Anda di halaman 1dari 152

OVERVIEW

MATERI PERKULIAHAN PERTEMUAN 01


AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
KARAKTERISTIK & LINGKUNGAN SEKTOR PUBLIK:
1. Pengertian & Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik
2. Sifat & Karakteristik Akuntansi Sektor Publik
3. Value for Money
4. Perbedaan dan Persamaan Sektor Publik dan Sektor Swasta
5. Tujuan Akuntansi Sektor Publik
6. Perkembangan Akuntansi Sektor Publik
7. Akuntansi Sektor Publik dan Good Governance
8. Akuntabilitas Publik

BUKU REFRENSI UTAMA:


Akuntansi Sektor Publik, Edisi Terbaru, Mardiasmo, 2018
PERTEMUAN 1

KARAKTERISTIK & LINGKUNGAN


SEKTOR PUBLIK
MENGAPA BELAJAR SEKTOR PUBLIK

• Entitas Sektor Publik


– Menyusun pertanggungjawaban keuangan
– Tuntutan akuntabilitas dan transparansi
• Kewajiban sebagai warga negara
– Memahami APBN dan Realisasi APBN
– Memahami belanja negara digunakan untuk apa
– Memahami penerimaan negara dari mana
– Memahami Yayasan dan Ormas memperoleh dana dari mana
• Bekerja Kantor Akuntan Publik
– Memahami mekanisme dan sistem keuangan negara
– Memberikan jasa konsultasi pada instansi pemerintah –
penyusunan sistem, penyusunan pedoman akuntansi,
kebijakan akuntansi, konsultasi manajemen
– Melakukan audit : audit laporan keuangan atau audit
operasional
– Klien sektor publik: Yayasan, organisasi kemasyarakatan
3
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan


penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik.

Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-


badan pemerintahan (pemerintah pusat dan daerah serta unit
kerja pemerintah), perusahaan milik negara (BUMN dan BUMD),
yayasan, organisasi politik dan organisaasi massa, LSM,
universitas, rumah sakit, dan organisasi nirlaba lainnya.

Istilah sektor publik dari sudut pandang ekonomi dapat dipahami


sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan
usaha untuk menghasilkan barang dan jasa pelayanan publik
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.
Bidang Utama Akuntansi Sektor Publik

1. Akuntansi pemerintah pusat


2. Akuntansi pemerintah daerah
3. Akuntansi partai politik
4. Akuntansi LSM
5. Akuntansi yayasan
6. Akuntansi pendidikan: sekolah atau perguruan tinggi
7. Akuntansi kesehatan: puskesmas atau rumah sakit
8. Akuntansi tempat peribadatan: masjid, gereja, wihara,
atau pura

5
STANDAR
AKUNTANSI
SEKTOR PUBLIK

INTERNATIONAL NON
STANDAR PEMERINTAHA/
PUBLIC SECTOR
AKUNTANSI ENTITAS NON
ACCOUNTING
PEMERINTAHAN LABA
STANDARDS
(SAP) (SAK + ISAK35 )
(IPSAS)

6
SIFAT & KARAKTERISTIK
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Perbedaan lingkungan menyebabkan


perbedaan karakteristik akuntansinya.
Organisasi sektor publik bergerak dalam
lingkungan yang sangat kompleks dan
turbulence.
Komponen lingkungan yang memengaruhi
organisasi sektor publik meliputi faktor
ekonomi, politik, kultur, dan demografi.
Value for Money
Sektor publik sering dinilai sebagai sarang
inefesiensi, pemborosan, sumber kebocoran
dana, dan institusi yang selalu merugi.
Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor
publik memperhatikan value for money dalam
menjalankan aktivitasnya.
Value for money merupakan konsep
pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Perbedaan Sektor Publik
Dengan Sektor Swasta
No Unsur Sektor Publik Sektor Swasta
1 Tujuan Nonprofit motif (tidak profit motive
Organisasi mencari untung) (mencari untung)
2 Sumber Pajak, retribusi, laba 1. Pembiayaan
pendanaan BUMN/ BUMD, eksternal :
obligasi pemerintah, obligasi, utang
utang, penjualan bank, penerbitan
aset negara, dan saham.
sebagainya 2. Pembiayaan
internal : laba
ditahan, modal
sendiri, penjual-
an aktiva
Perbedaan Sektor Publik
Dengan Sektor Swasta
No Unsur Sektor Publik Sektor Swasta
3 Struktur kaku, Birokratis, dan Flexible, lintas
organisasi hierarkis fungsional, Piramid,
datar, dan
sebagainya
4 Pertanggung Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban
jawaban kepada masyarakat kepada pemegang
dan parlemen saham dan kreditor
5 Karakteristik terbuka untuk publik tertutup untuk publik
anggaran
6 Sistem Cash Basis, Cash Accrual Basis
akuntansi Toward Accrual,
Accrual Basis
Persamaan Sektor Publik dan Sektor
Swasta
1. Sama-sama bagian dari perekonomian nasional yang
mempunyai peran penting dalam pertumbuhan ekonomi.
Bagian dari sistem ekonomi negara yang tidak dapat
terpisahkan dari suatu sistem perekonomian nasional sektor
publik dan sektor swasta merupakan bagian integral dari
sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya
menggunakan sumber daya yang sama untuk mencapai
tujuan organisasi
2. Sama-sama menghadapi masalah “ekonomi” yang
sama. Sektor publik dan sektor swasta sama-sama
menghadapi masalah yang sama yaitu masalah kelangkaan
sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuannya. Oleh
karena itu, sektor swasta maupun sektor publik dituntut untuk
menggunakan sumber daya dengan efektif, efisien, dan
ekonomis
Persamaan Sektor Publik & Sektor Swasta
3. Sama-sama menggunakan ilmu manajemen dalam
pengelolaan lembaga. Pola pengendalian manajemen
keuangan termasuk manajemen keuangan kedua sektor
sama-sama membutuhkan informasi yang handal dan
relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen yaitu
perencanaan pengorganisasian dan pengendalian
4. Sama-sama beroperasi di berbagai bidang. Baik sektor
publik dan sektor swasta sama-sama menghasilkan produk
yang bergerak di bidang transportasi masa pendidikan
kesehatan penyediaan energi dan sebagainya
5. Mematuhi peraturan pemerintah sebagai pihak
regulator. Dikarenakan ada beberapa bidang yang dimasuki
oleh sektor publik dan swasta, maka pemerintah
menerbitkan peraturan perundangan dan ketentuan hukum
yang disyaratkan untuk mengatur jalannya usaha sehingga
tidak terjadi bentrokan antar kedua pihak
Tujuan Akuntansi Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2018) :
1. Memberikan informasi yang diperlukan untk mengelola
secara tepat, efisien dan ekonomis atas suatu operasi
dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian
manajemen (management control).
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi para
manajer untuk melaporkan pelaksanaan tanggung
jawab dalam mengelola secara tepat dan efektif
program dan penggunaan sumber daya yang menjadi
wewenangnya dan tanggungjawabnya dan
memungkinkan bagi pegawai pemerintahan untuk
melaporkan kepada public atas hasil operasi
pemerintah dan penggunaan dana publik.
Perkembangan Akuntansi Sektor Publik

Istilah “sektor publik” mulai dipakai pertama kali


pada tahun 1952.
Pada tahun 1970-an, muncul kritikan dan serangan
yang mempertanyakan peran sektor publik.
Tahun 1980-an reformasi sektor publik dilakukan di
Negara-Negara industri maju sebagai jawaban atas
berbagai kritikan.
Akuntansi sektor publik berkembang pesat dalam
dua dasawarsa terakhir.
Akuntansi Sektor Publik dan
Good Governance
Mengacu pada World Bank dan United National Development Program
(UNDP), Orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good
governance.

Sementara itu, World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu


penyelenggaran manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab
yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran
salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal
dan political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

UNDP memberikan karakteristik pelaksanaan good governance, meliputi:


Participation, Rule of law, Transparency, Responsiveness, Consensus
Orientation, Equity, Efficiency and Effectiveness, Accountability, Strategic
Vision.

Dari Sembilan karakteristik tersebut, paling tidak terdapat tiga hal yang dapat
diperankan oleh akuntansi sektor publik yaitu Transparansi, Akuntabilitas
Publik, dan Value for Money (economy, efficiency dan effectiveness).
AKUNTABILITAS PUBLIK

Akuntabilitas Publik adalah kewajiban pihak pemegang


amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak
dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban
tersebut.

Ellwood (1993) menjelaskan dimensi akuntabilitas yang harus


dipenuhi oleh organisasi sektor publik yaitu :
• Akuntabilitas Kejujuran. Berhubungan dengan mekanisme
untuk menghindari penyalahgunaan jabatan publik.

16
AKUNTABILITAS PUBLIK
• Akuntabilitas Hukum. Jaminan adanya kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan lain yang sudah ditetapkan dalam
peraturan dalam penggunaan sumber dana publik.
• Akuntabilitas Proses. Menjamin apakah prosedur yang
digunakan dalam melaksanakan setiap pekerjaan sudah
cukup baik.
• Akuntabilitas Program. Berhubungan dengan
pertimbangan apakah program yang sudah ditetapkan
dapat dilakukan atau tidak serta pertimbangan alternative
program yang dapat memberikan hasil yang lebih optimal
dengan biaya minimal.
• Akuntabilitas Kebijakan. Terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah pusat maupun daerah
atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah
terhadap DPR dan masyarakat luas.
17
OVERVIEW
MATERI PERKULIAHAN PERTEMUAN 02
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
AKUNTANSI ENTITAS BERORIENTASI NON LABA: YAYASAN
1. Pengertian Organisasi Nirlaba
2. ISAK 35 – Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Non Laba
3. Akuntansi Untuk Yayasan
4. Kekayaan Yayasan

AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK:


1. Pengertian Akuntansi Manajemen Sektor Publik
2. Akuntansi sebagai Alat Perencanaan Organisasi
3. Akuntansi sebagai Alat Pengendalian Organisasi
4. Proses Perencanaan dan Pengendalian Manajerial Organisasi Sektor Publik
5. Peran Akuntansi Manajemen Sektor Publik

BUKU REFRENSI UTAMA:


Akuntansi Sektor Publik, Edisi Terbaru, Mardiasmo, 2018
AKUNTANSI ENTITAS
BERORIENTASI NON LABA :
YAYASAN
PENGERTIAN ORGANISASI NIRLABA
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu
organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isue
atau perihal didalam menarik publik untuk suatu tujuan yang tidak
komersial tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat
mencari laba (moneter).

Organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma


publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, LSM,
organisasi sukarelawan, serikat buruh, perhimpunan pengurus.

Menurut PSAK No.45 (sekarang ISAK 35) bahwa organisasi Nirlaba


memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan
penyumbang lain yang tidak mengaharapkan imbalan apapun dari
organisasi tersebut (IAI,2004:45.1)
ISAK 35 – Penyajian Laporan Keuangan
Entitas Berorientasi Non Laba
 Laporan Posisi Keuangan
 Menyajian pos penghasilan komprehensif pada bagian aset neto tanpa
pembatasan
 Menyajikan pos penghasilan komprehensif lain secara tersendiri

 Laporan Penghasilan Komprehensif


 Kolom tunggal
 Menyajikan informasi sesuai dengan klasifikasi aset neto

 Laporan Perubahan Aset Neto


 Laporan Arus kas
 Catatan atas Laporan Keuangan
AKUNTANSI UNTUK YAYASAN (1)
Menurut Undang-Undang (UU) No 16 tahun 2001 tentang Yayasan,
yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai
anggota.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan :


1. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang
pencapaian maksud dan tujuan dengan cara mendirikan Badan
usaha atau ikut serta dalam suatu Badan usaha.
2. Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada
pembina, pengurus, dan pengawas.

Pengurus yayasan memiliki kewajiban untuk menyusun laporan


secara tertulis yang memuat sekurang-kurangnya laporan
keadaan dan kegiatan yayasan dan laporan keuangan.
AKUNTANSI UNTUK YAYASAN (2)
 Yayasan yang wajib diaudit menurut UU No. 28 tahun 2004 tentang Perubahan
atas UU No. 16 tahun 2001 adalah yayasan yang menerima bantuan negara, luar
negeri, atau pihak lain sebesar lebih dari 500 juta atau memiliki aset di luar harta
wakaf lebih dari 20 milyar.

 Yayasan tersebut harus menyusun laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi


Keuangan yang berlaku dan ikhtisar laporan tersebut harus diumumkan dalam
surat kabar.

 Hasil audit disampaikan kepada pembina yayasan dan ditembuskan kepada


menteri dan instansi terkait.

 Undang-Undang Pajak Penghasilan menempatkan yayasan sebagai salah satu


bentuk badan yang merupakan subjek pajak.

 Atas surplus yayasan dikenakan pajak penghasilan.

 Namun, khusus untuk yayasan pendidikan, jika hasil usaha digunakan untuk
melakukan investasi, maka surplus tersebut tidak dikenakan pajak. Untuk tujuan
ini yayasan wajib menyampaikan surat pemberitahuan pajak, walaupun dalam
satu tahun pajak mungkin tidak ada pajak yang dibayarkan.
AKUNTANSI UNTUK YAYASAN (3)

 Mengikuti ketentuan dalam PSAK 45 (sekarang ISAK 35) dalam


pelaporan dan SAK ETAP atau SAK Umum tergantung
akuntabilitasnya.
 Pengurus dan anggota tidak berhak atas ekuitas yayasan
sehinggaa ekuitas yayasan disebut aset bersih.
 Aset bersih dikategorikan aset neto tidak terikat, terikat temporer
dan tidak terikat.
 Laporan keuangan: laporan aktivitas, laporan posisi keuangan
(neraca), laporan perubahan aset neto, laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan.
 Jika dalam yayasan tersebut tidak ada pemisahan aset neto karena
semua tidak terikat maka dapat disajikan hanya aset neto.
 Pencatatan mengikuti jenis usaha yayasan
KEKAYAAN YAYASAN

Kekayaan Yayasan Dapat Diperoleh Dari :


1. Sumbangan atau Bantuan yang tidak mengikat
2. Wakaf
3. Hibah
4. Hibah Wasiat (legat) dan
5. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar Yayasan dan/atau peraturan Undang-
Undang yang berlaku.

Kekayaan yayasan di atur dalam Pasal 5,psal 26 ayat 1,


Pasal 26 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001
Tentang Yayasan
AKUNTANSI MANAJEMEN
SEKTOR PUBLIK
Pengertian Akuntansi Manajemen Sektor Publik
Akuntansi manajemen sektor publik menghasilkan informasi yang
berguna untuk perencanaan dan pengendalian organisasi.

Akuntansi manajemen sektor publik berbeda dengan akuntansi


keuangan sektor publik.

Akuntansi manajemen sektor publik terkait dengan pemberian


informasi kepada pihak intern organisasi, sedangkan akuntansi
keuangan terkait dengan pelaporan dan pengkomunikasian
informasi kepada pihak eksternal organisasi.

Akuntansi manajemen sektor publik cenderung memberikan


laporan yang sifatnya prospektif yaitu digunakan untuk
perencanaan di masa yang akan datang, sedangkan akuntansi
keuangan memberikan informasi yang bersifat laporan historis dan
retrospektif, yaitu berupa laporan kinerja masa lalu.
Akuntansi Sebagai Alat Perencanaan
Organisasi
Perencanaan organisasi sangat penting dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan di masa yang akan datang.

Dalam organisasi sektor publik lingkungan yang mempengaruhi


sangat heterogen. Faktor politik & ekonomi sangat dominan
dalam mempengaruhi tingkat kestabilan organisasi. Selain itu,
era globalisasi juga turut menyumbang semakin tingginya tingkat
ketidakpastian.

Untuk itu, akuntansi sebagai alat perencanaan peran yang


sentral dalam menentukan arah organisasi.

Informasi akuntansi sebagai alat perencanaan yaitu Informasi


sifatnya rutin atau adhoc, Informasi kuantitatif atau kualitatif, dan
Informasi disampaikan melalui saluran formal atau informal.
Akuntansi Sebagai Alat Pengendalian Organisasi

Alat pengendalian organisasi bisnis lebih bertumpu pada


mekanisme negosiasi.
Alat pengendalian organisasi sektor publik berupa
peraturan birokrasi.
Informasi akuntansi sebagai alat pengendalian keuangan
(financial control) dan pengendalian organisasi
(organizational control).
PROSES PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN
MANAJERIAL ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
Perencanaan dan pengendalian merupakan suatu
proses yang membentuk suatu siklus, sehingga satu
tahap akan terkait dengan tahap yang lain dan
terintegrasi dalam suatu organisasi.

Jones and Pendlebury (1996) membagi proses


perencanaan dan pengendalian manajerial pada
organisasi sektor publik menjadi lima tahap, yaitu:
1. Perencanaan tujuan dan sasaran dasar,
2. Perencanaan Operasional,
3. Penganggaran,
4. Pengendalian dan Pengukuran
5. Pelaporan, analisis, dan umpan balik.
PERAN AKUNTANSI MANAJEMEN
SEKTOR PUBLIK
Peran akuntansi manajemen dalam organisasi
sektor publik meliputi:
1. Perencanaan stratejik,
2. Pemberian informasi biaya,
3. Penilaian investasi,
4. Penganggaran,
5. Penentuan biaya (cost of services) dan
penetuan tarif pelayanan (charging for
services),
6. Penilaian kinerja.
OVERVIEW
MATERI PERKULIAHAN PERTEMUAN 03
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK:


1. Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik
2. Tipe Pengendalian Manajemen
3. Struktur Pengendalian Manajemen
4. Proses Pengendalian Manajemen Sektor Publik

BUKU REFRENSI UTAMA:


Akuntansi Sektor Publik, Edisi Terbaru, Mardiasmo, 2018
PERTEMUAN 3

SISTEM PENGENDALIAN
MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK
Sistem Pengendalian Manajemen
Sektor Publik
Menurut Suadi yang dimaksud dengan Sistem Pengendalian
Manajemen yaitu sebuah sistem yang terdiri dari beberapa sub
sistem yang saling berkaitan, seperti pemrograman, penganggaran,
akuntansi, pelaporan, dan pertanggungjawaban untuk membantu
manajemen mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan,
agar mau mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu
secara efektif dan efisien.

Setiap Organisasi baik organisasi publik maupun swasta memiliki


tujuan yang hendak dicapai. Sistem pengendalian Sektor Publik
berfokus pada bagaimana melaksanakan strategi organisasi secara
efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan
unit-unit organisasi sebagai pusat pertanggungjawaban.
Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik
Untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan penjabaran
strategi dlm bentuk program atau aktivitas.
Sistem pengendalian manajemen (SPM) memberi jaminan
dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan efisien.
SPM meliputi:
1. Perencanaan
2. Koordinasi antar berbagai bagian dalam organisasi.
3. Komunikasi Informasi
4. Pengambilan keputusan
5. Memotivasi orang-orang dalam organisasi agar berperilaku
sesuai dengan tujuan organisasi
6. Pengendalian
7. Penilaian kinerja
Tipe Pengendalian Manajemen

1. Pengendalian preventif (preventif control)


SPM terkait dgn perumusan & perencanaan strategik yg
dijabarkan dlm program
2. Pengendalian operasional (operational control)
SPM terkait dgn pengawasan pelaksanaan program
melalui anggaran
3. Pengendalian kinerja
SPM berupa analisis evaluasi kinerja berdasarkan tolok
ukur kinerja yg telah ditetapkan
Struktur Pengendalian Manajemen
SPM harus didukung struktur organisasi yg baik, yg
termanifestasi dlm bentuk struktur responsibility centers
Responsibility centers adlh unit organisasi yg dipimpin oleh
manajer yg bertanggungjawab thdp aktivitas responsibility
center yg dipimpinnya
Tujuan dibuatnya responsibility centers adalah
1. Sbg basis perencanaan, pengendalian, & penilaian kinerja
manajer dan unit organisasi yg dipimpinnya
2. Memudahkan mencapai tujuan organisasi
3. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence
4. Mendelegasikan tugas & wewenang ke unit-unit yg
memiliki kompetensi shg mengurangi beban tugas manajer
pusat
5. Mendorong kreativitas & daya inovasi bawahan
Struktur Pengendalian Manajemen
6. Sbg alat untuk melaksanakan strategi organisasi scr efektif
& efisien
7. Sbg alat pengendalian anggaran

