Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PRAKTISI MENGAJAR TENTANG

ADMINISTRASI KEUANGAN NEGARA

DISUSUN OLEH :

NAMA : NOVITA NINDI VANTIKA


NIM : E201500038
PROGRAM STUDI : ADMINISTRASI PUBLIK 2020
DOSEN PENGAMPU : STEELYANA INDRIASARI, SP, M.Si,

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MADANI


ADMINISTRASI NEGARA TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. Wb

Syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas nikmat sehat-Nya baik itu berupa
sehat fisik maupun pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah dengan judul
“Makalah Praktisi Mengajar Tentang Administrasi Keuangan Negara”

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena sempurna hanya
milik Allah SWT. Sehingga masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan didalamnya
untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk makalah ini agar makalah ini akan
menjadi lebih baik lagi. Apabila terdapat kesalahan kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalammualaikum wr. Wb

Klaten, 29 Juni 2023


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulis

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi Administrasi Keuangan Negara


2. Ruang Lingkup Administrasi Keuangan Negara
3. Mekanisme Penyusunan APBD
4. Pelaksanaan APBD dan APBN
5. Penanggungjawab Pengelola Keuangan Negara

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran
BAB I

1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat
danmenyelenggarakan pemerintahan negara berdasarkan konstitusi, sistem
pengelolaan keuangan negara yang komprehensif harus sesuai dengan
aturan pokok y ang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disebut UUD Negara RI 1945). Pasal
23 Ayat (1) UUD Negara RI 1945 mengatur bahwa anggaran pendapatan dan
belanja negara
sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun
dengan Undang-Undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selanjutnya, Pasal 23C
UUD Negara RI 1945 merumuskan bahwa hal-hal lain mengenai keuangan
negara diatur dengan Undang-Undang. Wujud nyata pelaksanaan amanat
Pasal
23C UUD Negara RI 1945 adalah dibentuknya Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang memiliki arti yang sangat khas
karena merupakan Undang-Undang pertama tentang keuangan negara yang
menjadi produk lembaga legislatif.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara yaitu semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. Keuangan negara telah membawa perubahan mendasar
dalam pengelolaan antara lain adalah diperkenalkannya pendekatan
penganggaran berbasis kinerja dalam penyusunan anggaran pemerintah
mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu
tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa pemerintahan daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemerintah yang baik dipandang akan mampu
berorientasi pada efisiensi, efektivitas, dan akuntanbilitas kinerja
denganmenghasilkan outcome yang berkualitas tinggi, mampu
memberdayakan danmemenuhi keinginan masyarakat, partisipatif dan
mampu melihat serta
mengantisipasi kejadian-kejadian dimasa depan (Riawan Tjandra, 2014:64).
Selanjutnya, mengenai keuangan daerah dapat pula dilihat
padaPeraturan Pemerintah (selanjutnya disebut PP) Nomor 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam PP ini diatur mengenai
APBD,penggunaan, dan kekuasaan pendapatan daerah. Hal tersebut menjadi
pedoman
dalam menjalankan tata kelola keuangan.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam
rancangan 1 tahun anggaran yang terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember. Terkait hal tersebut, APBD menjadi pedoman
bagi pemerintah daerah dalam merencanakan kegiatan pada tahun
yangbersangkutan. Fungsi ini menjadikan APBD penting karena kegiatan
pemerintah daerah tidak dapat dilaksanakan jika tidak direncanakan dan
dicantumkan dalam APBD, karena fungsi APBD sangat penting
dalampengelolaan keuangan daerah, maka proses penyusunan APBD
seharusnya dilakukan dengan baik dan tepat waktu.
2. Rumusan Masalah.
 Apakah administrasi keuangan negara itu?
 Apa saja ruang lingkup administrasi keuangan negara?
 Bagaimana mekanisme penyusunan APBD?
 Bagaimana pelaksanaan APBN dan APBD?
 Siapa saja penanggungjawab pengelola Keuangan Negara?
3. Tujuan Penulis
Sesuai dengan uraian diatas Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan
menambah wawasan dan pengetahuan kepada pembaca maupun penulis
agar dapat menambah wawasan tentang administrasi keuangan negara.
Pembuatan makalah ini juga untuk memenuhi tugas terstruktur mata
