Anda di halaman 1dari 11

A.

Ruang Lingkup Organisasi Sektor Publik


1. Definisi Sektor Publik
Istilah ‘sektor publik’ pertama kali digunakan pada tahun 1952 oleh seorang
ekonom yang setelah menghabiskan Sebagian besar hidupnya di Hongaria (saat itu
bagian dari Uni Soviet. (Jones R, 2010)
Sektor publik akuntansi sering diartikan sebagai akuntansi dana masyarakat,
yaitu teknik dan analisis akuntansi yang digunakan pada organisasi sektor publik.
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi
pada wilayah publik (Biduri, 2018).
Akuntansi sektor publik berkaitan dengan organisasi pemerintahan atau
nonprofit yang dikenal dengan sebutan akuntansi pemerintahan. Sehingga pemahaman
mengenai akuntansi sektor publik terkait dengan organisasi yang memengaruhinya.
Organisasi sektor publik memiliki tujuan, karakteristik, struktur dan proses, serta
lingkungan operasional yang berbeda dengan sektor privat (Halim & Kusufi, 2014).
2. Jenis Organisasi Sektor Publik
Secara garis besar, jenis-jenis organisasi sektor publik dapat dibagi menjadi tiga:
a. Instansi Pemerintahan
1) Pemerintah Pusat, termasuk di dalamnya; Kementrian seperti Departemen
Dalam Negeri, Departemen Sosial, Departemen Keuangan,dan lain- lain.
2) Lembaga dan badan Negara sepeti KPU,KPK, dan lain- lain.
3) Pemerintah Daerah, termasuk di dalamnya; Satuan Kerja Perangkat Daerah
seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Asset Daerah, Kantor Pencatatan Sipil,dan lain-
lain.
b. Organisasi Nirlaba Milik Pemerintah
Organisasi nirlaba milik pemerintah merupakan bagian organisasi sektor publik yang
bentuknya bukan instansi pemerintah, tetapi milik pemerintah. Contohnya,
Perguruan tinggi BHMN, Rumah sakit milik pemerintah seperti RSCM, RS Daerah
dan ayasan-yayasan milik pemerintah. Pada perkembangannya, sebagian
organisasi dalam kelompok ini dikategorikan dalam kelompok yang lebih khusus,
yaitu Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
c. Organisasi Nirlaba Milik Swasta
Organisasi nirlaba milik swasta ini merupakan bagian organisasi sektor publik yang
dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta. Contohnya:
1) Yayasan seperti Sampoerna Foundation, Dompet Dhuafa dan lain-lain.
2) Sekolah dan universitas swasta
3) Rumah sakit milik swasta.

