Anda di halaman 1dari 26

BAB I

KONSEP DASAR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Tujuan Pembelajaran

Memahami ruang lingkup Pengeloaan Keuangan Daerah

Alur Tujuan Pembelajaran

1.1 Memahami Organisasi Sektor Publik dan Sektor Privat


1.2 Memahami struktur pemerintah daerah
1.3 Memahami Pengelola Keuangan Daerah
1.4 Memahami pokok-pokok Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dalam PP 71 tahun 2010
1.5 Memahami Konsep Dasar Akuntansi Pemerintah
1.6 Mengidentifikasi basis akuntansi, pembukuan tunggal, berpasangan dan triple entry pada
akuntansi pemerintah.
1.7 Menganalisis komponen laporan keuangan pemerintah daerah
1.8 Menganalisis keterkaitan antar laporan keuangan pemerintah daerah.

Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk


melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan
dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah
kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.

Standar Akuntansi Pemerintah


Pengelolaan Keuangan Daerah
Basis Akuntansi
Cash Basis
Akrual Basis
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

1
Untuk menambah wawasan dalam mempelajari materi konsep dasar Akuntansi Pemerintahan,
silakan simak video di bawah ini:
https://youtu.be/HBDYWqpiQuI
Sumber: Kuliah Online LKPD, Heri Santosa
https://youtu.be/EWUXDW2t6lA

2
Rincian Diskon dan Gratis Pajak DKI 2022 yang Direstui Anies Baswedan

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta mencatat realisasi
pendapatan daerah 2022 mencapai Rp 67,3 triliun. Kepala BPKD DKI Michael Rolandi menyebut
pelbagai insentif fiskal, seperti pajak turut mendorong realisasi ini yang naik dari pendapatan 2021. 
Target pendapatan yang tercantum dalam APBD DKI 2022 adalah Rp 77,8 triliun. Itu artinya, realisasi
pendapatan daerah tahun kemarin menyentuh 86,56 persen. 
"Kebijakan-kebijakan insentif fiskal seperti pengurangan PBB-P2, penghapusan sanksi administratif
pajak daerah, turut mendorong terjadinya kenaikan pada realisasi pendapatan 2022 Pemprov DKI
Jakarta," kata Michael dalam keterangan tertulis, 5 Januari 2022.
Pada 2022, pemerintah DKI di bawah kepemimpinan mantan Gubernur Anies Baswedan memberikan
sejumlah diskon pajak, penghapusan sanksi pajak, hingga pajak gratis. 
Ada beberapa jenis insentif yang diberikan. Salah satu yang ramai diperbincangkan publik adalah
pembebasan atau gratis Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) untuk rumah
pribadi dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) di bawah Rp 2 miliar.
Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Gubernur DKI Nomor 23 Tahun 2022 tentang Penetapan dan
Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan Dan Perkotaan Sebagai Upaya Pemulihan Ekonomi
Tahun 2022.
Sumber: metro.tempo.co/read/1676094/rincian-diskon-dan-gratis-pajak-dki-2022-yang-direstui-anies-
baswedan

1. Menurutmu apakah memang negara/pemerintah memerlukan akuntansi dalam


pengelolaan keuangannya?
2. Indeks korupsi di negara kita masih tinggi, apakah dengan penerapan akuntansi
pemerintah yang baik dapat mengurangi angka korupsi di negara kita?
3. Apakah pemerintah perlu melaporkan pengelolaan keuangannya kepada masyarakat dan
bagaimanakah laporan keuangan pemerintah daerah yang baik?
4. Apakah kamu atau keluargamu pernah memperhatikan laporan keuangan pemerintah
daerah dimana kamu tinggal? Jika pernah, coba jelaskan pandanganmu dan keluargamu
tentang laporan keuangan pemerintah daerahu tersebut? Jika belum, apakah yang
menyebabkan kamu dan keluargamu tidak tertarik atau tidak peduli dengan laporan
keuangan pemerintah daerah?

PEMBAHASAN MATERI

3
U ntuk mengenal akuntansi pemerintahan sebaiknya terlebih dahulu mengetahui
organisasi pemerintahan, secara spesifik organisasi pemerintah daerah. Sifat dan
karakteristik organisasi sangat mempengaruhi corak dan warna implementasi
praktik akuntansi. Subyek akuntansi pemerintah daerah adalah institusi pemerintahan yang
ada di daerah, dalam hal ini Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Pemerintah Daerah secara
keseluruhan. Obyek akuntansi pemerintah daerah adalah transaksi keuangan daerah.
Anggaran daerah (APBD) adalah bagian pokok dari keuangan daerah. Penerapan akuntansi
pemerintahan sebenarnya terkait bagaimana pengelolaan keuangan daerah terutama anggaran
daerah dijalankan. Maka akuntansi pemerintahan dan anggaran daerah beriringan bahkan
dapat dikatakan jika tidak ada anggaran daerah maka tidak ada akuntansi pemerintahan.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1
butir 2: "Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945." Salah satu otonomi yang diberikan kepada pemerintah
daerah adalah pengelolaan keuagan daerah melalui kebijikan desentralisasi kewenangan
pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
Pemerintah (pemerintah daerah) merupakan salah satu organisasi sektor publik. Sektor
publik adalah sektor yang mengelola dana masyarakat. Sektor publik berbeda dengan sektor
privat atau perusahaan.

