Dosen Pengampu :
Disusun
oleh :
Kelompok 4
UNIVERSITAS
A. Dasar Pemikiran
Hal-hal baru dan/atau perubahan mendasar dalam ketentuan keuangan negara yang diatur
dalam undang-undang ini meliputi pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, asas-
asas umum pengelolaan keuangan negara, kedudukan Presiden sebagai pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan negara, pendelegasian kekuasaan presiden kepada
Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan Lembaga, susunan APBN dan APBD, ketentuan
mengenai penyusunan dan penetapan APBN dan APBD, pengaturan hubungan keuangan
antara pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daerah dan pemerintah/Lembaga
asing, pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah dengan perusahaan negara,
perusahaan daerah dan perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat, serta
penetapan bentuk dan batas waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN dan APBD.
Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara adalah dari sisi objek,
subjek, proses, dan tujuan. Dari sisi objek yang dimaksud dengan keuangan negara
meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang. Dari sisi subjek
yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh objek sebagaimana tersebut di
atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan
negara.
Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas dimulai dari perumusan
Undang-undang tentang keuangan negara perlu menjabarkan aturan pokok yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar tersebut ke dalam asas-asas umum yang meliputi
baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas
tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas-asas baru
sebagai pencerminan best practise (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam
pengelolaan keuangan negara terdiri dari akuntabilitas berorientasi pada hasil,
profesionalitas, proporsionalitas, keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara,
pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksaan yang bebas dan mandiri.
Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD dan Mekanisme penyusunan dan penetapan
APBN:
(1) Pemerintah Pusat mengajukan RUU tentang APBN, disertai nota keuangan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan agustus
tahun sebelumnya.
(2) Pembahasan RUU tentang APBN dilakukan sesuai dengan undang- undang yang
mengatur susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat.
(3) Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan
jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam RUU tentang APBN. Perubahan RUU tentang
APBN dapat diusulkan oleh DPR sepanjang tidak mengakibatkan peningkatan defisit
anggaran.
(4) Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai RUU tentang APBN
dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan.
(5) APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja.
(6) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui RUU sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar
angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
(1) Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, disertai
penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama
bulan Oktober tahun sebelumnya.
(2) Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan sesuai dengan UU
yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD.
(3) DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan
pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.
(4) Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan.
(5) APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja.
(6) Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), untuk membiayai keperluan setiap bulan, Pemerintah Daerah dapat
melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran
sebelumnya
G. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah,
Pemerintah/Lembaga Asing, Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta,
serta Badan Pengelola Dana Masyarakat
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar
akuntansi pemerintah. Dalam undang-undang ini ditetapkan bahwa laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD disampaikan berupa laporan
keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan
arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
pemerintah. Laporan keuangan pemerintah pusat yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 bulan
B. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
A. Dasar Pemikiran
E. PenatausahaandanPertanggungjawabanPelaksanaanANggaran
(5) Laporan keuangan pemerintah diaudit oleh lembaga pemeriksa ekstern yang
independen dan profesional sebelum disampaikan kepada DPR;
(6) Laporan keuangan pemerintah dapat menghasilkan statistik keuangan yang
mengacu kepada manual Statistik Keuangan Pemerintah (Government Finance
Statistics/GFS) sehingga dapat memenuhi kebutuhan analisis kebijakan dan kondisi
fiskal, pengelolaan dan analisis perbandingan antar negara (cross country studies),
kegiatan pemerintahan, dan penyajian statistik keuangan pemerintah.
B. Pelaksanaan Pemeriksaan
BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan, yakni
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam
tahap perencanaan mencakup kebebasan dalam menentukan objek yang akan
diperiksa, kecuali pemeriksaan yang objeknya telah diatur tersendiri dalam
undang- undang, atau pemeriksaan berdasarkan permintaan khusus dari lembaga
perwakilan.
C. Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil
pemeriksaan yang dilakukan selama 1 semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan
kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya, dan kepada Presiden
serta Gubernur/Bupati/Walikota yang bersangkutan agar memperoleh informasi
secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan.
Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 62 ayat (3) UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, UU ini mengatur lebih lanjut tentang pengenaan ganti
kerugian negara/daerah terhadap bendahara. BPK menerbitkan surat keputusan
penetapan batas waktu pertanggungjawaban bendahara atas kekurangan kas/barang
yang terjadi setelah mengetahui ada kekurangan_kas/barang dalam persediaan
yang merugikan keuangan negara/daerah.
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Badan
Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disebut BPK, adalah Badan Pemeriksa
Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas
nama BPK.
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut. Sedangkan, Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.
a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman.
b. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
dan membayar tagihan pihak ketiga.
c. Penerimaan dan pengeluaran daerah.
d. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang,barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah
e. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
E. Perpres 54 Tahun 2010 beserta perubahannya tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa dengan harga yang dapat dipertanggung jawabkan dengan jumlah mutu
sesuai, serta pada waktunya yang bersumber dana dari APBN/APBD,
pinjaman/hibah dalam negeri maupun luar negeri (PHLN). Apabila terdapat
perbedaan antara ketentuan pengadaan yang berlaku bagi pemberi dengan
peraturan presiden maka para pihak dapat menyepakati tata cara pengadaan yang
digunakan.
Prinsip dasar pengadaan barang/jasa pemerintah yaitu efisien, efektif,
terbuka dan bersaing, transparan, adil, dan akuntabel. Pengadaan Barang/Jasa
meliputi : Barang, Pekerjaan Konstruksi, Jasa Konsultasi dan Jasa Lainnya yang
dilakukan melalui Swakelola atau Pemilihan Penyedia Barang/Jasa. Organisasi
pengadaan melalui penyedia barang terdiri atas PA/KPA, PPK, ULP/Pejabat
Pengadaan, dan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. Dan organisasi
pengadaan melalui swakelola terdiri atas PA.KPA, PPK dan Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan. PPK dapat dibantu oleh tim pendukung dan perangkat
organisasi ULP paling kurang terdiri dari kepala, sekretariat, staf pendukung dan
kelompok kerja.
Etika Pengadaan antara lain tertib dan penuh rasa tanggung jawab,
profesional dan mandiri, tidak membuat persaingan tidak sehat, menerima dan
bertanggung jawab atas kesepakatan yang telah ditetapkan, menghindari
pertentangan kepentingan, menghindari dan mencegah keborosan, menghindari
dan mencegah penyalahgunaan wewenang, tidak menerima, menawarkan dan atau
menjanjikan untuk memberi atau menerima imbalan yang berkaitan dengan
pengadaan barang/jasa.
● Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) : bertugas menetapkan dan
mengumumkan Rencana Umum dan Pelaksana Pengadaan, menetapkan
pemenang pelelangan paket pengadaan dengan nilai diatas Rp
100.000.000.000, menetapkan pemenang seleksi untuk paket pengadaan
jasa konsultansi dengan nilai diatas Rp10.000.000.000 mengawasi
pelaksanaan anggaran, menyampaikan laporan keuangan sesuai peraturan
perundang-undangan, menyelesaikan perselisihan antara ULP dan PP;
mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh dokumen pengadaan
barang/jasa
● PPK : bukan pengelola keuangan dan penyedia barang/jasa dan memiliki
sertifikat keahlian pengadaan. Bertugas untuk menetapkan spesifikasi
teknis, rincian HPS dan rancangan kontrak, menunjuk penyedia,
menandatangani, melaksanakan dan mengendalikan kontrak, melaporkan
pelaksanaan. melaporkan hasil dna kemajuan dalam triwulan kepada
PA/KPA, menyimpan dan menjaga dokumen pelaksanaan pengadaan
barang/jasa. Namun PPK juga dapat mengusulkan perubahan paket pekerja
dan perubahan jadwal, menetapkan tim dan tenaga ahli ULP dan besaran
uang muka.
● Panitia/Pengadaan : dengan syarat memiliki integritas moral, memahami
pekerjaan yang akan diadakan, memahami jenis pekerjaan ULP dan tidak
mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat yang menetapkan anggota
ULP. Yang memiliki tugas sebagai penyusun rencana pemilihan penyedia,
menetapkan dokumen pengadaan, menetapkan nominal jaminan
penawaran, mengumumkan pelaksanaan pengadaan, menilai kualifikasi,
evaluasi administrasi, teknis dan harga penawaran, menjawab sanggahan,
penetapan pemenang, memberikan salinan dokumen pemilihan penyedia
kepada PPK dan dokumen asli kepada PA/KPA, membuat laporan proses
dan hasil penyedia barang kepada pimpinan instansi dan memberikan
pertanggungjawaban pengadaan kepada KPA.
● Swakelola : kegiatan pengadaan barang/jasa yang direncanakan, dikerjakan
dan diawasi sendiri oleh pelaksana swakelola seperti pekerjaan pemrosesan
data, perumusan kebijakan pemerintah, pekerjaan industri kreatif,
pengemabangan dan penelitian dalam negeri dan pekerjaam pengembangan
industri pertahanan.
● Penyedia Barang/Jasa : Dengan syarat sebagai pegawai negeri instansi
sendiri atau teknis, memahami kontrak, memiliki integritas moral, dan tidak
menjabat sebagai pengelola keuangan.. Dilakukan pemilihan penyedia
barang/jasa melalui pelelangan umum, pelelangan sederhana, pengadaan
langsung, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, penunjukan langsung
dan pengadaan langsung. Namun umumnya dilakukan pelelangan
sederhana atau pemilihan langsung pada pascakualifikasi.
Metode Pemasukan Dokumen untuk Pengadaan Jasa Konsultansi
menggunakan metode dua sampul dan bagi Pengadaan Jasa Konsultansi yang
menggunakan metode seleksi sederhana/Penunjukkan Langsung/Pengadaan
Langsung/Sayembara menggunakan metode satu sampul. Pada prinsipnya
pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/lainnya menggunakan metode evaluasi
sistem gugur. Namun, untuk pengadaan yang bersifat kompleks dapat
menggunakan metode evaluasi sistem nilai atau penilaian biaya selama umur
ekonomis.
Kontrak dalam pengadaan barang/jasa sesuai pasal 50 dan 51 berdasarkan
cara pembayaran terdiri atas kontrak lump sum, kontrak harga satuan, gabungan
harga satuan dan lump sum, dan persentase. Untuk pengadaan barang/jasa yang
nilainya sampai dengan Rp 5.000.000 menggunakan bukti pembelian, yang
nilainya sampai dengan Rp 10.000.000 menggunakan kuitansi. Surat Perintah Kerja
(SPK) digunakan untuk pengadaan barang/jasa konstruksi/lainnya bernilai sampai
Rp 100.000.000 dan untuk pengadaan diatas Rp 100.000.000 menggunakan surat
perjanjian.
Kualifikasi merupakan proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha
serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa dan dapat
dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu prakualifikasi dan pascakualifikasi.
Prakualifikasi merupakan proses yang dilakukan sebelum pemasukan penawaran
dan pascakualifikasi merupakan proses yang dilakukan setelah pemasukan
penawaran yang dilakukan untuk pelelangan umum/sederhana/pemilihan penyedia
jasa konsultansi perorangan. Setelah ULP mengevaluasi dokumen evaluasi dan
menyederhanakan proses kualifikasi, maka dilakukan penilaian kualifikasi dengan
metode sistem gugur untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi /lainnya dan
sistem nilai untuk pengadaan jasa konsultansi.
Tahapan pemilihan penyedia barang/jasa konstruksi meliputi kegiatan
pengumuman, pendaftaran, pemberian penjelasan, pemasukan dan pembukaan
dokumen penawaran, evaluasi penawaran dan kualifikasi, pembuktian kualifikasi,
pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan, penetapan dan pengumuman pemenang,
sanggahan dan penunjukkan penyedia barang/jasa. Dan pemilihan penyedia
barang/jasa metode pengadaan langsung meliputi kegiatan survei harga pasar
dengan membandingkan minimal dari 2 (dua) penyedia berbeda dan
membandingkan harga pasar dengan HPS, lalu klarifikasi teknis dan negosiasi
harga.
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) ditetapkan oleh PPK berdasarkan harga
pasar yang berlaku dari BPS, asosiasi terkait, data sebelumnya atau tarif pabrik.
HPS disusun memperhitungkan keuntungan dan biaya operasional wajar
Jaminan Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas jaminan penawaran (jaminan
atas menawarkan penyediaan sebesar 1-3%, jaminan pelaksanaan kurang lebih 5%,
jaminan uang muka, jaminan pemeliharaan 5% dan sanggahan banding. Sertifikat
Garansi wajib diberikan dalam pengadaan barang, dan diterbitkan oleh produsen
atau pihak yang dirujuk sebagai produsen dalam jangka waktu tertentu