Anda di halaman 1dari 13

HUKUM KEUANGAN NEGARA

Dosen Pengampu : Silm Oktapani,S.H.,M.H


DISUSUN OLEH :
JURMAN SELO KUSUMA (20742010094)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
TAHUN 2022/2023
A.PEMAHAMAN KEUANGAN NEGARA

a) Pengertian Keuangan Negara


Dalam undang-undang Dasar 1945 BAB VIII hal keuangan, antara lain

disebutkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan setiap


tahun dengan undang-undang,dan ketentuan mengenai pajak dan pungutan lain
yang bersifat memaksa untuk keperluan negara serta macam dan harga mata uang
negara ditetapkan dengan undang-undang.hal-hal lain mengenai keuangan negara
sesuai dengan amanat pasal 23C diatur dengan undang-undang.

Berdasarkan Undang-Undang No.17 Tahun 2003 merumuskan bahwa


keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang,serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.Keuangan negara dapat diartikan dalam luas dan sempit,yang mana dalam
arti luas kuangan negara meliputi APBN,APBD,keuangan negara pada
Perjan,Perum,PN-PN,dan sebagainya,sedangkan dalam arti sempit keuangan
negara hanya meliputi setiap badan hukum yang berwenang mengelola dan
mempertanggung jawabkannya.Adapun perumusan keuangan negara meliputi
beberapa pendekatan,yakni:

1. Pendekatan dari sisi objek


2. Pendekatan dari sisi subjek
3. Pendekatan dari sisi proses dan
4. Pendekatan dari sisi tujuan

b) Ruang Lingkup Keuangan Negara

Undang-Undang No.17 Tahun 2003 di dalam pasal 2,keuangan negara


meliputi :

1. Hak negara untuk memungut pajak,mengeluarkan,dan mengedarkan


uang,dan melakukan pinjaman;
2. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan negara;
4. Pengeluaran negara;
5. Penerimaan daerah;
6. Pengeluaran daerah;
7. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh
pihak.Kekayaan pihak lain sebagaimana yang dimaksud dalam huruf (i)
meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan
kebijakan pemerintah,yayasan-yayasan dilingkungan kementrian
negara/lembaga,atau perusahaan negara/daerah lain;
8. Berupa uang,surat berharga,piutang,barang,serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang,termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah;
9. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
10. Kekayaan pihak lain diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
c) Kedudukan Keuangan Negara Dalam Bank Indonesia

Bank Indonesia sebagai bagian dari negara dan sebagai badan hukum
publik,dilihat dari segi fungsinya yaitu secara yuridis dan makro ekonomi Bank
Indonesia sama halnya dengan negara tepat dikategorikan sebagai badan
hukum”nirlaba”.Oleh karena itu kedudukan keuangan negara dalam Bank
Indonesia tetap merupakan keuangan negara,yang mana hal ini dapat dilihat dari
kedudukan keuangan negara dalam Bank Indonesia yang sumber modalnya
berasal dari negara.

Pemerintah saat berhadapan dengan Bank Indonesia harus memposisikan


diri sebagai badan hukum publik yang harus mendukung bank indonesia dalam
menanggung resiko yang kemungkinan terjadi dalam pelaksanaan tugas dan
wewenangnya
d) Penghapusan Dana Nonbudgeter Dalam Hukum Keuangan Negara
Merujuk pada undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentng keuangan

negara,istilah nonbujeter sebenarnya tidak dikenal sama sekali. Konsepsi


keuangan negara dalam undang-undang tersebut hanya meliputi wilayah APBN
dan APBD dan sama sekali tidak disinggung pengertian diluar hal tersebut.

