Anda di halaman 1dari 8

1.

1 PERILAKU BIAYA (COST BEHAVIOR) DAN PRODUCTION VOLUME

Sebagian besar keputusan yang diambil oleh manajemen memerlukan informasi biaya yang

didasarkan pada perilakunya. Oleh sebab itu perlu diketahui penggolongan biaya atas dasar

perilakunya.

Yang dimaksud dengan perilaku biaya adalah pola perubahan biaya dalam kaitannya

dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas perusahaan (misal volume produksi atau

penjualan).

1.1.1 JENIS-JENIS BIAYA BERDASARKAN TINGKAH LAKUNYA


Dipandang dari tingkah laku dalam hubungannya dengan kapasitas atau volume kegiatan,

biaya dikelompokkan menjadi tiga :

1. Biaya Variabel ( Variable Cost )

Yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume

kegiatan produksi. Jika kuantitas barang yang diproduksi bertambah maka biaya juga

bertambah sebesar perubahan kuantitas dikalikan biaya variabel per satuan. Begitu

juga jika kuantitas barang yang diproduksi menurun.

2. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Yaitu biaya yang jumlah totalnya selalu tetap (konstan), bahkan di masa sulit. Biaya

tetap tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan dalam aktivitas operasi maupun

kegiatan produksi meskipun kuantitas produksi bertambah atau menurun.

a. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Yaitu biaya yang jumlah totalnya selalu tetap (konstan), bahkan di masa sulit. Biaya

tetap tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan dalam aktivitas operasi maupun

kegiatan produksi meskipun kuantitas produksi bertambah atau menurun.


Untuk keperluan perencanaan dan pengendalian, biaya tetap harus dipilah lagi menjadi :

 Commited Fixed Cost

Yaitu biaya yang tetap dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna

mempertahankan kemampuan perusahaan di dalam memenuhi tujuan-tujuan jangka

panjang. Biaya ini sebagian besar berupa biaya tetap yang timbul dari pemilikan

pabrik, ekuipmen, dan organisasi pokok.

Contoh : Biaya depresiasi, biaya sewa, biaya asuransi, pajak bumi dan bangunan,

biaya gaji karyawan utama.

 Descretionary Fixed Cost (Managed / Programmed Cost)

Yaitu biaya yang timbul dari keputusan penyediaan anggaran secara berkala

(biasanya tahunan) yang secara langsung mencerminkan kebijakan manajemen

puncak mengenai jumlah maksimum biaya yang diizinkan untuk dikeluarkan, dan

yang tidak dapat menggambarkan hubungan yang optimum antara masukan

dengan keluaran (yang di ukur dengan volume penjualan, jasa atau produk). Biaya

ini bisa dihentikan sama sekali pengeluarannya atas kebijakan manajemen.

Contoh : Biaya riset dan pengembangan, biaya iklan, biaya promosi penjualan,

biaya program pelatihan karyawan, biaya konsultasi.

Untuk keperluan perencanaan dan pengendalian, biaya tetap harus dipilah lagi

menjadi :

3. Biaya Campuran / Semi Variabel (Semi Variable Cost)

Yaitu biaya yang jumlah totalnya selalu berubah tetapi tidak proporsional dengan

perubahan volume kegiatan perusahaan. Biaya campuran / semi variabel memiliki unsur

biaya tetap dan biaya variabel di dalamnya. Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah

biaya minimum untuk menyediakan jasa. Sedangkan unsur biaya yang variabel

merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipenngaruhi oleh perubahan volume

kegiatan.

Contoh : Biaya listrik, biaya pemeliharaan, biaya telepon.

Penentuan Pola Perilaku Biaya


Ada 3 faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan pola perilaku suatu biaya,

yaitu :

 Harus dipilih biaya yang akan diselidiki pola perilakunya. Biaya ini merupakan variabel
tidak bebas (dependent variable) dan biasanya dinyatakan dengan simbol
Y
 Harus dipilih variabel bebas (independent variable), yaitu sesuatu yang menyebabkan
biaya tersebut berfluktuasi. Secara matematis, fungsi tersebut
dinyatakan, y = f(x)
 Harus dipilih kisaran kegiatan yang relevan (relevant range of activity), dimana
hubungan antara variabel bebas dan tidak bebas yang dinyatakan dalam fungsi
biaya tersebut berlaku

1.2 Break Even Analysis

"Analisa Break Even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Oleh karena analisa tersebut mempelajari hubungan antara
biaya - keuntungan - volume, maka analisa tersebut sering juga disebut 'cost-profit volume analysis

1.2.1 Manfaat Analisa Break Even Point.


Analisis titik impas atau analisis Break Even Point sangat bermanfaat bagi manajemen dalam
menjelaskan beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara berbeda namun tetap
berkaitan yaitu:

 Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat penjualan yang harus
dicapai agar perusahaan memperoleh laba.
 Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional.
 Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel menjadi
biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang canggih.

1.2.2 Asumsi-Asumsi Dasar Analisa Break Even Point :


Beberapa asumsi yang berpengaruh dalam analisa break even adalah sebagai berikut :

 Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.


 Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
 Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
 Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
 Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
 Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
 Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.
 Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya
1.2.3 Dampak Perubahan dari Beberapa Faktor dalam Analisa Break Even Point
 Suatu perubahan dalam biaya variabel akan mengakibatkan perubahan dalam contribution
margin dan impas.
 Suatu perubahan dalam harga jual akan mengakibatkan perubahan pada contribution margin
dan impas.
 Angka laba kontribusi hanya akan dipengaruhi oleh perubahan pada biaya variabel dan harga
jual.
 Suatu perubahan dalam biaya tetap mengakibatkan perubahan pada impas tapi tidak
mempengaruhi laba kontribusi.
 Suatu perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya variabel pada arah yang sama akan
menyebabkan perubahan tajam terhadap impas.

1.3 CAPACITY UTILIZATION STANDARD COSTING

1.3.1 Pengertian Standard Costing

Standard Cost merupakan biaya yang ditetapkan lebih dahulu menurut norma-norma efisiensi yang
berlaku bagi suatu perusahaan tertentu yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk/barang.

Standard Cost berbeda dengan actual cost/hostorical cost, penggunaan data biaya historis (actual
cost/historical cost) di dalam perhitungan harga pokok produksi tidak dapat memberikan informasi
mengenai efisien tidaknya pelaksanaan suatu proses produksi,karena biaya historis menunjukkan biaya
yang terjadi sebenarnya yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk atau kegiatan
tertentu pada suatu saat tertentu, di mana biaya yang terjadi sebenarnya dapat mengandung suatu
pemborosan.

Manajemen memerlukan suatu alat tolak ukur tentang besarnya biaya yang ditetapkan dahulu sebelum
produksi dimulai, dan tolak ukur ini hendaknya mencerminkan informasi mengenai jumlah biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk/kegiatan tertentu pada suatu waktu tertentu,
dan tolak ukur ini dikenal dengan istilah “Predetermined Cost”.

Penetapan “predetermined cost” dapat dilakukan melalui penelitian secara ilmiah (eksprimen, time &
motion study, tata letak peralatan produksi, dsb) terhadap pelaksanaan masa lalu dengan turut
mempertimbangkan kondisi-kondisi yang diharapkan di masa yang akan datang, maka predetermined
cost merupakan standard cost.

Standard cost termasuk predetermined cost, sedangkan predetermined cost belum tentu merupakan
standard cost.

• Standard cost mempunyai 2 komponen yaitu :

 Standard kuantitas (unit input/output)


 Standard harga (biaya/tarif)

Standard costing dapat digunakan baik pada metode process costing maupun job order costing, dan
penetapan biaya standard paling tepat untuk diterapkan pada lingkungan pabrik dimana teknologi
produksi relatif stabil dan produk yang dihasilkan bersifat homogen di dalam unit akumulasi biaya.

Perusahaan apa yang dapat menggunakan standard cost ?

 perusahaan pabrikasi (manufacturing)


 perusahaan jasa (service company), mis. Rumah sakit, bengkel, dsb
 food, misalkan fast food restaurant, dsb, dan perusahan lainnya.

1.3.2 Fungsi daripada standard costing :


 Menetapkan anggaran.
 Pengendalian biaya dan mengukur efisiensi kerja.
 Menyederhanakan prosedur penetapan biaya.
 Memberikan dasar penetapan tawaran kontrak dan harga jual.

Secara garis besar, standar dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1) Basic standard (classic standard), adalah tolak ukur yang digunakan sebagai patokan pembanding
untuk prestasi kerja yang diharapkan dan yang sesungguhnya.

2) Current standard (standar yang berlaku), yang terbagi :

§ Standard actual yang diharapkan, adalah standard yang ditetapkan untuk suatu tingkat operasi dan
efisiensi yang diharapkan akan terjadi. Standard ini merupakan estimasi yang cukup wajar atas hasil
actual.

§ Standard normal, adalah standard ditetapkan untuk suatu tingkat operasi dan efisiensi yang normal,
yang dimaksudkan sebagai suatu tantangan yang bisa dicapai.
§ Standard teoritis, yaitu standar yang ditetapkan untuk suatu tingkat operasi dan efisiensi yang ideal
atau maksimum, standar ini lebih merupakan sasaran dan bukan sebagai prestasi kerja yang harus
dicapai pada saat ini.

Penggunaan standar dapat diaplikasikan sebagai berikut :

a) Dalam tingkat harga

b) Dalam efisiensi pelaksanaan

c) Dalam tingkat kegiatan/volume produksi

1.3.3 Jenis-jenis standard untuk harga


- Normal ideal

- Normal standard

- Current expected standard

- Basic standard (fixed standard)

 Jenis-jenis standar untuk efisiensi pelaksanaan :

- Teoritical performance

- Normal performance

- Attainable goods performance

- Average past performance

 Jenis-jenis standard untuk volume kegiatan

- Theoritical standard

- Normal standard

- Vertical standard

- Expected standar
1.4 Pelaporan Segmen

Pelaporan segmen (segment reporting) adalah pelaporan informasi keuangan menurut segmen operasi
yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Informasi segmen bisa disajikan di dalam batang tubuh laporan
keuangan, sebagai catatan atas laporan keuangan, atau di dalam skedul terpisah yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan.

Standar-standar akuntansi berlaku untuk (harus diterapkan oleh) perusahaan-perusahaan go public,


yang sekuritas utang dan ekuitasnya diperdagangkan kepada publik, dan perusahaan-perusahaan yang
sedang dalam proses penerbitan sekuritas ke bursa.

Meskipun demikian, pengungkapan informasi segmen juga direkomendasikan bagi perusahaan-


perusahaan yang menerbitkan sekuritas, meskipun tidak diperdagangkan kepada publik. Jika
perusahaan secara sukarela mengungkapkan informasi segmen, pengungkapannya tetap harus sesuai
dengan standar akuntansi. Untuk tujuan pelaporan internal dan evaluasi kinerja, manajemen
mengorganisasikan operasi perusahaannya menurut jenis atau kelompok produk/jasa yang berkaitan.
Sebagai contoh, perusahaan terdiri dari divisi produk kertas, divisi produk kantor, dan divisi penerbitan.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 5 (PSAK 5) dan International Accounting Standard
No. 14 (IAS/IFRS 14), segmen perusahaan yang didasarkan kepada jenis atau kelompok produk/jasa
semacam itu dinamakan segmen usaha (business segment). Suatu segmen usaha biasanya memiliki
risiko dan tingkat return yang berbeda dengan segmen usaha lainnya.

Perusahaan juga dapat disegmentasi menurut wilayah geografis. Misalnya, divisi Jawa Barat, divisi Jawa
Tengah dan DIY, dan divisi Jawa Timur. Dalam PSAK 5 dan IAS/IFRS 14, segmentasi yang didasarkan
kepada wilayah dinamakan segmen geografis (geographical segment).

Suatu segmen geografis tertentu juga biasanya memiliki risiko dan tingkat return yang berbeda dengan
segmen geografis lainnya. Statement of Financial Accounting Standard No. 131 (SFAS 131) menyatakan
bahwa segmentasi yang dimaksud di dalam SFAS 131 didasarkan kepada pendekatan manajemen. Jika
pelaporan dan evaluasi kinerja manajerial didasarkan secara geografis, maka pelaporan segmen juga
harus didasarkan secara geografis. Jika pelaporan dan evaluasi kinerja didasarkan kepada produk,
pelaporan segmen juga harus didasarkan kepada produk.

SFAS 131 menggunakan istilah segmen operasi (operating segment) tanpa secara eksplisit
membedakannya menjadi segmen usaha dan segmen geografis. Segmen operasi didefinisi sebagai
komponen suatu perusahaan yang memiliki kriteria sebagai berikut:

 Menyelenggarakan aktivitas usaha, yang dari aktivitas itu dihasilkan pendapatan (revenue) dan
timbul biaya (expense). Pendapatan dan biaya itu mencakup juga pendapatan dan biaya
antarsegmen.
 Hasil operasinya (laba atau rugi) secara rutin direview oleh manajemen puncak perusahaan.
 Laporan keuangan terpisah untuk segmen itu tersedia.

Meskipun tidak secara eksplisit menggunakan istilah segmen operasi, PSAK 5 dan IAS/IFRS 14 juga
mengadopsi pendekatan manajemen dalam menentukan segmen usaha/geografis yang harus
dilaporkan.
1.4.1 Sistem Laporan Yang Tersegmen
Segmen adalah setiap bagian dari suatu perusahaan di mana mengakibatkan manajer mencari data –
data biaya – biaya di bagian yang bersangkutan.

Alasan seorang manajer mencari data laporan segmen :

 Ada kemungkinan 1 divisi atau lebih kurang efektif cara kerjanya


 Ada kemungkinan satu produk kurang mendapat pasar.
 Satu daerah pemasaran mungkin kurang baik dibanding dengan bagian yang lain.

1.4.2 Manfaat Segmented Reporting :


 Manajer dapat menyelidiki secara seksama kecenderungan setiap segmen apakah akan
memberikan prospek lebih baik atau tidak. Dengan demikian manajer memperoleh wawasan
yang luas untuk setiapsegmen.
 2.Laporan disegmented untuk keperluan intern perusahaan.

Di Dalam Laporan Segmen Ada 2 Macam :

1. Common Fixed Cost

Biaya yang tidak dapat dikaitkan langsung atau ditelusuri langsung pada segmen tertentu, dan biaya
tetap ini timbul karena aktivitas perusahaan secara keseluruhan (dinikmati bersama oleh segmen yang
ada).

mis : Gaji Penyelia/Supervisor Pabrik

2. Direct Fixed Cost

Biaya yang dapat dikaitkan atau ditelusuri langsung pada segmen tertentu.

Mis : penyusutan peralatan segmen (Untukk produk tertentu).

Petunjuk praktis apakah biaya tetap itu masuk Direct Fixed Cost ataukah Common Fixed Cost, apabila
segmen itu dihapus kemudian biaya tetap itu hilang maka biaya tetap itu masuk Direct Fixed Cost.

Segmen Margin adalah margin yang tersedia untuk menutupi direct costnya yang terdiri dari variabel
dan Direct cost.

Anda mungkin juga menyukai