PERBANDINGAN ORGANISASI PEMERINTAH/SEKTOR PUBLIK DENGAN


PERUSAHAAN/SEKTOR PRIVAT
Organisasi sektor publik adalah organisasi yang tujuannya tidak mencari laba/
keuntungan atau nirlaba (non profit motive). Organisasi sektor publik dapat dilihat dari arti
luas dan arti sempit yaitu :
1. Organisasi sektor publik dalam arti luas, yaitu organisasi yang tujuannya tidak mencari
laba/keuntungan atau nirlaba yang meliputi instansi pemerintah, organisasi nirlaba milik
pemerintah, dan organisasi nirlaba milik swasta.
2. Organisasi sektor publik dalam arti sempit atau arti khusus, yaitu instansi pemerintah
saja.
Organisasi sektor publik dapat dengan mudah dikenali dari ciri utamanya yaitu nirlaba (tidak
mencari laba/keuntungan) atau nonprofit motive. Secara umum, organisasi sektor publik
dengan ciri utama nirlaba itu dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Instansi pemerintah, yang meliputi:
a. Instansi pemerintah pusat, terdiri dari;
 Kementerian.
 Lembaga dan badan-badan negara, seperti MPR, DPR, MA, BPK, KPU, KPK,
LIPI, LAN, BKN, dan sebagainya.
b. Instansi pemerintah daerah, terdiri dari;

4
 SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah); Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD, Badan, Dinas, Kantor dan Lembaga Teknis Daerah.
 Lembaga dan badan-badan daerah, seperti DPRD.
2. Organisasi nirlaba milik pemerintah, yang meliputi:
a. Perguruan Tinggi Negeri/PTN BHMN (Badan Hukum Milik Negara).
b. Rumah Sakit Milik Pemerintah Pusat dan Daerah (RSUP = Rumah Sakit Umum
Pusat dan RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah).
c. Yayasan-yayasan milik pemerintah.
Pada perkembangannya, sebagian organisasi dalam kelompok ini dikategorikan dalam
kelompok yang lebih khusus yaitu Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD).
3. Organisasi nirlaba milik swasta, yang meliputi :
a. Yayasan milik swasta, seperti Sampoerna Foundation, Djarum Foundation, Dompet
Dhuafa Republika, Rumah Yatim Indonesia, dan sebagainya.
b. Sekolah dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
c. Rumah sakit milik swasta.
Ciri atau karakteristik dari organisasi sektor publik dalam arti sempit atau arti khusus
(yaitu instansi pemerintah) dalam banyak hal berbeda dengan organisasi sektor
swasta (perusahaan). Perbedaan tersebut yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.1 Perbedaan Organisasi Sektor Publik (Instansi Pemerintah)
dengan Organisasi Sektor Swasta (Perusahaan)
Organisasi Sektor Organisasi Sektor
Aspek Perbedaan
Publik (Pemerintah) Swasta(Perusahaan)
Tujuan organisasi Nirlaba/tidak mencari Mencari laba/keuntungan (profit
laba/ keuntungan motive)
(nonprofit motive)
Sumber pendanaan Pajak, retribusi, utang, Pembiayaan internal : modal, laba
obligasi pemerintah, laba ditahan, penjualan aktiva.
BUMN/ BUMD, Pembiayaan eksternal : utang
penjualan aset negara, bank, obligasi, penerbitan saham
dan sebagainya
Pertanggungjawaban Kepada masyarakat Kepada pemegang saham dan
(publik) dan parlemen kreditor
(DPR/DPRD)
Struktur organisasi Birokratis, kaku dan Fleksibel, datar, piramid, lintas
hirarkhis sektoral
Karakteristik anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
Sistem akuntansi Cash accounting, Accrual accounting
Accrual Accounting
Pengguna Anggaran Anggaran merupakan Merupakan perencanaan dan
perencanaan dan target perusahaan

5
pengendali utama
Penentuan harga Barang Ditentukan untuk Ditentukan untuk mendapatkan
dan Jasa menutup harga pokok keuntungan
barang dan jasa

Selain memiliki perbedaan, sebagai entitas ekonomi tetap memiliki kesamaan antara
lain :
a. Sektor publik dan swasta sama-sama bagian integral dari sebuah sistem ekonomi di negara
tertentu serta menggunakan Sumber Daya yang sama dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Keduanya memiliki problem yang sama, seperti kelangkaan sumber daya, efisiensi dana
yang efektif, kinerja sumber daya manusia.
c. Kesamaan dalam hal pengendalian manajemen seperti manajemen keuangan.
d. Menggunakan data dan informasi akurat untuk membantu pengambilan keputusan
strategis.
Penerapan akuntansi pemerintahan mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan
yang ditetapkan melalui PP No. 71 Tahun 2010. Untuk pengelolaan keuangan daerah
menngacu pada UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan PP No. 12 Tahun
2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH


Subjek pelaku transaksi keuangan pemerintah daerah sekaligus penyusun laporan
keuangan adalah pemerintah daerah itu sendiri. Pemahaman terhadap akuntansi pemerintahan
tidak dapat sempurna apabila tidak didukung oleh pemahaman tentang struktur pemeritahan
daerah. Struktur pemerintahan daerah merupakan gambaran pihak-pihak yang terlibat dalam
pengelolaan kekuangan daerah. Pelaksana kegiatan akuntansi di pemerintah daerah
dilaksanakan di setiap struktur yang ada dipemerintah daerah, mulai dari Bupati sampai
dengan unit-unit pelaksana teknis di bawah Bupati.
Gambaran umum tentang struktur pemerintah daerah, khususnya kabupaten dapat
dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini.

6
Gambar 1.1. Struktur Pemerintah Daerah

Pemerintahan kabupaten terdiri atas pemerintah kabupaten dan Dewan Perwakilan


Rakyat Daerah kabupaten. Pemerintah kabupaten terdiri atas bupati dan perangkatnya.
Perangkat daerah kabupaten terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah,
lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan. Berikut penjelasan mengenai struktur
organisasi kabupaten/Kota.
1. Bupati/Walikota
Bupati/Walikota adalah kepala pemerintahan Kabupaten atau Kota yang mempunyai
wewenang dan tugas memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD Kabupaten/Kota. Bupati dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat di kabupaten setempat. Bupati merupakan jabatan
politis (karena diusulkan oleh partai politik).
2. DPRD Kabupaten/Kota
DPRD Kabupaten/Kota adalah lembaga perwakilan rakyat daerah Kabupaten/Kota
yang memiliki fungsi legislasi (penyusuanan peraturan daerah, anggaran dan pengawasan).
Anggota DPRD Kabupaten/Kota dipilih melalui Pemilu Legeslatif.
3. Sekretariat Daerah
Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota merupakan pembantu pimpinan pemerintahan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. Sekretariat daerah
dipimpin oleh sekretaris daerah. Tugas sekretaris daerah adalah membantu kepala daerah
dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah.
4. Sekretariat Dewan
Sebagai unsur pelaksana otonomi daerah Sekretariat DPRD Kabupaten/Kota memiliki
Tugas Pokok dan fungsi sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD.
b. Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD.
c. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD.
d. Menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan
e. DPRD dalam pelaksanaan fungsinya sesuai kemampuan daerah.
5. Dinas Daerah/SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
Dinas Daerah Kabupaten/Kota merupakan unsur pelaksana pemerintahan
Kabupaten/Kota yang mempunyai tugas kewenangan desentralisasi (penyerahan sebagian
wewenang pemerintahan Pusat kepada pemerintah daerah). Misalnya saja Dinas Pendidikan
Nasional, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, dan Lain-lain.
6. Lembaga Teknis Daerah Kabupaten/Kota
Lembaga Teknis Kabupaten/Kota melaksanakan tugas tertentu yang sifatnya tercakup
oleh sekretariat daerah maupun dinas daerah. Tugas Lembaga Teknis Daerah meliputi bidang
penelitian, pengembangan, perencanaan, pengawasan, pendidikan, pengembangan,
perpustakaan, kerasipan, dokumentasi kependudukan, dan pelayanan kesehatan.
Lembaga teknis daerah ada 2 bentuk yaitu Badan Kepegawaian Daerah, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pengawasan Daerah, dan Badan Pengelolaan

7
Keuangan daerah. Selain itu lembaga Teknis Daerah yang lainnya antara lain : Kantor
Pelayanan Terpadu, Kantor Pariwisata dan Promosi, Kantor Kesatuan Bangsa dan
Perlindungan Masyarakat, dan Rumah Sakit Umum Daerah.

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


A. Pengertian Keuangan Daerah dan Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung-jawaban,
dan pengawasan Keuangan Daerah. APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk
melakukan Penerimaan dan Pengeluaran Daerah. Keuangan daerah merupakan semua hak
dan kewajiban daerah dalam rangka penyelanggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut. Kata kunci keuangan daerah adalah hak dan kewajiban. Hak
merupakan hak daerah untuk mencari sumber pendapatan daerah sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Sedangkan kewajaiban adalah kewajiban daerah untuk mengeluarkan
uang dalam rangka melaksanakan semua urusan pemerintah daerah. Tujuan diaturnya
keuangan daerah oleh pemerintah daerah adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
dalam pengelolaan sumber daya keuangan daerah. Selain itu, meningkatkan kesejahteraan
daerah dan mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.

B. Ruang Lingkup Pengelolalan Keuangan Daerah


Ruang lingkup pengelolaan keuangan daerah yang tertuang dalam PP No. 12 tahun
2019 dapat dilihat dalam bagan di bawah ini:

C. Azas Pengelolaan Keuangan Daerah

8
Pengelolaan keuangan daerah menurut PP No. 12 Tahun 2019 menganut azas tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk
masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Penjelasan tentang azas pengelolaan keuangan daerah sebagai
berikut:
1. Secara tertib maksdunya adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan
tepat guna yang didukung dengan buktibukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Taat pada peraturan perundang-undangan maksudnya adalah bahwa pengelolaan
keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
3. Efektif maksudnya merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah
ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
4. Efisien maksudnya merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan
atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
5. Ekonomis maksudnya adalah merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.
6. Transparan maksudnyaadalah keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapatkan informasi seluas-Iuasnya tentang keuangan daerah.
7. Bertanggung jawab maksudnya adalah merupakan perwujudan kewajiban seseorang
untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
8. Keadilan maksudnya adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan
keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan obyektif.
9. Kepatutan maksudnya adalah tindakan atau suatu sikap yang wajar dan proporsional.
10. Manfaat untuk masyarakat maksudnya adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat

D. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah


Pengelolaan keuangan daerah dilakukan oleh Kepala Daerah yang karena jabatannya
mempunyai kewenangan menyelanggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.
Kepala Daerah selaku kepala Pemerintah Daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah juga mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah
yang dipisahkan. Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
melimpahkan sebagai atau seluruh kekuasaannya berupa perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggung jawaban, serta pengawasan
Keuangan Daerah kepada Pejabat Perangkat Daerah yaitu:
1. Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah
2. Kepala SKPKD sekalu PPKD, dan
3. Kepala SKPD selaku pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.

9
Pelimpahan kewenangan sebagian atau seluruh kekuasaan pengelolaan Keuangan
Daerah tersebut didasarkan pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang
memerintahkan, menguji, dan menerima atau mengeluarkan uang. Dalam pengelolaan
keuangan daerah, Kepala Daerah merupakan wakil Pemerintah Daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan dalam arti berkedudukan sebagai pemilik modal pada
perusahaan umum daerah atau pemegang saham pada perseroan daerah.
Pengelola keuangan daerah sesuai PP No. 12 tahun 2019 dapat diikhtisarkan dalam
bagan di bawah ini:

Keterangan singkatan: KDH: Kepala Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota), SKPKD: Satuan


Kerja Pengelola Keuangan Daerah, SKPD: Satuan Kerja Perangkat Daerah

Uraian tugas dan kewenangan masing-masing pengelola keuangan daerah sebagai berikut:

10
11
12
13
14
Tugas Bendahara Penerimaan tampak sebagaimana bagan alur di bawah ini:

Keterangan: RKUD – Rekening Kas Umum Daerah, KPA : Kuasa Pengguna Anggaran

15
Tugas Bendahara Pengeluaran diikhtisarkan dalam bagan alur berikut:

16
Keterangan Istilah:
☑ UP (Uang Persediaan) uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada
Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker atau
membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukan
melalui mekanisme pembayaran langsung.
☑ GU (Ganti Uang) adalah uang yang digunakan untuk membayar yang dipergunakan
untuk menggantikan uang persediaan yang telah dipakai.
☑ TU Tambahan uang adalah uang muka yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran
untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam 1 (satu) bulan melebihi pagu UP yang
telah ditetapkan.
☑ SPP UP (Surat Perintah Pembayaran Uang Persediaan) adalah dokumen yang
dibuat/diterbitkan oleh PPK untuk permintaan pembayaran UP.
☑ LS atau Langsung adalah pembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara
Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat keputusan, surat
tugas atau surat perintah kerja lainnya melalui penerbitan Surat Perintah Pembayaran.

SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


Siklus pengelolaan keuangan negara/daerah merupakan rangkaian dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi terhadap kegiatan dalam sistem pengelolaan keuangan
negara/daerah. Pengelolaan keuangan negara/daerah adalah pengelolaan anggaran pendapatan
dan belanja negara/daerah. Dalam konteks daerah, maka pengelolaan keuangan daerah
diwujudkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Anggaran
dalam sektor pemerintahan adalah segalanya. Tidak ada satu transaksipun yang tidak berbasis
pada anggaran. Pada pengelolaan keuangan negara/daerah, siklus terdiri dari perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan anggaran/ perbendaharaan, akuntansi, pemeriksaan, dan
pertanggungjawaban.
1. Perencanaan dan Penganggaran
Proses perencanaan dan penganggaran dalam Pemerintahan Daerah menggunakan
pendekatan Kinerja. Pendekatan ini lebih menggeser penekanan penganggaran dari yang
berfokus kepada pos
belanja/pengeluaran pada Kinerja

17
terukur dari aktivitas dan Program kerja. Terdapatnya tolak ukur dalam pendekatan ini
akan mempermudah Pemerintah Daerah dalam melakukan pengukuran Kinerja dalam
pencapaian tujuan dan Sasaran pelayanan publik.
Karakteristik dari pendekatan ini adalah proses untuk mengklarifikasikan anggaran
berdasarkan Kegiatan dan juga berdasarkan unit organisasi. Anggaran yang telah
terkelompokkan dalam Kegiatan akan memudahkan pihak yang berkepentingan untuk
melakukan pengukuran Kinerja dengan cara terlebih dahulu membuat indikator yang
relevan. Peraturan Pemerintah ini menentukan proses penyusunan APBD, dimulai dari
pembuatan KUA dan PPAS, kemudian dilanjutkan pembuatan RKA SKPD oleh masing-
masing SKPD. RKA SKPD ini kemudian dijadikan dasar untuk membuat rancangan
Perda tentang APBD dan rancangan Perkada tentang penjabaran APBD. Rancangan
Perda dan rancangan Perkada yang telah disusun oleh Kepala Daerah kemudian diajukan
kepada DPRD untuk dibahas sehingga tercapai kesepakatan bersama. Rancangan Perda
dan rancangan Perkada tersebut kemudian diajukan kepada gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat untuk kabupaten/kota atau Menteri untuk provinsi guna dievaluasi.
Hasil evaluasi yang menyatakan rancangan Perda dan rancangan Perkada sudah sesuai
dengan dokumen yang mendukung, dijadikan dasar oleh Kepala Daerah untuk
menetapkan rancangan Perda menjadi Perda tentang APBD dan rancangan Perkada
menjadi Perkada tentang penjabaran APBD. Indikator Kinerja dalam APBD sudah
dimasukkan dalam format RKA, namun dalam proses pembahasan anggaran yang terjadi
selama ini di Pemerintahan Daerah lebih fokus pada jumlah uang yang dikeluarkan
dibandingkan Keluaran (output) dan Hasil (outcome) yang akan dicapai. Sebagaimana
telah dijelaskan di atas bahwa penganggaran pendekatan Kinerja lebih fokus pada
Keluaran (output) dan Hasil (outcome) dari Kegiatan. Hal ini terjadi akibat kurangnya
informasi tentang Keluaran (output) dan Hasil (outcome) dalam dokumen penganggaran
yang ada. Oleh karena itu, dalam Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 2019
menyempurnakan pengaturan mengenai dokumen penganggaran, yaitu adanya unsur
Kinerja dalam setiap dokumen penganggaran yang diharapkan mampu meningkatkan
kualitas penganggaran berbasis Kinerja serta mewujudkan sinkronisasi antara
perencanaan dan penganggaran yang selama ini masih belum tercapai.
Tahap perencanaan pada pemerintah pusat dikoordinasi oleh Bappenas, sementara
pada pemerntah daerah dikoordinasi oleh satuan kerja perencanaan daerah. Tahap
penganggaran pada pemerintah pusat dipimpin oleh Kemeterian Keuangan, sementara
pada pemerintah daerah dikelola oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
Penyusunan rencana kerja dimulai pada bulan Januari dengan menyiapkan rancangan
kebijakan umum, program indikatif, dan pagu indikatif yang diperlukan oleh
Kementerian/Lembaga/SPKD untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran-KL/Satuan
Kerja Perangkat Daerah (RKA-KL/SPKD). Rancangan RKP/RKPD ini selesai dibulan
Juni untuk selanjutnya disampaikan ke DPR/DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan
pendahuluan. Setelah disepakati bersama dengan DPR/DPRD, maka kebijakan umum,
program prioritas, dan plafon anggaran sementara akan menjadi dasar bagi
Kementerian/Lembaga/SPKD untuk menyusun RKA. RKA ini selanjutya digunakan

18
untuk menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
(RAPBN/D) yang wajib disampaikan ke legislatif untuk dibahas dan diperbaiki sebelum
disetujui untuk ditetapkan menjadi APBN/APBD. Proses pengesahan RAPBN dilakukan
setelah ada persetujuan dari DPR. Sementara pada proses pengesahan RAPBD ada
tambahan proses evaluasi, yang mana setelah disetujui oleh DPRD disahkan oleh
gubernur untuk RAPBD kabupaten/kota dan Menteri Dalam Negeri untuk RAPBD
provinsi.
2. Pelaksanaan Anggaran/Perbendaharaan/Penatausahaan
Proses pelaksanaan anggaran merupakan proses yang terikat dengan banyak
peraturan perundang-undangan yang juga sudah banyak mengalami perubahan, maka
Peraturan Pemerintah ini disusun dalam rangka melakukan penyesuaian dengan
perkembangan yang terjadi. Proses pelaksanaan dan penatausahaan dalam praktiknya
juga harus memperhitungkan Kinerja yang sudah ditetapkan dalam APBD. Proses ini
harus sejalan dengan indikator Kinerja yang sudah disepakati dalam dokumen APBD.
Dengan demikian, anggaran yang direncanakan bisa sejalan sebagaimana mestinya dan
jumlah kesalahan dalam proses pelaksanaan dan penatausahaan bisa diminimalisir.
Peraturan Pemerintah ini juga mempertegas fungsi verifikasi dalam SKPD,
sehingga pelimpahan kewenangan penerbitan SPM kepada SKPD atau Unit SKPD yang
merupakan wujud dari pelimpahan tanggung jawab pelaksanaan anggaran belanja dapat
sesuai dengan tujuan awal yaitu penyederhanaan proses pembayaran di SKPKD.
Peraturan Pemerintah ini juga mengembalikan tugas dan wewenang bendahara
sebagai pemegang kas dan juru bayar yang Sebagian fungsinya banyak beralih kepada
Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan (PPTK). Pemisahan tugas antara pihak yang
melakukan otorisasi, pihak yang menyimpan uang, dan pihak yang melakukan
pencatatan juga menjadi fokus Peraturan Pemerintah ini. Pemisahan ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya kecurangan selama Pengelolaan Keuangan Daerah serta
meningkatkan kontrol internal Pemerintah Daerah. Proses pelaksanaan dan
penatausahaan ini harus meningkatkan koordinasi antar berbagai pihak dalam
penyusunan laporan keuangan berbasis akrual. Dokumen pelaksanaan dan
penatausahaan juga harus mengalir sehingga bisa mendukung pencatatan berbasis
akrual. Basis akrual ini merupakan basis yang baru untuk Pemerintah Daerah sehingga
dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak di Pemerintahan Daerah diperlukan untuk
menciptakan kesuksesan penerapan basis akuntansi akrual.
Pelaksanaan APBN pada pemerintah pusat dimulai dengan diterbitkannya Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Segera setelah suatu tahun anggaran dimulai, maka
DIPA harus segera diterbitkan untuk dibagikan pada satuan-satuan kerja sebagai
pengguna anggaran di kementerian/lembaga. Sementara pada pemerintah daerah, setelah
terbit Peraturan Daerah tentang APBD, SKPD wajib menyusun Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA). Pada pemerintah daerah masih diperlukan Surat Penyediaan Dana
(SPD), yaitu suatu dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

19
Dalam pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja terdapat dua sistem yang terkait
dengan pelaksanaan anggaran, yaitu sistem penerimaan dan sistem pembayaran.
a. Sistem Penerimaan
Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara/
Daerah dan tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh satuan kerja yang
melakukan pemungutan (asas bruto). Pendapatan diakui setelah uang disetor ke
Rekening Kas Umum Negara/Daerah (basis kas). Oleh karena itu, penerimaan wajib
disetor ke Rekening Kas Umum selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Dalam
rangka mempercepat penerimaan pendapatan, Bendahara Umum Negara/Daerah
dapat membuka rekening penerimaan pada bank. Bank yang bersangkutan wajib
menyetorkan penerimaan pendapatan setiap sore hari ke Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
b. Sistem Pembayaran
Dalam sistem pembayaran terdapat dua pihak yang terkait, yaitu Pengguna
Anggaran/Barang dan Bendahara Umum Daerah. Terdapat dua cara pembayaran,
yaitu pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh BUD kepada yang berhak
menerima pembayaran atau yang lebih dikenal dengan sistem LS (pembayaran
langsung). Pembayaran dengan sistem LS dilakukan untuk belanja dengan nilai yang
cukup besar atau di atas jumlah tertentu. Cara lainnya adalah dengan menggunakan
Uang Persediaan (UP) melalui Bendahara Pengeluaran. Pengeluaran dengan UP
dilakukan untuk belanja yang nilainya kecil dibawah jumlah tertentu untuk
membiayai keperluan kantor sehari-hari.
3. Akuntansi
Sistem dan prosedur akuntansi sangat diperlukan dalam pelaksanaan anggaran, tujuannya
adalah:
a. Untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang terkait,
sehingga jelas pembagian kerja dan tanggung jawab di antara mereka.
b. Terselenggaranya pengendalian internal untuk menghindari terjadinya
penyelewengan.
c. Untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban entitas
pelaporan dalam pengelolaan keuangan. Setiap entitas pelaporan terdiri dari dua
bagian entitas akuntansi, yaitu pengguna anggaran dan bendahara umum.
1) Pengguna Anggaran
Sistem ini diterapkan pada satuan kerja sesuai peranannya sebagai pengguna
anggaran. Bagian sistem ini terutama untuk mencatat transaksi yang menjadi
kewenangannya, diantaranya adalah pendapatan (pendapatan bukan pajak atau
retribusi daerah, umumnya terkait dengan jasa yang dikelola instansi tersebut),
belanja (dilakukan menggunakan uang peresediaan ataupun dengan pembayaran
langsung), serta aset yang dikelola dan digunakan. Pada akhir periode, kegiatan
akuntansi oleh satuan kerja sebagai pengguna anggaran akan menghasilkan tiga
laporan, yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).

20
2) Bendahara Umum
Bagian ini terutama mengelola pendapatan pajak dan pendapatan lain yang tidak
diserahkan pengelolaannya pada satuan kerja pengguna anggaran (pendapatan
bunga dan hasil investasi), belanja (belanja bunga, hibah, dan dana
perimbangan), serta pembiayaan (investasi dalam bentuk penyertaan modal,
obligasi, dan pemberian pinjaman berjangka pada pihak lain). Ada 4 jenis
laporan yang dihasilkan dari pelaksanaan akuntansi ini oleh bendahara umum,
yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Hubungan di antara dua bagian entitas akuntansi tersebut ditunjukkan di dalam
Tabel 3.1.
4. Pemeriksaan
Pemerintah pusat maupun daerah wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan
keuangannya kepada rakyat yang diwakili oleh DPR/DPRD, namun lembaga perwakilan
tersebut tidak mempunyai informasi secara penuh terkait laporan pertanggungjawaban
atas pengelolaan keuangan daerah dari pihak eksekutif. Oleh karena itu, perlu adanya
pihak yang kompeten dan independen untuk menguji laporan pertanggungjawaban
tersebut. Lembaga yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas laporan
pertanggungjawaban tersebut adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Tabel 3.1 Sistem Akuntansi SPKD dan BUD


Level Masukan Proses Keluaran Konsolidasi Pengguna
Satuan Kerja Bukti Sistem LRA, Dikonsolidasi Kepala Daerah
Perangkat Daerah Transaksi, Akuntansi Neraca, SKPKD/BUD menyampaikan
(SPKD) Realisasi SPKD CaLK diaudit BPK pada DPRD dan
Anggaran RI masyarakat.
Satuan Kerja Bukti Sistem LRA,
Pengelolaan Transaksi, Akuntansi Neraca,
Keuangan Daerah Realisasi SKPKD/BU LAK,
(PPKD)/Bendahara Anggaran D CaLK
Umum Daerah
(BUD)
Sumber: PP Nomor 58 Tahun 2005
Pemeriksaan keuangan oleh BPK akan menghasilkan pernyataan pendapatan (opini)
tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Ada empat
macam opini yang diberikan pemeriksa, yaitu:
a. Wajar tanpa pengecualian.
b. Wajar dengan pengecualian.
c. Tidak wajar.
d. Menolak memberikan opini.
Sementara kriteria yang digunakan dalam menentukan opini, antara lain:
a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
b. Kecukupan pengungkapan.

21
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
d. Efektivitas sistem pengendalian internal.
Hasil setip pemeriksaan yang dilaksanakan oleh BPK disusun dan disajikan dalam
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Selanjutnya LHP tersebut disampaikan kepada
DPR/DPRD/DPD sesuai dengan kewenangannya (kecuali yang memuat rahasia negara)
dan kepada pemerintah. LHP atas laporan keuangan selambat-lambatnya disampaikan
kepada pihak legislatif 2 (dua) bulan setelah diterimanya laporan keuangan dari
pemerintah. Dalam rangka transparansi dan partisipasi publik, LHP yang telah
disampaikan kepada pihak legislatif dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan demikian
masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan.
5. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan. Laporan
keuangan yang disampaikan ke DPR/DPRD adalah laporan keuangan yang telah
diperiksa oleh BPK. Laporan Keuangan yang telah diaudit ini disampaikan kepada
lembaga legislatif selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Sistem
laporan keuangan tersebut juga dilampirkan ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah
dan satuan kerja lainnya yang pengelolaannya diatur secara khusus seperti Badan
Layanan Umum (BLU).
6. Siklus Anggaran Pemerintah Daerah
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai oleh suatu
entitas dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter. Pada umumnya
siklus anggaran terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Penyusunan/Persiapan Anggaran
2. Ratifikasi Anggaran
3. Pelaksanaan Anggaran
4. Pelaporan dan Evaluasi

22
Gambar 1.3 Proses dan Siklus Anggaran Pemerintah Daerah
Siklus dan proses penganggaran di setiap negara berbeda satu dengan yang lainnya,
namun pada dasarnya mempunyai urut-urutan yang sama atas makna dan tujuannya.
Proses/siklus anggaran dapat dibagi ke dalam 4 (empat) tahapan, yaitu:

1. Penyusunan Anggaran
Tahapan penyusunan anggaran terdiri dari pengumpulan aspirasi masyarakat melalui
forum pertemuan komunitas Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang), proses penyusunan kegiatan oleh satuan kerja perangkat daerah
(dinas/instansi) sampai dengan penyiapan draf usulan APBD yang diserahkan oleh
kepala daerah (pihak eksekutif) kepada DPRD (pihak legislatif) untuk dibahas dan
disetujui bersama. Dalam proses penyusunan anggaran yang memerlukan waktu
beberapa bulan, Tim Anggaran Eksekutif yang beranggotakan unsur-unsur dari
Sekretariat Daerah. BAPPEDA dan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)
mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting. Walaupun masyarakat dimintai
pendapatnya dalam proses penentuan prioritas program, namun pada akhirnya
proses penyusunan program dilakukan secara tertutup di masing-masing Satuan
Kerja Perangkat Daerah.
2. Penetapan Anggaran
Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif
menyerahkan usulan anggaran kepada pihak legislatif. Pada umumnya proses ini
ditandai dengan pidato dari kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan anggota
DPRD. Selanjutnya DPRD akan melakukan pembahasan selama beberapa waktu,
yang mana dalam waktu tersebut akan terjadi diskusi antara pihak Panitia Anggaran
Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif. Pada kesempatan ini pihak legislatif
berkesempatan untuk menanyakan dasar-dasar kebijakan eksekutif dalam membahas
usulan tersebut.
3. Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan anggaran adalah tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan melalui
peraturan daerah pada setiap akhir tahun sebelum tahun anggaran baru dimulai.
Tahapan pelaksanaan berlangsung selama 1 (satu) tahun terhitung mulai awal tahun
anggaran baru, yakni pada bulan Januari setiap tahunnya. Tahapan pelaksanaan ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak eksekutif melalui Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang jumlahnya sesuai dengan struktur organisasi
pemerintah daerah yang bersangkutan.
4. Tahapan Auditing (Pemeriksaan)
Tahapan auditing mencangkup antara lain penelaahan atas pelaksanaan anggaran
untuk waktu satu tahun anggaran yang bersangkutan. Tahapan pemeriksaan terdiri
dari pemeriksaan internal yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah
(BAWASDA) dan BPKP, serta pemeriksaan eksternal oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).

23
Apabila dijabarkan secara rinci, setiap tahapan mempunyai siklus waktu yang
berbeda. Tahap 1 dan 2 (Penyusunan Anggaran dan Penetapan Anggaran) memerlukan
waktu 12 bulan, Tahap 3 (Pelaksanaan Anggaran) berlangsung 12 bulan, dan Tahap 4
(Auditing Anggaran) memerlukan waktu 6 bulan. Dengan demikian proses anggaran di
Indonesia memerlukan waktu 30 bulan (dua setengah tahun). Dalam UU Nomor 25
Tahun 2004, SKB Nomor 0259/M.PPN/1 Tahun 2005, dan PP Nomor 58 Tahun 2005
diberikan alokasi penjadwalan waktu untuk Tahap 1 dan 2 (Penyusunan dan Penetapan
Anggaran) yang mempunyai siklus waktu 12 bulan, meskipun pada kenyataannya setiap
pemerintahan kabupaten/kota mempunyai variasi tersendiri dalam pengaturan
waktunya. Tabel 3.2 menyajikan contoh jadwal penyusunan dan penetapan anggaran
pemerintah daerah.

Tabel 3.2 Jadwal Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pemerintah Daerah

Waktu Kegiatan
Januari Tahun anggaran dimulai
BAPPEDA merumuskan 1 dokumen yang disebut Kerangka Ekonomi
Daerah, yaitu proyeksi dari penerimaan dan pengeluaran yang
didasarkan pada anggara tahun sebelumnya. Kerangka ini memuat
daftar aktivitas daerah yang mengacu pada Rencana Pengeluaran
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencan Strategis (Renstra)
SKPD. Semua kegiatan yang terkait dengan pelayanan publik akan
didiskusikan dalam suatu pertemuan yang disebut forum Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), yang mana Musrenbang
pertama untuk tingkat desa sebaiknya dimulai pada bulan Januari.
Februari Musrenbang tingkat kecamatan diselenggarakan di bulan Februari.
Selanjutnya, dilakukakn forum musyawarah tigkat SKPD.
Maret Musrenbang tingkat kabupaten/kota.
April-Mei Semua aktivitas/program kerja yang berasal dari masing-masing SKPD
dikoordinasikan dan dicantumkan dalam bentuk dokumen yang
disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Juni-Agustus Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), yaitu kebijakan umum
tentang APBD yang disusun berdasarkan RKPD.
Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) bagi
setiap satuan kerja.
Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RK-SKPD).
Setiap unit kerja mempersiapkan estimasi anggaran yang terkait dengan
RK-SKPD dan menyampaikan kepada pemerintah daerah.
September Kompilasi anggaran yang diajukan oleh setiap SPKD.
Oktober Finalisasi Anggaran yang dipersiapkan oleh Panitia Anggaran Eksekutif

24
dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah.
Penyiapan rancangan Perda APBD untuk disetujui DPRD.
Pembahasan oleh unsur Legislatif dan Eksekutif.
November Pembahasan dan pengesahan anggaran oleh DPRD.
Desember Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang ditetapkan oleh
Bupati/Walikota.

25
26

Anda mungkin juga menyukai