Tanggung jawab manajer responsibility centers adlh


menciptakan hubungan optimal antara sumber daya input yg
digunakan dg output yg dihasilkan dikaitkan dg target kinerja.
Input diukur dg jumlah sumber daya yg digunakan
output diukur dg jumlah produk/output yg dihasilkan
Pada dasarnya terdapat empat jenis pusat
pertanggungjawaban, yaitu :
1.Pusat biaya (expense centers)
2.Pusat pendapatan (Revenue centers)
3.Pusat Laba (Profit Centers)
4.Pusat Investasi (Investment Centers)
Struktur Pengendalian Manajemen

Pusat biaya (expense centers)


Yaitu Responsibility center yg prestasi manajernya dinilai
berdasarkan biaya yg telah dikeluarkan. Pada sektor publik,
output seringkali ada tetapi tak dpt diukur atau hanya dpt
diukur scr fisik & tdk dlm nilai rupiah. Cont pusat biaya tsb adl
Departemen Produksi, Dinas sosial, & Dinas Pekerjaan Umum

Pusat pendapatan (Revenue centers)


Yaitu Responsibility center yg prestasi manajernya dinilai
berdasarkan pendapatan yg dihasilkan. Misalnya Dispenda
& Departemen pemasaran
Struktur Pengendalian Manajemen

Pusat Laba (Profit Centers)


Yaitu Responsibility center yg menandingkan input (expense)
dgn output (revenue) dlm satuan moneter. Kinerja manajer
dinilai berdasarkan laba yg diperoleh. Misalnya BUMN/D,
obyek pariwisata milik Pemda, bandara, & pelabuhan

Pusat Investasi (Investment Centers)


Yaitu Rresponsibility center yg prestasi manajernya dinilai
berdasarkan laba yg dihasilkan dikaitkan dgn investasi yg
ditanamkan pd responsibility center yg dipimpinnya.
Contohnya: Dapartemen Riset & Pengembangan, dan
Balitbang.
Proses
Pengendalian Manajemen Sektor Publik
• Proses pengendalian manajemen sektor
publik dapat dilakukan dengan menggunakan
komunikasi formal maupun informal.
• Saluran komunikasi formal terdiri dari aktivitas
formal dalam organisasi yang meliputi : (1)
perumusan strategi, (2) perencanaan stratejik,
(3) penganggaran, (4) operasional, dan (5)
evaluasi kinerja.
• Saluran komunikasi informal dapat melalui
komunkasi langsung, pertemuan informal,
diskusi, atau melalui metode management by
walking around.
Proses
Pengendalian Manajemen Sektor Publik
• Sistem pengendalian manajemen organisasi
dirancang untuk memengaruhi orang-orang di
dalam organisasi tersebut agar berperilaku
sesuai dengan tujuan organisasi.
• Pengendalian organisasi dapat berupa aturan
dan prosedur birokrasi atau melalui sistem
pengendalian dan manajemen informasi yang
dirancang secara formal.
• Sistem pengendalian manajemen hendaknya
dapat menjadi jembatan dalam mewujudkan
goal congruence, yaitu keselarasan antara
tujuan organisasi dengan tujuan personal.
Proses
Pengendalian Manajemen Sektor Publik
(Perumusan Strategi)
• Perumusan strategi adalah proses
penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, target
(outcome), arah dan kebijakan, serta
strategi organisasi.
• Salah satu metode penentuan strategi
adalah analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, Threat).
• Proses perumusan strategi pada organisasi
sektor publik banyak dipengaruhi oleh
perkembangan di sektor swasta.
Proses
Pengendalian Manajemen Sektor Publik
(Perumusan Strategi)

Bryson (1995) membuat model delapan langkah proses


perumusan strategi, yaitu:
1. Memulai dan Menyetujui proses perencanaan stratejik
2. Identifikasi apa yang menjadi mandat organisasi
3. Klarifikasi misi dan nilai-nilai organisasi
4. Menilai lingkungan eksternal (peluang dan ancaman)
5. Menilai lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan)
6. Identifikasi isu stratejik yang seda dihadapi oragnisasi
7. Perumusan strategi untuk mengelola isu-isu
8. Menetapkan visi organisasi untuk masa ke depan
Proses
Pengendalian Manajemen Sektor Publik
(Perencanaan Stratejik)
• Perencanaan stratejik adalah proses penentuan
program-program, aktivitas, atau proyek yang akan
dilaksanakan oleh suatu organisasi dan penentuan
jumlah alokasi sumber daya yang akan dibutuhkan.
Perencanaan stratejik merupakan proses yang
sistematik yang memiliki prosedur dan skedul yang
jelas.
• Tujuan utama perencanaan stratejik adalah untuk
meningkatkan komunikasi antara manajer puncak
dengan manajer level bawahnya. Adanya komunikasi
ini akan memungkinkan terjadi persetujuan antara
manajer puncak dengan manajer level bawah
mengenai strategi terbaik untuk mencapai tujuan
organisasi yang ditetapkan. Hal ini akan mendorong
terwujudnya goal congruence.
Proses
Pengendalian Manajemen Sektor Publik
(Perencanaan Stratejik)
Perencanaan stratejik perlu ditranslasikan
dalam bentuk tindakan-tindakan konkrit.
Untuk itu perencanaan stratejik harus
didukung oleh hal-hal berikut:
a) Struktur pedukung, baik secara manajerial
maupun political will;
b) Proses dan praktik implementasi di
lapangan;
c) Kultur organisasi.
Proses
Pengendalian Manajemen Sektor Publik
(Penganggaran)
• Apabila tahap perencanaan stratejik telah
selesai dilakukan, tahap berikutnya adalah
menentukan anggaran.
• Tahap penganggaran dalam proses
pengendalian manajemen sektor publik
merupaka tahap yang dominan.
• Proses penganggaran pada organisasi sektor
publik memiliki karakteristik yang agak
berbeda dengan penganggaran pada sektor
swasta.
• Perbedaan tersebut terutama adalah adanya
pengaruh politik dalam proses penganggaran.
Proses
Pengendalian Manajemen Sektor Publik
(Penilaian Kinerja)
• Tahap akhir dari proses pengendalian
manajemen adalah penilaian kinerja.
• Pengendalian manajemen melalui sistem
penilaian kinerja dilakukan dengan cara
menciptakan mekanisme reward &
punishment.
PERTEMUAN 4

PENGANGGARAN
SEKTOR PUBLIK
Konsep Anggaran Sektor Publik
Penganggaran sektor publik terkait dengan proses
penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan
aktivitas dalam satuan moneter. Proses pengganggaran
organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi
dan perencanaan strategik telah selesai dilakukan.
Anggaran merupakan managerial plan for action untuk
memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi.
Aspek-aspek yang Harus
Tercakup Dalam Anggaran
Sektor Publik
1. Aspek Perencanaan
2. Aspek Pengendalian
3. Aspek Akuntabilitas publik
Pengertian
Anggaran Sektor Publik
Anggaran Sektor Publik merupakan rencana kegiatan dlm
bentuk perolehan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dlm satuan moneter atau suatu dokumen yg
menggambarkan kondisi keuangan suatu organisasi yg
meliputi informasi pendapatan, belanja, dan aktivitas.
Pentingnya Anggaran Sektor Publik
• Anggaran sektor publik dibuat membantu
menentukan tingkat kebutuhan masyarakat.
• Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran.
Anggaran merupakan alat ekonomi terpenting
yang dimiliki pemerintah untuk mengarahkan
perkembangan sosial dan ekonomi, menjalin
kesinambungan, dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat.
FUNGSI ANGGARAN SEKTOR PUBLIK (1)
1. Alat Perencanaan.
– Menentukan tujuan dan sasaran
– Merencanakan program dan kegiatan
– Mengalokasikan dana
– Menentukan indikator kinerja

2. Alat Pengendalian.
– Membandingkan kinerja aktual dg yg dianggarkan
– Menghitung selisih anggaran
– Menentukan penyebab baik yang controllable
maupun uncontrollable
– Merevisi standar biaya atau target anggaran
berikutnya
FUNGSI ANGGARAN SEKTOR PUBLIK (2)
3. Alat Kebijakan Fiskal.
Utk menstabilkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi

4. Alat Politik
5. Koordinasi dan Komunikasi
6. Alat Penilaian Kinerja.
7. Alat Motivasi.
8. Alat Untuk Menciptakan Ruang Publik
JENIS-JENIS
ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Anggaran Operasional.
Anggaran Operasional digunakan utk merencanakan
kebutuhan sehari-hari dlm menjalankan pemerintahan.

Anggaran Modal/Investasi.
Anggaran Modal menunjukkan rencana jangka panjang
dan pembelanjaan aktiva tetap.
PRINSIP-PRINSIP
ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
1. Otorisasi oleh Legislatif.
2. Komprehensif.
3. Keutuhan Anggaran.
4. Non discretionary Appropriation.
5. Periodik.
6. Akurat.
7. Jelas.
8. Diketahui Publik.
PROSES PENYUSUNAN
ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Proses penyusunan anggaran mempunyai 4 tujuan :
1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal &
meningkatkan koordinasi antar bagian.
2. Membantu menciptakan efisiensi & keadilan dlm
menyediakan barang dan jasa publik.
3. Memungkinkan bagi pemerintah utk memenuhi prioritas
belanja
4. Meningkatkan transparansi & pertanggungjawaban
pemerintah
FAKTOR DOMINAN

Faktor dominan dlm proses penganggaran:


1. Tujuan dan target yg hendak dipakai
2. Ketersediaan sumber daya
3. Waktu yg dibutuhkan utk mencapai tujuan dan target
4. Faktor-faktor lain yg mempengaruhi anggaran
PRINSIP-PRINSIP POKOK DALAM
SIKLUS ANGGARAN
Pentingnya keterlibatan pemerintah dlm pengadaan barang
dan jasa publik:
1. Stabilitas ekonomi
2. Redistribusi pendapatan
3. Alokasi sumber daya
SIKLUS ANGGARAN

Siklus anggaran ada 4 tahap (Henley, et al,


1990):
1. Tahap Persiapan Anggaran (Preparation).
2. Tahap Ratifikasi (Approval/Ratification).
3. Tahap Implementasi (Implementation).
4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi (Reporting &
Evaluation)
PERTEMUAN 5

JENIS – JENIS
ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Perkembangan Anggaran
Sektor Publik
• Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya
telah menjadi instrument kebijakan multifungsi yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan
organisasi.
• Sistem perencanaan anggaran sektor publik
berkembang dan berubah sesuai dinamika
perkembangan manajemen sektor publik dan
perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat.
• Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama
perencanaan dan penyusunan anggaran publik yang
memiliki perbedaan mendasar yaitu: (1) Pendekatan
Tradisional dan (2) Pendekatan New Public
Management.
Anggaran Tradisional
• Anggaran tradisional merupakan
pendekatan yang banyak digunakan di
Negara berkembang dewasa ini.
• Ciri-ciri anggaran tradisional, antara lain:
1. Incremental
2. Line-Item
3. Cenderung sentralitas
4. Bersifat Spesifikasi
5. Tahunan
6. Menggunakan Prinsip Anggaran Bruto
Kelemahan Anggaran Tradisional
• Beberapa kelemahan metode penganggaran tradisional, antara lain :
1. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran
tahunan dengan rencana pembangunan jangka panjang.
2. Pendekatan Incremental menyebabkan sejumlah besar
pengeluaran tidak pernah diteliti secara menyeluruh
efektivitasnya.
3. Lebih berorientasi pada input daripada output.
4. Sekat-sekat antarkementerian yang kaku membuat tujuan
nasional secara keseluruhan sulit dicapai.
5. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan
pengeluaran modal/investasi.
6. Anggaran tradisional bersifat tahunan.
7. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi
yang tidak memadai menyebabkan lemahnya prencanaan
anggaran.
8. Persetujuan anggaran yang terlambat sehingga gagal
memberikan mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang
sesuai.
9. Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai
yang menjadi dasar mekanisme pengendalian rutin,
mengidentifikasi masalah dan tindakan.
Anggaran Publik
dengan Pendekatan NPM (1)
• New Public Management (NPM) berfokus
pada manajemen sektor publik yang
berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi
pada kebijakan.
• Penggunaan paradigma NPM tersebut
menimbulkan beberapa konsekuensi bagi
pemerintah, di antaranya adalah tuntutan
untuk melakukan efisiensi, pemangkasan
biaya (cost cutting), dan kompetisi tender.
Anggaran Publik
dengan Pendekatan NPM (2)
• Salah satu model pemerintahan di era NPM adalah model
pemerintahan yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang
tertuang dalam pandangannya yang dikenal dengan konsep
“reinventing government”.
• Perspektif baru pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut
adalah:
1. Pemerintah katalis,
2. Pemerintah milik masyarakat,
3. Pemerintah yang kompetitif,
4. Pemerintah yang digerakan oleh misi,
5. Pemerintah yang berorientasi pada hasil,
6. Pemerintah yang berorientasi pada pelanggan,
7. Pemerintah wirausaha
8. Pemerintah antisipatif
9. Pemerintah desentralisasi
10. Pemerintah yang berorientasi pada mekanisme pasar
Perubahan Pendekatan Anggaran
• Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya
NPM telah mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan yang
lebih sistematis dalam perencanaan anggaran sektor publik. Seiring dengan
perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran sektor
publik, misalnya teknik anggaran kinerja (performance budgeting), Zero-
Based Budgeting (ZBB), dan Planning, Programming, and Budgeting
System (PPBS).
• Pendekatan baru dalam sistem anggaran publik tersebut cenderung
memiliki karakterisitik umum, sebagai berikut :
1. Komprehensif/Komparatif
2. Terintegrasi dan lintas departemen
3. Proses pengambilan keputusan yang rasional
4. Berjangka panjang
5. Spesifikasi tujuan dan pemeringkatan prioritas
6. Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
7. Berorientasi input, output, dan outcome, bukan sekedar input
8. Adanya pengawasan kinerja.
Anggaran Kinerja
• Teknik anggaran kinerja sangat menekankan pada
konsep value for money dan pengawasan atas kinerja
output.
• Sistem anggaran kinerja: sistem yang mencakup
kegiatan penyusunan program dan tolok ukur kinerja
sebagai instrument untuk mencapai tujuan dan sasaran.
Zero-Based Budgeting (ZBB)

• Teknik anggaran ZBB tidak berpatokan pada anggaran


tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini,
penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat
ini.
• Proses implementasi ZBB terdiri dari 3 tahap, yaitu:
1. Identifikasi unit-unit keputusan
2. Penentuan paket-paket keputusan
3. Memeringkat dan mengevaluasi paket keputusan
Planning, Programming and Budgeting System
(PPBS) (1)

• PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada


teori sistem yang berorientasi pada output dan tujuan dengan
penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasarkan
analisis ekonomi.
• Langkah-langkah implementasi meliputi:
1. Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit
organisasi dengan jelas.
2. Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Mengevaluasi berbagai alternative program dengan
menghitung cost-benefit dari masing-masing program.
4. Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan
biaya yang kecil.
5. Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang
disetujui.
Planning, Programming and Budgeting System
(PPBS) (2)
Karakteristik PPBS:
1. Berfokus pada tujuan dan aktivitas (program) untuk
mencapai tujuan.
2. Secara eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun
anggaran yang akan datang karena PPBS berorientasi pada
masa depan.
3. Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi.
4. Dilakukan analisis secara sistematik atas berbagai alternatif
program, yang meliputi: (a) identifikasi tujuan, (b) identifikasi
secara sistematik alternatif program untuk mencapai tujuan,
(c) estimasi biaya total dari masing-masing alternative
program, dan (d) estimasi manfaat (hasil) yang ingin
diperoleh dari masing-masing alternatif program.
PERTEMUAN 6

ANALISIS INVESTASI PUBLIK


Program Investasi Publik (1)
• Keputusan investasi publik diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan program, kegiatan, dan fungsi yang
menjadi prioritas kebijakan.
• Investasi publik memiliki kaitan yang erat dengan
penganggaran modal/investasi.
• Untuk memberikan mekanisme dalam mengatur proyek
investasi publik secara lebih efisien dan efektif, maka
perlu dilakukan analisis investasi secara mendalam.
• Di kebanyakan Negara berkembang, anggaran
pembangunan dan anggaran rutin dipisahkan.
Program Investasi Publik (2)
• Sebelum diambil keputusan untuk melakukan investasi,
pemerintah terlebih dahulu perlu menentukan kebutuhan
investasi yang diperlukan. Untuk menentukan kebutuhan
investasi perlu dilakukan evaluasi yang mencakup:
1. Inventarisasi investasi.
2. Inventarisasi investasi memuat daftar nama dan jenis nilai
investasi, kondisi, barang modal yang say ini ada, apakah
baik atau buruk.
3. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang sekarang
ada.
4. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan saat ini dan
masa yang akan datang.
5. Inventarisasi kebutuhan investasi.
6. Evaluasi kelayakan investasi
7. Kriteria kelayakan investasi meliputi aspek-aspek teknis,
sosial-budaya, finansial, ekonomi, dan aspek distribusi.
Penentuan Kebutuhan
Investasi Publik
• Penentuan kebutuhan investasi publik terkait dengan dua
kegiatan, yaitu peningkatan kuantitas investasi dan
peningkatan kualitas investasi.
• Penilaian investasi publik perlu mempertimbangkan umur
teknis dan umur ekonomis
• Investasi penambahan modal perlu dilakukan bila terjadi
tuntutan peningkatan cakupan pelayanan.
Aspek Kelayakan Investasi (1)
• Aspek Teknis:
Aspek teknis merupakan bagian penting dari
analisis investasi yang harus diperimbangkan. Jika
suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari
aspek teknisnya maka usulan tersebut menduduki
prioritas pertama untuk ditolak.
• Aspek Sosial dan Budaya:
Untuk melaksanakan suatu proyek maka perlu
mempertimbangkan implikasi sosial yang lebih luas
dari investasi yang diusulkan.
Aspek Kelayakan Investasi (2)
• Aspek Ekonomi dan Finansial:
Menilai kontribusi proyek terhadap
pembangunan perekonomian dan pengaruh
finansial proyek.
• Aspek Distribusi:
Aspek distribusi terkait dengan distribusi
keadilan dan persamaan kesempatan
mendapatkan pelayanan.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Investasi Publik

• Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan


dalam analisis investasi publik adalah:
1. Tingkat diskonto yang digunakan
2. Tingkat Inflasi
3. Risiko dan Ketidakpastian
4. Capital Retaining
Teknis Dasar Penilaian Investasi Publik
• Pada dasarnya, prinsip penilaian investasi sangat sederhana,
Terdapat empat langkah utama untuk mengevaluasi proyek
investasi, yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan.
2. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang
akan dilaksanakan (cost/benefit relationship).
3.Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah,
4.Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan
efektivitas biaya yang tinggi.

• Teknik untuk mengevaluasi investasi dibedakan menjadi dua


metode, yaitu: (1) metode penilaian investasi tradisional, dan
(2) metode aliran kas yang didiskontokan.
OVERVIEW
MATERI PERKULIAHAN PERTEMUAN 09
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK (CHARGING FOR SERVICES):
1. Pelayanan Publik yang Dapat Dijual
2. Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan
3. Prinsip dan Praktik Pembebanan
4. Kegunaan Pembebanan dalam Praktik
5. Penetapan Harga Pelayanan Berapa Harga yang Harus Dibebankan
6. Permasalahan Marginal Cost Pricing
7. Kompleksitas Strategi Harga
8. Taksiran Biaya

BUKU REFRENSI UTAMA:


Akuntansi Sektor Publik, Edisi Terbaru, Mardiasmo, 2018
PERTEMUAN 9

PENENTUAN HARGA PELAYANAN


PUBLIK (CHARGING FOR SERVICES)
PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL (1)

Pemberian pelayanan publik dibiayai melalui dua sumber


yaitu, perpajakan, dan pembebanan langsung kepada
masyarakat (charging for service).

Dalam memberikan pelaynaan publik, pemerintah dapat


dibenarkan menarik tarif untuk pelayanan tertentu baik
secara langsung atau tidak langsung melalui perusahaan
milik pemerintah.
PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL (2)

Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif pelayanan misalnya :


1. Pelayanan air bersih.
2. Transportasi publik.
3. Jasa pos dan telekomunikasi.
4. Energi dan listrik.
5. Perumahan rakyat.
6. Fasilitas rekreasi (pariwisata).
7. Pendidikan.
8. Jalan tol.
9. Irigasi.
10. Jasa pemadam kebakaran.
11. Pelayanan kesehatan.
12. Pengolahan sampah/limbah.
PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL (3)

Pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen


dapat dibenarkan karena beberapa alasan, yaitu :

a. Adanya barang privat dan barang publik.


b. Efisiensi ekonomi.
c. Prinsip keuntungan.
ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF
PELAYANAN (1)
Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan
Dalam praktik, pembebanan langsung (direct changing) biasanya ditentukan karena
alasan – alasan sebagai berikut :
a. Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin tidak
dapat diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya
dibebankan kepada semua msayarakat melalui pajak, sementara mereka tidak
menikmati jasa tersebut.
b. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka
sehingga konsumsi publik harus didisiplinkan (hemat), misalnya pembebanan
terhadap pengunaan air dan obat – obatan medis.
c. Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan
pilihan dari pada kebutuhan, misalnya penggunaan failitas rekreasi
d. Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntungkan
dan untuk memenuhi kebutuhan domestic secara individual maupun industrial,
misalnya air, listrik, jasa pos, dan telepon
e. Pembebanan dapat dilakukan untuk mengetahui arah dan skala permintaan
publik atas suatu jasa apabila jenis dan standar pelayananannya tidak dapat
ditentukan secara tegas.
ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF
PELAYANAN (2)

Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan

Terlepas dari kasus yang merupakan barang publik murni,


terdapat argumen yang menentang pembebanan tarif
pelayanan, yaitu :

1. Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya


pelayanan.
2. Yang miskin tidak mampu untuk membayar.
3. Adanya eksternalitas, merit good, dan persyaratan legal.
PRINSIP DAN PRAKTIK PEMBEMBANAN

Sebagian barang dan jasa yang disediakan pemerintah lebih


sesuai dibiayai dengan pembebanan tarif. Semakin dekat
suatu pelayanan terkait dengan barang privat, semakin
sesuai barang tersebut dikenai tarif.

Meskipun demikian, dalam praktiknya permasalahan


administrasi dan pertimbangan sosial dan politik memiliki
prioritas yang lebih besar dibandingkan pertimbangan
efesiensi ekonomi. Namun perlu diwaspadai bahwa
kesalahan dalam menetapkan tarif pelayanan publik
merupakan penyebab utama deficit anggaran di banyak
Negara berkembang (Devas, 1989).
KEGUNAAN PEMBANAN DALAM PRAKTIK
Praktik pembebanan pelayanan publik berbeda – beda untuk setiap
negara, antara jasa yang disediakan langsung oleh pemerintah dan
disediakan oleh perusahaan milik negara, serta antara pemerintah pusat
dan daerah. Changing for service merupakan salah satu sumber
penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu. Pemerintah memeroleh
penerimaan dari beberapa sumber, antara lain :
1. Perpajakan.
2. Pembebanan langsung kepada masyarakat (charging for service).
3. Laba BUMN/BUMD.
4. Penjualan asset milik pemerintah.
5. Utang.
Pada umumnya, kita mengharapkan bahwa penyediaan barang publik
seperti pertahanan, kesehatan publik, dan jasa kepolisian seharusnya
diberikan secara gratis dalam arti dibiayai dari pajak. Sementara itu
penyediaan barang privat, juga jasa untuk kepentingan individu seperti
listrik, telepon, transportasi umum ditarik tarif sebesar harga pemulihan
biaya totalnya (full cost recovery prices). Untuk barang campuran
(mixed/merit good). Seperti pendidikan menengah, penyembuhan
kesehatan sanitasi disediakan sebagian melalui pajak dan sebagian lagi
dari tarif.
PENETAPAN HARGA PELAYANAN BERAPA HARGA
YANG HARUS DIBEBANKAN
Pemerintah harus memutuskan berapa harga pelayanan yang dibebankan pada masyarakat.
Aturan yang biasa dipakai adalah bahwa beban (charge). Dihitung sebesar total biaya untuk
menyediakan pelayanan tersebut (full cost recovery).

Empat kesulitan menghitung biaya total :


1. Tidak tahu secara tepat berapa biaya total.
2. Sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi.
3. Tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar.
4. Biaya apa saja yang harus di perhitungkan ?

Ahli ekonomi umumnya menganjurkan untuk menggunakan marginal cost pricing.

Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing setidaknya
harus memperhitungkan :
1. Biaya operasi variable (variable operating cost).
2. Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan untuk
meberikan pelayanan.
3. Biaya penggantian asset modal yang digunakan dalam penyediaan pelayanan.
4. Biaya penambahan asset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
permintaan.
PERMASALAHAN MARGINAL COST PRICING

Masalah – masalah dalam penggunaan


marginal cost pricing :

• Sulit memperhitungkan secara tepat


marginal cost untuk jasa tertentu.
• Apakah didasarkan pada biaya marginal
jangka pendek atau jangka panjang ?
• Marginal cost pricing bukan berarti full cost
recovery.
• Kegunaan konsep kewajaran.
KOMPLEKSITAS STRATEGI HARGA

Kompleksitas strategi harga :

1. Two-part tariffs.
2. Peak-load tariffs.
3. Diskriminasi harga.
4. Full cost recovery
5. Harga di atas marginal cost
TAKSIRAN BIAYA

Penentuan harga dengan teknik apapun yang


digunakan pada dasarnya adalah mendasarkan pada
usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini
melibatkan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
• Opportunity cost untuk staf, perlengkapan dll.
• Opportunity cost of capital.
• Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak
menunjukan value to society (opportunity cost).
• Pooling, ketika biaya berbeda – beda antara setiap
individu.
• Cadangan inflasi.
OVERVIEW
MATERI PERKULIAHAN PERTEMUAN 10
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK:


1. Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik
2. Informasi yang Digunakan untuk Pengukuran Kinerja
3. Peranan Indikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja
4. Indikator Kinerja Dan Pengukuran Value Of Money
5. Pengukuran Value For Money
6. Pengembangan Indikator Value For Money
7. Langkah – Langkah Pengukuran Value For Money

BUKU REFRENSI UTAMA:


Akuntansi Sektor Publik, Edisi Terbaru, Mardiasmo, 2018
PERTEMUAN 10

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR


PUBLIK
PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR
PUBLIK (1)

Pengukuran kinerja yang andal (reliable) merupakan salah


satu faktor kunci suksesnya organisasi.

Sistem pengukuran kinerja sektor publik yaitu sistem yang


bertujuan untuk membantu manajer publik menilai
pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan
nonfinansial.

Kinerja sektor publik bersifat multi dimensional sehingga


tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk
menunjukkan kinerja secara komprehensif.
PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR
PUBLIK (2)

Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja

Secara umum tujuan sistem pengukuran kinerja adalah :


a. Untuk mengomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and
bottom up).
b. Untuk mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara
berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian
strategi.
c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level
menengah dan dbawah serta memotivasi untuk mencapai goal
congruence.
d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan
individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR
PUBLIK (3)
Manfaat Pengukuran Kinerja
a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk
menilai kinerja manajemen.
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
c. Untuk memonitor dan mengevalusi pencapaian kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki kinerja
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward
dan punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur
sesuai dengan sistem pengukuran yang telah disepakati
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi
f. Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah
terpenuhi
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif
INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN
KINERJA

1. Informasi Finansial

Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran


yang telah dibuat penilaian tersebut dilakukan dengan mengalisis
varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan yang
dianggarkan.

2. Informasi Nonfinansial

Informasi nonfinansial dapat dijadikan sebagai tolak ukur lainnya.


Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas
proses pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang
komprehensif dan banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi
dewasa ini adalah Balance Scorecard. Dengan Balance Scorecard
kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan aspek finansialnya
saja, akan tetapi juga aspek nonfinansialnya.
PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN
KINERJA
• Pengukuran kinerja dilakukan dengan mengembangkan variabel
kunci yang sudah terindentifikasi menjadi indikator kinerja.
• Indikator kinerja dapat berbentuk faktor keberhasilan utama
organisasi dan indikator kinerja kunci
• Indikator kinerja penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas
atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif.
• Indikator biasanya diukur dalam bentuk biaya unit.
• Indikator penggunaan membandingkan antara supply of service
dengan public demand.
• Indikator kualitas dan standar pelayanan merupakan indikator yang
paling sulit diukur.
• Indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jajak pendapat
secara langsung.
INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE OF
MONEY (1)

Mekanisme penentuan indikator kinerja membutuhkan :

1. Sistem perencanaan dan pengendalian.


2. Spesifikasi teknis dan standarisasi.
3. Kompentensi teknik dan profesionalisme
4. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar
5. Mekanisme sumber daya manusia.
INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE OF
MONEY (2)

Peran indikator kinerja bagi pemerintah, antara lain :


a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi.
b. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang
dihasilkan.
c. Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif
manajerial.
d. Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk
melakukan pilihan.
e. Untuk menunjukkan standar kinerja.
f. Untuk menunjukkan efektivitas.
g. Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki
efektivitas biaaya yang paling baik untuk mencapai target
sasaran.
h. Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang
masih potensial untuk dilakukan penghematan biaya.
PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

Kriteria pokok manajemen publik adalah :

• Ekonomi.
• Efisensi.
• Efektivitas.
• Transparasi.
• Akuntabilitas publik.
PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUE FOR MONEY (1)

• Indikator value for money, indikator alokasi biaya dan


indikator kualitas pelayanan.

• Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak


internal maupun eksternal.
PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUE FOR MONEY (2)

Tiga pokok Bahasan dalam Indikator Value for Money

• Ekonomi : pembelian barang dan jasa dengan tingkat


kualitas pada harga terbaik (spending less).

• Efisiensi : output tertentu dapat dicapai dengan sumber


daya yang serendah – rendahnya (spending well).

• Efektivitas : kontribusi output terhadap pencapaian


tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (spending
wisely)

Indikator efisiensi dan efektivitas digunakan secara


bersama – sama.
LANGKAH – LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR
MONEY

• Pengukuran Ekonomi
Ekonomi merupakan ukuran relatif

• Pengukuran Efisiensi
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input.

• Pengukuran Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu
organisasi mencapai tujuannya.

• Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan
terhadap masyarakat.
OVERVIEW
MATERI PERKULIAHAN PERTEMUAN 11
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK:
1. Pendahuluan
2. Teori Akuntansi Sektor Publik
3. Perlunya Sistem Akuntansi Sektor Publik
4. Standar Akuntansi Sektor Publik
5. Teknik-Teknik Akuntansi Sektor Publik
6. Basis dan Sistem Pencatatan Akuntansi Keuangan
Sektor Publik

BUKU REFRENSI UTAMA:


Akuntansi Sektor Publik, Edisi Terbaru, Mardiasmo, 2018
PERTEMUAN 11

TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN


SEKTOR PUBLIK
PENDAHULUAN

Sistem akuntansi yang dirancang dan dijalankan secara


baik akan menjamin dilakukannya prinsip stewardship dan
accountability dengan baik pula. Pemerintah atau unit kerja
pemerintah perlu memiliki sIstem akuntasi yang tidak saja
berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan,
akan tetapi sIstem akuntasi tersebut hendaknya
mendukung pencapaian tujuan organisasi.
TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK (1)

Teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi


keuangan, terutama pelaporan keuangan kepada pihak
eksternal.

Pada dasarnya terdapat tiga tujuan mempelajari teori


akuntansi :
1) Untuk memahami praktikum akuntansi saat ini ada.
2) Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik
akuntansi yang saat ini dilakukan.
3) Memperbaiki praktik akuntansi di masa datang.
TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK (2)

Akuntansi sektor publik sendiri merupakan salah satu


cabang dari ilmu akuntansi itu sendiri. Oleh karena itu,
pengembangan teori akuntansi sektor publik sangat
tergantung pada perkembangan ilmu akuntansi.

Pengembangan akuntansi sektor publik dilakukan untuk


memperbaiki praktik yang saat ini dilakukan. Hal ini terkait
dengan upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan
sektor publik, yaitu laporan keuangan yang mampu
menyajikan informasi keuangan yang relevan dan dapat
diandalkan (reliable).
TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK (3)

Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang


relevan dan dapat diandalkan, terdapat beberapa kendala
(constraints) yang dihadapai akuntansi sektor publik
tersebut adalah :
1. Objektivitas
2. Konsistensi
3. Daya banding
4. Tepat waktu
5. Ekonomis dalam penyajian laporan
6. Materialitas
PERLUNYA SISTEM AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Masisi (1978) dalam Glynn (1993) menjelaskan


aturan dasar sistem akuntansi keuangan sebagai
berikut :
1. Pengklasifikasi kegiatan operasi yang relevan.
2. Pengklasifikasian kegiatan operasi secara
tepat.
3. Adanya sistem pengendalian untuk menjamin
reliabilitas.
4. Menghitung pengaruh masing – masing
operasi.
STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK (1)

Standar akuntansi merupakan pedoman atau prinsip –


prinsip yang mengatur perlakuan akuntansi dalam
penyusunan laporan keungan untuk tujuan pelaporan
kepada para pengguna laporan keuangan, sedangkan
prosedur akuntansi merupakan praktik khusus yang
digunakan untuk mengimplementasikan standar.
Standar akuntansi sangan diperlukan untuk menjamin
konsistensi dalam pelaporan keuangan. Tidak adanya
standar akuntansi yang memadai akan menimbulkna
implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas dan
objektivitas informasi yang disajikan, inkonsistensi dalam
pelaporan keuangan serta menyulitkan dalam proses audit.
STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK (2)
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapkan
standar akuntansi, antara lain :
a. Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus
disajikan dalam laporan posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas
sebuah organisasi bagi seluruh pengguna informasi.
b. Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor
yang memungkinkan pengujian secara hati – hati dan
independen saat menggunakan keahlian dan integritasnya
dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat
membuktikan kewajarannya.
c. Standar memberikan petunjuk tentang kumpulan data yang
perlu disajikan dalam bidang perpajakan, regulasi, perencanaan
serta regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi serta
tujuan sosial lainnya.
d. Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi
seluruh pihak yang berkepentingan dalam disiplin ilmu
akuntansi
STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK (3)
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dan penetapan
standar adalah sedapat mungkin menghindari terjadinya standar
yang overload. Standar yang overload terjadi ketika :
a. Standar terlalu banyak.
b. Standar terlalu rumit.
c. Tidak ada standar yang tegas sehingga sulit untuk membuat
pilihan dalam penerapannya.
d. Standar mempunyai tujuan yang sifatnya umum (general –
purpose standards) sehingga gagal dalam menyajikan
perbedaan diantara para penyaji dan pengguna.
e. Standar kurang spesifik sehingga gagal dalam mengindentifikasi
perbedaan antara lain :
• Entitas publik dan entitas nonpublik.
• Laporan keuangan tahunan dan interim.
• Organisasi besar dan kecil.
f. Pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang terlalu
kompleks atau kedua duanya.
TEKNIK – TEKNIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Terdapat beberapa teknik akuntansi yang dapat


diadopsi oleh sektor publik, yaitu ;
1. Akuntansi Anggaran.
2. Akuntansi Komitmen.
3. Akuntansi Dana.
Pada dasarnya ketiga teknik akuntansi tersebut
tidak bersifat mutually exclusive. Artinya
penggunaan salah satu teknik akuntansi tersebut
tidak berarti menolak penggunaan akuntansi yang
berbeda – beda, bahkan dapat menggunakan
ketiga teknik tersebut secara bersama – sama.
BASIS DAN SISTEM PENCATATAN AKUNTANSI
KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

BASIS KAS (CASH BASIS)


Pada penerapan akuntansi berbasis kas, pendapatan dicatat
pada saat kas diterima dan pengeluaran dicatat ketika kas
dikeluarkan manfaat utama penerapan cash berbasis adalah
mencerminkan pengeluaran yang actual, rill, dan objektif.
Namun demikian pencatatan dengan basis kas kurang
mencerminkan kinerja secara keseluruhan karena belum
dapat menyajikan hak dan kewajiban organisasi secara utuh
(full picture).
BASIS DAN SISTEM PENCATATAN AKUNTANSI KEUANGAN
SEKTOR PUBLIK

BASIS AKRUAL (ACCRUAL BASIS)


Pencatatan akuntansi berbasis akrual diyakinin dapat menghasilkan laporan
keuangan ynag lebih komprehensif, dan relevan untuk pengambilan
keputusan ekonomi, sosial dan politik.

Pada governmental fund, hendaknya digunakan modified accrual basis,


expenditure di-accrued, tetapi revenue dicatat berdasarkan basis kas, yaitu
pada saat diterima, bukan ketika diperoleh. Pendapatan seperti PPN, PPh,
dan fee (retribusi) dihitung pada saat diterima kasnya. Salah satu
pengecualian adalah property tax (PBB) yang di-accrued karena jumlahnya
dapat diestimasi lebih pasti.

Pengaplikasian accrual basiss dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya


adalah untuk menentukan cost of services dan charging for services, yaitu
untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada
publik.
BASIS KAS MENUJU AKRUAL ATAU TRANSISI KAS KE AKRUAL
(CASH TOWARD ACCRUAL/CASH TRANSITIONING OF ACCRUAL)

Suatu entitas sektor publik yang akan melakukan peralihan basis


akuntansi dari kas menjadi akrual biasanya membutuhkan waktu
yang tidak singkat. Pada masa transisi tersebut, dalam rangka
peralihan dari basis kas sering disebut dengan Cash Toward
Accrual (CTA) atau Cash Transitioning to Accrual. Basis modifikasi
tersebut biasanya diterapkan dengan mengadopsi basis akrual
dengan porsi atau tingkatan tertentu.

Sebagai contoh, Pemerintah Indonesia pernah menerapkan basis


Kas Menuju Akrual (Cash Toward Accrual) dalam penyusunan
laporan keuangan selama masa transisi. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah disebutkan bahwa basis Kas Menuju Akrual (Cash
Toward Accrual) mengakui atau mencatat pendapatan, belanja,
dan pembiayaan berdasarkan basis kas, sedangkan aset, utang,
dan ekuitas dana dicatat berdasarkan basis akrual.
OVERVIEW
MATERI PERKULIAHAN PERTEMUAN 12
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK:


1. Pendahuluan
2. Tujuan Dan Fungsi Laporan Keuangan Sektor Publik
3. Tujuan Laporan Keuangan Menurut SFAC No. 4
4. Pemakai Laporan Keuangan Sektor Publik Dan Kepentingannya
5. Hak Dan Kebutuhan Pemakai Laporan Keuangan
6. Perbedaan Laporan Keuangan Sektor Publik Dengan Sektor
Swasta
7. Luas Pengungkapan (Disclosure) Yang Diperlukan

BUKU REFRENSI UTAMA:


Akuntansi Sektor Publik, Edisi Terbaru, Mardiasmo, 2018
PERTEMUAN 12

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK


PENDAHULUAN

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan


laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan
akuntabilitas publik.

Organisasi sektor publik dituntut untuk dapat membuat laporan


keuangan eksternal yang meliputi laporan keuangan formal,
seperti Laporan Surplus/Defisit, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Rugi/Laba, Laporan Aliran Kas, Neraca, Serta Laporan
Kinerja yang dinyatakan dalam ukuran finansial dan
nonfinansial. Bentuk laporan keuangan sektor publik. Pada
dasarnya dapat diadaptasikan dari laporan keuangan pada
sektor swasta yang disesuaikan dengan sifat dan karakteristik
sektor publik serta mengakomodasi kebutuhan pemakai laporan
keuangan sektor publik.
TUJUAN DAN FUNGSI LAPORAN KEUANGAN SEKTOR
PUBLIK (1)

Secara umum tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik adalah :
1. Kepatuhan dan pengelolaan (Compliance and Stewardship).
2. Akuntanbilitas dan pelaporan Retrospektif (Accountability and
retrospective Reporting).
3. Perencanaan dan informasi Otoraisasi (Planning and Authorization
Information).
4. Kelangsungan Organisasi (Viability)
5. Hubungan Masyarakat (Public Relation).
6. Sumber Fakta dan Gambaran (Source of Facts and Figures).
Bagi Organisasi Pemerintah, Tujuan umum akuntansi dan laporan
keuangan adalah :
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan
keputusan ekonomi, sosial dan politik serta sebagai bukti pertanggung
jawaban (accountability) dan pengelolaan (stewardship)
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi
kinerja manajerial organisasional.
TUJUAN DAN FUNGSI LAPORAN KEUANGAN SEKTOR
PUBLIK (2)
Secara rinci tujuan akuntansi dan laporan keuangan organisasi pemerintah adalah :
1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi aliran kas, saldo
neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek unit pemerintah.
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi
suatu unit pemerintahan dan perubahan – perubahan yang terjadi didalamnya.
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan
peraturan perundang – undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang
diisyaratkan.
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk memprediksi
pengaruh akuisisi dan alokasi sumber daya terhadap pencapaian tujuan operasional
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional :
a. Untuk menentukan biaya program, fungsi, dan aktivitas sehingga
memudahkan analisis dan melakukan perbandingan dengan kriteria yang
telah ditetapkan, membandingkan dengan kinerja periode – periode
sebelumnya dan dengan kinerja unit pemerintah lain.
b. Untuk mengevaluasi tingkat ekonomi dan efisiensi operasi, program,
aktivitas, dan fungsi tertentu di unit pemerintah.
c. Untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas dan fungsi serta
efektivitas terhadap pencapaian tujuan dan target
d. Untuk mengevaluasi tingkat pemerataan (equality) dan keadilan (equity)
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN MENURUT SFAC NO. 4

Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba menurut


Statement of Financial Accounting Concepts No. 4 (SFAC
4):
1. Bermanfaat bagi penyusunan keputusan yang rasional.
2. Untuk menilai pelayanan.
3. Menilai kinerja manajer organisasi.
4. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi,
kewajiban dan kekayaan.
5. Informasi kinerja selama satu periode.
6. Informasi bagaimana memperoleh dan membelanjakan
kas.
7. Memberi penjelasan dan interpretasi.
PEMAKAI LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK DAN
KEPENTINGANNYA

Anthony et al. (1999) mengklasifikasikan pemakai laporan keuangan


sektor publik menjadi lima kelompok, yaitu :
1. Lembaga pemerintah (governing bodies)
2. Investor dan kreditur
3. Pemberi sumber daya (resource providers)
4. Badan pengawas (oversight bodies)
5. Konstituen

Serikat dagang sektor public GASB (1999, p. B 184)


mengindentifikasikan pemakai laporan keuangan pemerintah menjadi
tiga kelompok besar, yaitu :
1. Masyarakat yang kepadanya pemerintah bertanggung jawab.
2. Legislatif dan badan pengawasan yang secara langsung mewakili
rakyat.
3. Investor dan kreditur yang memberi pinjaman dan/atau
berpartisipasi dalam proses pemberian pinjaman.
HAK DAN KEBUTUHAN PEMAKAI LAPORAN KEUANGAN (1)

Pada dasarnya masyarakat publik memiliki hak dasar


terhadap pemerintah, yaitu:

a. Hak untuk mengetahui (right to know).


b. Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang
meliputi hak untuk diberi penjelasan secara terbuka
atas permasalahan – permasalahan tertentu yang
menjadi perdebatan publik.
c. Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and
to be listened to)
HAK DAN KEBUTUHAN PEMAKAI LAPORAN KEUANGAN (2)
Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah tersebut dapat
diringkas sebagai berikut :
1. Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi atas
biaya, harga, dan kualitas pelayanan yang diberikan.
2. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui
keberadaan dan penggunaan dana yang telah melakukan ketaatan fiskal
dan ketaatan pada peraturan perundangan atas pengeluaran –
pengeluaran yang dilakukan.
3. Kreditor dan investor membutuhkan informasi untuk menghitung tingkat
risiko, likuiditas dan solvabilitas.
4. Parlemen dan kelompok politik memerlukan informasi keuangan untuk
melakukan fungsi pengawasan, mencegah terjadinya laporan yang bias
atas kondisi keuangan pemerintah, dan penyelewengan keuangan
negara.
5. Manajer publik membutuhkan informasi akuntansi sebagai komponen
system informasi manajemen untuk membantu perencanaan dan
pengendalian organisasi, pengukuran kinerja, dan membandingkan
kinerja organisasi antar kurun waktu dan dengan organisasi lain yang
sejenis.
6. Pegawai membutuhkan informasi atas gaji dan manajemen kompensasi.
PERBEDAAN LAPORAN KEUANGAN SEKTOR
PUBLIK DENGAN SEKTOR SWASTA

Perbedaan

Laporan Keuangan Pemerintah Laporan keuangan Sektor Swasta

Fokus Finansial dan Politik Fokus finansial

Kinerja diukur secara finansial dan non Sebagaimana besar kinerja diukur secara
finansial finansial

Pertanggungjawaban kepada parlemen dan Pertanggungjawaban kepada pemegang


masyarakat luas saham dan kreditur

Berfokus pada bagian organisasi Berfokus pada organisasi secara keseluruhan


LUAS PENGUNGKAPAN (DISCLOSURE) YANG
DIPERLUKAN
Pemerintah harus menentukan kebijakan yang mejelaskan komponen apa saja yang
dapat dikategorikan sebagai pendapatan atau biaya operasi yang tepat untuk suatu
unit kerja yang dilaporkan, luas pengungkapan (disclosure), dan kebijakan – kebijakan
akuntansi yang dipraktikkan secara konsisten. Pemerintah diharapkan dapat
memerikan informasi tambahan untuk hal – hal sebagai berikut:
1. Fokus pengukuran dan dasar akuntansi yang digunakan untuk pembuatan
laporan.
2. Kebijakan menghapuskan/menghentikan aktivitas internal unit kerja pada laporan
Aktivitas.
3. Kebijakan kapitalisasi aktiva dan menaksir umur ekonomi aktiva – aktiva tersebut
untuk menentukan biaya depresiasinya.
4. Deskripsi mengenai jenis – jenis transaksi yang masuk penerimaan program dan
kebijakan untuk mengalokasikan biaya – biaya tidak langsung kepada suatu
fungsi atau unit kerja dalam laporan aktivitas.
5. Kebijakan pemerintah dalam menentukan pendapatan operasi dan nonoperasi
6. Pemerintah harus mengungkapkan secara detail/lengkap dalam catatan (notes)
laporan keuangan mengenai asset modal dan utang jangka panjang. Aset modal
yang tidak didepresiasi harus diungkapkan secara terpisah dari asset modal yang
didepresiasi. Informasi mengenai kewajiban jangka panjang meliputi obligasi,
utang wesel, pinjaman, utang leasing, tuntutan, dan sebagainya.
OVERVIEW
MATERI PERKULIAHAN PERTEMUAN 13
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

URGENSI PENGEMBANGAN AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR


PUBLIK:
1. Pendahuluan
2. Sekilas Pengembangan Akuntansi Keuangan Sektor Publik
Nasional
3. Perkembangan Dan Pengembangan Akuntansi Keuangan
Sekitar Publik Di Indonesia
4. Urgensi Dan Arah Perkembangan Akuntansi Keuangan Sektor
Publik Indonesia

BUKU REFRENSI UTAMA:


Akuntansi Sektor Publik, Edisi Terbaru, Mardiasmo, 2018
PERTEMUAN 13

URGENSI PENGEMBANGAN
AKUNTANSI KEUANGAN
SEKTOR PUBLIK
PENDAHULUAN
Pada sektor swasta (private), akuntansi berkembang seiring
dengan dinamika model bisnis yang juga berkembang sangat
cepat dalam era teknologi informasi dan globalisasi yang semakin
mendekatkan seluruh entitas usaha, tidak lagi berbatas pada
lokasi geografis
Meskipun tidak dalam kecepatan yang sama, akuntansi sektor
publik juga mengalami perkembangan yang pesat. Akuntansi
sektor publik memiliki dimensi dan ruang lingkup cukup luas, yang
menyisakan banyak ruang untuk pengembangannya. Ruang
pengembangan tersebut sangat terlihat, terutama pada akuntansi
pemerintahan sebagai bagian terbesar dari akuntansi sektor
publik. Akuntansi pemerintahan yang maju, sebagai bagian dari
akuntansi sektor publik, akan mendukung upaya pemerintah
mewujudkan good public governance melalui pengelolaan
keuangan Negara yang transparan dan akuntabel.
SEKILAS PENGEMBANGAN AKUNTANSI
KEUANGAN SEKTOR PUBLIK NASIONAL

1. Penerapan Basis Akrual pada Akuntansi Sektor Publik.


Pengalihan basis kas menjadi basis akrual merupakan tonggak
penting dalam perkembangan akuntansi keuangan sektor
publik ditingkat internasional.

Akuntansi berbasis akrual telah diterapkan di banyak negara


dan diproyeksikan akan terus meningkat penggunaannya di
masa mendatang.

2. Upaya Pengembangan Akuntansi Sektor Publik berskala


International.
Salah satu upaya pengembangan akuntansi keuangan sektor
public berskala internasional adalah melalui konvergensi IFRS.
PERKEMBANGAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
KEUANGAN SEKITAR PUBLIK DI INDONESIA
1. Perkembangan akuntansi keuangan sektor publik di Indonesia.
Di Indonesia, akuntansi keuangan sektor publik, khususnya akuntansi pemerintahan
telah berkembang sangat pesat sejak adanya Reformasi Manajemen Keuangan Negara.
.
Momentum Reformasi Manajemen Keuangan Negara tersebut juga menjadi titik tolak
pengembangan akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) untuk


mempersiapkan, merumuskan dan meyusun SAP di Indonesia.

Pemerintah Indonesia memiliki Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) untuk pertama


kalinya, dengan terbitnya PP Nomor 24 Tahun 2005.

Basis Akrual digunakan pertama kali dalam penyusunanan laporan Keuangan


Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2015, kemudian pada LKPP Tahun 2015, kemudian
pada LKPP Tahun 2016, mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP).

2. Pengembangan Akuntansi Keuangan Sektor Publik di Indonesia


KSAP berperan penting dalam pengembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia
dengan menerbitkan berbagai standar akuntansi.
URGENSI DAN ARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI
KEUANGAN SEKTOR PUBLIK INDONESIA (1)
1. Tantangan dan permasalahan yang menuntut pengembangan
Akuntansi Keuangan Sektor Publik di Indonesia

Pengembangan akuntansi keuangan sektor publik harus terus berlanjut


untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

Kebijakan pemerintah dapat menimbulkan konsekuensi perlunya


standar akuntansi dan sistem akuntansi khusus, misalnya dalam
pengolaan dana desa.

Pembentukan lembaga baru seperti BLU/BLUD dengan pola


pengelolaan keuangan yang khusus memerlukan standar akuntansi dan
sistem akuntansi tersendiri sebagai pedoman dalam penyusunan
laporan keuangannya.
URGENSI DAN ARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI
KEUANGAN SEKTOR PUBLIK INDONESIA (2)
2. Upaya dan Arah pengembangan Akuntansi Keuangan Sektor Publik di Indonesia
Pengembangan akuntansi sektor public perlu melibatkan dan perhatian berbagai pihak.
IAI sebagai organisasi profesi akuntan ikut berkontribusi terhadap pengembangan akuntansi
sektor publik.

Selain itu, IAI secara aktif terlibat dengan para stakeholder-nya dalam mewujudkan berbagai
paduan bagi sektor publik antara lain :
• Pedoman Akuntansi Dana Desa
• Pedoman Pelaporan Dana Kampanye
• Pedoman Akuntansi Pesantren
• Policy Brief Pengelolaan BLU/BLUD

Dinamika perekonomian semakin mendekat sektor privat dan sektor publik, yang juga
memengaruhi perlakuan akuntansi yang diterapkan entitas dikedua sektor.

Sinergi antara IAI dan KSAP Sangat diperlukan agar diperoleh penerapan akuntansi yang tepat
terhadap suatu aktivitas yang melibatkan entitas pada sketor privat dan sektor publik.

Akuntansi sektor privat dan sektor publik pada akhirnya akan merge dan menjadi milestone
pengembangan akuntan si dimasa datang, sehingga dapat mewujudkan sebua welfare store.
OVERVIEW
MATERI PERKULIAHAN PERTEMUAN 14
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

AUDITING SEKTOR PUBLIK:


1. Value For Money Audit
2. Karakteristik Value For Money Audit
3. Audit Ekonomi Dan Efisiensi
4. Audit Efektivitas
5. Proses Audit Kinerja
6. Struktur Audit Kinerja

BUKU REFRENSI UTAMA:


Akuntansi Sektor Publik, Edisi Terbaru, Mardiasmo, 2018
PERTEMUAN 14

AUDITING SEKTOR PUBLIK


VALUE FOR MONEY AUDIT
Dalam pemeriksaan yang konvesional, lingkup pemeriksaan
hanya sebatas audit terhadap keuangan dan kepatuhan
(financial and compliance audit), sedangkan dalam
pendekatan baru ini selain audit keuangan dan kepatuhan juga
perlu dilakukan audit kinerja (performance audit). Performance
audit meliputi audit, ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit
ekonomi dan efisiensi disebut management audit atau
operational audit, sedangkan audit efektivitas disebut program
audit. Istilah lain untuk performance audit tersebut adalah VFM
(Value For Money) audit atau disingkat 3E’s audit (economy,
efficiency, and effectiveness audit).
KARAKTERISTIK VALUE FOR MONEY AUDIT
Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada
dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurnya.

Audit kinerja memfokuskan pemeriksaaan pada tindakan dan kejadian ekonomi


yang menggambarkan kinerja organisasi.

Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi mampu melaksanakan tugas
dalam rangka mencapai tujuan pada standar tinggi dengan biaya rendah.

Salah satu hal yang membedakan VFM audit dengan conventional audit adalah
dalam hal laporan audit. Dalam audit yang konvensional. Hasil audit adalah
berupa pendapat (opini) auditor secara independen dan objektif tentang
kewajaran laporan keuangan sesuai dengan kriteria standar yang telah
ditetapkan, tanpa pemberian rekomendasi perbaikan. Sedangkan dalam VFM
audit tidak sekedar menyampaikan kesempatan berdasarkan tahapan audit yang
telah dilaksanakan, akan tetapi juga dilengkapi dengan rekomendasi untuk
perbaikan di masa mendatang.
AUDIT EKONOMI DAN EFISIENSI (1)

Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan :

1) Apakah suatu entitas telah memeroleh, melindungi, dan


menggunakan sumber dayanya (seperti karyawan, gedung,
ruang, dan peralatan kantor) secara ekonomis dan efisien.
2) Penyebab terjadinya praktik – praktik yang tidak ekonomis atau
tidak efisien termasuk ketidakmampuan organisasi dalam
mengelola system informasi, prosedur administrasi, dan struktur
organisasi.
AUDIT EKONOMI DAN EFISIENSI (2)
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi, menurut The
General Accounting Office Standards (1994):
a. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.
b. Pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan
pada biaya terendah.
c. Melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai.
d. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang
jelas tujuannya.
e. Menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang
berlebihan.
f. Menggunakan prosedur kerja yang efesien.
g. Menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) yang minimum
dalam menghasilkan atau menyerahkan barang / jasa dengan kuantitas dan
kualitas yang tepat.
h. Mematuhi persyaratan peraturan perundang – undangan yang berkaitan
dengan perolehan, pemeliharaan, dan penggunaaan sumber daya negara.
i. Melaporkan ukuran yang sah dapat dipertanggung jawabkan mengenai
kehematan dan efisiensi.
AUDIT EKONOMI DAN EFISIENSI (3)

Dengan berdasarkan pada ukuran input dan output yang telah ditetapkan
sebelumnya, auditor harus mampu menilai apakah output telah dihasilkan
dengan biaya yang lebih rendah atau apakah biayan yang terjadi dapat
menghasilkan output yang lebih besar.

Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output


yang optimal dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat
membandingkan output yang telah dicapai pada periode yang
bersangkutan dengan :
1) Standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
2) Kinerja tahun tahun sebelumnya.
3) Unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang
berbeda.
AUDIT EFEKTIVITAS (1)

Audit efektivitas (audit program) bertujuan untuk menentukan :

1) Tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan.


2) Kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
3) Apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain
yang memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah.
AUDIT EFEKTIVITAS (2)
Secara lebih rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas atau audit program adalah untuk :
a. Menilai tujuan program, baik yang baru maupun ynag sudah berjalan, apakah sudah
memadai dan tepat.
b. Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan
c. Meniliai efektivitas program dan/atau unsur – unsur program secara terpisah/sendiri.
d. Mengindentifikasi faktor yang menghambat pelaksaan kinerja yang baik dan
memuaskan.
e. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil lebih baik dan dengan
biaya yang lebih rendah.
f. Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang – tindih atau
bertentangan dengan program lain yang terkait.
g. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih baik.
h. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang – undangan yang berlaku untuk
program tersebut.
i. Menilai apkah system pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk
mengukur, melaporkan, dan memantau tingkat efektivitas program.
j. Menentukan manajemen telah melaporkan ukuran yang dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.
AUDIT EFEKTIVITAS (3)
Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa.

Evaluasi terhadap pelaksaan suatu program hendaknya


mempertimbangkan hal – hal berikut :
1) Apakah program tersebut relevan atau realistis
2) Apakah ada pengaruh dari program tersebut
3) Apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan
4) Apakah ada cara – cara yang lebih baik dalam mencapai hasil

Value for money audit secara umum mempunyai tiga kategori yaitu :
1) “By product” VFM work.
2) An “Arrangement Review”.
3) Performance Review.
AUDIT EFEKTIVITAS (4)

Sebagaimana profesi dibidang lainnya, untuk menjadi seorang auditor sektor publik
diperlukan beberapa syarat yaitu :
1. Seorang auditor harus telah diakui kompetensinya untuk melakukan
pemeriksaan (audit) :
a. Mempunyai pemahaman tentang akun – akun yang ada, sesuai dengan
peraturan yang berlaku serta menaati undang – undang yang ada.
b. Auditor telah diakui kemampuannya dalam melakukan praktik audit.
c. Auditor harus dapat memahami apakah klien telah memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki secara ekonomis efesiensi, dan efektif.
2. Seorang auditor harus mematuhi kode etik yang berlaku,
3. Seorang auditor harus dapat melakukan audit dengan bertanggung jawab
karena terdorong oleh kesadaran bahwa audit yang akan dilaksanakannya
pada organisasi – organisasi sektor publik, terutama untuk memenuhi
kepentingan masyarakat.
PROSES AUDIT KINERJA

Untuk mengetahui proses audit kinerja, terlebih


dahulu perlu dipahami mengenai struktur audit
kinerja, tahapan audit kinerja, dan kriteria atau
indiKator yang menjadi tolak ukur audit kinerja.
STRUKTUR AUDIT KINERJA (1)

Audit kinerja pada dasarnya merupakan perluasan dari audit


keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Berdasarkan
kerangka umum struktur audit, dapat dikembangkan struktur
audit kinerja yang terdiri atas :
1. Tahap pengenalan dan perencanaan (familiarization and
planning phase).
2. Tahap pelaksanaan (audit phase).
3. Tahap pelaporan (reporting phase).
4. Tahap penindaklanjutan (follow-up phase).
STRUKTUR AUDIT KINERJA (2)

Tahap Elemen
Tahap Pengenalan dan Perencanaan • Survey Pendahuluan
• Review Sistem Pengendalian
Manajemen
Tahap Audit • Review Hasil – Hasil Program
• Review Ekonomi
• Review Kepatuhan
Tahap Pelaporan • Persiapan Laporan
• Review dan Revisi
• Pengirim dan Penyajian Laporan
Tahap Follow-up • Desain Follow-up
• Investigasi
• Pelaporan

Anda mungkin juga menyukai