2.1 PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA Menurut Geodhart, keuangan negara merupakan keseluruhan undang- undang yang ditetapkan secara periodik yang memberikan kekuasaan pemerintah untuk melaksanakan pengeluaran mengenai periode tertentu dan menunjukkan alat pembiayaaan yang diperlukan untuk menutup pengeluaran tersebut. Menurut M. Ichwan, keuangan negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif (dengan angka-angka di antaranya diwujudkan dalam jumlah mata uang), yang akan dijalankan untuk masa mendatang lazimnya satu tahun mendatang. Unsur-unsur keuangan negara menurut Geodhart meliputi:
a. Periodik;
b. Pemerintah sebagai pelaksana anggaran;
c. Pelaksanaan anggaran mencakup dua wewenang, yaitu wewenang pengeluaran
dan wewenang untuk menggali sumber-sumber pembiayaan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran yang bersangkutan;
d. Bentuk anggaran negara adalah berupa suatu undanga-undang.
Pengertian keuangan negara dalam arti luas yang dimaksud adalah keuangan yang berasal dari APBN, APBD, Keuangan Unit-unit Usaha Negara atau perusahaan-perusahaan milik negara dan pada hakikatnya seluruh kekayaan negara.Sedangkan pengertian keuangan negara dalam arti sempit adalah keuangan yang berasal dari APBN saja. Menurut Hasan Akmal, pengertian keuangan negara adalah merupakan pengertian keuangan dalam arti luas, dikaitkan dengan tanggung jawab pemeriksaan keuangan negara oleh BPK. Untuk pertama kali pengertian keuangan negara terdapat pada UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ((LN. Nomor 140 Tahun 1999, TLN Nomor 3874)sebagaimana telah diubah dengan UU No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UUPTPK), khususnya tercantum dalam penjelasan umum bukan pada Batang Tubuh UUPTPK. Pengertian keuangan negara menurut UUPTPK adalah seluruh kekayaan negara, dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena; 1. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah; 2. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara. 1. Dari sisi objek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekeayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. 2. Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan keuangan negara adalah meliputi seluruh objek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. 3. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. 4. Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. ASAS-ASAS PENGELOLAHAN KEUANGAN NEGARA Asas-asas klasik dalam pengelolaan keuangan negara adalah sebagai berikut: 1. Asas Tahunan Asas ini bertalian dengan fungsi hukum tata negara dan fungsi ekonomis anggaran. Kontrol oleh parlemen dan pendapat umum mengenai penyesuaian kebijaksanaan pemerintah kepada perubahan keadaan-keadaan menghendaki penyusunan anggaran yang teratur dan yang saat-saatnya tidak jauh berbeda satu dari yang lain dan umumnya adalah satu tahun, yang dikenal dengan “tahun anggaran” UUD 1945 pasal 23 ayat 1 menentukan jangka waktu satu tahun. 2. Asas Universalitas Pengeluaran sebagai akibat dijalankannya secara konsisten hak budget parlemen harus dimasukkan ke dalam anggaran, hingga tiada suatu aktivitas Pemerintah yang berada di luar kontrol parlemen.Anggaran demikian adalah anggaran bruto, artinya tiada percampuran atau kompensasi antara pengeluaran dan penerimaan. Kompensasi (anggaran netto) akan mengakibatkan sebagian pengeluaran berada di luar kontrol parlemen. 3. Asas kesatuan Anggaran negara dan anggaran tersendiri untuk perusahaan-perusahaan harus disusun dan harus disimpulkan dalam satu dokumen.Anggaran perusahaan adalah anggaran bruto, sedangkan saldonya dimuat dalam anggaran negara.Fungsi otorisasi menghendaki pembagian anggaran yang jelas mengenai pengeluaran dan pendapatan menurut satuan organisasi besar atau kecil, yaitu tempat-tempat yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan anggaran. 4. Asas spesialitas Asas ini berarti bahwa dalam penyusunan anggaran, tiap jenis pengeluaran untuk tiap satuan organisasi dimuat satu pasal anggaran, sehingga dijamin bahwa pembuat undang-undang memberikan kuasanya untuk tiap golongan jenis pengeluaran. RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA
Pada hakikatnya, keuangan negara sebagai sumber pembiayaan dalam rangka
pencapaian tujuan negara tidak boleh dipisahkan dengan ruang lingkup yang dimilikinya.Oleh karena ruang lingkup itu menentukan substansi yang dikandung dalam keuangan negara. Sebenarnya keuangan negara harus memiliki ruang lingkup agar terdapat kepastian hukum yang menjadi pegangan bagi pihakpihak yang melakukan pengelolaan keuangan negara. Ruang lingkup keuangan negara menurut Pasal 2 UUKN adalah sebagai berikut; 1. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman 2. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga 3. Penerimaan Negara 4. Pengeluaran Negara 5. Penerimaan Daerah 6. Pengeluaran Daerah 7. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah. 8. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum 9. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah Menurut UU No.17 Tahun 2003, ruang lingkup keuangan negara meliputi: 1. Pengelolaan moneter 2. Pengelolaan Fiskal 3. Pengelolaan Kekayaan Negara 2.2Pengertian keuangan daerah Berdasarkan PP Nomor 58 Tahun 2005, "Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban tersebut". Hak dan kewajiban daeraht tesebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan keuangan daerah dalam hal ini mengandung beberapa kepengurusan
di mana kepengurusan umum atau yang sering disebut pengurusan administrasi dan kepengurusan khusus atau juga sering disebut pengurusan bendaharawan. Dalam pengelolaan anggaran/keuangan daerah harus mengikuti prinsip-prinsip pokok anggaran sektor publik. Pada Permendagri No. 27 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2013 menyatakan bahwa "APBD harus disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip pokokanggaran sektor publik. APBD harus disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip pokok anggaran sektor publik, sebagai berikut:
a) Sesuai kebutuhan penyelenggaraan Pemerintah Daerah
b) Tepat waktu sesuai yang direncanakan,
c) Transparansi,
d) Partisipatif,
e) Memperhatikan asas keadilan dan kepatuhan,
f) Tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
Pengertian APBD APBD merupakan pengejawantahan rencana kerja Pemda dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahun tahunan dan berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik". Pada Pemerintah Daerah, pengurusan keuangan daerah juga diatur dengan membaginya menjadi pengurusan umum dan pengurusan khusus. Dengan demikian pada Pemerintah Daerah terdapat anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Karakteristik APBD di era pra-reformasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. APBD disusun oleh DPRD besama-sama kepala daerah (Pasal 30 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1975) 2. Pendekatan yang dipakai dalam peyusunan anggaran adalah pendekatan lineitem atau pendekatan tradisional. Dalam pendekatan ini anggaran disusun berdasarkan penerimaan dan jenis pengeluaran. Pendekatan yang lebih maju misalnya sebagai berikut. a. Program Budgeting b. Performance Budgeting. c. Planning 3. pemrograman kegiatan fisik dan penganggaran (alokasi dana) A. Zero Base Budgeting Juga merupakan variasi dari Performance Budgeting yang menitikberatkan pada efisiensi anggaran 4. Siklus APBD terdri dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemeriksaan, serta penyusunan dan penetapan perhitungan. 5. Dalam hal pengawasan dan pemeriksaan serta tahapp penyusunan dan perhitungan APBD, pengendalian dan pemeriksaan/audit terhadap APBD bersifat keuangan. 6. Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan ketaatan terhadap tiga unsur utama yaitu ketaatan, kehematan dan efsiensi, dan hasil program. 7.Sistem akuntansi keuangan daerah menggunakan stelsel kameral (tata buku anggaran). Analisia kinerja pendapatan Analisis terhadap kinerja pendapatan daerah secara umum terlihat dari realisasi pendapatan dengan anggarannya. Apabila realisasi melampaui anggaran (target) maka kinerjanya dapat dinilai baik. Namun pada dasarnya konsep pendapatan dapat ditelusuri dari dua sudut pandang, yaitu : a. Pandangan yang menekankan pada pertumbuhan atau peningkatan jumlah aktiva yang timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan. b. Konsep pendapatan sering juga dilihat melalui pengaruhnya terhadap ekuitas pemilik. Berbagai definisi yang timbul sering merupakan kombinasi konsepkonsep tersebut. Analisis Varians (Selisih) Anggaran Pendapatan
Analisis varians anggaran pendapatan dilakukan dengan cara menghitung selisih
antara realisasi pendapatan dengan yang dianggarkan. Biasanya selisih anggaran sudah diinformasikan dalam Laporan Realisasi Anggaran yang disajikan oleh Pemerintah Daerah. Informasi selisih anggaran tersebut sangat membantu pengguna laporan dalam memahami dan menganalisis kinerja pendapatan. Analisis Rasio Pertumbuhan Pendapatan (ARPP)
Analisis pertumbuhan bermanfaat untuk mengetahui apakah Pemerintah Daerah
dalam tahun anggaran bersangkutan atau selama beberapa periode anggaran, kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan pendapatan secara positif ataukah negatif. Tentunya diharapkan pertumbuhan pendapatan tersebut positif dan kecenderungannya (trend) meningkat. Sebaliknya jika terjadi pertumbuhan yang negatif, maka hal itu menunjukkan terjadi penurunan kinerja pendapatan. Analisis rasio keungan (ARK) a. Rasio Derajat Desentralisasi Rasio ini menunjukkan kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk menggali dan mengelola pendapatan. b. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah (RKKD) Rasio ketergantungan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat ketergantungan Pemerintah Daerah menggunakan dana-dana yang diberikan oleh Pemerintah Pusat c. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD) Rasio ini menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. d. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (REPAD) Rasio Efektivitas menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan, kemudian dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. e. Rasio efektivitas pajak daerah menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengumpulkan pajak daerah sesuai dengan jumlah penerimaan pajak daerah yang ditargetkan. Dana perimbangan Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Jenis-jenis Dana Perimbangan: 1. DAU DAU atau dana alokasi umum merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 2. Dana Bagi Hasil a. Dana bagi hasil pajak Dana bagi Hasil Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, pajak penghasilan pasal 25 dan 29 wajib 18 pajak orang pribadi dalam negeri dan pajak penghasilan pasal 21. b. Dana bagi Hasil Sumber daya alam adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan dari penerimaan sumber daya alam kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi. 3. Dana Alokasi Khusus (DAK) DAK atau dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.