a. Direct Costing
Merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu
yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Marginal Costing
Biaya marjinal adalah kenaikan atau penurunan biaya sebagai hasil dari satu lebih atau
kurang satu unit outputbiaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja dan material, ditambah
dengan porsi estimasi biaya tetap (seperti biaya administrasi dan biaya penjualan). Dalam
perusahaan di mana biaya rata-rata cukup konstan, biaya marjinal biasanya sama dengan biaya
rata-rata. Namun, dalam industri yang memerlukan investasi modal berat (pabrik mobil,
maskapai penerbangan, pertambangan) dan memiliki biaya rata-rata tinggi, relatif sangat rendah.
Konsep biaya marjinal adalah sangat penting dalam alokasi sumber daya karena, untuk hasil
yang optimal, manajemen harus memusatkan sumber daya yang mana kelebihan pendapatan
marjinal atas biaya marjinal maksimum. Juga disebut biaya pilihan, biaya diferensial, atau biaya
tambahan.
Metode full costing terdiri dari beban bahan baku, tenaga kerja langsung dan beban
overhead pabrik baik variable maupun tetap. Sedangkan metode variable costing sama
perhitungannya dengan full costing namun tanpa diikuti beban overhead pabrik tetap.
C. Full Costing dan Variable Costing
Kedua metode penentuan ini dipakai untuk menentukan harga pokok produksi. Tentu
ada perbedaan mendasar dari kedua metode ini diantaranya adalah sebagai berikut :
Menurut perilakunya ada dua golongan beban overhead pabrik yakni overhead pabrik
tetap dan variable. Beban overhead pabrik tetap ialah biaya yang tidak berubah meskipun
terjadi perubahan dalam volume produksi. Contoh dari beban overhead pabrik tetap ini ialah
beban depresiasi mesin. Beban overhead pabrik variable ialah biaya overhead pabrik yang
berubah sebanding dengan volume kegiatannya. Salah satu contoh beban overhead pabrik
variable ialah beban untuk packaging produk, bahan yang melekat langsung pada produk
namun hanya sepersekian persen saja digunakan dalam produk.
Dari segi pelaporannya juga berbeda antara metode full costing dan variable costing.
Jika menggunakan metode full costing biaya overhead akan dilaporkan jika produk sudah
terjual. Untuk metode variable costing baik produk terjual atau tidak maka biaya overhead
akan tetap dilaporkan sehingga pos pendapatan perusahaan akan berkurang.
Dalam metode full costing biaya periode dianggap sebagai biaya yang tidak
berhubungan dengan biaya produksi namun tetap mengurangi laba perusahaan. Biaya periode
menurut metode variable costing ikut dibebankan dalam produksi.
D. Kelemahan dan Kelebihan Metode Full Costing
Ada beberapa kelemahan dan kelebihan yang anda dapatkan jika menggunakan metode full
costing. Untuk kelebihannya sendiri bisa anda simak sebagai berikut :
Metode variable costing juga memiliki manfaatnya sendiri yang wajib anda ketahui.
Beberapa manfaat metode variable costing bisa anda simak berikut ini :
a. Baik untuk anda yang hendak melakukan perencanaan laba jangka pendek.
b. Biasa dipakai untuk pengendalian biaya sebab variable costing membagi biaya tetap
menjadi dua golongan yakni discretionary fixed cost dan committed fixed cost.
c. Dapat dipakai sebagai referensi pengambilan keputusan untuk order pesanan khusus
yang tidak membutuhkan order banyak seperti full costing.
Kelemahan dari metode costing juga lumayan banyak sebanding dengan manfaat yang
ia berikan. Pemisahaan discretionary fixed cost dan committed fixed cost sulit untuk dilakukan.
Selain itu banyak yang beranggapan bahwa metode ini tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
dan menyebabkan naik turunnya laba karena adanya perubahan dalam penjualan. Variable
costing juga tidak cocok diterapkan pada perusahaan musiman karena akan menyajikan
kerugian laba yang tidak normal. Dalam metode variable biaya overhead tetap tidak
dimasukkan sehingga nilai persediaan menjadi lebih rendah begitu pula modal kerjanya.