Anda di halaman 1dari 11

COST DRIVERS, BASIC COST CONCEPTS, AND ACTIVITY BASED COSTING

Konsep Dasar Biaya menjelaskan konsep biaya yang berhubungan dengan setiap
fungsi manajemen, yakni: manajemen stratejik, perencanaan dan pengambilan
keputusan, penentuan harga pokok produk dan jasa untuk pembuatan laporan keuangan,
dan pengendalian manajemen dan pengendalian operasional.
KONSEP ‘COST DRIVER’ UNTUK MANAJEMEN STRATEJIK
Langkah pertama yang sangat penting untuk memperoleh keunggulan kompetitif
adalah mengidentifikasikan ‘Cost Driver’ kunci dalam perusahaan atau organisasi. ‘Cost
Driver’ merupakan faktor yang memberi dampak pada perubahan tingkat biaya total.
Cost Driver, Cost Pool, dan Cost Objects Biaya terjadi jika sumber daya
digunakan untuk tujuan tertentu. Cost Pool merupakan pengumpulan biaya kedalam
kelompok tertentu. Cost Objects adalah produk, jasa atau unit organisasi di mana biaya
dibebankan utnuk beberapa tujuan manajemen. Pembebanan Biaya dan Alokasi Biaya:
Biaya Langsung dan Biaya Tak Langsung Pembebanan biaya merupakan proses
pembebanan biaya ke dalam ‘cost pool’ atau dari ‘cost pool’ ke ‘cost objects’. Biaya
langsung dapat ditelusuri secara langsung ke ‘cost pool’ atau dari ‘cost pool’ ke ‘cost
objects’ secara mudah dan dapat dihubungkan secara ekonomi. Biaya tak langsung, tidak
dapat ditelusuri secara mudah, sulit dihubungkan secara ekonomi dari biaya atau ‘cost
pool’ ke ‘cost pool’ atau ‘cost objects’. Alokasi biaya, bentuk pembebanan biaya dimana
penelusuran biaya secara langsung tidak mungkin dilakukan, sehingga digunakan ‘cost
driver’. Dasar alokasi, menggunakan ‘cost driver’ untuk mengalokasikan biaya.
Biaya Bahan Langsung dan Bahan Tak Langsung Biaya bahan langsung meliputi
biaya bahan dalam produk dan ditambah sejumlah tertentu yang ‘reasonable’ yang
berkaitan dengan sisa produksi dan unit-unit yang cacat produksi. Biaya bahan tak
langsung merupakan biaya bahan yang digunakan dalam proses pemanufakturan yang
bukan merupakan produk akhir. Biaya Tenaga Langsung dan Tenaga Tak Langsung,
Biaya tenaga langsung meliputi biaya tenaga langsung yang digunakan untuk membuat
produk atatu untuk menyediakan jasa. Biaya tenaga tak langsung meliputi biaya
supervisi, pengendalian kualitas, inspeksi, pembelian dan penerimaan serta biaya-biaya
pendukung produksi lainnya. Biaya tak langsung lainnya meliputi biaya fasilitas, peralatan
yang digunakan dalam memproduksi produk atau menyediakan jasa, dan peralatan-
peralatan pendukung lainnya, seperti misalnya yang digunakan dalam penanganan
bahan.
Semua biaya tak langsung terdiri atas biaya bahan tak langsung, biaya tenaga
kerja tak langsung, dan biaya tak langsung lainnya, pada umumnya digabungkan dalam
satu ‘cost pool’ yang disebut overhead. Dalam perusahaan manufaktur disebut Overhead
pabrik. Biaya utama (prime cost) terdiri dari biaya bahan langsung dan biaya tenaga
langsung. Biaya konversi merupakan penggabungan biaya tenaga langsung dan biaya
overhead pabrik menjadi satu rekening.
Jenis-jenis ‘Cost Driver’
Ada empat jenis ‘cost driver’ yaitu, dasar aktivitas (activity-based), dasar volume
(volume-based), cost driver yang bersifat struktural dan eksekusional.
1. Activity-Based Cost Driver
Cost driver berdasarkan aktivitas dikembangkan pada level yang rinci dari
operasi dan dihubungkan dengan aktivitas pemanufakturan yang ada (atau aktivitas
dalam penyediaan jasa), seperti set-up mesin, inspeksi produk, penanganan bahan
atau pengepakan
2. Volume-Based Cost Driver
Cost driver berdasarkan volume dikembangkan pada level agregat, seperti
level output-jumlah unit produk yang diproduksi atau jumlah jam tenaga kerja
langsung yang digunakan dalam proses pemanufakturan. Berikut peraga Biaya Total
dan Pengaruh Keterbatasan Kapasitas.
 Biaya Tetap Bertahap (Step-Fixed Cost)
Biaya dikatakan tetap bertahap (step-fixed) jika biaya tersebut berubah
sehubungan dengan adanya perubahan dalam cost driver, tetapi dalam
tahapan-tahapan tertentu. Biaya tetap bertahap mempunyai karakteristik terjadi
dalam tugas-tugas yang bersifat klerikal, seperti proses pemenuhan pesanan
dan pemrosesan terhadap adanya klaim tertentu. Penentuan akuntan
manajemen terhadap apakah suatu biaya seharusnya diperlakukan sebagai
biaya variabel, biaya tetap, atau biaya tetap bertahap didasarkan pada
pertimbangan terhadap bagaimana pilihan tersebut akan mempengaruhi
penggunaan informasi.
 Biaya per Unit dan Biaya Marginal
Biaya per unit (biaya rata-rata) merupakan biaya pemanufakturan total
bahan, tenaga langsung dan overhead dibagi dengan jumlah output. Ini
merupakan konsep yang berguna dalam penentuan harga dan dalam evaluasi
profitabilitas produk, tetapi informasi tentang biaya per unit juga dapat
mengarahkan pada interpretasi yang keliru. Untuk dapat mempunyai
interpretasi yang tepat tentang biaya per unit, kita harus membedakan antara
biaya variabel per unit yang tidak berubah dengan adanya perubahan output,
dengan biaya tetap per unit yang berubah dengan adanya perubahan output.
Biaya marginal digunakan untuk menggambarkan biaya tambahan yang
terjadi sebagai akibat adanya kenaikan cost driver yang disebabkan adanya
kenaikan satu unit produk. Dengan asumsi biaya linear dalam relevant range,
konsep biaya marginal sama dengan konsep biaya variabel per unit
3. Cost Driver Struktural dan Eksekusional
Cost driver struktural dan eksekusional digunakan untuk membantu pengambilan
keputusan stratejik dan operasional. Cost driver struktural bersifat stratejik karena
cost driver tersebut melibatkan perencanaan dan keputusan-keputusan yang
berpengaruh dalam jangka panjang. Hal-hal yang dapat dipertimbangkan antara lain:
 Skala
Perusahaan yang lebih besar memiliki biaya yang secara keseluruhan
lebih rendah karena mempunyai skala ekonomi yang lebih besar. Contoh:
perusahaan retail seperti Walmart.
 Pengalaman
Semakin banyak pengalaman, tampaknya akan semakin rendah biaya
yang dikeluarkan untuk pengembangan pemanufakturan dan biaya distribusi.
Contonya, perusahaan Hewlett-Packard menggunakan sebanyak mungkin
metode pemanufakturan yang dimiliki untuk produk baru dengan tujuan untuk
mengurangi waktu dan biaya yang dibutuhkan tenaga kerja supaya cakap dalam
pembuatan produk baru.
 Teknologi
Teknologi baru dapat menurunkan biaya-biaya pemanufakturan dan
pendistribusian produk atau jasa. Contohnya, perusahaan manufaktur seperti
Procter & Gamble menggunakan teknologi komputer untuk memonitor kuantitas
produk yang ada pada pelanggan (khususnya pengecer besar) sehingga
perusahaan tersebut dapat memasok produk yang dibutuhkan dalam waktu yang
tepat.
 Kompleksitas
Perusahaan yang mempunyai banyak produk mempunyai biaya
penjadwalan dan proses produksi lebih banyak, sama banyaknya dengan biaya
hulu yaitu biaya pengembangan dan biaya hilir yaitu biaya distribusi dan biaya
pelayanan. Perusahaan-perusahaan ini sering menggunakan activity-based
costing untuk mengidentifikasi biaya secara lebih baik dan lebih akurat sehingga
dapat menghasilkan profitabilitas yang lebih baik.
Analisis stratejik menggunakan cost driver struktural membantu
perusahaan untuk meningkatkan posisi kompetitif. Analisis ini meliputi analisis
value chain dan activity-based management. Analisis value chain dapat
membantu perusahaan menilai konsekuensi jangka panjang dari komitmen
terhadap cost driver struktural untuk saat ini maupun yang direncanakan.
Cost Driver Eksekusional merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan perusahaan untuk mengelola perusahaan dalam jangka pendek dan
melakukan pengambilan keputusan untuk menurunkan biaya. Hal ini meliputi:
 Keterlibatan semua tenaga kerja
 Desain proses produksi
 Hubungan dengan pemasok/supplier
Manajer pabrik melakukan studi tentang cost driver eksekusional untuk
mendapatkan cara menurunkan biaya. Studi semacam ini dilakukan sebagai bagian
dari pengendalian operasional.
Activity Based Costing
Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem akuntansi yang berfokus
pada aktivitasaktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan jasa. Dalam ABC,
harus dilakukan penelitian aktivitas apa saja yang dilakukan untuk memproduksi produk.
Ketelitian penemuan aktivitas akan menyebabkan ketelitian perhitungan harga pokok
produk. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa
perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan
sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya dibebankan ke aktivitas,
kemudian aktivitas dibebankan ke objek biaya berdasarkan penggunaannya.
ABC menjadi alat biaya populer di kalangan perusahaan manufaktur pada tahun
1980. Perusahaan manufaktur memiliki tingkat biaya tidak langsung mulai dari 70 sampai
95 persen. Berdasarkan sistem akuntansi manajemen tradisional, biaya-biaya tidak
langsung diserap ke dalam produk dengan, Misalnya, alokasi pada £1 per jam tenaga
kerja langsung atau, £1 per jam mesin atau persen biaya primer atau, persen biaya
bahan langsung dan sebagainya. Singkatnya, melalui sistem akuntansi manajemen
tradisional, semua biaya secara tidak langsung dalam sebuah produk dapat ditelusuri.
Sumber daya yang dikonsumsi dialokasikan secara proporsional dengan volume
masingmasing produk yang mengalami proses produksi.
Di sinilah letak masalahnya. Seperti yang dikemukakan oleh Pieper (1999), bahwa
volume biaya driver gagal diterapkan dalam produk yang beragam dalam bentuk ukuran
atau kompleksitas. Demikian pula tidak ada hubungan langsung antara volume produksi
dan konsumsi biaya. Bagaimanapun juga, ABC menelusuri keterlibatan biaya untuk
kegiatan perusahaan.
Tahap-Tahap dalam Perancangan Sistem ABC
Menurut Blocher dkk. (2000 : 123-126) tahap perancangan ABC dibagi dalam tiga tahap
yaitu :
1. Mengidentifikasikan Biaya Sumber Daya dan Aktivitas
Tahap pertama dalam merancang sistem ABC adalah mengidentifikasikan
biaya sumber daya dan melakukan analisis aktivitas. Biaya sumber daya adalah
biaya yang dikeluarkan untuk melakukan berbagai aktivitas. Sebagian besar biaya
sumber daya ada dalam subrekening buku besar, seperti bahan, supplies,
pembelian, penanganan bahan, pergudangan, ruang kantor, mebel, dan peralatan
lain, bangunan, peralatan pabrik, utilitas gaji, dan tunjangan, teknik dan akuntansi.
Analisis aktivitas adalah identifikasi dan deskripsi pekerjaan (aktivitas) dalam
organisasi. Analisis aktivitas meliputi pengumpulan data dari dokumen dan catatan
yang ada, dan penelitian/survei dengan menggunakan daftar pertanyaan, observasi,
dan wawancara secara terus-menerus terhadap orang-orang kunci. Anggota tim
proyek ABC biasanya menanyakan hal-hal ini kepada karyawan atau manajer kunci :
 Apa pekerjaan/aktivitas yang Anda lakukan?
 Berapa waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?
 Apa sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?
 Nilai apa yang dimiliki oleh aktivitas tersebut bagi perusahaan?
Tim proyek ABC juga mengumpulkan data aktivitas dengan cara melakukan
observasi dan membuat daftar aktivitas/pekerjaan yang dilakukan. Tim proyek ABC
juga mengumpulkan data aktivitas dengan cara melakukan observasi dan membuat
daftar aktivitas/pekerjaan yang dilakukan. Proses pemanufakturan mempunyai empat
kategori aktivitas:
1) Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi
setiap satu unit produk. Contoh aktivitas berlevel unit (berdasarkan volume
atau unit) adalah pemakaian bahan, pemakaian jam kerja langsung,
memasukkan komponen, inspeksi setiap unit, dan aktivitas menjalankan
mesin.
2) Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch
atau kelompok produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch
ingin diproduksi. Contoh aktivitas berlevel batch adalah setup, mesin,
pemesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi untuk setiap batch
dan penanganan bahan.
3) Aktivitas untuk mendukung produk. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk
mendukung produksi produk yang berbeda. Contoh aktivitas untuk
mendukung produk adalah merancang produk, administrasi suku cadang,
penerbitan formulir pesanan untuk mengubah teknik rekayasa dan ekspedisi.
4) Aktivitas untuk mendukung fasilitas. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk
mendukung produksi secara umum. Contoh aktivitas ini adalah keamanan,
keselamatan kerja, pemeliharaan, manajemen pabrik, depresiasi pabrik dan
pembayaran pajak properti.
2. Membebankan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas
Aktivitas menimbulkan biaya sumber daya. Driver sumber daya (Resources driver)
digunakan untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas. Kriteria penting untuk
memilih cost driver yang baik adalah hubungan sebab akibat.
3. Membebankan Biaya ke Objek Biaya
Jika aktivitas sudah diketahui, selanjutnya perlu untuk mengukur biaya aktivitas
per unit. Hal ini dilakukan dengan cara mengukur biaya per unit untuk output yang
diproduksi oleh aktivitas tersebut. Perbandingan selama beberapa waktu dengan
organisasi lain dapat digunakan untuk menentukan efisiensi (produktivitas) untuk
aktivitas-aktivitas tersebut.
Output merupakan objek biaya yang membutuhkan aktivitas, output untuk
sebuah sistem biaya, biasanya berupa produk, jasa, pelanggan, proyek, atau unit
bisnis. Contohnya, dalam perusahaan asuransi, output dapat berupa produk atau
jasa individual yang ditawarkan kepada pelanggan, pelanggan, agen asuransi atau
divisi yang menerima manfaat dari sumber daya perusahaan. Driver aktivitas
digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya.
Driver aktivitas biasanya berupa jumlah pesanan pembelian, jumlah laporan
penerimaan barang, jumlah laporan, atau jam inspeksi, jumlah suku cadang yang
disimpan, jumlah pembayaran, jam kerja langsung, jam mesin, jumlah setup dan
waktu siklus produksi.

Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity


Based Costing (STUDI KASUS PADA PENGRAJIN SANDAL
DESA BERBEK)

Sistem activity based costing mengalokasikan biaya overhead pabrik melalui


dua tahap, yaitu sebagai berikut :
a. Tahap Pertama
Menentukan harga pokok produksi menggunakan sistem activity
based costing dilakukan dengan menelusuri biaya pada aktivitas. Prosedur tahap
pertama meliputi Lima langkah yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas
UD. Karimunjawa Perkasa menggolongkan aktivitas menjadi empat level
aktivitas. Penggolongan beberapa aktivitas dapat dilihat sebagai berikut :
UD. Karimunjawa Perkasa
Klasifikasi Biaya Overhead Pabrik ke dalam Berbagai Aktivitas
Level Aktivitas Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Biaya Bahan Pembantu Rp. 119.845.000
Aktivitas Unit level
Biaya utilty (listrik, tlp, dan bb) Rp. 590.000
BTKTL Rp. 500.000
Aktivitas Batch Level Biaya Penyusutan Mesin Rp. 131.000
Biaya Pemeliharaan Mesin Rp. 120.000
Aktivitas Produk Level Biaya Pemasaran Rp. 4.660.000
Aktivitas Fasilitas
Biaya Pemeliharaan Bangunan Rp. 100.000
Level
Total Rp. 125.946.000
Sumber : Data diolah

Berikut ini penjelasan dari tiap level yang dapat di identifikasikan meliput:
a) Aktivitas Unit Level
Aktivitas yang terjadi berulang pada tiap unit yang diproduksi dan
konsumsinya seiring dengan jumlah unit yang di produksi. Contoh : biaya
bahan pembantu, biaya utility
b) Aktivitas Batch Level
Aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan jumlah batch produk
yang diproduksi dan aktivitas ini terjadi berulang setiap satu batch
(kelompok). Contoh : BTKTL, biaya pem.mesin, biaya peny.mesin.
c) Aktivitas produk level
Aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang dihasilkan, aktivitas ini
digunakan untuk mendukung produksi tiap produk yang berbeda. Contoh :
aktivitas pemasaran.
d) Aktivtas fasilitas level
Aktivitas yang dikonsumsi berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh
produk, aktivitas ini berkaitan dengan aktivitas yang lainnya. Contoh :
biaya pemeliharaan bangunan
2. Pengalokasian berbagai biaya dengan berbagai aktivitas
3. Menentukan cost driver
Menentukan cost driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas setelah
aktivitas di identifikasi sesuai dengan levelnya. Langkah selanjutnya
mengidentifikasi cost driver dari setiap biaya, identifikasi tersebut dilakukan
untuk menentukan tarif per unit cost driver. Daftar cost driver pada
UD.Karimunjawa Perkasa sebagai berikut :
Daftar Cost Driver

Sandal Sandal
Sanda
No Cost Driver Gunun Gunun Jumlah
l
g Japiit g Slop
Flat
1 jumlah produksi (unit) 8.400 9.600 4.800 22.800
2 jam kerja mesin (jam) 700 Jam 800 Jam 480 Jam 1.980 Jam
3 Luas area (m²) 24 m² 30 m² 18 m² 72 m²
Sumber : Data diolah
4. Penentuan kelompok biaya yang homogen (homogeneous cost pool)
Penentuan cost pool yang homogen bertujuan untuk
meminimalkan pembentukan cost pool yang terlalu banyak, karena
aktivitas yang memiliki cost driver yang berhubungan dapat
dimaksukkan dalam sebuah cost pool dengan menggunakan salah satu
cost driver yang dipilih.
Adapun cost pool yang homogen pada UD. Karimunjawa Perkasa
sebagai berikut:
UD. Karimunjawa
Perkasa
Kelompok Biaya (Cost Pool) yang Homogen

Cost Pool
Biaya Overhead Pabrik Level Aktivitas Cost Driver
Homogen
Biaya Bahan Pembantu Aktivitas Unit Unit Produk
pool 1
Biaya utilty (listrik, tlp, dan bb) Level
BTKTL Jam Kerja
Aktivitas Batch
pool 2 Biaya Penyusutan Mesin Mesin
Level
Biaya Pemeliharaan Mesin
Aktivitas
pool 3 Biaya Pemasaran Unit Produk
Produk Level
Aktivitas
pool 4 Biaya Pemeliharaan Bangunan Luas Area
Fasilitas Level
Sumber : Data diola

5. Penentuan tarif kelompok (pool rate)


Tarif kelompok (pool rate) merupakan tarif biaya overhead per unit cost
driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok
dihitung menggunakan rumus :
BOP kelompok aktivitas
tertentu
Cost driver
pool rate aktivitas unit level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tarif Kelompok (Pool Rate)

Biaya Overhead Pabrik Jumla


Biaya Bahan Pembantu h
Rp. 119.845.000
Cost
Pool Total Biaya Rp. 119.845.000
1 Unit Produk 22.800 unit
Pool Rate 1 Rp. 5.256,359

Sumber : Data diolah


pool rate aktivitas batch level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Biaya utility Rp. 590.000
Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung Rp. 500.000
Biaya Penyusutan Mesin Rp. 131.000
Cost Pool 2
Biaya Pemeliharaan mesin Rp. 120.000
Total Biaya Rp. 1.341.000
Jam Kerja Mesin 1.980 Jam
Pool Rate 1 Rp. 677,272
Sumber : Data diolah

pool rate aktivitas produk level pada UD. Karimunjawa Perkasa


dapat dilihat pada tabel berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Biaya Pemasaran Rp.
Cost pool 3 Total Biaya Rp.4.660.000
4.660.000
Unit Produk 22.800 unit
Pool Rate 1 Rp. 204,385
Sumber : Data diolah

pool rate aktivitas fasilitas level pada UD. Karimunjawa Perkasa


dapat dilihat pada tabel berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
Biaya Overhead Pabrik Jumla
Biaya Pemeliharaan bangunan h
Cost pool Total Biaya Rp. Rp.
100.000
4 Luas Area 72 m²
Pool Rate 1 Rp.
Sumber :Data diolah 1.388,888

b. Prosedur Tahap
Kedua
Tahap kedua menentukan harga pokok produksi berdasar aktivitas
dengan membebankan tarif kelompok berdasar cost driver. Biaya dari setiap
kelompok biaya overhead dilacak ke berbagai jenis produk. Biaya overhead
ditentukan dari setiap kelompok biaya ke setiap produk dengan rumus :

Perhitungan harga pokok produksi per unit menggunakan activity based costing
sebagai berikut :
Perhitungan Harga Pokok Produksi per
unit
Dengan Metode Activity Based Costing untuk Sandal
Gunung Japit
Keteranga Jumla
Biaya Bahan Baku n h
Rp. 95.692.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 23.730.000
Biaya Overhead Pabrik :
Cost Pool 1
Rp. 5.256,359× 8.400 Unit Rp. 44.153.415,6
Cost Pool 2
Rp. 677,272 × 700 Jam Rp. 474.090,4
Cost Pool 3

Rp. 204,385 × 8.400 Unit Rp. 1.716.834


Cost Pool 4
1.388,888 × 24 m² Rp. 33.333,312
Total BOP Rp. 46.377.673,312
Total Biaya Produksi Rp.165.799.673,31
Jumlah Produksi 8.400 Unit
Harga Pokok Produksi Per Unit Rp. 19.738,056
Sumber : Data Diolah

Perhitungan Harga Pokok Produksi per


unit
Dengan Metode Activity Based Costing untuk Sandal
Gunung Slop

Keteranga Jumla
Biaya Bahan Baku n h
Rp. 124.704.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 41.520.000
Biaya Overhead Pabrik :
Cost Pool 1
Rp. 5.256,359× 9.600 Rp. 50.461.046,4
Cost Pool 2
Rp. 677,272 × 800 Jam Rp. 541.817,6
Cost Pool 3
Rp. 204,385 × 9.600 Rp. 1.962.096
Cost Pool 4
1.388,888 × 30 m² Rp. 41.666,64
Total BOP Rp. 53.006.626,64
Total Biaya Produksi Rp. 219.230.626,64
Jumlah Produksi 9.600 Unit
Harga Pokok Produksi Per Unit Rp. 22.836,523
Sumber : Data diolah

Perhitungan Harga Pokok Produksi per


unit
Dengan Metode Activity Based Costing untuk
Sandal Flat
Keteranga Jumla
Biaya Bahan Baku n h
Rp. 23.724.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 13.680.000
Biaya Overhead Pabrik :
Cost Pool 1
Rp. 5.256,359× 4.800 Rp. 25.230.523,2
Cost Pool 2
Rp. 677,272 × 480 Jam Rp. 325.090,56
Cost Pool 3
Rp. 204,385 × 4.800 Rp. 981.048
Cost Pool 4
1.388,888 × 18 m² Rp. 24.999,984
Total BOP Rp. 26.561.661,744
Total Biaya Produksi Rp. 63.965.661,744
Jumlah Produksi 4.800 Unit
Harga Pokok Produksi Per Unit Rp. 13.326,179
Sumber : Data diolah

Hasil perhitungan harga pokok produksi per unit pada UD. Karimunjawa
Perkasa menggunakan metode activity based costing diperoleh hasil harga
pokok produksi per unit untuk sandal gunung japit sebesar Rp. 19.738,056, untuk
sandal gunung slop sebesar Rp.22.836,523, dan untuk sandal flat sebesar
Rp.13.326,179.
Perhitungan harga pokok produksi pada UD. Karimunjawa
Perkasa menggunakan metode activity based costing dilakukan berdasarkan dua
tahapan. Tahap pertama dilakukan dengan menelusuri biaya dari sumber daya
ke aktivitas yang mengkonsumsinya. Tahap ini terdiri dari : mengidentifikasi dan
menggolongkan aktivitas ke dalam empat level aktivitas, mengalokasikan
berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, menentukan cost driver yang tepat
pada masing-masing aktivitas, menentukan kelompok biaya (cost pool) yang
homogen, menentukan tarif kelompok (pool rate). Tahap kedua membebankan
tarif kelompok berdasarkan cost driver. Biaya overhead di tentukan berdasarkan
tarif kelompok dikali dengan cost driver yang digunakan. Perhitungan harga
pokok produksi dengan menggunakan metode actvity based costing pada UD.
Karimun Jawa Perkasa menunjukkan hasil perhitungan untuk sandal gunung japit
sebesar Rp.19.738,056/unit untuk sandal gunung slop sebesar
Rp.22.836,523/unit dan sandal flat sebesar Rp.13.326,179/unit

REFERENSI
Bustami, B., & Nurlela. (2013). Akuntansi Biaya. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2018). Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba

Empat. Hartanti, D. (2016). Analisis Perbandingan Perhitungan Harga Pokok

Produksi dengan
Metode Tradisional dan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus
Pada PT.Sinar Bintang Alumunium di Kabupaten Banyuasin). Palembang:
Universitas Muhammadiyah Palembang.

Anda mungkin juga menyukai