Anda di halaman 1dari 8

RESUME AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Dosen Pengampu: Nurma Sabila Hikmayanti, M. Ak

Oleh:

ENGGAR APRIYANI
NIM. 205221256

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

TAHUN 2023
PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

A. ANGGARAN SEBAGAI OBJEK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


1. Keterkaitan Keuangan Negara Dan Daerah Dengan Akuntansi Sektor Publik

Keuangan negara mencakup semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, baik dalam bentuk uang maupun barang. Hak-hak negara meliputi hak
mencetak uang, menarik pajak dan retribusi, serta mengadakan pinjaman, sedangkan
kewajiban negara adalah kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan tugas negara
dan melayani masyarakat. Keuangan negara dapat dikelompokkan menjadi yang dikelola
langsung oleh pemerintah dan yang dipisahkan pengurusannya, seperti BUMN dan
lembaga keuangan pemerintah. Keterkaitan keuangan daerah dengan anggaran negara
sangat erat, dan anggaran negara merupakan informasi keuangan paling penting yang
dihasilkan oleh pemerintah. Anggaran negara mencakup rencana pengeluaran dan
penerimaan dalam jangka waktu satu tahun, serta jangka waktu perencanaan,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran secara keseluruhan. Proses
penganggaran secara terus-menerus dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang, dan
pihak akuntansi diperlukan dalam tahap pelaksanaan anggaran untuk menghasilkan
laporan keuangan pemerintah, yang kemudian akan diperiksa oleh otoritas pengawasan
fungsional.

2. Sistem Akuntansi Keuangan Sebagai Bagian Dari Penganggaran Sektor Publik

Akuntansi adalah suatu proses yang mencakup pengidentifikasian, pengukuran,


pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu entitas atau organisasi
sebagai informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Input
akuntansi adalah transaksi keuangan yang tercermin dalam bukti transaksi, sedangkan
outputnya berupa laporan keuangan yang digunakan oleh pengguna informasi eksternal
dan internal. Dalam organisasi sektor publik, akuntansi pemerintahan terdiri dari
akuntansi keuangan pemerintah yang ditujukan untuk pengguna eksternal dan akuntansi
manajemen pemerintah yang ditujukan untuk pengguna internal. Sistem dan prosedur
yang baik dibutuhkan dalam akuntansi untuk memastikan akurasi dan akuntabilitas
laporan keuangan. Balanced scorecard (BSC) dan activity-based costing (ABC) adalah
teknik akuntansi manajemen yang berkembang dalam akuntansi organisasi, namun di
sektor publik, akuntansi keuangan lebih mendominasi karena tuntutan transparansi dan
akuntabilitas publik. Anggaran menjadi informasi keuangan yang paling penting dalam
akuntansi pemerintahan dan terdiri dari akuntansi manajemen dan keuangan.

B. NEGARA DAN PEMERINTAH SEBAGAI SASARAN AKUNTANSI SEKTOR


PUBLIK
1. Pengertian Negara dan Pemerintah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, negara adalah organisasi yang memiliki
kekuasaan tertinggi yang sah dan diakui oleh rakyat atau kelompok sosial yang
menduduki wilayah atau daerah tertentu. Negara ini diorganisasi dibawah lembaga politik
dan pemerintah yang efektif, memiliki kesatuan politik, berdaulat, dan berhak
menentukan tujuan nasionalnya.

Sedangkan pemerintah adalah sistem yang menjalankan wewenang dan kekuasaan


untuk mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-
bagiannya. Pemerintah terdiri dari sekelompok orang yang secara bersama-sama
bertanggung jawab dalam menggunakan kekuasaan yang dimilikinya.

2. Ruang Lingkup Keuangan Negara

Keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan. Objek keuangan negara mencakup segala sesuatu baik
berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berkaitan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Subjek keuangan negara mencakup seluruh
objek yang dimiliki negara dan/atau dikuasai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
perusahaan pusat/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.
Proses keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan objek tersebut. Tujuan keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan,
dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. Ruang lingkup keuangan negara dapat
dikelompokkan menjadi keuangan negara yang dikelola langsung oleh pemerintah dan
keuangan negara yang dipisahkan pengelolaannya. Keuangan negara yang dikelola
langsung oleh pemerintah mencakup seluruh penerimaan dan pengeluarannya, yaitu
APBN dan barang-barang inventaris kekayaan milik negara. Keuangan negara yang
dipisahkan pengelolaannya melibatkan BUMN yang dapat berbentuk perusahaan jawatan,
perusahaan umum, perusahaan perseroan, bank pemerintah, dan lembaga keuangan
pemerintah.

3. Asas – asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara

Untuk mendukung good governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan


keuangan negara perlu mengikuti asas-asas umum pengelolaan keuangan negara. Asas-
asas tersebut meliputi:

a. Asas tahunan
b. Asas universalitas
c. Asas kesatuan
d. Asas spesialitas
e. Akuntabilitas yang berorientasi pada hasil
f. Profesionalitas
g. Proporsionalitas
h. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara
i. Pemeriksaan keuangan oleh Badan Pemeriksa yang bebas dan mandiri (BPK)

Penerapan asas-asas tersebut akan memastikan bahwa pengelolaan keuangan negara


dilakukan secara transparan, akuntabel, efektif, dan efisien. Pengelolaan keuangan negara
yang baik harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Sumber daya manusia di bidang keuangan negara harus profesional dan mematuhi kode
etik dan peraturan perundang-undangan. Selain itu, pengelolaan keuangan negara harus
proporsional dan seimbang, serta terbuka bagi masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar dan jujur tentang pengelolaan keuangan negara. Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) harus bebas dan mandiri dalam melakukan pemeriksaan terhadap tanggung jawab
dan pengelolaan keuangan negara/daerah.

4. Kekuasaan Atas Keuangan Negara

Prinsip pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel mencakup


pengalihan kekuasaan presiden kepada menteri keuangan dan pengguna anggaran untuk
melaksanakan tugas pengelolaan keuangan negara. Prinsip ini juga mencakup penerapan
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, di mana sebagian kekuasaan
presiden diserahkan kepada gubernur/bupati/wali kota sebagai pengelola keuangan
daerah. Pengaturan yang jelas atas kekuasaan pengelolaan keuangan negara diperlukan
untuk menjaga mekanisme checks and balances serta meningkatkan profesionalisme
dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan. Penerapan prinsip ini diyakini sangat penting
dalam pencapaian tujuan bernegara melalui penyusunan dan pelaksanaan APBN dan
APBD setiap tahun.

5. APBN

Anggaran negara adalah rencana pengeluaran/belanja dan penerimaan/pembiayaan


belanja suatu negara selama periode tertentu. Dalam arti luas, anggaran negara berarti
jangka waktu perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran (suatu daur
anggaran). Fungsi anggaran antara lain sebagai pedoman, alat pengawasan, dan
pertanggungjawaban. Proses daur anggaran meliputi penyampaian kebijakan fiskal dan
kerangka ekonomi makro, pembahasan, penetapan kebijakan umum dan prioritas
anggaran, penyusunan rancangan anggaran, pembahasan dengan komisi DPR, dan
penetapan APBN. Anggaran belanja pemerintah dikelompokkan menjadi anggaran
belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan. Penuangan rencana pembangunan
dalam suatu dokumen perencanaan nasional lima tahunan dianggap tidak realistis dan
semakin tidak sesuai dengan dinamika kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam
era globalisasi.

6. APBD

APBD mengalami perubahan dalam klasifikasinya dari tahun ke tahun. Pada tahun
1998 terjadi perubahan pada bentuk lama pendapatan daerah menjadi bentuk baru yang
memasukkan pendapatan dari pemberian pemerintah dan/atau instansi yang lebih tinggi.
Perubahan mendasar terjadi pada tahun 2002 berdasarkan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 29 Tahun 2002 dan saat ini APBD yang digunakan berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang diubah menjadi Permendagri Nomor
21 Tahun 2011 (perubahan kedua).

Pada tahun 1998 terjadi perubahan klasifikasi pendapatan daerah. Pada bentuk lama,
terdapat empat kategori, yaitu sisa lebih perhitungan tahun lalu, pendapatan asli daerah,
bagi hasil pajak/bukan pajak, serta sumbangan dan bantuan. Sedangkan pada bentuk baru,
kategori pendapatan terdiri dari pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah
dan/atau instansi yang lebih tinggi yang termasuk di dalamnya bagi hasil pajak/bukan
pajak dan sumbangan dan bantuan. APBD mengalami perubahan yang cukup mendasar
pada tahun 2002 dan saat ini APBD terbaru terdiri atas tiga bagian, yaitu pendapatan,
belanja, dan pembiayaan. Pendapatan dibagi menjadi tiga kategori, belanja dibagi
menjadi belanja langsung dan tidak langsung, sedangkan pembiayaan dikelompokkan
menurut sumber-sumber pembiayaan.

a. Pendapatan terbaru terdiri dari pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan
pendapatan lain-lain daerah yang sah.
b. Belanja tidak langsung mencakup gaji, tunjangan pejabat, subsidi, bunga, hibah, bagi
hasil, bantuan sosial, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga, sedangkan belanja
langsung mencakup honorarium, penghasilan terkait langsung dengan pelaksanaan
kegiatan, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
c. Pembiayaan dikelompokkan menurut sumber-sumber pembiayaan yang terdiri atas
sumber penerimaan dan pengeluaran daerah. Sumber pembiayaan berupa penerimaan
daerah terdiri dari sisa lebih anggaran tahun sebelumnya, penerimaan pinjaman dan
obligasi, hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan, dan transfer dari dana
cadangan, sedangkan sumber pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri atas
pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana
cadangan, dan sisa lebih anggaran tahun yang sedang berlangsung.

7. Pelaksanaan APBN Dan APBD

Setelah APBN/APBD disetujui melalui undang-undang, pelaksanaannya diatur


melalui keputusan presiden sebagai pedoman bagi kementerian negara/lembaga.
Pemerintah pusat dan daerah harus menyampaikan laporan realisasi APBN/APBD
semester pertama kepada DPR/DPRD pada akhir Juli tahun anggaran untuk evaluasi
pelaksanaan dan penyesuaian/perubahan pada semester berikutnya.

8. Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 menetapkan bahwa laporan


pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan dalam bentuk laporan
keuangan yang terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (LRA) dan laporan perubahan
saldo anggaran lebih (SAL), serta laporan finansial berupa neraca, laporan operasional
(LO), laporan arus kas (LAK), dan catatan atas laporan keuangan (CaLK). Laporan
keuangan tersebut disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP) dan
harus diperiksa oleh BPK. Setelah diperiksa, laporan keuangan tersebut harus diserahkan
kepada DPR/DPRD selambat-lambatnya enam bulan setelah berakhirnya tahun anggaran
yang bersangkutan.

9. Kondisi Perencanaan Penganggaran Di Indonesia Pada Saat Ini

Pada tahun 1998, krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia berdampak pada anggaran
negara, khususnya pada tiga pos pengeluaran dalam APBN yang telah menyita 60 persen
dari total belanja negara antara tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Namun, hingga
saat ini, proses perencanaan penganggaran di Indonesia masih memiliki dua kelemahan
mendasar. Pertama, kontrol yang sangat ketat terhadap harga input hingga ke level yang
sangat mikro dalam rencana pengeluaran pemerintah. Kedua, proses perencanaan
penganggaran yang hanya berorientasi kepada satu tahun anggaran semata sehingga sulit
untuk menciptakan kondisi yang berorientasi kepada hasil kebijakan yang menjadi target
pemerintah dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan. Kondisi ini menyebabkan
kebijakan pengeluaran anggaran seolah tanpa koridor kebijakan yang jelas dalam suatu
jangka waktu tertentu relatif lebih panjang dari hanya satu tahun fiskal semata.

10. Revolusi Sistem Perencanaan Penganggaran Di Indonesia

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan


Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga memberikan tiga pendekatan yang harus menjadi referensi
pemerintah dalam perencanaan dan pengimplementasian kebijakan anggarannya.

a. Pendekatan pertama adalah Pendekatan Penganggaran Terpadu (Unified Budget),


yang memuat semua kegiatan instansi pemerintahan dalam APBN yang disusun
secara terpadu dan mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan anggaran belanja
pembangunan.
b. Pendekatan kedua adalah Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based
Budgeting), yang memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian dari
pengembangan sistem penganggaran berdasarkan kinerja. Hal ini akan mendukung
perbaikan efisien dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya dan memperkuat
proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah.
c. Pendekatan ketiga adalah Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah/KPJM (Medium Term Expenditure Framework-MTEF), yang memberikan
kerangka yang menyeluruh dengan perspektif jangka menengah. Pendekatan ini
meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran,
mengembangkan disiplin fiskal, mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional
dan strategis, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan
pemberian pelayanan yang optimal dan lebih efisien.
11. Kondisi Faktual Penerapan Akuntansi Sektor Publik (Pemerintahan) Di
Indonesia

Gerakan reformasi di Indonesia pada tahun 1998 membawa perubahan sistem politik
dan pemerintahan yang lebih demokratis dan didasarkan pada otonomi daerah yang
menuntut transparansi publik dan akuntabilitas keuangan negara. Pemerintahan era
reformasi melakukan koreksi menyeluruh terhadap sistem keuangan negara, termasuk
menyatukan anggaran negara, meniadakan anggaran non-budgeter, menerbitkan undang-
undang keuangan negara, dan menerapkan standar akuntansi pemerintahan. Meskipun
demikian, masih terdapat kendala dalam mereformasikan pelaksanaan keuangan negara,
terutama pada pelaksanaan keuangan daerah, dan penerapan akuntansi sektor publik
sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan negara melalui perubahan aturan
perundang-undangan.

12. Tantangan Pada Masa Mendatang

Kebijakan anggaran tidak terlepas dari proses politik dan membutuhkan tingkat
fleksibilitas untuk mengantisipasi perubahan signifikan pada lingkungan. Perubahan
kebijakan pemerintah sebaiknya sudah direncanakan dengan baik dan tidak bersifat
sementara. Dua prinsip utama dalam mendesain kebijakan anggaran adalah menciptakan
kebijakan yang berorientasi pada pencapaian parameter hasil yang terukur melalui
indikator kinerja tertentu, serta membangun mekanisme yang menjamin akuntabilitas
efisien alokasi dan implementasi kebijakan anggaran untuk fokus pada pencapaian hasil.
Mekanisme ini harus ada sebagai instrumen pelengkap untuk memberi fleksibilitas
kepada pengguna anggaran dalam menangani tanggung jawabnya.

C. PENGERTIAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Anggaran merupakan dokumen yang berisi estimasi kinerja dalam bentuk penerimaan
dan pengeluaran yang akan dicapai pada periode waktu tertentu, disajikan dalam ukuran
moneter, dan menyertakan data masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian
kinerja. Definisi anggaran juga mencakup rencana kegiatan yang diwujudkan dalam
bentuk finansial dan usulan cara-cara untuk memenuhi pengeluaran tersebut.

D. FUNGSI ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Menurut Mardiasmo (2009), anggaran memiliki beberapa fungsi dalam sektor publik,
yaitu:

1. Alat perencanaan: digunakan untuk merumuskan tujuan dan sasaran kebijakan,


merencanakan program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi,
mengalokasikan dana, dan menentukan indikator kinerja.
2. Alat pengendalian: digunakan untuk menghindari pengeluaran yang terlalu besar,
terlalu rendah, salah sasaran, atau penggunaan yang tidak semestinya. Pengendalian
anggaran dilakukan dengan membandingkan kinerja aktual dengan yang dianggarkan,
menghitung selisih anggaran, menemukan penyebab varian, dan merevisi standar
biaya atau target anggaran.
3. Alat kebijakan fiskal: digunakan untuk mestabilkan dan mendorong pertumbuhan
ekonomi melalui kebijakan fiskal pemerintah.
4. Alat politik: digunakan sebagai dokumen politik sebagai bentuk komitmen dan
kesepakatan antara eksekutif dan legislatif atas penggunaan dana publik untuk
kepentingan tertentu.
5. Alat koordinasi dan komunikasi: digunakan sebagai alat untuk koordinasi dan
komunikasi antar bagian dalam pemerintahan.
6. Alat penilaian kinerja: digunakan untuk menilai kinerja eksekutif dan manajer publik
berdasarkan pencapaian target anggaran, efektivitas dan efisiensi pelaksanaan
anggaran.
7. Alat motivasi: digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar
bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan
organisasi.
8. Alat untuk menciptakan ruang publik: digunakan untuk melibatkan masyarakat dan
elemen masyarakat lainnya dalam proses pengganggaran publik sehingga dapat
menciptakan ruang publik.

E. TUJUAN DAN KARAKTERISTIK ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Anggaran sektor publik adalah alat penting untuk mencapai tujuan pelayanan publik
dan kesejahteraan masyarakat. Proses penganggaran dimulai dari perencanaan strategis
dan operasional, dan memiliki karakteristik seperti dinyatakan dalam satuan keuangan,
mencakup jangka waktu tertentu, berisi komitmen untuk mencapai sasaran, ditelaah dan
disetujui oleh pihak berwenang yang lebih tinggi, serta hanya dapat diubah dalam kondisi
tertentu. Anggaran sektor publik membantu memenuhi kebutuhan masyarakat seperti air
bersih, listrik, kesehatan, dan pendidikan. Pentingnya anggaran sektor publik terlihat dari
perannya sebagai alat untuk mengarahkan pembangunan, menjamin kesinambungan,
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan sebagai instrumen akuntabilitas publik
untuk meyakinkan bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap rakyat.

Anda mungkin juga menyukai