Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SEMINAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK:

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

MUHAMMAD ISRA ARMIN 026/PPAk-XVII/2013

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI UNIVERSITAS HASANUDDIN 2013

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

Anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang (perencanaan keuangan) untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber sumber suatu organisasi. Istilah anggaran dalam bahasa inggris dikenal dengan kata Budget berasal dari bahasa Prancis bougette yang artinya tas kecil (Edwards, et.al, 1959). Menurut sejarah, istilah itu muncul merujuk pada peristiwa tahun 1733 ketika Menteri Keuangan Inggris menyimpan proposal keuangan pemerintah yang akan dilaporkan kepada parlemen dalam sebuah tas kulit kecil. Anggaran umumnya dibuat dalam jangka pendek, yaitu untuk durasi waktu satu tahunan atau kurang. Namun, tidak jarang juga ditemui anggaran yang dibuat jangka menengah 2 3 tahun dan anggaran jangka panjang 3 tahun lebih. Di Indonesia, anggaran diatur dalam pasal 23 ayat (1) UUD 1945 dan diimplementasikan dengan disusunnya UU APBN setiap tahun. Selain itu, untuk melaksanakan UU APBN, pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan perundangan lainnya, seperti UU Pajak, UU Bea Masuk dan Cukai, Keppres Pelaksanaan APBN, dan peraturan pelaksana lainnya. REFORMASI KEUANGAN Sebelum tahun 2000, Indonesia menganut sistem anggaran berimbang dan dinamis. Dalam sistem ini, APBN memakai format T-account. Dalam format ini sisi penerimaan dan sisi pengeluaran dipisahkan dalam kolom yang berbeda. Dalam versi T-account ini anggaran menganut sistem berimbang dan dinamis, Seimbang berarti sisi penerimaan dan pengeluaran mempunyai jumlah yang sama. Jika jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan, maka kekurangannya ditutupi dengan pembiayaan yang berasal dari sumber-sumber dari dalam dan luar negeri, tetapi pembiayaan ini diakui sebagai penerimaan.

Lebih lanjut lagi, pengeluaran APBN dipernci dalam pengeluaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bentuk/format APBN seperti ini mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya: Tidak menunjukkan dengan jelas komposisi anggaran yang dikelola pemerintah pusat dan daerah. Ini merupakan akibat dari system anggaran yang terpusat. Pada format T-account ini pinjaman luar negeri dianggap sebagai penerimaan pembangunan dan bukan sebagai utang yang harus dibayar kembali, sedangkan pembayaran cicilan utang luar negeri dianggap sebagai pengeluaran rutin. Kemudian pada tahun 2000 format APBN dirubah dari T-account menjadi I-account, disesuaikan dengan Government Finance Statistics (GFS), tujuan dari perubahan ini adalah : Untuk meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN Untuk mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian dalam

pelaksanaan dan pengelolaan APBN. Untuk mempermudah analisis komparasi (perbandingan) dengan Negara lain. Untuk mempermudah perhitungan dana perimbangan yang ebih transparan yang didistribusikan oleh pemerintah pusat pada pemerintah daerah. Dalam format I-account ini sisi penerimaan dan sisi pengeluaran tidak dipisah melainkan dalam satu kolom, selain itu format baru ini menerapkan anggaran surplus dan defsit,perubahan itu dengan jelas digambarkan dengan posisi overall balance . Defisist / surplus adalah perbedaan antara jumlah penerimaan ditambah hibah dan jumlah pengeluaran. Perbedaan negative (jumlah pengeluaran lebih besar dari jumlah pendapatan) berarti aggaran defisit. Untuk menutupi defisit ini dimungkinkan pembiayaan yang berasal dari dalam dan luar negeri dan diperlakukan sebagai utang yang harus dibayar kembali. Proses perubahan format APBN tersebut tidaklah sesederhana mengubah bentuk dari T-account menjadi I-account saja, tetapi juga memberikan kosekuensi perubahan pada seluruh sisi pengellaan keuangan negara.

Reformasi pada konteks ini lebih dimaksudkan sebagai langkah upaya untuk mereview system manajeman yang ada dan menemukan kelemahan-kelemahan dan impliasinya terhadap penyelenggaraan pemerintahan terutama di bidang keuangan negara serta mencari solusi untuk menyempurnakan sitem yang ada menjuadi lebih baik menurut ukuran standar internasional. Reformasi yang dilakukan dalam pengelolaan keuangan negara dilakukan dari dua sisi, yaitu Sisi juridico-politis dan Sisi administrative. 1. Sisi juridico-politis Dari sisi ini, perubahan /reformasi ditandai dengan munculnya undang-undang baru dalam pengelolaan kuangan negara yaitu paket undang-undang keuangan negara yang terdiri dari : UU nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang secara prinsip mengatur hubungan hokum antar badan legislative dan lembaga eksekutif mengenai keseluruhan penganggaran secara konsepsional. UU nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang secara prinsip mengatur hubungan antara instansi dalam lembaga eksekutif berkaitan dengan oprerasionalisasi pengelolaan keungan negara. UU nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan dan tanggung jawab keuangan negara. 2. Sisi administrative Dalam sisi administrative,reformasi keuangan negara mencakup tiga aspek penting yaitu aspek penyusunan, pelaksanaan dan aspek pertanggungjawaban. Aspek penyusunan anggaran Penyusunan anggaran merupakan cerminan kebijakan pemerintah yang menjadi alat akuntabilitas manajmen dan kebijakan ekonomi. Perubahan dalam penyusunan anggaran yang paling utama adalah penyatuan anggaran rutin dan anggaran pembangunan ke dalam satu dokumen anggaran departemen / lembaga