Dana nonbudgeter merupakan dana ilegal yang eksistensinya berada diluar


jangkauan Undang-Undang Keuangan Negara,dan dana nonbudgeter ini hanya
meliputi wilayah APBN dan APBD.Oleh karena itu jika dana nonbudgeter ini
tidak hapuskan maka akan terjadi dengan mudahnya manipulasi kepentingan yang
sulit dihindarkan.

e) Prospek Hukum Keuangan Negara

Pada dasarnya hukum keuangan negara harus diletakkan pada konsep


pertanggungjawaban penggunaan keuangan negara yang membawa implikasi
yuridis yang cukup signifikan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.Dengan
demikian prospek hukum keuangan negara tidak akan pernah memudar jika
semua pihak mengambil peran atas kesadaran di dalam negara terdapat elemen
yang berwujud badan hukum.Semua pihak harus menyadari peranan ini demi
kepentingan negara dan tidak untuk menguntungkan salah satu pihak.Oleh karena
dalam prospek hukum keuangan negara,proses penyusunan hukum keuangan
negara harus diarahkan sebagai pedoman kebijakan yang sesuai dengan tujuan
yang ingin dilaksanakan oleh negara serta sesuai dengan alat-alat politik ekonomi
yang ingin dipergunakan negara untuk mencapai tujuan nasional dan juga
kepentingan rakyat.

F.Pengertian dan Ruang Lingkup APBN

Pengertian umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


adalah rencana kerja yang diperhitungkan dengan keuangan yang disusun secara
sistematis,yang mencakup rencana penerimaan dan rencana pengeluaran untuk
satu tahun anggaran,yang disusun oleh pemerintah pusat dan telah disetujui oleh
DPR.Dalam pasal 1 angka 7 Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Anggaran dan
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana
di tegaskan.Berdasarkan pasal 12 Undang-Undang No 1 Tahun 2004 tentang
perbendaharaan negara,APBN dalam satu tahun anggaran meliputi :

1. Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan


bersih;
2. Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih;
3. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan
diterima kembali,baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

B.PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN APBN

a).Determinasi Kebijakan Anggaran Negara Di Indonesia:Analisis


terhadap Beberapa Rezim Pemerintahan.

Bahwa kewenangan menjalankan anggaran negara itu ada pada presiden.Berikut


Determinasi kebijakan anggaran negara indonesia mulai dari pemerintahan orde
lama hingga orde baru,yaitu:

1. Determinasi Kebijakan Anggaran Negara Pada Masa Pemerintahan Orde


Baru.

Pada masa pemerintahan orde baru,kebijakan ekonomi pada saat itu


berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi.Bahwa kebijakan-kebijakan ekonomi
pada masa itu dituangkan pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN),yang pada akhirnya selalu disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) untuk disahkan menjadi APBN.
2. Determinasi Kebijakan Anggaran negara pada Masa Pemerintahan
Transisi

Determinasi anggaran negara pada masa ini adalah pemulihan ekonomi di


mana sektor ekonomi nasional mengalami krisis karena krisis ekonomi yang juga
melanda hampir seluruh Asia Tenggara,dengan cara antara lain dengan
menciptakan asumsi APBN yang sehat.Adapun orientasi ekonomi pada masa
transisi ini ditujukan pada dua hal,yaitu pemberdayaan usaha kecil,menengah,dan
koperasi serta peningkatan anggaran yang lebih mementingkan kepentingan
daerah.

3. Determinasi Kebijakan Anggaran Negara Pada Masa Pemerintahan


Presiden Abdurrahman Wahid

Determinasi kebijakan anggaran negara pada masa pemerintahan Presiden


Abdurahman Wahid (Gus Dur),berorientasi pada pembaruan ekonomi.Hal
tersebut dilakukan dengan cara menuntaskan pembenahan lembaga ekonomi
melalui upaya pemulihan dunia perbankan dan dunia usaha.

b) Pengelolaan Keuangan Negara dan Upaya Perbaikannya.

Pengelolaan keuangan negara mempunyai arti luas dan sempit.Pengelolaan


keuangan negara dalam arti luas adalah manajemen keuangan negara,sedangkan
dalam arti sempit,pengelolaan keuangan negara adalah administrasi keuangan
negara atau tata usaha keuangan negara.Tujuan dari pengelolaan keuangan negara
itu sendiri adalah agar daya tahan dan daya saing perekonomian nasional semakin
dapat ditingkatkan dengan baik dalam kegiatan ekonomi yang semakin bersifat
global,sehingga kualitas kehidupan masyarakat Indonesia dapat meningkat sesuai
dengan yang diharapkan.Bahwa ada beberapa alasan mengapa keuangan negara
penting untuk dikelola dengan baik,diantaranya yaitu mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi,menjaga kestabilan,merealokasi sunber-sumber ekonomi, dan
mendorong redistribusi pendapatan.

