Anda di halaman 1dari 6

Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi

pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas dan kompleks dibandingkan sektor swasta
atau bisnis. Keluasan wilayah publik tidak hanya disebabkan keluasan jenis dan bentuk
organisasi yang berada di dalamnya, tetapi juga kompleksitas lingkungan yang mempengaruhi
lembaga-lembaga publik tersebut. Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti politik,
sosial, budaya, dan historis, yang menimbulkan perbedaan dalam pengertian, cara pandang,
dan definisi.
Oleh karna itu, setiap organisasi publik pasti menghadapi berbagai isu dan permasalahan
baik yang berasal dari luar (lingkungan) maupun dalam organisasi. Karena itu, setiap organisasi
publik pasti mempunyai regulasi publik sebagai wujud kebijakan organisasi dalam menghadapi
isu dan permasalahan yang di hadapinya.

Definisi Regulasi Publik


Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses
pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah daerah, partai politik, yayasan,
LSM, organisasi keagamaan/tempat peribadatan, maupun organisasi sosial masyarakat
lainnya.

Penyusunan Regulasi Publik


Regulasi dalam sektor publik adalah instrumen aturan yang secara sah di tetapkan oleh
organisasi publik ketika menyelenggarakan perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran,
pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan, audit serta pertanggungjawaban publik.

Perumusan Masalah
Seorang perancang regulasi publik mampu mendeskripsikan masalah publik. Perumusan
masalah publik meliputi hal-hal berikut :
a. Apa masalah publik yang ada!
b. Siapa masyarakat yang perilakunya bermasalah!
c. Siapa aparat pelaksana yang perilakunya bermasalah!
d. Analisis keuntungan dan kerugian atas penerapan regulasi publik!
e. Tindakan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah publik!

Perumusan Draft Regulasi Publik


Draft regulasi publik pada dasarnya merupakan kerangka awal yang dipersiapkan untuk
mengatasi masalah publik yang hendak di selesaikan. Dimana draft tersebut dapat menjelaskan
siapa organisasi publik pelaksana aturan, kewenangan apa yang diberikan padanya, perlu
tidaknya memisahkan antara organ pelaksana peraturan dan organ yang menetapkan sanksi
atas ketidakpatuhan, persyaratan apa yang mengikat organisasi publik pelaksana, serta apa
sanksi yang dapat dijatuhkan kepada aparat pelaksana jika menyalahgunakan wewenang.
Prosedur Pembahasan
Ada tiga tahap penting dalam pembahasan draft regulasi publik, yaitu : dengan lingkup tim
teknis pelaksana organisasi publik (eksekutif), dengan lembaga legislatif (dewan penasehat,
dewan penyantun dan lain-lain), dan dengan masyarakat. Pembahasan pada lingkup tim teknis
adalah yang lebih merepresentasi kepentingan eksekutif (manajamen).
Pengesehan dan Pengundangan
Perjalanan terakhir dari perancangan draft regulasi publik adalah tahap pengesahan yang
dilakukan dalam bentuk penandatanganan naskah oleh pihak organisasi publik (pimpinan
organisasi). Pandangan sosiologi hukum dan psikologi hukum menganjurkan agar tahapan
penyebarluasan (sosialisasi) regulasi publik harus dilakukan. Hal ini diperlukan agar terjadi
komunikasi hukum antara regulasi publik dan masyarakat yang harus patuh.

Dasar Hukum Keuangan Publik Di Indonesia


1. Undang – Undang No. 17 tahun 2003 (Tentang Keuangan Negara)
Pengertian dan Ruang Lingkup
Pengertian Keuangan Negara secara umum merupakan, semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Namun jika ditinjau dari sudut pandang sebagai obyek, subyek, proses dan tujuan
memiliki pengertian yang berbeda pula, yakni : .Dari sisi obyek yang dimaksud keuangan
negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang. Dari sisi
subyek yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh obyek yang dimiliki negara,
dan/atau dikuasai oleh pemerintahan pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah,
dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, keuangan
negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek, mulai
dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.
Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum
yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Ruang lingkup keuangan Negara, mencakup beberapa hal yakni ;
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara
dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara/Daerah;
d. Pengeluaran Negara/Daerah;
e. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan
daerah;
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
g. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
Ruang lingkup terakhir dari Keuangan Negara tersebut dapat meliputi kekayaan yang
dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di
lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.

Asas-Asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara


Azas – azas umum yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara,
yaitu : (1). Azas tahunan, (2). Azas universalitas, (3). Azas kesatuan, (4). Azas spesialitas.
Serta tambahan azas – azas baru sebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah yang
baik) dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain :
 Azas akuntabilitas berorientasi pada hasil
 Azas profesionalitas
 Azas proporsionalitas
 Azas keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara
 Azas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.
Dengan dianutnya azas – azas umum tersebut di dalam undang – undang tentang
keuangan negara, maka pelaksanaan undang – undang ini selain menjadi acuan dalam
reformasi manajeman keuangan negara sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh landasan
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara


Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintah. Untuk membantu presiden dalam
penyelenggaraan kekuasaan dimaksud, sebagian kekuasaan tersebut dikuasakan kepada
Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan
negara yang dipisahkan, serta kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang kementrian Negara/lembaga yang dipimpinnya. Pada hakekatnya
menteri keuangan adalah Chief Financial Officer (CFO) sementara setiap menteri/pimpinan
lembaga adalah Chief Operational Officer (COO).

Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD


Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai
instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan
stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan
bernegara. Ketentuan mengenai penyusunan dan penetepan APBN/APBD dalam undang –
undang ini meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah, penegasan peran
DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran,
pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan
klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka pengeluaran jangka
menengah dalam penyusunan anggaran.

Hubungan keuangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemerintah dan


lembaga asing, perusahaan Negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta serta badan
pengelolaan dana masyarakat
Sejalan dengan semakin luas dan kompleksnya kegiatan pengelolaan keuangan negara,
perlu diatur ketentuan mengenai hubungan keuangan antara pemerintah dan lembaga –
lembaga infra/supranasional. Dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank
sentral ditegaskan bahwa pemerintah pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan
dan pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter. Dalam hubungan dengan pemerintah daerah,
undang – undang ini menegaskan adanya kewajiban pemerintah pusat mengalokasikan dana
perimbangan kepada pemerintah daerah. Undang – undang ini mengatur pula perihal
penerimaan pinjaman luar negeri pemerintah. Dalam hubungan antara pemerintah dan
perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta, dan badan pengelola dana
masyarakat ditetapkan bahwa pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibah/penyertaan modal
kepada dan menerima pinjaman/hibah dari perusahaan negara/daerah setelah mendapat
persetujuan DPR/DPRD.

2.2.1.6 Pelaksanaan APBN dan APBD


Setelah APBN ditetapkan secara rinci dengan undang – undang, pelaksanaanya
dituangkan lebih lanjut dengan keputusan Presiden sebagai pedoman bagi kementrian
negara/lembaga dalam pelaksanaan anggaran. Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan
negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD ditetapkan tersendiri dalam undang – undang
yang mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyak menyangkut hubungan
administratif antar kementrian negara/lembaga di lingkungan pemerintah.

Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Negara


Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
yang memenuhi prinsip – prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum. Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara menteri/pimpinan lembaga/gubernur/ bupati/walikota selaku pengguna
anggaran/pengguna barang bertanggungjawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan
dalam undang – undang tentang APBN/Peraturan daerah tentang APBD, dari segi
manfaat/hasil (outcome). Sebagai konsekuensinya, dalam undang – undang ini diatur sanksi
yang berlaku bagi menteri/pimpinan lembaga/ gubernur/bupati/walikota serta pimpinan unit
organisasi kementrian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang terbukti melakukan
penyimpangan kebijakan/kegiatan yang telah ditetapkan dalam undang – undang tentang
APBN/Peraturan daerah tentang APBD. Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku
universal bahwa barang siapa yang diberi wewenang untuk menerima, menyimpan, dan
membayar atau menyerahkan uang, surat berharga atau barang milik negara
bertanggungjawab secara pribadi atas semua kekurangan yang terjadi dalam pengurusannya.
Kewajiban untuk mengganti kerugian keuangan negara oleh para pengelola keuangan negara
dimaksud merupakan unsur pengendalian intern yang andal.

Anda mungkin juga menyukai