3. Karakteristik Organisasi Sektor Publik


Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks. Komponen
lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi faktor ekonomi, politik,
kultur, dan demografi.
1) Faktor Ekonomi, faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara
lain, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pertumbuhan pendapatan perkapita
(GNP/GDP), struktur produksi, tenaga kerja, arus modal dalam negeri, cadangan
devisa, nilai tukar mala uang, utang dan bantuan luar negeri, infrastruktur, teknologi,
kemiskinan dan kesenjangan ekonomi, dan sektor informal.
2) Faktor Politik, faktor politik yang mempengaruhi sektor publik antara lain, hubungan
negara dan masyarakat, legitimasi pemerintah, tipe rezim yang berkuasa, ideologi
Negara, elit politik dan massa, jaringan internasional, dan kelembagaan
3) Faktor Kultural, faktor kultural yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara
lain, keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya, sistem nilai di masyarakat,
histories, sosiologi masyarakat, karakteristik masyarakat, dan tingkat pendidikan.
4) Faktor Demografi, faktor demografi yang mempengaruhi organisasi sektor publik
antara lain, pertumbuhan penduduk, struktur usia penduduk, migrasi, dan tingkat
kesehatan.
4. Definisi Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik dapat didefinisikan sebagai mekanisme teknik dan
analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-
lembaga tinggi Negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah,
BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor
publik serta swasta.
Sedangkan menurut Mardiasmo (2009:2) mendefinisikan akuntansi sektor
publik merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat
informasi bagi publik. Dari beberapa definisi di atas maka Akuntansi Sektor Publik dapat
dinyatakan sebagai suatu kegiatan jasa yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha,
terutama yang bersifat keuangan guna pengambilan keputusan untuk menyediakan
kebutuhan dan hak publik melalui pelayanan publik yang diselenggarakan oleh entitas
perusahaan.
5. Perbedaan Akuntansi Sektor Publik dan Sektor Swasta
No Perbedaan Sektor Publik Sektor Swasta
1 Tujuan Organisasi Non Profit Profit
- Pembiayaan internal:
Modal sendiri, laba
Pajak, Retribusi, Utang,
ditahan, penjualan
Obligasi Pemerintah,
aktiva.
2 Sumber Pendanaan Laba BUMD/BUMN,
- Pembiayaan
Pendjualan Aset Negara,
Eksternal: Utang
Sumbangan Dan Hibah.
Bank, Obligasi,
penerbitan Saham.
Pertanggungja waban
kepada publik/ Pertanggungja waban
3 Pertanggung Jawaban masyarakat dan kepada pemegang saham
parlemen dan kreditor
(DPR/ DPRD)
Birokratis, kaku, dan
4 Struktur Organisasi Fleksibel
hirarkis.
5 Karakteristik Anggaran Terbuka untuk publik. Tertutup untuk publik.
6 Sistem Akuntansi Basis Kas Basis Akrual
Sumber : (Biduri, 2018)

A. Regulasi Sektor Publik


1. Definisi Regulasi Publik
Regulasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu atau peraturan. Dalam kamus bahasa
Indonesia kata “pertutan” mengandung arti kaidah yang dibuat untuk mengatur. Petunjuk
yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan
serta dipatuhi. Jadi, Regulasi Publik merupakan ketentuan yang harus dijalankan dan
dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah
pusat, pemerintah daerah, partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan/tempat
peribadatan, maupun organisasi sosial masyarakat lainnya.
2. Kebutuhan Regulasi dan Standar di Sektor Publik
Informasi merupakan sarana komunikasi efektif antara anggota masyarakat dengan
anggota masyarakat lainnya atau antara suatu entitastertentu dengan masyarakat di
sekitarnya. Dibutuhkan standar akuntansi yang dimaksudkan menjadi acuan dan
pedoman bagi para akuntan yang berada dalam organisasi sektor publik. Standar
akuntansi merupakan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) atau Generally
Accepted Accounting Principle (GAAP) (Biduri, 2018).
3. Perkembangan Regulasi di Sektor Publik
1) Keuangan Negara
a) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-undang ini merupakan tonggak sejarah yang mengawali reformasi
keuangan negara menuju pengelolaan keuangan yang efisien dan modern.
Beberapa hal penting yang diatur dalam undang-undang ini adalah:
- Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara.
- Penyusunan dan penetapan APBN.
- Penyusunan dan penetapan APBD.
- Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral,
pemerintah daerah, serta pemerintah/lembaga asing.
- Hubungan keuangan antara pemerintah dan perusahaan negara,
perusahaaan daerah, perusahaan swasta, serta badan pengelola
dana masyarakat.
- Pertanggung jawaban pelaksanaan APBN dan APBD.
b) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Yang dimaksud dengan perbendaharaan negara dalam undang-undang
ini adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara,
termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan yang ditetapkan dalam
APBN dan APBD. Yang diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 ini
adalah:
- Ruang lingkup dan asas umum perbendaharaan negara.
- Kewenangan pejabat perbendaharaan negara.
- Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah.
- Pengelolaan uang keuaangan negara/daerah.
- Pengelolaan piutang dan utang negara/daerah.
- Pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah.
- Penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN/APBD.
- Pengendalian internal pemerintah.
- Penyelesaian kerugian negara/daerah.
- Pengelolaan keuangan badan layanan umum
2) Otonomi Daerah
Berdasarkan amanat UUD 1945, pemerintah daerah memiliki otonomi
daerahnya sendiri untuk mengurus pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan daerah tersebut. Maka, sejak diberlakukannya UU Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana pemerintah melaksanakan
otonomi daerahnya dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintah yang
lebih efisien, efektif, dan bertanggung jawab. Namun, setelah tiga tahun
pelaksanaan otonomi daerah terdapat banyak aspek yang menimbulkan kerancuan.
Selain itu, disadari bahwa UU Nomor 22 Tahun 1999 sudah tidak lagi sesuai
dengan perkembangan keadaan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi
daerah yang lebih efisien. Oleh karena itu, dikeluarkanlah undang-undang
pengganti, yaitu:
- Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
- Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Perubahan peraturan perundangan tersebut dilandasi oleh beberapa alasan:
- Adanya semangat desentralisasi yang menekankan pada upaya efektivitas dan
efisiensi pengelolaan sumber daya daerah.
- Adanya semangat tata kelola yang baik yang mengedepankan
transparansi, akuntabilitas, dan mendekatkan masyarakat dengan
proses pengambilan keputusan.
- Adanya konsekuensi berupa penyerahan urusan dan pendanaan yang
mengatur hak dan kewajiban daerah terkait dengan keuangan daerah.
- Perlunya penyelarasan dengan paket Undang-undang Keuangan Negara,
yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, serta UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
3) Organisasi Nirlaba
Beberapa bentuk organisasi nirlaba yang umum dikenal adalah:
a) Yayasan
Regulasi tentang yayasan diatur dalam UU RI Nomor 16 Tahun 2001 yang
menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar yayasan dapat berfungsi
sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan
akuntabilitas kepada masyarakat. Kemudiann UU tersebut diperbarui menjadi
UU Nomor 28 Tahun 2004 dan didukung dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2008 mengenai Undang Undang tentang Yayasan.
b) Partai Politik
Regulasi tentang partai politik pertama kali diatur dalam UU Nomor 2
Tahun 1999. UU ini diperbaharui dengan keluarnya UU Nomor 31 Tahun 2002
tentang Partai Politik. Kemudian UU Nomor 31 Tahun 2002 kembali diperbarui
pada tahun 2008 melalui UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
c) Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dan Badan Hukum Pendidikan
(BHP)
BHMN adalah badan usaha yang bersifat non-profit yang dibentuk
untuk mengakomodasikan kebutuhan khusus dalam rangka “privatisasi”
lembaga pendidikan yang memiliki karakteristik tersendiri. Seiring
perkembangan pada dunia Pendidikan tinggi di Indonesia, pada tahun 2008
disahkanlah UU tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang merupakan
badan hukum penyelenggaraan pendidikan formal dengan berprinsip nirlaba
yang memiliki kemandirian dalam pengelolaannya dengan tujuan
memajukan satuan pendidikan.
d) Badan Layanan Umum (BLU)
BLU adalah instansi non-profit di lingkungan pemerintah yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa.
BLU dibentuk untuk mempromosikan peningkatan layanan publik melalui
fleksibilitas pengelolaan keuangan BLU yang dikelola secara profesional
dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas.
Wacana tentang BLU dalam regulasi di level UU disebut dalam UU
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Level regulasi
dibawahnya yang secara khusus menjelaskan tentang BLU adalah
peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang pengelolaan
keuangan badan layanan umum.
B. Standar Sektor Publik
1. Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik
Internatiol Federation of Accountant (IFAC) membentuk komite khusus yang
diberi nama “The Public Sector Commitee” dan bertugas menyusun standar akuntansi
sektor publik yang berlaku secara internasional yang disebut International Public
Sector Accounting Standarts—IPSAS (Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik).
Komite ini tidak hanya menyusun standar tetapi juga membuat program yang
sistematis yang mendorong IPSAS oleh entitas-entitas publik di seluruh dunia.
Untuk mendukung tugasnya, komite mengacu pada International Accounting
Standards---IAS (Standar Akuntansi Internasional) dan juga menggunakan sumber-
sumber lain seperti peraturan perundangan, asosiasi profesi, dan berbagai
organisasi lain yang bergerak dalan akuntansi sektor publik.
Jika suatu negara telah memiliki arahan dan peraturan hukum yang
menuntut pelaporan keuangan organisasi sektor publik maka IPSAS tidak dimaksudkan
sebagai pengganti peraturan tersebut. Dalam hal ini, IPSAS dapat digunakan oleh
negara tersebut untuk pengembangan standar baru atau merevisi standar tersebut
untuk meningkatkan komparabilitas laporan keuangan organisasi sektor publik secara
internasional, sedangkan bagi negara yang belum memiliki, IPSAS dapat
digunakan sebagai pedoman dalam menyusun standar.
IPSAS meliputi serangkaian standar yang dikembangkan untuk basis akrual
(accrual basis), namun juga terdapat suatu bagian IPSAS yang terpisah guna
merinci kebutuhan untuk basis kas (cash basis). Cakupan yang diatur dalam IPSAS
meliputi seluruh organisasi sektor publik termasuk lembaga pemerintah baik pusat,
regional, daerah dan komponen-komponen kerjanya.
2. PSPAK 45
Ruang lingkup PSAK 45 tidak berlaku bagi lembaga pemerintah,
departemen, dan unit-unit sejenis lainnya. Namun, setelah mengalami revisi pada
tahun 2010 maka PSAK 45 dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah dan
unit-unit sejenis lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Tujuan PSAK 45 ialah untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba
sehingga diharapkan dapat lebih muda dipahami, memiliki relavansi, dan memiliki
daya banding yang tinggi.
Laporan keuangan entitas nirlaba yang diatur dalam PSAK 45 terdiri dari:
- Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan.
- Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan.
- Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan.
- Catatan atas laporan keuangan.
3. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan
keuangan, akuntansi dan audit di pemerintahan Republik Indonesia maka dibentuk
standar akuntansi pemerintahan yang dibentuk oleh komite SAP. Pada tanggal 8 Mei
2000 dibentuk Kompartemen Akuntan Sektor Publik di IAI. Salah satu programnya
adalah penyusunan standar akuntansi keuangan untuk berbagai unit kerja
pemerintah. Kemudian dihasilkan Exposure Draft Standar akuntansi Sektor Publik. Ada
enam exposure draft yang dikeluarkan:
- Penyajian laporan keuangan
- Laporan arus kas
- Koreksi surplus defisit, kesalahan fundamental, dan perubahan kebijakan
akuntansi
- Dampak perubahan nilai tukar mata uang luar negeri
- Kos pinjaman
- Laporan keuangan konsolidasi dan entitas kendalian
Publikasi tersebut mendorong pemerintah untuk mengeluarkan standar
akuntansi pemerintahan sampai kemudian undang-undang tentang keuangan
negara ditetapkan oleh menteri keuangan yaitu Keputusan Menteri Keuangan
Nomor: 308/KMK.012/2002 tanggal 13 juni 2002 tentang Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP) pusat dan daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 379/KMK.021/2004 tanggal 6
agustus 2004.
KSAP terdiri atas komite konsulatif dan komite kerja yang bertugas
menyiapkan penyusunan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai prinsip akuntansi yang wajib diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah baik pusat ataupun
daerah.
Dalam menyusun SAP, digunakan materi yang diterbitkan oleh:
1. International Federation of Accountant (IFAC)
2. International Accounting Standards Committee (IASC)
3. International Monetary Fund (IMF)
4. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
5. Financial Accounting Standards Board (FASB)
6. Governmental Accounting Standards Board (GASB)
7. Perundang-undangan dan peraturan pemerintah lainnya yang berlaku di
Indonesia
8. Organisasi profesional lainnya diberbagai negarayang membidangi pelaporan
keuangan akuntansi dan audit pemerintahan.
SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik pusat maupun daerah dan dinas-
dinasnya. Dengan diterapkannya SAP ini, diharapkan akan meningkatkan kualitas
pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan daerah sehingga informasi keuangan
pemerintah akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintahan dan juga
terwujudnya transparansi serta akuntabilitas.
4. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
SPKN adalah standar penting yang akan menjadi panduan proses audit di Indonesia
yang dikembangkan oleh BPK. SPKN hanya mengatur hal-hal yang belum diatur
oleh Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Aturan tambahan tersebut
diperlukan mengingat karakteristik organisasi pemerintahan yang berbeda dengan
organisasi lainnya. SPKN ini berlaku untuk:
1) Badan Pemeriksa Keuangan RI
2) Akuntan publik atau pihak pihak yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama BPK RI
3) Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) termasuk Satuan Pengawasan
Intern (SPI) BUMN/BUMD, sebagai acuan dalam menyusun standar pemeriksaan
sesuai dengan kedudukan, tugas pokok, dan fungsi masing-masing
4) Pihak-pihak lain yang ingin menggunakan SPKN
Beberapa referensi yang digunakan dalam penyusunan SPKN adalah:
1) Standar Audit Pemerintahan
2) Generally accepted government auditing standards (GAGAS), revisi 2003. US
General Accounting Office
3) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), IAI, 2001
4) Auditing Standards, International Organization of Supreme Audit Institutions
(INTOSAI), amandemen terakhir 1995
5) Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), AICPA, 2002
6) Internal Control Standards, INTOSAI, 2001
7) Standards for Professional Practice of Internal Auditing (SPPI), IIA, 2000
SPKN membagi audit/pemeriksaan menjadi tiga jenis:
1) Pemeriksaaan keuangan
Bertujuan memberikan keyakinan mengenai kewajaran penyajian laporan
keuangan dalam segala hal material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
di Indonesia.
2) Pemeriksaan kinerja
Pemeriksaan ini dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap bukti-bukti
agar dapat memberikan penilaian secara independen atas kinerja suatu
entitas yang menghasilkan informasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja
suatu entitas dan memudahkan pengambilan keputusan bagi pihak yang berwenang.
3) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Bersifat pemeriksaaan (examination), penelaahan (review), dan prosedur yang
disepakati dengan tujuan menghasilkan suatu kesimpulan tentang keadaan
suatu asersi entitas yang diperiksa. Sasaran pemeriksaaan ini mencakup
pemeriksaan hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan
pemeriksaan atas sistem pengendaliaan internal pemerintah.
Standar Umum SPKN
Standar umum SPKN harus diikuti oleh semua pemeriksa/ auditor dan organisasi
mereka. Standar umum SPKN tersebut adalah sebagai berikut:
1) Standar kemampuan/keahlian
Standar ini mengharuskan audit dilaksanakan oleh staff yang memiliki
keahlian, pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melakukan audit.
2) Persyaratan independensi
Standar ini mengharuskan organisasi pemeriksa dan pemeriksanya untuk
mempertahankan independensinya sehingga hasil pemeriksaannya tidak
memihak.
3) Penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama
Auditor wajib menggunakan kemahirannya dalam melaksanakan pemeriksaan
dan penyusunan laporannya dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelayanan
atas kepentingan publik.
4) Pengendalian mutu
Setiap organisasi yang melakukan pemeriksaan harus memiliki sistem
pengendalian mutu yang memadai. Sistem tersebut harus dapat memberikan
keyakinan bahwa organisasi telah menerapkan dan mematuhi tandar
pemeriksaan yang berlaku dan mematuhi kebijakan serta prosedur pemeriksaan
yang memadai.
Referensi

Biduri, S. (2018). Buku Ajar Sektor Publik (S. B. Sartika (ed.); Pertama). UMSIDA Press.
Halim, A., & Kusufi, M. S. (2014). Akuntansi Sektor Publik (3rd ed.). Salemba Empat.
Jones, R. (2010). Akuntansi Manajemen dalam pemerintahan: menghidupkan Kembali aturan
Klasik (6rd d.). Pearson.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi

Anda mungkin juga menyukai