Adapun perbaikan pengelolaan keuangan negara dilakukan dengan


perbaikan transparansi dan akuntabilitas yang meruapakan salah satu kunci bagi
keberhasilan perombakan sistem sosial yang kita lakukan selama era
reformasi,sejak krisis ekonomi tahun 1997-1998.

C.PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA DAN


APBN

a) Pengawasan dan Pemeriksaan Keuangan Negara dan APBN

Pengawasan adalah suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan


sesuai dengan rencana yang telah ditentukan,dan dengan adanya pengawasan
dapat memperkecil timbulnya hambatan.Pada prinsipnya ada beberapa jenis
pengawasan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu kaitan dengan keuangan
negara,pengawasan yang tujukan untuk menghindari terjadinya
korupsi,penyelewengan dan pemborosan anggaran negara.Adapun jenis-jenis
pengawasan ini terbagi ke dalam beberapa jenis pengawasan,yaitu pengawasan
preventif,pengawasan represif, pengawasan dekat (aktif),dan pengawasan intern.

Adapun pengawasan atas pelaksanaan APBN dapat dilakukan oleh


Instansi/lembaga baik yang secara konstitusional maupun yang secara fungsional
melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBN seperti
BPK,DPR,BPKP,masyarakat,dan Inspektorat Jendral Departemen serta
pengawasan yang bersifat melekat dalam organiasi bersangkutan.Sistem
pengawasan pemerintah pada prinsipnya dibagi atas dua sistem pengawasan
utama,yaitu Sistem Pengawasan Negara Kesatuan RI atau dikenal sebagai Sistem
Pengawasan Eksternal Pemerintah dan Sistem Pengawasan Internal Pemerintah.

b) Pengawasan Keuangan Negara Sebagai Upaya Pencegahan Korupsi.

Bahwa di dalam Undang-Undang Korupsi No.31 Tahun 1999 jo.Undang-


Undang No 20 Tahun 2001 menyediakan dua instrumen untuk memulihkan
kerugian negara akibat perbuatan korupsi,yaitu instrumen pidana dan perdata.Ada
lima hal yang menandai kurang kondusifnya iklim dalam pemberantasan korupsi
dan kolusi,yaitu praktik kenegaraan korporatis,arogansi pemerintah,arus informasi
dalam masyarakat tidak seimbang,pola rekrutmen birokrat yang diwarnai
nepotisme dan kurangnya komitmen pemerintah.
c) Mekanisme Pengawasan Keuangan Negara

Pada hakikatnya,mekanisme pengawasan keuangan negara di bedakan atas


dua hal,yaitu pengawasan intern dan pengawasan ekstern.Pengawasan intern
meliputi pengawasan supervisi (built in control),pengawasan birokrasi serta
pengawasan melalui lembaga-lembaga pengawasan intern.Pengawasan supervisi
merupakan pengawasan dimana masing-masing pimpinan setiap unit diwajibkan
melakukan pengawasan keuangan negara terhadap para bawahan yang menjadi
tanggung jawabnya.Adapun pengawasan birokrasi,yaitu pengawasan melalui
sistem dan prosedur administrasi.

d) Pelaporan Keuangan Negara Dalam Perspektif Hukum Di Bidang


Keuangan Negara.

Laporan keuangan menyajikan informasi yang meliputi diantaranya


aktiva,kewajiban,ekuitas,dan pendapatan serta beban termasuk keuangan dan
kerugian,dan arus kas.Adapun laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PASK) No.1 paragraf 7)
diantaranya,neraca,laporan laba-rugi,laporan perubahan ekuitas,laporan arus
kas,dan catatan atas laporan keuangan.Pengguna laporan keuangan pemerintah
diantaranya yaitu masyarakat,para wakil rakyat,lembaga pemeriksa dan lembaga
pengawas,pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi,investasi , dan
jaminan,serta pemerintah.

D.DEFISIT DAN INFLASI APBN

a) Defisit dan Inflasi APBN

Defisit anggaran adalah selisih antara penerimaan negara dan


pengeluarannya yang cendeung negatif,yang artinya bahwa pengeluaran negara
lebih besar dari penermanya.Dengan demikian secara umum,defisit terjadi apabila
pengeluaran pemerintah lebih besar dari pada penerimaan.Perlu diketahui bahwa
ada dua konsep defisit yang penting yaitu:
1.Keseimbangan umum (overal balance),merupakan silisih antara pengeluaran
dan penerimaan negara.

2.Primary fiscal balance atau keseimbangan primer,merupakan silisih antara


pengeluaran pemerintah di luar pembayaran bunga utang/pinjaman dengan
penerimaan.

Dalam Ilmu ekonomi,inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-


harga secara umum dan terus-menerus.Secara umum terdapat dua indikator
inflasi,yaitu pertama,Indeks Harga Konsumen (IHK),merupakan indikator yang
umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga.Kedua,Indeks Harga
Perdagangan Besar merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga
dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan disuatu daerah.Berdasarkan
asalnya,inflasi dapat digolongkan menjadi dua,yaitu inflasi yang berasal dari
dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri.Inflasi dari dalam negeri
timbul dikarenakan defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan
uang baru,panenan yang gagal dan sebagainya.Sedangkan inflasi dari luar negeri
adalalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga faktor produksi. (upah
dan sebagainya).

b) Sebab-sebab Terjadinya Defisit Anggaran Negara.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tidak menutup kemungkinan


akan mengalami defisit,karena kebutuhan akan belanja negara yang tinggi yang
dikarenakan :

1.Indonesia terdiri atas teritorial yang luas dan ribuan pulau

2.Populasi penduduk yang besar

3.Tingkat pendapatan per-kapita yang rendah

4.Tingkat pengangguran yang tinggi

5.Tingkat kemiskinan yang tinggi

6.Kebanyakan Belanja Negara tidak diskresioner


7.Infestasi pemerintah masih sebesar 20% dari total penerimaan.

c) Penyebab Terjadinya Inflasi

Bahwa suatu negara yang mengalami inflasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Harga-harga barang pada umunya dalam keadaan naik terus-menerus


2. Jalan uang yang beredar melebihi kebutuhan
3. Jalan barang relatif sedikit
4. Nilai uang ( daya beli uang) turun pencegahan inflasi telah lama menjadi
salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan ekonomi makro pemerintahan
dan bank sentral di negara manapun.

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal yaitu tarikan permintaan atau
desakan biaya produksi.Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi
akibat adanya permintaan total yang berlebihan,sehingga terjadi perubahan pada
tingkat harga.Sedangkan inflasi desakan biaya terjadi akibat meningkatnya biaya
produksi (input),sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang
dihasilkan ikut naik.Apabila ditelaah lebih lanjut,ada beberapa faktor utama yang
menjadi penyebab timbulnya inflasi di Indonesia,diantaranya yaitu jumlah uang
beredar,defisit anggaran belanja pemerintah,serta faktor-faktor dalam penawaran
agregat dan luar negeri.

5. Dampak Inflasi,Upaya Mengatasi,dan Pengendalian Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif,hal ini tergantung


parah atau tidaknya inflasi.Apabila inflasi itu ringan,justru mempunyai pengaruh
yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian yang lebih baik,yaitu
meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja,menabung,dan mengadakan investasi.Sebaliknya,dalam inflasi yang
parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi),keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu.Adapun cara
mengatasi timbulnya inflasi adalah dengan menghilangkan bottleneck struktural.
Berbicara mengenai pengendalian inflasi ,pada umunya pemerintah
Indonesia lebih banyak menggunakan pendekatan moneter sebagai alat untuk
meredam inflasi,misalnya dengan open market mechanism atau reserve
requirement.Akan tetapi hal ini tidak efesien digunakan pada negara-negara
berkembang yang masih memiliki struktural bottleneck.Pendekatan moneter ini
hanya layak digunakan oleh negara-negara maju dalam mengatasi inflasi jangka
pendek.Oleh karena itu dengan berpedoman pada berbagai hambatan dalam
pembangunan perekonomian di Indonesia,diperlukan berbagai upaya pembenahan
diantaranya mengurangi defisit APBN,meningkatkan cadangan
devisa,memperbaiki dan meningkatkan kemampuan sisi penawaran agregar.

E.TINJAUAN PINJAMAN LUAR NEGERI

a) Pinjaman Luar Negeri Menurut UUD 1945

Secara umum kedudukan pinjaman luar negeri dalam Undang-Undang


Dasar Tahun 1945 sebagai sumber keuangan negara dan daerah telah diatur secara
tegas dalam Bab VIII Hal Keuangan Negara,namun terdapat satu pasal tersirat di
dalamnya,yakni pasal 23,23 C UUD 1945.Inilah yang menjadi dasar bahwa
pinjaman luar negeri telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
pengelolaan keuangan negara,terutama dalam hal pencarian dana-dana untuk
pelaksanaan pembangunan yang sampai saat ini sangat dibutuhkan.Bahwa
pinjaman luar negeri itu sendiri memiliki sisi positif dan sisi negatif.Sisi positif
dari pinjaman luar negeri adalah bahwa ia merupakan sumber yang tidak sedikit
peranannya dalam pembangunan ekonomi negara termasuk di dalamnya
pembangunan industri substitusi impor.Sedangkan sisi negatifnya ialah bahwa
dengan adanya pinjaman luar negeri,suatu negara menjadi terikat akan suatu
kewajiban,yaitu kewajiban membayar kembali pinjaman tersebut berupa pokok
pinjaman beserta bunganya.

b) Pinjaman Luar Negeri Dalam Perspektif Ekonomi

Fungsi pinjaman luar negeri adalah untuk mempercepat


transisi/transformasi dalam pembangunan ekonomi.Namun perlu juga diketahui
bahwa pinjaman luar negeri bila dilihat dari segi ekonomi bagi negara-negara
yang menerima pinjaman oleh mereka dianggap dapat membawa bencana yaitu
ketergantungan pada bantuan asing karena bantuan asing yang diberikan kepada
negara-negara berkembang hanya sebagai hasil sampingan yang tidak dapat
diandalkan dalam usaha perencanaan mereka yang menyeluruh dan mengarahkan
energi mereka pada perubahan-perubahan institusional dalam negeri yang
dibutuhkan untuk menciptakan suatu tata ekonomi dan sosial.Di negara Indonesia
sendiri,ada dua bentuk cara menyediakan dana pinjaman untuk manfaat
pemerintah daerah diantaranya yaitu dana gabungan (consolidated Fund) dan dana
berputar (revolving found).

c) Beberapa Pinjaman Luar Negeri

Dalam rangka pemanfaatan bantuan/kerja sama luar negeri bagi


pembangunan,pemerintah telah menetapkan kebijakan terhadap pinjaman luar
negeri sebagai berikut:

1. Bantuan luar negeri merupakan pelengkap


2. Bantuan luar negeri harus dimanfaatkan sesuai dengan arah dan
kepentingan pembangunan nasional
3. Bantuan luar negeri tidak boleh mengikat dan menimbulkan
ketergantungan terus-menerus
4. Bantuan luar negeri harus dimanfaatkan terutama untuk membangun
proyek-proyek yang produktif dan dikemudian hari menguntungkan bagi
rakyat banyak.
d) Peran Bappenas Dalam Pinjaman Luar Negeri

Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas


No.PER.005/M.PPN/06/2006 tentang Tata Cara dan Pengajuan Usulan serta
Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah Serta
Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.Peraturan ini adalah bagian kecil
dari penyiapan sistem manajemen satu pintu dalam pengajuan pinjaman luar
negeri Indonesia.Berdasarkan peraturan ini,segala usulan pinjaman luar negeri
akan terlebih dahulu dinilai dan direncanakan di Bappenas,sedangkan untuk
negosiasi dengan pihak donor akan ditangani oleh Departemen Keuangan bekerja
sama dengan Bapenas dan Depkeu akan lebih jelas.

Anda mungkin juga menyukai