kuliah Administrasi Keuangan Negara yang kami ikuti selama semester enam
tahun ajaran 2020/2023.
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi administrasi keuangan negara
Administrasi Keuangan Adalah kegiatan yang berkenaan dengan
pencatatan, penggolongan, pengolahan, penyimpanan, pengarsipan
terhadap seluruh kekayaan Negara termasuk di dalamnya hak dan
kewajiban yang timbul karenanya baik kekayaan itu berada dalam
pengelolaan bank-bank pemerintah, yayasan-yayasan pemerintah,
dengan status hokum public ataupun privat, badan-badan usaha Negara
dan badan-badan usaha lainnya dimana pemerintah mempunyai
kepentingan khusus serta terikat dalam perjanjian dengan penyertaan
pemerintah ataupun penunjukkan pemerintah.
Administrasi keuangan terdiri dari serangkaian langkah-langkah
dimana dana-dana disediakan begi pejabat-pejabat tertentu dibawah
prosedur-prosedur yang akan menjamin sah dan berdaya-gunanya
pemakaian dana-dana itu. Bagian utama ialah menyusun anggaran
belanja, pembukuan, pemeriksaan pembukuan,
pembelian dan persediaan.
2. Ruang lingkup administrasi keuangan negara
Pada hakikatnya, keuangan negara sebagai sumber pembiayaan dalam
rangka pencapaian tujuan negara tidak boleh dipisahkan dengan ruang
lingkup yang dimilikinya. Oleh karena ruang lingkup itu menentukan
substansi yang dikandung dalam keuangan negara. Sebenarnya
keuangan negara harus memiliki ruang lingkup agar terdapat kepastian
hukum yang menjadi pegangan bagi pihak-pihak yang melakukan
pengelolaan keuangan negara.
Menurut Undang-Undang No.17 Tahun 2003, ruang lingkup keuangan
negara meliputi:
a) Pengelolaan moneter
Hal ini dilakukan melalui serangkaian kebijakan dibidang moneter.
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah agar ada keseimbangan yang dinamis antara jumlah
uang yang beredar dengan barang dan jasa yang tersedia di
masyarakat.
b) Pengelolaan Fiskal
Pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan
fiskal dan kerangka
ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan,
administrasi kepabean, perbendaharaan, dan pengawasan
keuangan. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan
pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan
pengeluaran
(belanja) pemerintah.
c) Pengelolaan Kekayaan Negara
Khusus untuk proses pengadaan barang kekayaan negara, yang
termasuk pengeluaran negara telah diatur secara khusus dalam
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Di
samping itu
terdapat pula kekayaan negara yang dipisahkan (pengelolaannya
diserahkan kepadaperusahaan yang seluruh modalnya/ sahamnya
dimiliki oleh negara). Perusahaan semacamini biasa di sebut Badan
Usaha Milik Negara dan Lembaga-Lembaga Keuangan Negara
(BUMN/BUMD).
3. Mekanisme penyusunan APBD
Berikut mekanisme penyusunan APBD merujuk pada UU Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara.
 Pengajuan
Pemda mengajukan rancangan Peraturan Daerah tentang APBD,
disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada
DPRD.
Pengajuan tersebut dilakukan pada minggu pertama bulan Oktober
tahun sebelum pelaksanaan anggaran.
Pada tahap penyusunan ini, Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran menyusun rencana
kerja dan anggaran SKPD tahun berikutnya.
 Pembahasan
DPRD kemudian melakukan pembahasan rancangan yang diajukan
Pemda tersebut.
Dalam proses ini, DPRD dapat mengajukan usul yang
mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran
dalam rancangan.
Pengambilan keputusan oleh DPRD dilakukan paling lambat satu
bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
 Penetapan
Jika disetujui DPRD, maka Rancangan APBD (RAPBD) akan
ditetapkan menjadi APBD melalui Peraturan Daerah.
Namun, jika tidak setuju, maka untuk membiayai pengeluaran
setiap bulannya, Pemda dapat melaksanakan pengeluaran sebesar
angka APBD sebelumnya.
4. Pelaksanaan APBN dan APBD
Setelah APBN ditetapkan secara rinci dengan undang-undang,
pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan keputusan Presiden
sebagai pedoman bagi kementerian negara/lembaga dalam pelaksanaan
anggaran. Penuangan dalam keputusan Presiden tersebut terutama
menyangkut hal-hal yang belum dirinci di dalam undang-undang APBN,
seperti alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah
kementerian negara/lembaga, pembayaran gaji
dalam belanja pegawai, dan pembayaran untuk tunggakan yang menjadi
beban kementerian negara/lembaga. Selain itu, penuangan dimaksud
meliputi pula alokasi dana perimbangan untuk provinsi/kabupaten/kota
dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan perusahaan/badan yang
menerima.
Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan
APBN/APBD, pemerintah pusat/pemerintah daerah perlu menyampaikan
laporan realisasi semester pertama kepada DPR/DPRD pada akhir Juli
tahun anggaran yang bersangkutan. Informasi yang disampaikan dalam
laporan tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBN/APBD
semester pertama dan penyesuaian/perubahan APBN/APBD pada
semester berikutnya.
Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka
pelaksanaan APBN/APBD ditetapkan tersendiri dalam undang-undang
yang mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyak
menyangkut hubungan administratif antarkementerian negara/lembaga di
lingkungan pemerintah.
5. Petanggungjawab pengelolaan keuangan negara.
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-
prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum.
Dalam UU Keuangan Negara ini ditetapkan bahwa laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa
laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi
anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan
yang disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Laporan
keuangan pemerintah pusat yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan harus disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan, demikian
pula laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diperiksa oleh
Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPRD selambat
lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang
bersangkutan.
Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku pengguna
anggaran/pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan
kebijakan yang ditetapkan dalam Undangundang tentang APBN/Peraturan
Daerah tentang APBD, dari segi manfaat/hasil (outcome). Sedangkan
Pimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga bertanggung jawab
atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Undangundang tentang
APBN, demikian pula Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi barang dan/atau jasa yang
disediakan (output). Sebagai konsekuensinya, dalam undang-undang ini
diatur sanksi yang berlaku bagi menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota, serta Pimpinan unit organisasi
kementerian negara/lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
terbukti melakukan penyimpangan kebijakan/kegiatan yang telah
ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN /Peraturan Daerah
tentang APBD. Ketentuan sanksi tersebut dimaksudkan sebagai upaya
preventif dan represif, serta berfungsi sebagai jaminan atas ditaatinya
Undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD yang
bersangkutan.
Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku universal bahwa
barang siapa yang diberi wewenang untuk menerima, menyimpan dan
membayar atau menyerahkan uang, surat berharga atau barang milik
negara bertanggungjawab secara pribadi atas semua kekurangan yang
terjadi dalam pengurusannya. Kewajiban untuk mengganti kerugian
keuangan negara oleh para pengelola keuangan negara dimaksud
merupakan unsur pengendalian intern yang andal.
BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapul disimpulkan bahwa llmu tentang
keuangan publik berkembang menurut perkembungan peran atau aktivas
pemerintah dalam melaksanakan pelayanan publik dan menyejahterakan
masyarakat publik.Pada dasarnya ilmu tentang keuangan publik mempelajari
tentang penerimaan dan pengeluaran negara beserta pengaruh-pengaruhnya
terhadap kehidupan masyarakat suatu negara.
Seiring dengan diterapkannya Undang-undang No.32 Tahun 2004
tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerirtah Pusat dan Pemerinah Daerah
terjadi pergeseran dan pengelolaan keuangan publik di Indonesia.Pergeseran
terjadi berkaitan dengan pembiayaan penyelengaraan pemerintah yang lebih
desentralistik.Pengelolaan sumber-sumher Keuangan juga mengalami
pergeseran,banyak sumber-sumber keuangan publik yang disentralisasikan
kepada daerah kabupaten dan kota,demi terselenggaanya rumah tanga
daerah otonomi
Optimalisasi pengelolaan keungan di daerah dimaksudkan agar
pemerintah daerah sebagai penyelenggara otonomi tidak mengalami defisit
fiskal. Oleh karena itu dilaksanakan reformasi segala bidang meliputi
reformasi kelembagaan dan reformasi manajemen sektor publik terulama
yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan publik demi untuk mendukung
terciptanya good governance.
2. Saran
Administrasi keuangan negara sangat penting untuk diawasi, agar tidak ada
penyalahgunaan anggaran untuk hal hal yang tidak terlalu penting. Karena
keuangan negara termasuk hal yang pokok dalam sebuah perusahaan atau
instansi.

Anda mungkin juga menyukai