dalam upaya menghindari duplikasi dan penympangan dalam pengelolaan anggaran. Aspek pelaksanaan anggaran Dalam reformasi yang dilakukan dari aspek pelaksanaan anggaran menekankan pada pemisahan kewenangan antar pengelola keuangan negara,pengendalian pengeluaran dan system pembayaran ,serta reformasi dalam system akuntansi dan pelaporan. Aspek pertanggungjawaban. Pelaporan dan pertanggungjawaban APBN dan pengelolaan keuangan negar dilakukan dengan mengedepankan akuntabilitas,transparansi dan ketepatan waktu dari pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara. STRUKTUR ANGGARAN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan. dalam struktur APBN Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah. Sedangkan Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dimana Belanja negara tersebut dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. A. Pendapatan negara dan Hibah Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Sedangkan Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas Negara. Pendapatan negara tersebut terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak. Hibah adalah semua penerimaan pemerintah pusat yang berasal dari badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan atau jasa,termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang

tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.Penerimaan hibah dapat berupa uang, barang maupun jasa termasuk tenaga ahli atau pelatihan. B. Belanja Negara Dalam konsep belanja negara,kita harus membedakan antara belanja negara dan pengeluaran negara,dimana Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara. Sedangkan Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja negara di dalam APBN dibagi menjadi dua jenis belanja, yaitu : Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Transfer ke Daerah adalah dana yang bersumber APBN yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

C. Keseimbangan Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu : Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga Keseimbangan Umum adalah total penerimaan dikurangi total

pengeluaran termasuk pembayaran bunga

D. Defisit dan Surplus Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit, sebaliknya jika penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus.

E. Pembiayaan Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.Pembiayaan

diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber pembiayaan yang penting saat ini adalah pembiayaan dalam negeri meliputi penerbitan obligasi, penjualan aset dan privatisasi, sedangkan Pembiayaan luar negeri meliputi pinjaman proyek, pembayaran kembali utang, pinjaman program dan penjadwalan kembali utang luar negeri. ASUMSI DALAM PENGANGGARAN Dalam kaitan ini terdapat beberapa indikator ekonomi makro yang terkait erat dengan besaran-besaran APBN yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pertumbuhan ekonomi, Inflasi. Nilai tukar rupiah. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)-3 bulan. Harga minyak mentah. Tingkat lifting minyak Indonesia.

Asumsi pertumbuhan ekonomi dan inflasi sangat berperan di dalam penyusunan kebutuhan prakiraan berbagai elemen APBN yang terkait erat dengan kemajuan ekonomi seperti penerimaan perpajakan. Asumsi nilai tukar rupiah berhubungan dengan banyaknya transaksi dalam APBN yang terkait dengan mata uang asing, seperti penerimaan pinjaman dan pembayaran utang luar negeri, penerimaan minyak dan pemberian subsidi BBM. Asumsi suku bunga SBI-3 bulan digunakan mengingat pembayaran bunga sebagian utang dalam negeri pemerintah didasarkan kepada suku bunga tersebut. Sementara itu, harga minyak mentah dan produksi minyak Indonesia menentukan besarnya hasil

penerimaan minyak dan pemberian subsidi BBM. Dengan demikian, variabel asumsi dasar ekonomi makro tersebut sangat menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran negara, termasuk dana perimbangan, serta besarnya pembiayaan anggaran. PRO-POOR BUDGTETING Upaya mereformasi proses penganggaran kemudian ditandai dengan perubahan orientasi kebijakan dalam penyusunan APBN. Perubahan ini disesuaikan dengan tiga strategi dasar (pilar pembangunan) dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, yaitu pro-growth (peningkatan pertumbuhan ekonomi), pro-poor (pengentasan

kemiskinan), dan pro-job (perluasan lapangan kerja). Untuk itu, sejak tahun 2005 kebijakan alokasi belanja pemerintah diarahkan terutama untuk mendukung kegiatan ekonomi nasional dalam memacu pertumbuhan (pro growth), menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan (pro job), serta mengurangi kemiskinan (pro poor). Ketiga prioritas pembangunan nasional tersebut kemudian dicerminkan di dalam arah dan postur APBN. Pro-poor budgeting merupakan upaya pemerintah untuk meletakkan kerangka penyusunan anggaran dalam konteks pemberantasan kemiskinan. Pro-poor budgeting merupakan politik baru reformasi anggaran di Indonesia, yang menjadi kerangka pengarusutamaan (mainstreaming) dalam penyusunan dan pengelolaan anggaran negara dan daerah untuk penanggulangan kemiskinan. Anggaran yang pro-poor diartikan sebagai anggaran yang sebagian besar pengeluarannya memberi manfaat lebih pada masyarakat miskin. Setidaknya, ada dua hal yang dapat dijadikan analisa untuk menguji apakah suatu anggaran benar-benar mengadopsi konsep pro-poor budgeting. Pertama, apakah proses penyusunan anggaran harus melibatkan partisipasi masyarakat miskin secara aktif. Kedua, prosentase alokasi belanja pemerintah yang digunakan untuk kepentingan masyarakat miskin. (Husni)

Referensi: Syahidan, 2012. Implementasi Penganggaran Di Indonesia.

(http://syahidanms.blogspot.com/2012/04/implementasi-penganggaran-diindonesia.html) Sari, Rahma Prafinta. 2012. Penganggaran Pemerintah Dan Penganggaran Daerah Di Indonesia. (http://accountingarea.blogspot.com/2012/07/penganggaran-pemerintah-

daerah-di.html) Husni, 2010. PRO-RAKYAT ATAU PRO-BIROKRAT; Sekelumit Tentang Politik Anggaran Indonesia (artikel)

Anda mungkin juga menyukai