Anda di halaman 1dari 17

TUGAS AKUNTANSI BIAYA

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Di dalam membebankan harga pokok kepada produk yang dapat digunakan salah satu
dari dua metode pembebanan harga produk. Yang pertama yaitu metode penentuan
harga pokok penuh ( Full Costing ) atau juga sering disebut dengan metode penentuan harga
pokok diserap (Absorption Costing). Yang kedua yaitu metode penentuan harga pokok
variable (Variable Costing) atau bisa juga disebut metode penentuan harga pokok batas
(Marginal Costing). Perusahaan bisa menentukan metode mana yang akan digunakan sesuai
dengan kepentingan manajemen.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Variable Costing ?


2. Apa sajakah jenis - jenis dari Variable Costing ?
3. Apakah tujuan penentuan harga pokok variable ( Variable Costing ) ?
4. Bagaimanakah contoh penerapan dalam soal ?
5. Apa sajakah keunggulan dan kelemahan dari metode Variable Costing ?

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami pengertian Variable Costing.


2. Mengetahui jenis - Jenis dari Vriable Costing.
3. Mengetahui tujuan penentuan harga pokok variable.
4. Memahami dan mengetahui keunggulan serta kelemahan dari metode Variable
Costing.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Variable Costing


Penentuan harga pokok variabel (variable costing) adalah suatu konsep penentuan
harga pokok yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen harga
pokok produk. Biaya produksi tetap dianggap sebagai biaya periode atau biaya waktu
(period cost) yang langsung dibebankan kepada laba-rugi periode terjadinya dan tidak
diperlakukan sebagai biaya produksi.
Metode variable costing merupakan metode alternatif untuk menghitung harga pokok
produksi di samping metode full costing yang diterima secara umum. Dengan dipisahkan
informasi biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan,
metode variable costing mampu menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi
manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya tetap yang lebih
baik, dan pengambilan keputusan jangka pendek. Hal ini dimungkinkan karena dalam
jangka pendek, biaya tetap tidak relevan karena tidak terpengaruh oleh pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh manajemen. Jika biaya tetap terpengaruh dalam
pengambilan keputusan jangka pendek, metode variable costing dapat menyajikan dampak
keputusan terdebut terhadap biaya tetap dan laba.
Variable costing adalah metode akuntansi manajemen yang dipakai untuk menghitung
biaya produk. Laporan laba rugi yang dihasilakan oleh system variable costing
memperlihatkan margin kontribusi barang-barang yang dihasilkan, informasi yang sangat
berfaedah dalam pengambilan keputusan. Variable costing kadangkala disebut juga direct
costing (penentuan biaya pokok langsung) atau marginal costing (penentuan biaya pokok
marginal). Dalam metode penentuan biaya pokok variable (variable costing, hanya biaya-
biaya produksi variable saja yang dimasukkan dalam persediaan dan biaya pokok
penjualan. Ketika tingkat aktivitas diukur dalam unit-unit produk yang dihasilkan, maka
biaya-biaya variable biasanya terdiri atas bahan baku langsung, berkaitan dengan kapasitas
produktif pabrik dan umumnya tidak dipengaruhi oleh inti produk yang dipriduksi. Oleh
karena itu dalam metode penentuan biaya pokok variable, biaya overhead pabrik tetap
tidaklah diperlukan sebagai biaya produk.
2. Jenis-Jenis Variable costing
a. Direct Costing
Merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena
ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung
terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Marginal Costing
Biaya marjinal adalah kenaikan atau penurunan biaya sebagai hasil dari satu
lebih atau kurang satu unit output biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja
dan material, ditambah dengan porsi estimasi biaya tetap (seperti biaya
administrasi dan biaya penjualan). Dalam perusahaan di mana biaya rata-rata
cukup konstan, biaya marjinal biasanya sama dengan biaya rata-rata. Namun,
dalam industri yang memerlukan investasi modal berat (pabrik mobil, maskapai
penerbangan, pertambangan) dan memiliki biaya rata-rata tinggi, relatif sangat
rendah. Konsep biaya marjinal adalah sangat penting dalam alokasi sumber daya
karena, untuk hasil yang optimal, manajemen harus memusatkan sumber daya
yang mana kelebihan pendapatan marjinal atas biaya marjinal maksimum. Juga
disebut biaya pilihan, biaya diferensial, atau biaya tambahan.
Ditinjau dari penyajian laporan rugi-laba, perbedaan pokok antara metode
variable costing dengan full costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang
disajikan dalam laporan rugi-laba tersebut. Laporan rugi-laba yang disusun dengan
metode full costing menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut
hubungan biaya menurut biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam
perusahaan (functional-cost classification). Tapi di lain pihak laporan rugi-laba
metode variabke costing lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan
perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan (classification by
cost behaviour).
Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit
dilaksanakan karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau benar-benar
tetap. Penggolongan biaya sebagai suatu biaya variabel dengan asumsi :
a) Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah.
b) Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah
c) Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi
Sedangkan biaya tetap dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Biaya tetap yang
dalam jangka pendek dapat berubah, misalnya gaji manajer produksi, pemasaran,
keuangan, serta gaji manajer akuntansi. Biaya tetap yang dalam jangka panjang
konstan, misalnya depresiasi dan sewa kantor yang dikontrakkan untuk jangka
panjang. Namun dalam jangka yang panjang semua biaya adalah berprilaku variabel.
Metode variabel costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang
lazim, sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum
harus dibuat atas dasar metode full costing, jika biaya overhead pabrik tetap tidak
diperhitungkan dalam harga pokok persediaan dan harga pokok penjualan akan
menghasilkan informasi harga pokok produk yang tidak wajar. Biaya overhead
pabrik tetap, seperti halnya dengan biaya overhead pabrik variabel diperlukan untuk
memproduksi dan oleh karena itu menurut metode full costing memang lebih
ditunjukkan untuk memenuhi informasi bagi kepentingan intern perusahaan.
Kelemahan ini dapat diatasi dengan mudah oleh metode variable costing dengan
cara mengubah laporan rugi-laba variable costing ke dalam laporan rugi-laba full
costing seperti telah diuraikan di muka.
Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan
perubahan-perubahan dalam penjualannya. Untuk perusahaan yang kegiatan
usahanya bersifat musiman, variabel costing akan menyajikan kerugian yang
berlebih-lebihan dalam periode-periode tertentu, sedangkan dalam periode lainnya
akan menyajikan laba yang tidak normal. Laporan rugi-laba bulanan yang disajikan
berdasarkan metode variable costing diragukan manfaatnya bila dibandingkan
dengan laporan rugi-laba yang disusun atas dasar metode full costing.Tidak
diperhitungkannya biaya Overhead Pabrik tetap dalam persediaan dan harga pokok
persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih
rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan
analisis keuangan.

3. Tujuan Penentuan Harga Pokok Variabel (Variable Costing)


Penentuan harga pokok variabel ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manajemen
dalam memperoleh informasi yang berorientasi pada pengambilan keputusan jangka
pendek, yaitu:
a. Membantu manajemen untuk mengetahui batas kontribusi (contribution margin)
yang sangat berguna untuk perencanaan laba melalui analisa hubungan biaya-
volume-laba (cost-profit-volume) dan untuk pengambilan keputusan (decision
making) yang berhubungan dengan kebijaksanaan manajemen jangka pendek.
b. Memudahkan manajemen dalam mengendalikan kondisi-kondisi operasional
yang sedang berjalan serta menetapkan penilaian dan pertanggungjawaban
kepada departemen atau divisi tertentu dalam perusahaan.
Jika dihubungkan dengan pihak-pihak yang memakai laporan biaya, maka variabel
costing bertujuan sebagai berikut:
1) Untuk pihak internal, variabel costing digunakan untuk tujuan-tujuan:
a. Perencanaan laba
b. Penentuan harga jual produk
c. Pengambilan keputusan oleh manajemen
d. Pengendalian biaya
2) Untuk pihak eksternal
Meskipun tujuan utamanya untuk pihak internal, konsep variabel costing
dapat pula digunakan oleh pihak eksternal untuk tujuan:
a. Penentuan harga pokok persediaan
b. Penentuan laba
Tujuan eksternal tersebut hanya dapat dicapai apabila laporan yang disusun atas dasar
variabel costing disesuaikan dengan teknik-teknik tertentu, menjadi laporan yang disusun
atas dasar konsep harga pokok penuh (full costing), sebab konsep variabel costing tidak
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dengan adanya perbedaan pembebanan elemen biaya produksi (production cost)
kepada produk antara metode full costing dengan metode variable costing,
mengakibatkan pula perbedaan harga pokok persediaan. Pada metode full costing BOP
tetap (fixed FOH) dibebankan ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu jika
sebagian produk masih ada dalam persediaan atau belum terjual maka sebagian BOP
tetap (fixed FOH) masih melekat pada harga pokok persediaan. Metode variable costing
tidak membebankan BOP tetap (fixed FOH) ke dalam harga pokok produk, akan tetapi
BOP tetap (fixed FOH) langsung dibebankan ke dalam laba-rugi sebagai biaya periode.
Oleh karena itu produk yang masih ada dalam persediaan atau belum terjual hanya
dibebani biaya produksi variabel atau BOP tetap (fixed FOH) tidak melekat pada harga
pokok persediaan.
Manfaat Informasi Yang Dihasilkan Oleh Metode variable Costing antara lain:
a. Manfaat Informasi Variable Costing Dalam Perencanaan Laba Jangka Pendek
Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka pendek,
biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volum ekegiatan,
sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen
dalam pengambilan keputusannya. Oleh karena itu, metode variable costing
yang menghasilkan laporan rugi-laba yang menyajikan informasi biaya
variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap dapat memenuhi kebutuhan
manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek. Laporan rugi-laba variable
costing menyajikan dua ukuran penting : (1) Laba kontribusi dan (2)
Operating leverage. Dengan adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel
dalam laporan rugi-laba metode variable costing, hal ini memungkinkan
manajemen melakukan analisis hubungan antara biaya, volume, dan laba.
b. Pengendalian biaya
Variable costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk
mengendalikan period costs dibandingkan informasi yang dihasilkan oleh full
costing. Dalam full costing biaya overhead pabrik tetap diperhitungkan dalam
tarif biaya overhead pabrik dan dibebankan sebagai unsur biaya produksi.
Oleh karena itu manajemen kehilangan perhatian terhadap period costs (biaya
overhead pabrik tetap) tertentu dapat dikendalikan. Didalam variable costing,
period costs yang terdiri biaya yang berperilaku tetap dikumpulkan dan
disajikan secara terpisah dalam laporan rugi-laba sebagai pengurang terhadap
laba kontribusi. Discretionary fixed costs merupakan biaya yang berperilaku
tetap karena kebijakan manajemen. Biaya ini dalam jangka pendek daoat
dikendalikan oleh manajemen. Commited fixed costs merupakan semua biaya
yang tetap dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan.
Dalam jangka pendek commited fixed costs tidak dapat dikendalikan oleh
manajemen. Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri
dalam laporan rugi-laba variable costing, manajemen dapat memperoleh
informasi directionary fixed costs terpisah dari commited fixed costs, sehingga
pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek dilakukan oleh manajemen.
c. Manfaat Informasi Variable Costing dalam Pengambilan keputusan
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan
keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek yang
menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan, period costs tidak relevan
karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Variable
costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka pendek. Dan
jika ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok antara full costing
dan variable costing adalah terletak pada konsep penutupan biaya (concept of
cost recovery). Menurut metode full costing, harga jual harus dapat menutup
total biaya, termasuk biaya tetap di dalamnya. Di dalam metode variable
costing, apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba kontribusi guna
menutup biaya tetap adalah lebih baik daripada harga jual yang tidak
menghasilkan laba kontribusi sama sekali.

4. Contoh penerapan dalam soal


SOAL 1:
Diketahui pada tahun 200A, PT. ABC memproduksi sebanyak 1.000 unit produk A.
Berikut data biaya produksi untuk memproduksi produk A pada PT. ABC:
 Biaya Bahan Baku Rp. 200/unit
 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 150/unit
 Biaya Overhead Variabel Rp. 400/unit
 Biaya Overhead Tetap Rp. 100.000
 Biaya Pemasaran Variabel Rp. 300/unit
 Biaya Pemasaran Tetap Rp. 150.000
 Biaya adm. & umum Tetap Rp. 200.000
Produk A dijual dengan harga Rp. 2.000/unit. Dan produk A terjual 1.000 unit.

Hitunglah Harga Pokok Produksi menggunakan metode variable costing dan buat
laporan laba/rugi!
Penyelesaian :
 Biaya Bahan Baku (Rp. 200 x 1.000) Rp. 200.000
 Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp. 150 x 1.000) Rp. 150.000
 Biaya Overhead Variabel (Rp. 400 x 1.000) Rp. 400.000

 Harga Pokok Produksi Rp. 750.000


PT. ABC

Laporan Laba/Rugi

Untuk periode yang berakhir 200A

Penjualan (Rp. 2.000 x 1.000) Rp. 2.000.000

Dikurangi biaya-biaya variabel :

Harga Pokok Produksi Rp. 750.000

Biaya pemasaran variabel (Rp. 300 x 1.000) Rp. 300.000

Rp. 1.050.000

Kontribusi Marjin Rp. 950.000

Dikurangi Biaya-biaya tetap :

Biaya overhead tetap Rp. 150.000

Biaya pemasaran tetap Rp. 100.000

Biaya adm. & umum tetap Rp. 200.000

Rp. 450.000

Laba/Rugi Bersih Rp. 500.000


SOAL 2 :
PT. HAPPY menggunakan biaya standart dalam menentukan besarnya biaya produksi.
Equipment dari "PT. HAPPY" mempunyai kapasitas normal 150.000 unit atau 300.000 jam
kerja langsung.

Biaya standar per unit produksi adalah :


 Biaya bahan baku Rp. 80,-
 Biaya tenaga kerja langsung Rp.120,- (2 jam kerja langsung)
 Biaya Overhead Pabrik Rp. 80,-
---------- +
 Biaya Produksi Variabel Rp.280,- per unit

Biaya Overhead Pabrik tetap Rp. 6.000.000,- pertahun


Biaya Adm. dan pemasaran Variabel Rp. 56,-per unit, sedangkan
yang tetap Rp. 3.600.000,-
(Biaya Adm. dan Pemasaran tetap diperhitungkan pertahun)

Harga Jual perunit Rp. 480,-


Pajak penghasilan 10%

Data penjualan dan produksi tahun 2005 sebagai berikut:


Penjualan 160.000 unit
Produksi 140.000 unit
Persediaan awal 25.000 unit
Selisih tidak menguntungkan :
 Selisih efisiensi tenaga kerja Rp. 270.000,-
 Selisih pengawasan (variabel) Rp. 184.000,-
Selisih menguntungkan :
 Selisih harga bahan baku Rp. 176.000,-
(Seluruh selisih dibebankan ke harga pokok penjualan)

Diminta:
Buat laporan laba/rugi Variable costing.
Penyelesaian:

Rp.6.000.000
BOP tetap = ------------- = Rp. 40,-
150.000 unit

Selisih BOP = BOP tetap total -- Biaya tetap dibebankan


= Rp. 6.000.000 -- (40 x 140.000)
= Rp. 400.000
PT. HAPPY
Laporan Laba - Rugi

Penjualan Rp. 76.800.000,-


Harga pokok penjualan :
Bahan baku Rp. 11.200.000,-
Upah langsung Rp. 16.800.000,-
BOP (variabel) Rp. 11.200.000,-
------------------
Rp. 39.200.000,-
Persedian 1 Januari Rp. 7.000.000,-
Persediaan 31 Desember (Rp. 1.400.000,-)
------------------

Harga pokok produksi standar Rp. 44.800.000,-


Slsh eff. tdk Menguntungkan Rp. 270.000,-
Slsh pengwsn tdk Menguntungkan Rp. 184.000,-
Slsh hrg bhn menguntungkan (Rp. 176.000,-)
------------------
Harga pokok penjualan Rp. 45.078.000,-
Biaya adm dan pmsrn (variabel) Rp. 8.960.000,-
-----------------

Jumlah biaya variabel Rp. 54.038.000,-


-----------------

Contribusi margin Rp. 22.762.000,-

Biaya tetap:
Biaya overhed pabrik tetap Rp. 6.000.000,-
Biaya adm. dan pemasaran Rp. 3.600.000,-
------------------
Rp. 9.600.000,-
-----------------
Laba bersih Rp. 13.162.000,-

Pajak (10%) (Rp. 1.316.200,-)

-----------------

Rp. 11.845.800,-
5. Keunggulan Dan Kelemahan Metode Variable Costing

1) Keunggulan:
Dapat digunakan untuk pengendalian biaya karena dengan menyajikan semua
biaya tetap dalam satu kelompok tersendiri, manajemen dapat memusatkan
perhatian pada perilaku biaya tetap ini.Variable costing bermanfaat untuk
penentuan harga jula jangka pendek.
2) Kelemahan:
Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit
dilaksanakan , karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau benar-
benar tetap. Penggolongan biaya sebagai suatu biaya variabel dengan asumsi :
a. Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah
b. Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah
c. Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi
Metode variabel costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang
lazim, sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum
harus dibuat atas dasar metode full costing, jika biaya overhead pabrik tetap tidak
diperhitungkan dalam harga pokok persediaan dan harga pokok penjualan akan
menghasilkan informasi harga pokok produk yang tidak wajar. Biaya overhead pabrik
tetap, seperti halnya dengan biaya overhead pabrik variabel diperlukan untuk
memproduksi dan oleh karena itu menurut metode full costing memang lebih
ditunjukkan untuk memenuhi informasi bagi kepentingan intern perusahaan.
Kelemahan ini dapat diatasi dengan mudah oleh metode variable costing dengan cara
mengubah laporan rugi-laba variable costing ke dalam laporan rugi-laba full costing.
Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan
perubahan-perubahan dalam penjualannya. Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya
bersifat musiman, variabel costing akan menyajikan kerugian yang berlebih-lebihan
dalam periode-periode tertentu, sedangkan dalam periode lainnya akan menyajikan
laba yang tidak normal. Laporan rugi-laba bulanan yang disajikan berdasarkan
metode variable costing diragukan manfaatnya bila dibandingkan dengan laporan
rugi-laba yang disusun atas dasar metode full costing.
Tidak diperhitungkannya biaya Overhead Pabrik tetap dalam persediaan dan
harga pokok persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai
persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan
untuk tujuan-tujuan analisis keuangan.
BAB III
KESIMPULAN

1. Biaya Variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara
sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas.
2. Variable costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya membebankan biaya-
biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk.
3. Metode variable costing mampu menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi
manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya tetap yang lebih
baik, dan pengambilan keputusan jangka pendek.
4. Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan perubahan-
perubahan dalam penjualannya.
Sumber:

Mahfudz. 2010. Makalah Variabel Costing. http://www.mahfudz.info/.


Setiawan. 2009. Analisis Perilaku Biaya. http://datakuliah.blogspot.com/.
http://shevalina13.blogspot.com/2013/08/variabel-costing.html
Www.wikipedia.com/
www.google.com

Anda mungkin juga menyukai