Komponen anggaran yang terdapat pada APBN apabila
dijumlahkan maka total penjumlahannya akan
menghasilkan anggaran defisit atau anggaran surplus.
 Struktur penjumlahan komponen-komponen APBN adalah:

( Pendapatan Negara + Hibah ) – ( Belanja Negara ) =


Surplus atau Defisit
7

 APBN dikatakan surplus apabila Pendapatan Negara +


Hibah lebih besar daripada Belanja Negara dan sebaliknya
APBN dikatakan defisit jika Pendapatan Negara + Hibah
lebih kecil daripada Belanja Negara.
 Surplus atau Defisit APBN dikenal juga sebagai komponen
Pembiayaan pada APBN.
8

Keseimbangan Primer &


Kesembangan Umum
 Keseimbangan Primer APBN adalah angka hasil
pengurangan Pendapatan Negara dikurangi
Pengeluaran/Belanja Negara.

 Keseimbangan Umum APBN adalah adalah total


penerimaan dikurangi total pengeluaran termasuk
pembayaran bunga
Arti Keseimbangan 9

Primer...1
 Keseimbangan primer APBN adalah realisasi pendapatan negara (Pendapatan
APBN) dikurangi realisasi belanja negara (Belanja APBN), diluar belanja
pembayaran bunga utang.

 Apa makna dari Keseimbangan Primer dalam APBN ? .


Makna Keseimbangan primer APBN adalah sejauh mana negara mampu
membiayai kebutuhan dirinya sendiri dari pendapatan yang diperolehnya
(kemampuan ekonomi nasional) atau sejauh mana negara mampu membiayai
kebutuhan administratif dalam menjalankan roda pemerintahannya sendiri dan
kebutuhan menjalankan pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah dari
pendapatannya sendiri.

 Apa maknanya jika Artinya jika Keseimbangan Primer APBN Positif?


Jika Keseimbangan Primer APBN (+) bilangan positif, makna arti positif
adalah negara Indonesia mampu membiayai dirinya sendiri dari
penghasilannya sendiri.
Arti Keseimbangan 10

Primer...2
 Apa maknanya jika keseimbangan primer APBN negatif?
 Jika keseimbangan primer APBN (-) bilangan negatif.
Artinya adalah bahwa negara sudah tidak mampu lagi
membiayai dirinya sendiri dari penghasilan yang diperoleh
atau dengan kata lain pemerintah yang menjalankan roda
pemerintahan memiliki perilaku “besar pasak dari tiang”.
11

 Apa arti keseimbangan primer negatif dalam RAPBN-P


2015 ?
Artinya bahwa pengeluaran rutin dan pembangunan
pemerintahan Indonesia masih dibiayai oleh utang dengan
penciptaan utang-utang baru.
 Arti lainnya bahwa pembayaran utang pemerintah ditutupi
dengan menciptakan utang baru.
12
13

 Berdasarkan data data pokok APBN yang diterbitkan


pemerintah, tiga tahun terakhir (2012 – 2013 – 2014)
Pengeluaran/Belanja Negara lebih besar daripada
Pendapatan Negara .
 Artinya APBN “besar pasak dari tiang”. Hal ini terlihat dari
angka keseimbangan primer yang sudah berbilangan negatif
sejak tahun 2012.
14
Apakah Keseimbangan Primer APBN
Negatif Berbahaya?
 Jawabannya bisa “ya” bisa “ tidak”.

1. “Ya”, jika pengeluaran yang lebih besar tersebut tidak digunakan dan
direalisasikan dengan efektif dan efisien sehingga memiliki dampak
dimasa-masa yang akan datang. Contoh : komposisi belanja negara
masih didominasi oleh belanja pegawai dan alokasi untuk subsidi
BBM yang menelan banyak anggaran tapi tidak tepat sasaran.

2. “ Tidak” jika pengeluaran yang lebih besar tersebut digunakan untuk


kegiatan atau program yang benar-benar mensejahterakan rakyat dan
direalisasikan dengan efektif dan efisien sehingga tidak memiliki
dampak dampak finasial yang buruj dimasa-masa yang akan datang.
15
4.PEMBIAYAAN
 Pembiayaan diperlukan untuk menutupi defisit anggaran
pada APBN.
 Sumber-sumber pembiayaan APBN, diantaranya:
1. Pembiayaan Dalam Negeri meliputi penerbitan obligasi
(SUN), penjualan aset dan privatisasi
2. Pembiayaan Luar Negeri meliputi pinjaman proyek,
pembayaran kembali utang, pinjaman program dan
penjadwalan kembali utang
Format lama APBN Format baru APBN
1.Klasifikasi Jenis Belanja 1.Klasifikasi Jenis Belanja
1. Dual Budgeting 1. Unified Budgeting
16
2. Belanja pusat 2. Belanja pusat

2.Klasifikasi Organisasi 2.Klasifikasi Organisasi


Terdiri atas Departemen/ Terdiri atas K/L (bagian anggaran)
Lembaga

3.Klasifikasi Sektor 3.Klasifikasi Fungsi


1. terdiri atas sektor dan
subsektor 1. terdiri atas fungsi dan subfungsi
2. Program merupakan rincian 2. Program pada masing
dari sektor pada pengeluaran Kementerian/lembaga digunakan
rutin dan pembangunan sebagai dasar kompilasi
klasifikasi fungsi
3. Nama-nama program antara
pengeluaran rutin dan 3. Nama-nama program telah
pengeluaran pembangunan disesuaikan dengan unified
agak berbeda budget

4.Dasar Alokasi
4.Dasar Alokasi
Alokasi anggaran berdasarkan Alokasi anggaran berdasarkan
sektor, subsektor dan program program kementerian/ lembaga
17
Anatomi APBN Tahun 2014

18
Mandatory Spending 19

 Definisi mandatory spending dalam APBN adalah


pengeluaran negara pada program-program tertentu yang
dimandatkan atau diwajibkan oleh ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
 Mandatory spending merupakan pengeluaran pemerintah
dalam rangka pemenuhan hak setiap warga negaranya yaitu:
 Kebutuhan akan Pendidikan,
 Kesehatan
 Layanan Dasar Umum.
RESIKO FISKAL 20

 Pengertian resiko fiskal adalah segala sesuatu yang di masa


mendatang dapat menimbulkan tekanan fiskal terhadap
APBN.
 Resiko fiskal dalam menyusun APBN harus
dipertimbangkan. Pertimbang-pertimbangan resiko fiskal
pada APBN dapat dikelompokkan dalam 4 kategori, antara
lain yaitu :
1. Resiko ekonomi makro;
2. Resiko utang Pemerintah Pusat;
3. Kewajiban kontijensi Pemerintah Pusat;
4. Resiko mandatory spending atau pengeluaran negara yang
dimandatkan atau diwajibkan
21

 Alokasi belanja negara dalam RAPBN 2015, sebesar


Rp2.019,87 triliun dengan komposisi:
1. Belanja Pemerintah Pusat = Rp1.379,87 T
2. Transfer ke daerah = Rp639,99 T.
 Trend rata-rata alokasi mandatory spending dalam dalam
kurun waktu tahun 2009 – 2014 sebesar 56,3% terhadap
total belanja negara,
 Diperkirakan dalam RAPBN 2015 besaran
anggaran mandatory berkisar ± Rp1.137,18 triliun.
22

 Artinya besaran anggaran dalam RAPBN yang bisa diutak-


atik oleh pemerintah bersama DPR dalam rangka pendanaan
berbagai kegiatan dan program pembangunan adalah
anggaran diluar mandatory spending tersebut dikurangi
belanja yang sifatnya wajib atau mengikat.
 Belanja negara dalam RAPBN 2015 yang sifatnya wajib
atau mengikat antara lain:
1. Belanja subsidi energi sebesar rp363,53 triliun, pembayaran
bunga utang sebesar rp154,04 triliun
2. Belanja pegawai ± rp289,77 triliun
 Anggaran yang bisa diutak-atik pemerintah hanya sebesar ±
Rp75,33 triliun.
23

 APBN 2015 merupakan APBN baseline (murni), setelah itu ada


perubahan APBN Tahun Anggaran 2015 (APBN-P 2015)

 APBN-P 2015 terjadi karena beberapa faktor yakni :


1. Perubahan asumsi makro,
2. Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal
3. Perubahan implementasi dari prioritas pembangunan untuk
mengakomodir program-program inisiatif baru unggulan sebagai
penjabaran dan implementasi visi dan misi pemerintahan baru.
yang terlihat dari tambahan anggaran prioritas di beberapa
Kementerian/Lembaga.
Asumsi makro dalam APBN-P 24

2015
1. Pertumbuhan ekonomi 5,7%,
2. Laju inflasi 5,0%
3. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS rp12.500.
4. Tingkat suku bunga spn 3 bulan sebesar 6,2%,
5. Harga ICP minyak mentah indonesia US$60 per
barel,
6. Lifting minyak 825.000 barel per hari,
7. Lifting gas 1.221.000 barel setara minyak per hari .
Target Pembangunan APBN-P 25

2015
 Target pembangunan APBN-P 2015 antara lain sbb:
1. Tingkat pengangguran 5,6 persen,
2. Angka kemiskinan 10,3%,
3. Rasio ketimpangan pendapatan (Gini Ratio) 0,40
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 69,4.
APBN Perubahan 2015 26

 APBN Perubahan selambat-lambatnya dilakukan pada bulan


Maret.
 APBN Perubahan 2015 adalah hasil Rapat Paripurna DPR
RI pada Jumat , 13 Pebruari 2015 tentang pengesahan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan 2015 menjadi Undang-undang APBN Perubahan
2015.
APBN Perubahan 2015 27

1. Pendapatan Negara dan Hibah Rp.1.761,6 T


2. Pengeluaran atau Belanja Negara Rp1.984,1 T
3. Defisit sebesar Rp222,5 T
4. Defisit APBN sebesar 1,9% terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB).
Postur APBN Perubahan 2015 28

1. Pendapatan Negara dan Hibah: Rp 1.761,6 triliun


- Penerimaan Perpajakan: Rp 1.489,3 triliun
- Penerimaan Negara Bukan Pajak: Rp 269,1 triliun
2. Belanja Negara: Rp 1.984,1 triliun
- Belanja Pemerintah Pusat: Rp 1.319,5 triliun
- Transfer ke Daerah dan Dana Desa Rp 664,6 triliun
3. Defisit Anggaran: Rp 222,5 triliun atau 1,90 persen
4. Pembiayaan Anggaran: Rp 222,5 triliun
- Pembiayaan dalam negeri: Rp 242,5
- Pembiayaan luar negeri (neto): Rp -20 triliun
Target & Sumber Pendapatan Negara 29
& Hibah

 Target & Sumber-sumber Pendapatan Negara dan Hibah


pada APBN-P 2015
1. Penerimaan Perpajakan = Rp1.489,3 triliun,
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp269,1 triliun
3. Hibah Rp3,3 triliun.
Target & Sumber PNBP –APBN-P 30
2015
1. Mineral dan Batu Bara Rp52,2 triliun,
2. Kehutanan Rp4,7 triliun,
3. Perikanan Rp578,8 miliar,
4. Kementerin Hukum dan HAM Rp4,28 triliun,
5. Penerimaan Badan Layanan Umum (BLU) Rp23,09
triliun.
6. Target Deviden BUMN = Rp36,9 triliun :
 Pertamina Rp6,34 triliun,
 PLN Rp5,4 triliun
 Lainnya Rp25,1 triliun.
BELANJA NEGARA – APBN- 31

P 2015
 BELANJA NEGARA
1. Belanja Pemerintah Pusat Rp1.319,5 triliun, yang terdiri dari
1. Belanja Kementerian Lembaga Rp795,4 triliun
2. Belanja non-Kementerian Lembaga Rp524,1 triliun
2. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp664,6 triliun.

 SUBSIDI ENERGI d Rp137,8 triliun.


1. Subsidi BBM, elpiji 3 kg dan LGV Rp64,6 triliun,
2. Subsidi listrik Rp73,1 triliun.
3. Suntikan modal (Penyertaan Modal Negara) untuk BUMN sebesar Rp64,8
triliun.
32

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai