Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat Indonesia akan transparansi akan lembaga pemerintah atau sektor publik mendorong pemerintah melakukan berbagai upaya dalam memenuhi tuntutan tersebut. Salah satu caranya yaitu dengan cara mengembangkan dan meningkatkan perkembangan akuntansi sektor publik.
UU tersebut mengatur tentang prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan negara sebagai dasar pelaksanaan reformasi manajemen keuangan pemerintahan. Prinsip-prinsip tersebut sekaligus memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah yang telah dimuat dalam UU 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah,, yang kemudian disempurnakan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 yang telah disempurnakan dalam UU Nomor 33 Tahun 33 Tahun 2004 , yang mengatur kewenangan dan proses perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dengan dikeluarkannya tiga UU tersebut diharapkan tuntutan
transparansi dan akuntabilitas kepada pemerintah, baik pusat maupun daerah oleh publik dapat dipenuhi dengan didukung oleh rencana dan program kerja yang jelas sesuai dengan kondisi dan prioritas masing- masing.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dan makna serta ruang lingkup keuangan negara
2) Apa yang dimaksud dengan anggaran 3) Bagaimana negara menjadi sasaran akuntansi sektor publik 4) Bagaimana standar akuntansi dalam akuntansi sektor publlik yang berlaku di Indonesia 5) Bagaimana PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah 6) Bagaimana perbandingan antara Akuntansi Sektor Publik Indonesia dengan Amerika 7) Bagaimana perkembangan StandarAkuntansi Internasional 1.3 Tujuan Pembahasan 1) Memahami pengertian dan makna serta ruang lingkup keuangan negara 2) Memahami secara mendalam tentang anggaran 3) Memahami bagaimana negara menjadi sasaran akuntansi sektor publik 4) Memahami standar akuntansi dalam akuntansi sektor publlik yang berlaku di Indonesia 5) Memahami PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah 6) Memahami perbandingan antara Akuntansi Sektor Publik Indonesia dengan Amerika 7) Memahami perkembangan StandarAkuntansi Internasional BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN NEGARA DAN PEMERINTAH
Menurut KBBI, kata “Negara” didefinisikan sebagai organisasi dalam
suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat atau kelompok social yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya. Sedangkan kata “pemerintah” didefinisikan sebagai system menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan social, ekonomi, dan politik suatu Negara atau bagian – bagiannya atau sekelompok orang yang secara bersama – sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan. Sehingga dari definisi tersebut jelas bahwa pemerintahan Negara Indonesia dibentuk dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 dan menjalankan berbagai fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang. Pembentukan pemerintahan Negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu system pengelolaan keuangan Negara
2.3 RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA
Salah satu ruang lingkup dari keuangan Negara adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di samping barang – barang inventaris kekayaan Negara dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal – hal baru dan atau perubahan mendasar dalam ketentuan pengelolaan keuangan Negara yang diatur dalam UU Nomor 17 Tahun 2003. Menurut UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan Negara adalah :
Dari sisi objek, yang dimaksud dengan keuangan Negara meliputi
semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiscal, moneter, dan pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikanmilik Negara berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan keuangan Negara meliputi seluruh objek yang dimiliki Negara, dan atau dikuasai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan Negara / daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan Negara. Dari sisi proses, keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas, mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Dari sisi tujuan, keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hokum yang berkaitan dengan kepemilikan dan atau penguasaan objek dalam rangka penyelenggaraan pemerintah Negara
2.4 ASAS – ASAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Untuk mendukung terwujudnya good governance dalam
penyelenggaraan Negara, pengelolaan keuangan Negara perlu diselenggarakan sesuai dengan asas – asas umum pengelolaan keuangan Negara, yaitu asas tahunan, asas univeralitas, asas kesatuan, asas spesialitas, akuntabilitas berorientasi pada hasil, profesionalitas, proporsionalitas, keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara, pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
2.5 KEKUASAAN ATAS KEUANGAN NEGARA
Pengelolaan keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintah dipegang oleh presiden selaku kepala pemerintahan. Pengaturan secara jelas kekuasaan atas pengelolaan keuangan merupakan prinsip pokok dalam pengelolaan keuangan Negara yang transparan dan akuntabel. Penerapan prinsip ini diyakini berpengaruh besar bagi upaya pencapaian tujuan bernegara mengingat manifestasi pengelolaan keuangan Negara dalam menyelenggaraan fungsi pemerintah adalah disusun dan dilaksanakannya APBN dan APBD setiap tahun.
2.6 APBN
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan
ekonomi. Sebagai instrument kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. APBN merupakan inti pengurusan umum dan anggaran Negara. Anggaran Negara adalah rencana pengeluaran / belanja dan penerimaan/pembiayaan belanja suatu Negara selama periode tertentu. Anggaran Negara memiliki beberapa fungsi, yaitu :
Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengelola Negara
selama periode mendatang Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan yang telah dipilih pemerintah karena sebelum anggaran Negara dijalankan harus mendapat persetujuan DPR terlebih dahulu Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam melaksanakan kebijaksanaan yang telah dipilihnya .
2.7 APBD
APBD dapat didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan
pemda, dimana pada satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluran setinggi – tingginya guna membiayai kegiatan – kegiatan dan proyek – proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain menggambarkan perkiraan dan sumber – sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran – pengeluaran.
Unsur – unsur APBD adalah sebagai berikut :
Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara
terperinci Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka Periode anggaran, biasanya satu tahun
2.8 PELAKSANAAN APBN DAN APBD
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyampaikan laporan
realisasi semester pertama kepada DPR/DPRD pada akhir juli tahun anggaran yang bersangkutan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan APBN/APBD. Laporan realisasi tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBN/APBD semester pertama dan penyesuaian / perubahan APBN / APBD pada semester berikutnya. Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan Negara dalam rangka pelaksanaan APBN / APBD ditetapkan tersendiri dalam undag – undang yang mengatur perbendaharaan Negara mengingat lebih banyak menyangkut hubungan administrative antar kementerian Negara / lembaga di lingkungan pemerintah.
2.9 PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
yang memenuhi prinsipp – prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang diterima secara umum merupakan upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara. Dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 ditetapkan bahwa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya dibagi menjadi laporan pelaksanaan anggaran.
2.10 KONDISI PERENCANAAN PENGANGGARAN DI INDONESIA
PADA SAAT INI
Proses perencanaan pengangggaran di Indonesia hingga saat ini
masih memiliki dua kelemahan yang sangat mendasar, adalah sebagai berikut :
1. Control yang sangat ketat terhadap harga input hingga ke
level yang sangat mikro dalam rencana pengeluaran pemerintah 2. Proses perencanaan penganggaran yang selama ini dilaksanakan hanya berorientasi kepada satu tahun anggaran semata sehingga sulit untuk menciptakan kondisi yang berorientasi kepada hasil kebijakan yang menjadi target pemerintah dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan.
2.11 REVOLUSI SISTEM PERENCANAAN PENGANGGARAN DI
INDONESIA
UU PP Nomor 21 Tahun 2004 tentang penyusunan rencana kerja
anggaran kementerian Negara / lembaga mengamanatkan tiga pendekatan yang harus menjadi referensi pemerintah dalam memformulasikan perencanaan dan mengimplementasikan kebijakan anggarannya, yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan penganggaran terpadu. Semua kegiatan instansi
pemerintahan dalam APBN yang disusun secara terpadu, termasuk mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan 2. Penganggaran berbasis kinerja. Memperjelas tujuan dan indicator kinerja sebagai bagian dari pengembangan system penganggaran berdasarkan kinerja 3. Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah / KPJM. Pendekatan dengan perspektif jangka menengah memberikan kerangka yang menyeluruh, meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran, mengembangkan disiplin fiscal, mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian pelayanan yang optimal dan lebih efisiensi.
2.12 KONDISI FAKTUAL PENERAPAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
(PEMERINTAH) DI INDONESIA
Adanya gerakan reformasi pada tahun 1998 di Indonesia yang berhasil
mengakhiri masa kekuasaan order baru, telah mengubah system politik di Indonesia yang lebih demokratis dan system pemerintahan yang didasarkan pada otonomi daerah menuntut adanya transparansi public dan akuntabilitas keuangan negara yang semakin meningkat. Oleh karena itu, pada pemerintahan era reformasi telah melakukan koreksi secara menyeluruh terhadap system keuangan Negara, adalah sebagai berikut (Dwi Ratna, 2010: 8) :
Koreksi pertama, adalah menyatukan anggaran Negara yang
tadinya dibagi dalam dua kelompok yaitu anggaran rutin dan anggaran pembangunan Koreksi kedua, adalah meniadakan anggaran non – budgeter Koreksi ketiga, adalah diterbitkannya paket ketiga undang – undang di bidang keuangan Negara antara tahun 2003 – 2004 Koreksi keempat, adalah diberlakukannya PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang berdampak pada perubahan kebijakan akuntansi yaitu dari yang berbasis kas menjadi cash basis toward accrual dan double entry.
Kendala yang dihadapi setelah dilakukan koreksi secara menyeluruh
bersumber pada beberapa factor, sebagaimana yang dijelaskan oleh Dwi Ratna (2010: 12), antara lain :
Kurangnya rasa saling percaya antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah Perubahan yang terlalu drastic dari yang awalnya top-down ke bottom up Perubahan paradigm manajemen keuangan daerah, dari paradigm penganggaran yang berdasarkan control input menjadi paradigm penganggaran berdasarkan kinerja, yang memerlukan proses yang cukup sulit Implementasi APBD masih kurang efisiensi dan efektif karena kurangnya sinergi antara Kebijakan Umum APBD (KUA) dengan prioritas pembangunan daerah Proses perencanaan anggaran yang membutuhkan waktu cukup panjang
Adanya koreksi dan kendala terhadap implementasi keuangan
Negara, menunjukkan bahwa penerapan akuntansi sector public sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan Negara melalui perubahan aturan perundang – undangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan Negara.
2.13 TANTANGAN PADA MASA MENDATANG
Kebijakan pemerintah tidak seharusnya bersifat sementara, tetapi
sudah direncanakan dengan baik. Hal ini terutama untuk mendesain dua prinsip utama, adalah :
1. Menciptakan kebijakan anggaran yang berorientasi pada
pencapaian parameter hasil yang terukur melalui indicator kinerja tertentu, yang secara parallel juga dilaksanakan dengan menciptakan mekanisme dan lingkungan yang berorientasi kepada pencapaian hasil 2. Membangun mekanisme yang menjamin akuntabilitas efisiensi alokasi dan implementasi kebijjakan anggaran sebagai instrument pelengkap yang harus ada untuk member fleksibilitas kepada pengguna anggaran untuk fokus kepada pencapaian hasil yang menjadi tanggung jawab. BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Negara pemerintahan sebagai sasaran akuntansi sector public
merupakan konsekuensi dari pembentukan pemerintahan Negara Indonesia. Pemerintahan Negara Indonesia dibentuk dalam rangka pencapaian tujuan Negara sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 dan menjalankan berbagai fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang.
Pengaturan secara jelas kekuasaan atas pengelolaan keuangan
Negara merupakan prinsip pokok dalam pengelolaan keuangan Negara yang transparan dan akuntabel. Penerapan prinsp ini diyakini berpengaruh besar bagi upaya pencapaian tujuan bernegara mengingat manifestasi pengelolaan keuangan Negara dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan adalah disusun dan dilaksanakannya APBN dan APBD setiap tahun. DAFTAR PUSTAKA
Dwi Ratna, S. 2010. “Kondisi Faktual Sistem Akuntansi
Pemerintahan”. Diedit oleh Abdul Halim, Yanuar E. Restianto, dan I Wayan Karman, di dalam Seri Bunga Rampai Akuntansi Sektor Publik, Sistem Akuntansi Sektor Publik: Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat – Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah – Kapita Selekta Sistem Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta STIM YKPN
Halim, Abdul dan M. Syam Kusufi, 2012. Akuntansi Sektor
Publik: Akuntansi Keuangan Daerah edisi ke-4. Jakarta: Salemba Empat.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro