PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah “Sektor Publik” pertama kali diperkenalkan pada tahun 1952 dimana pada waktu itu sektor
publik sering dikaitkan sebagai bagian dari manajemen ekonomi makro yang terkait dengan
pembangunan dan Lembaga pelaksanaan pembangunan (Mardiasmo, 2009).
Kata “public” dalam konteks “public finance” umumnya diartikan sebagai pemerintah (Halim dan
Kusufi, 2017). Pemerintah ini didefinisikan sebagai sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan
mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya atau sekelompok
orang yang secara bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan
(Halim dan Kusufi, 2017). Sektor publik menurut Mardiasmo (2009) adalah entitas yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk menghasilkan barang-barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi
kebutuhan publik. Sedangkan menurut Indra Bastian (2006). Akuntansi sector publik merupakan
mekanisme teknik & analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-
lembaga tinggi negara, BUMN, BUMD, LSM, termasuk yayasan-yayasan social. Sehingga dapat
disimpulkan pengertian Akuntansi Sektor Publik (ASP) adalah suatu proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi atau entitas
publik seperti pemerintah, LSM, dan lain-lain yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengambil
keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan kekuasaan (Halim dan Kusufi, 2017).
Di setiap negara, cakupan organisasi sektor publik sering tidak sama. Tidak ada definisi yang secara
komprehensif dan lengkap bisa digunakan untuk semua sistem pemerintahan. Area organisasi sektor
publik bahkan sering berubah-ubah tergantung pada kejadian historis dan suasana politik yang
berkembang di suatu negara. Di Indonesia, berbagai organisasi termasuk dalam cakupan sektor publik
antara lain pemerintah pusat, pemerintah daerah, sejumlah perusahaan dimana pemerintah mempunyai
saham (BUMN dan BUMD), organisasi bidang pendidikan, organisasi bidang kesehatan, dan organisasi-
organisasi massa.
BAB II
PEMBAHASAN
Sektor publik adalah birokrasi dan kesatuan ekonomi yang ditangani oleh pemerintah sesuai dengan
kewenangannya dalam rangka memerankan fungsinya untuk:
a. Alokasi sumber-sumber ekonomi yang langka
b. Pengendalian stabilitas ekonomi
c. Pendistribusi pendapatan
d. Penyediaan barang dan jasa publik yang tidak bisa disediakan oleh sektor swasta dengan maksud
untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan pada publik.
Terdapat empat prinsip dasar pengelolaan keuangan negara yang telah dirumuskan dalam tiga Paket
UU Bidang Keuangan Negara, yaitu:
Dalam kaitannya dengan otonomi daerah sesuai dengan amanat UUD RI tahun 1945, pemerintah
daerah dinyatakan berwenang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan. Jadi, Tahun 2001 tepatnya setelah diberlakukan UU Nomor 22 Tahun 1999
tentang pemerintah daerah, pemerintah melaksanakan otonomi daerah dalam rangka penyelenggaraan
urusan pemerintah yang lebih efisien, efektif, dan bertanggungjawab. Selama tiga tahun pelaksanaan
otonomi daerah dengan diberlakukan UU tersebut, pemerintah menyadari masih terdapat aspek yang
menjadi kelemahan sekaligus celah dalam peraturan perundang-undangan yang sering menimbulkan
kerancuan. Selain itu, isi Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan keadaan, ketatanegaraan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah yang lebih efisien.
Dengan demikian dikeluarkan undang-undang berikut :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
2. Undang-undang Nomor 33 Tahun Tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan daerah
IPSAS bertujuan :
a. Meningkatkan kualitas dari tujuan utama dalam melaporkan keuangan sektor publik,
b. Menginformasikan secara lebih jelas pembagian alokasi sumber daya yang dilakukan oleh entitas
sektor publik,
c. Meningkatkan transparasi dan akuntabilitas entitas sektor publik.
Cakupan yang diatur dalam IPSAS meliputi seluruh organisasi sector publik, termasuk lembagan
pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah regional (provinsi), pemerintah daerah (kabupaten/kota),
maupun komponenkomponen kerjanya (dinas-dinas).
B. PSAK 45
Beberapa hal yang diatur dalam PSAK 45 :
Tujuan laporan keuangan bagi organisasi nirlaba adalah menyediakan informasi yang relavan yang
memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi, kreditor, dan pihak lain yang menyediakan
sumber daya bagi organisasi nirlaba. Jenis-jenis laporan keuangan organisasi nirlaba:
a. Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode tahunan,
laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan
keuangan.
b. Contoh bentuk laporan keuangan organisasi nirlaba. PSAK 45 memberikan contoh format laporan
keuangan untuk oerganisasi nirlaba.
C. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik di pemerintah pusat dan departemen-departemennya
maupun di pemerintah daerah dan dinas-dinasnya. Penerapan SAP diyakini akan berdampak pada
peningkatan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan daerah. Ini berarti informasi keuangan
pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintah serta terwujudnya
transparansi dan akuntabilitas.
D. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
SPKN ini mengatur mengenai hal-hal yang belum diatur oleh standar profesional akuntan publik
(SPAP) yang merupakan standar audit bagi perusahaan, aturan-aturan tambahan tersebut diperlukan
mengingat karakteristik organisasi pemerintahan yang berbeda dengan organisasi lainnya. SPKN memuat
persyaratan profesional yang harus dipenuhi oleh setiap pemeriksa/auditor, mutu pelaksanaan
pemeriksaan/audit kepada SPKN, kredibilitas informasi dilaporkan oleh entitas yang diperiksa. SPKN ini
berlaku untuk :
a. Badan Pemeriksa Keuangan RI
b. Akuntan publik/pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab
keuangan negara untuk dan atas nama BPK-RI,
c. Aparat Pengawas Internal Pmerintah (APIP) termasuk satuan pengawas intern (SPI) BUMN/BUMD
sebagai acuan dalam menyusun standar pemeriksaan sesuai dengan kedudukan, tugas pokok, dan
fungsi masingmasing,
d. Pihak-pihak lain yang ingin menggunakan SPKN.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organisasi sektor publik adalah organisasi yang berhubungan dengan kepentingan umum dan
penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang
diatur dengan hokum.
Regulasi di sektor publik dibagi dalam dua bagian besar, yaitu Perkembangan Regulasi yang
terkait dengan Organisasi Nirlaba dan Instansi Pemerintah. Kedua jenis perkembangan ini perlu
dibedakan mengingat sifat regulasi di sektor publik bersifat spesifik untuk setiap jenis organisasi. Selain
itu, di instansi pemerintah, regulasi yang digunakan juga cenderung lebih rumit dan detail.
Daftar Pustaka