Anda di halaman 1dari 29

RESUME UTS ASP

WEEK 1

Definisi Organisasi Sektor Publik (OSP)

Organisasi adalah sekelompok orang yang ingin mencapai tujuan secara bersama-sama. Sektor
publik diartikan suatu entitas yang memiliki aktivitas penyediaan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan publik (masyarakat). Organisasi sektor publik berorientasi pada
kepentingan publik karena organisasi ini biasanya tidak berorientasi pada laba.

Sebagai organisasi biasanya aktivitas manajemen tetap berjalan dengan melakukan perencanaan,
pengendalian biaya, evaluasi dan pengendalian layaknya sektor swasta. Sektor publik memakai
PSAK 45 tentang Organisasi Nirlaba sebagai acuan karena hal ini membedakan laporan
keuangan nirlaba dengan organisasi bisnis. Pemisahan dana yang diterima oleh entitas sektor
publik harus dipertanggungjawabkan secara khusus sehingga dibuat laporan khusus dan terpisah.

Perbedaan karakteristik OSP dengan organisasi sektor swasta


Persamaan akuntansi sektor publik dan sektor swasta, antara lain :

1. Kedua sektor, baik sektor publik maupun sektor swasta merupakan bagian integral dari
sistem ekonomi, di suatu negara dan keduanya menggunakan sumber daya yang sama untuk
mencapai tujuan organisasi.
2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber daya (scarcity
of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor swasta dituntut untuk
menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomi, efisien dan efektif.
3. Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada dasarnya sama di
kedua sektor. Kedua sektor tersebut membutuhkan informasi yang handal, relevan untuk
melaksanakan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian).
4. Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, seperti sama-sama
bergerak dibidang transportasi massal, pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan
sebagainya.
5. Kedua sektor terikat pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan hukum lain yang
disyaratkan.

Akuntansi sektor publik

Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive activity). Akuntansi yang
digunakan pada sektor swasta maupun sektor publik mempunyai tujuan yang berbeda. Dari
persepektif ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suátu entitas yaitu aktivitasnya
berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan hak publik. Sejalan dengan perspektif ilmu ekonomi tersebut, tujuan
akuntansi sektor publik adalah untuk memberikan pelayanan publik dalam rangka memenuhi
kebutuhan publik.

WEEK 2

PERKEMBANGAN REGULASI DISEKTOR PUBLIK


1. Perkembangan Regulasi Terkait Organisasi Nirlaba
A. Regulasi Tentang Yayasan
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan
untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak
mempunyai anggota.
Regulasi yang terkait dengan yayasan adalah Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan. Undang-undang ini dimaksudkan untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum
agar yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip
keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat.
Undang-undang ini diperbaharui dalam beberapa aspek dengan Undang-undang No. 28 Tahun
2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Selain dua Undang-undang yang telah disebutkan untuk lebih menjamin kepastian hukum,
pemerintah juga mengeluarkan peraturan pemerintah No. 63 Tahun 2008 tentang pelaksanaan
Undang-undang tentang Yayasan. PP ini memberikan penjelasan yang lebih detail dan aplikatif
dari ketentuan yang telah diatur dalam Undang-undang tentang Yayasan.

B. Regulasi Tentang Partai Politik


Regulasi tentang partai politik telah dikembangkan sejak lama, tetapi berkembang dengan
pesat sejak era reformasi dengan system multipartainya. Undang-undang yang pertama ada
setelah era reformasi adalah Undang-undang No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik. Seiring
dengan perkembangan masyarakat dan perubahan system ketatanegaraan yang dinamis diawal-
awal era reformasi, Undang-undang ini diperbaharui dengan keluarnya Undang-undang No. 31
tahun 2002 tentang partai politik.
Undang-undang No.31/2002 kembali diperbaharui pada tahun 2008 melalui Undang-undang
No.02/2008 tentang Partai Politik. Secara umum, Undang-undang No. 2 tahun 2008 ini bersifat
melengkapi dan menyerpunakan Undang-undang No.31 tahun 2002, misalnya memberi
pengertian partai politik yang lebih lengkap. Menurut Undang-undang No.2 tahun 2008, partai
politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok WNI secara
sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan Negara, serta memelihara keutuhan NKRI
berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
C. Regulasi tentang Badan Hukum Milik Negara dan Badan Hukum Pendidikan
Badan Hukum Milik Negara (BHMN) adalah salah satu bentuk Badan Hukum di Indonesia
yang awalnya dibentuk untuk mengakomodasi kebutuhan khusus dalam rangka “privatisasi”
Lembaga Pendidikan yang memiliki karakteristik tersendiri, khususnya sifat non profit meski
berstatus sebagai Badan Usaha.
Universitas yang berstatus BHMN memliki beberapa cirri yang membedakannya dengan
status Universitas lain. Cirri-ciri BHMN adalah sebagai berikut :
1) Memiliki Majelis Wali Amanat
2) Memiliki Senat Akademik (SA)
3) Memiliki Otonomi Manajemen Dana dan Akademik
Pada akhir tahun 2008, terdapat perkembangan baru pada dunia Pendidikan Tinggi di
Indonesia dengan disahkannya UU tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP). BHP adalah Badan
Hukum penyelenggaraan pendidikan formal dengan berprinsip nirlaba yang memiliki
kemandirian dalam pengelolaannya dengan tujuan memajukan satuan pendidikan.
Dalam pengelolaannya, BHP mendasarkan pada 10 prinsip berikut :
1) Nirlaba 7) Akses yang berkeadilan
2) Otonom 8) Keberagaman
3) Akuntabel 9) Keberlanjutan
4) Transparan 10) Partisipasi atas tanggungjawab Negara
5) Penjaminan mutu
6) Layanan prima

D. Regulasi tentang Badan Layanan Umum


Badan Layanan umum atau BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan keuntungan. Dalam melakukan kegiatannya, BLU didasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktivitas.
BLU dibentuk untuk mempromosikan peningkatan pelayanan public melalui fleksibilitas
pengelolaan keuangan BLU yang dikelola secara professional dengan menonjolkan
produktivitas, efisiensi, dan efektivitas.
2. Perkembang Regulasi Terkait Keuangan Negara
A. UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No.17 tahun 2003 adalah tonggak sejarah penting yang mengawali reformasi keuangan
Negara kita menuju pengelolaan keuangan yang efisien dan modern. Berikut beberapa hal
penting yang diatur dalam Undang-undang ini.
1. Kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara
2. Penyusunan dan penetapan APBN
3. Penyusunan dan penetapan APBD
4. Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan Bank sentral, pemerintah daerah, serta
pemerintah/lembaga asing
5. Hubungan keuangan antar pemerintah dan perusahaan Negara, perusahaan daerah, perusahaan
swasta, serta badan pengelolaan dana masyarakaat.
6. Pertanggung jawaban pelaksanaan APBN dan APBD.

B. Undang-undang No 1 tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara


Pengelolaan keuangan Negara sebagaimana di maksud dalam UU perlu dilaksanakan secara
propesional, terbuka, dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang di
wujudkan dalam APBN dan APBD.
Perbendaharaan Negara dalam UU ini adalah pengelolaan dan pertangggung jawaban
keuangan Negara, termasuk investasi dan kekayaan dan dipisahkan dan di tetapkan dalam APBN
Dan APBD. Sesuai dengan pengertian tersebut, UU No 1 tahun 2004 ini mengatur:
1. Runag lingkup dan asas umum perbendaharaan Negara
2. Kewenanangan pejabat perbendaharaan Negara
3. Pelaksanaan pendapatan dan belanja Negara atau daerah
4. Pengelolaan uang Negara atau daerah
5. Pengelolaan piuntang dan utang Negara atau daerah
6. Pengelolaan investasi dan barang milik Negara atau daerah
7. Penatausahaan dan pertangungjawaban APBN dabn APBD
8. Pengendalian intern pemerintah
9. Penyelesaian kerugian Negara atau daerah
10. Pengelolaan keuangan badan layanan umum

C. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum


Badan layanan umum yang bertugas memberikan layanan kepada masyarakat berupa
barang atau jasa yng diperlukan dalam rangka memajukan kesejateraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan negara yang tidak
dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelengarakan kegiatan Badan
Layanan Umum yang Bersangkutan.

D. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara
independenn, objektif, dan professional berdasarkan standar pemeriksaan untuk menilai
kebenaran kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara.
Pemeriksaan keuangan Negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan Negara dan
pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan Negara. Badan pemeriksa keuangan (BPK)
melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.
Pemeriksaan terdiri atas :
a. Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan
b. Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan Negara yang terdiri atas
pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas
c. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu

E. Pelaksanaan Pemeriksaan
Penentuan objek pemeriksaan, perencanan dan pelaksanaan pemeriksaan, penentuan
waktu dan metode pemeriksaan, seta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan dilakukakn
secara bebas dan mandiri oleh BPK. Dalam merencanakan tugas pemeriksaan , BPK
memperhatikan permintaan, saran, dan pendapatlembaga perwakilan. Untuk mendapatkan hal
itu BPK atau lembaga perwakilan dapat mengadakan pertemuan konsultasi.

F. Hasil Pemeriksaan dan Tidak Lanjut


Pemeriksa menyusun laporan hasil pemeriksaan setelah pemeriksaan selesai di
lakukan.Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat di sampaikan oleh
BPK kepada DPR dan DPD, selambat-lambatnya dua bulan setelah menerima laporan keuangan
dari pemerintah pusat. Laporan hasil pemeriksaan kinerja di sampaikan kepada
DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya.

3. Perkembangan Regulasi Terkait Otonomi Daerah


Pemberian otonomi luas kepada daerah di arahkan untuk mempercepat terwujud
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pendayaan, dan peran masyarakat.
Disamping itu, melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, kekhususan, dan
keanekaragaman daerah dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selama 3 tahun
pelaksanaaan otonomi daerah, kemudian, pemerintahan menyadari masih terdapat banyak aspek
yang menjadi kelemahan sekaligus celah dalam peraturan perundang yang masih sering
menimbulkan keracunan.

WEEK 3
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
UU 32/2004 tentang pemerintahan daerah perubahan dan menyempurnakan terhadap UU
22/1999 dengan perihal yang sama. Undang-Undang ini mengatur otonomi yang di definisikan
sebagai otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah memiliki kewenangan mengatur semua urusan
pemerintahan, selain urusan-urusan yang menjadi urusan pemerintah, yaitu politik luar negeri,
pertahann, keamanan, yustisi, moneter, dan fiscal nasional serta agama. Selain itu, otonomi di
perkembangkan sejalan dengan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Otonomi
nyata di bangun atas kehendak untuk menangani urusan pemerintahan berdasarkan tugas,
wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi tumbuh, hidup dan
berkembang sesuai dengan potensi daerah yang khas.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah
Pertimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah mencangkup pembagian
keuangan antara keuangan pemerintah dan pemerintah secara proposional, demokratif, adil dan
transparan dengan mempertahankan dengan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah, penyelenggaraan, pelimpahan, dan penugasan urusan
pemerintah kepada daerah secara nyata dan pertanggungjawaban yang harus diikuti peraturan,
pembagian, dan pemanfaatan sumberdaya nasional secara adil termasuk pertimbangan keuangan
antara pemerintahan daerah.

PERKEMBANGAN STANDAR DI SEKTOR PUBLIK


Di Indonesia beberapa upaya untuk membuat sebuah standar yang relevan dengan praktik
akuntansi di organisasi sector public telah di lakukan baik oleh ikatan akuntansi Indonesia (IAI)
maupun oleh pemerintah sendiri untuk organisasi nirlaba (Yang di miliki oleh
perorangan/swasta, IAI telah menerbitkan kenyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor
45 tentang “Organisasi Nirlaba” PSAK ini berisi tentang kaidah prinsip-prinsip yang harus di
ikuti oleh organisasi nirlaba dalam membuat laporan keuangan.

1. Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik (International Public Sector Accounting


Standards---IPSAS)
Federasi Akuntan Internasional (International Federation of Accounting—IFAC) membentuk
sebuah komite khusus yang bertugas menyusun standar akuntansi sektor publik. Komite tersebut
diberi nama “The Public Sectot Committe” dan bertugas menyusun sebuah standar akuntansi
bagi organisasi sektor publik yang berlaku secara internasional yang kemudian
disebut International Public Sector Accounting Standards (IPSAS).
IPSAS bertujuan:
- Meningkatkan kualitas dari tujuan utama dalam melaporkan keuangan sektor publik
- Menginformasikan secara lebih jelas pembagian alokasi sumber daya yang dilakukan oleh
entitas sektor publik
- Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas entitas sektor publik
2. PSAK 45
PSAK 45 merupakan satu-satu nya pernyataan standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) yang mengatur pelaporan keuangan organisasi nirlaba. PSAK 45 disusun dengan
pemikiran bahwa dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan
tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis dan sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada
umumnya. Dengan demikian, acuan yang jelas dibutuhkan agar pelaporan keuangan organisasi
nirlaba dapat diatur, lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan daya banding yang tinggi.

3. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)


Komite SAP adalah sebuah cerita panjang seiring dengan perjalanan reformasi keuangan di
Indonesia. Kebutuhan standard dan pembentukan komite penyusunnya mulai muncul ketika
desakan untuk penerapan IPSAS di Indonesia semakin kuat. KSAP bertujuan mengembangkan
program-program pengembangan akuntabilitas dan manajemen keuangan pemerintahan,
termasuk mengembangkan SAP dan mempromosikan penerapan standar tersebut.

4. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)


Standar ini menjadi acuan bagi auditor pemerintah dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pemeriksa. SPKN ini hanya mengatur mengenai hal-hal yang belum diatur oleh Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP), yang merupakan standar audit bagi perusahaan. Sebagian
acuan audit disektor pemerintahan, SPKN memberikan kerangka dasar untuk menerapkan secara
efektif standar pekerjaan lapangan dan pelaporan audit.
Standar Umum SPKN:
- Persyaratan Kemampuan/Keahlian - Penggunaan Kemahiran Profesional
- Persyaratan Independensi secara Cermat dan Seksama
- Pengendalian Mutu

WEEK 4
Perencanaan dan Anggaran Organisasi Sektor Publik (1)
a. Pengertian
Anggaran sektor publik adalah rencana kegiatan dan keuangan periodik (biasanya dalam periode
tahunan) yang berisi program dan kegiatan dan jumlah dana yang diperoleh
(penerimaan/pendapatan) dan dibutuhkan (pengeluaran/ belanja) dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
b. Fungsi Anggaran
(1) sebagai alat perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat kebijakan fiskal, (4) alat politik, (5)
alat koordinasi dan komunikasi, (6) alat penilaian kinerja, (7) alat motivasi, dan (8) alat
menciptakan ruang publik.
Anggaran Sebagai Alat Perecanaan Anggaran : merupakan alat perencanaan manajemen untuk
mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa
yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang
diperoleh dan belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk:
a. merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan;
b. merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta
merencanakan alternatif sumber pembiayaannya; c. mengalokasikan dana pada berbagai program
dan kegiatan yang telah disusun; dan d. menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian
strategi.

Anggaran Sebagai Alat Pengendalian : Anggaran merupakan suatu alat yang esensial untuk
menghubungkan antara proses perencanaan dan proses pengendalian. Sebagai alat pengendalian,
anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar
pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran,
pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan pengeluaran. Bahkan tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa presiden, menteri, gubernur, bupati, dan manajer publik lainnya
dapat dikendalikan melalui anggaran. Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk
mengendalikan (membatasi kekuasaan) eksekutif. Anggaran sebagai instrumen pengendalian
digunakan untuk menghindari adanya overspending, underspending dan salah sasaran
(misappropriation) dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang bukan merupakan
prioritas. Anggaran merupakan alat untuk memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan
operasional program atau kegiatan pemerintah. Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran
sektor publik digunakan untuk meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup
untuk memenuhi kewajibannya. Selain itu, anggaran digunakan untuk memberi informasi dan
meyakinkan legislatif bahwa pernerintah bekerja secara efesien. tanpa ada korupsi dan
pemborosan. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal : Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal
pemerintah digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Melalui anggaran publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah. sehingga
dapat dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk
mendorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Anggaran Sebagai Alat Politik : Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan
kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan
political tool sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan
dana publik untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu pembuatan anggaran publik
membutuhkan political will, coalition building, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang
prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik harus sadar
sepenuhnya bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui dapat
menjatuhkan kepemimpinannya, atau paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.

Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi : Setiap unit kerja pemerintahan terlibat
dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian
dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi
terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Di samping itu,
anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan
eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.

Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja : Anggaran merupakan wujud komitmen dan budget
holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai
berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer
publik dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah
ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.

Anggaran Sebagai Alat Motivasi : Anggaran sebagai instrumen untuk memotivasi manajemen
agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi, anggaran hendaknya bersifat challenging but
attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya adalah target anggaran hendaknya jangan
terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu
mudah untuk dicapai.

Anggaran Sebagai Alat Untuk Menciptakan Ruang Publik : Anggaran publik tidak boleh
diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan DPR/DPRD. Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan
berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok
masyarakat yang terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah untuk
kepentingan mereka. Kelompok lain dari masyarakat yang kurang terorganisasi akan
mempercayakan aspirasinya melalui proses politik yang ada. Pengangguran, tuna wisma dan
kelompok lain yang tak terorganisasi akan dengan mudah dan tidak berdaya mengikuti tindakan
pemerintah. Jika tidak ada alat untuk menyampaikan suara mereka, maka mereka akan
mengambil tindakan dengan jalan lain seperti dengan tindakan massa, melakukan boikot,
vandalisme, dan sebagainya.
c. Pengaruh dan Tujuan Anggaran
Pengaruh Anggran Sektor Publik Anggaran dipengaruhi berbagai sistem politik, teori ekonomi,
pendekatanmanajemen, akuntansi, dan administrasi publik.

Tujuan Anggaran Sektor Anggaran sektor publik selalu dikaitkan dengan akuntansi
legislatif.Tujuan anggaran dapat dirumuskan sebagai alat akuntabilitas, alat
manajemen,dan instrumen kebijakan ekonomi. Proses akhir penyusunan anggaran
merupakanh a s i l p e r s e t u j u a n p o l i t i k , t e r m a s u k i t e m p e n ge l u a r a n h a r u s d i s e t u j ui
p a r a legislator. Pihak unit kerja pemerintah merupakan pelaksana pengelolaan dana danprogram
d. Karakteristik Anggaran
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan; 2. Anggaran
umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun; 3. Anggaran berisi
komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran yang ditetapkan; 4. Usulan
anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusunan
anggaran; dan 5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.
e. Prinsip-prinsip penganggaran
1. Otorisasi oleh legislatif Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih
dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
2. Komprehensif Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Oleh karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang
bersifat komprehensif
3. Keutuhan anggaran Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum (general fund)
4. Nondiscretionary Appropriation Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan
secara ekonomis, efisien, dan efektif
5. Periodik Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun
multitahunan.
6. Akurat Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden
reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran
serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.
7. Jelas Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan
8. Diketahui Publik Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
f. Pendekatan penganggaran sektor public
Ada 2 (dua) pendekatan dalam menyusun anggaran sektor publik yaitu pendekatan tradisional
dan pendekatan New Public Management (NPM).
ANGGARAN DENGAN PENDEKATAN TRADISIONAL (KONVENSIONAL)
Pendekatan penyusunan anggaran tradisional mempunyai beberapa karakterisitik, yaitu: a.
Incrementalism b. Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item. c. Cenderung
sentralistis d. Bersifat spesifikasi e. Tahunan dan f. Menggunakan prinsip anggaran bruto.
Struktur anggaran tradisional dengan ciri-ciri tersebut tidak mampu mengungkapkan besarnya
dana yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan anggaran tradisional tersebut gagal
dalam memberikan informasi tentang besarnya rencana kegiatan. Oleh karena tidak tersedianya
berbagai informasi tersebut, maka satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan
pegawasan hanyalah lingkar kepatuhan penggunaan anggaran.
WEEK 5
INCREMENTALISM Anggaran yang bersifat incrementalism yaitu hanya menambah atau
mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan
menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambah
pengawasan dana atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam. Pendekatan
semacam ini tidak saja belum menjamin terpenuhinya kebutuhan riil, namun juga dapat
mengakibatkan kesalahan yang terus berlanjut. Hal ini disebabkan karena kita tidak pernah tahu
apakah pengeluaran periode sebelumnya yang dijadikan sebagai tahun dasar penyusunan
anggaran tahun juga telah didasarkan atas kebutuhan yang wajar. Anggaran yang bersifat
incrementalism cenderung menerima konsep harga pokok pelayanan historis (historic cost of
service) tanpa memperhatikan pertanyaan seperti: apakah kegiatan tertentu yang dianggarkan
masih dibutuhkan? apakah pelayanan diberikan secara ekonomis dan efisien? apakah pelayanan
yang diberikan mempengaruhi pola kebutuhan publik? Akibat digunakannya harga pokok
pelayanan historis tersebut adalah suatu item, program, atau kegiatan akan muncul lagi dalam
anggaran tahun berikutnya meskipun sebenarnya item tersebut sudah tidak dibutuhkan.
Perubahan anggaran hanya menyentuh jumlah nominal rupiah yang disesuaikan dengan tingkat
inflasi, jumlah penduduk, dan penyesuaian lainnya.

LINE-ITEM Karakteristik lain dari pendekatan anggaran tradisional adalah struktur anggaran
bersifat line-item yang didasarkan atas dasar sifat (nature) dan penerimaan dan pengeluaran.
Metode line-item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau
pengeuaran yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara riil item
tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada periode sekarang. Karena sifatnya yang
demikian, penggunaan anggaran tradisional tidak memungkinkan untuk dilakukan penilaian
kinerja secara akurat, karena satu-satunya tolak ukur yang dapat digunakan adalah semata-mata
pada ketaatan dalam menggunakan dana yang diusulkan. Penyusunan anggaran dengan
menggunakan struktur line-item dilandasi alasan adanya orientasi sistem anggaran yang
dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran. Berdasarkan hal tersebut, anggaran tradisional
disusun atas dasar sifat penerimaan dan pengeluaran, seperti misalnya pendapatan dan
pemerintah atasan, pendapatan dari pajak, atau pengeluaran untuk gaji, pengeluaran untuk
belanja barang, dan sebagainya, bukan berdasar pada tujuan yang ingin dicapai dengan
pengeluaran yang dilakukan.

ANGGARAN DENGAN PENDEKATAN NEW PUBLIC MANAGEMENT


Pendekatan baru dalam sistem anggaran publik tersebut cenderung memiliki karakteristik umum
sebagai berikut:
1. Komprehensif/komparatif
2. Terintegrasi dan lintas departemen
3. Proses pengambilan keputusan yang rasional
4. Berjangka panjang
5. Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
6. Analisis total cost dan benefit, termasuk opportunity cost
7. Berorientasi output, dan outcome (value for money), bukan sekedar input.
8. Adanya pengawasan kinerja. Perubahan dalam pendekatan penyusunan anggaran harus tetap
berpegang pada prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang baik. Prinsip manajemen keuangan
daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan pengelolaan keuangan tersebut meliputi:
1. Akuntabilitas Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa
proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar
dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada legislatif dan masyarakat. Akuntabilitas
mensyaratkan bahwa pembuat keputusan berperilaku sesuai dengan mandat yang diterimanya.
Untuk ini, perumusan kebijakan, bersama-sama dengan cara dan hasil kebijakan tersebut harus
dapat diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal dengan baik.
2. Value for Money Value for money berarti diterapkannya tiga prinsip dalam proses
penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi berkaitan dengan pemilihan
dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu pada harga yang paling murah.
Efisiensi berarti bahwa penggunaan dana masyarakat (public money) tersebut dapat
menghasilkan output yang maksimal (berdaya guna). Efektivitas berarti bahwa penggunaan
anggaran tersebut harus mencapai target-target atau tujuan kepentingan publik. Indikasi
keberhasilan otonomi daerah dan desentralisasi adalah terjadinya peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat (social welfare) yang semakin baik, kehidupan demokrasi yang
semakin maju, keadilan, pemerataan, serta adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah
serta antar daerah. Keadaan tersebut hanya akan tercapai apabila lembaga sektor publik dikelola
dengan memperhatikan konsep value for money. Dalam konteks sektor publik, value for money
merupakan jembatan untuk menghantarkan organisasi publik mencapai good governance. Value
for money tersebut harus dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan dan sistem
penganggaran. Untuk mendukung dilakukannya pengelolaan dana publik (public money) yang
mendasarkan konsep value for money, maka diperlukan sistem pengelolaan keuangan dan sistem
penganggaran yang baik. Hal tersebut dapat tercapai apabila organisasi publik memiliki sistem
akuntansi yang baik.
3. Kejujuran dalam mengelola keuangan publik (probity) Pengelolaan keuangan harus
dipercayakan kepada staf yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga
kesempatan untuk terjadinya penyimpangan dan kecurangan/korupsi dapat diminimalkan.
4. Transparansi Transparansi adalah keterbukaan dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan
sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh lembaga legislatif dan masyarakat. Transparansi
pengelolaan keuangan pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara
organisasi publik seperti pemerintah daerah dengan masyarakatnya sehingga tercipta
pemerintahan daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan
kepentingan masyarakat.
5. Pengendalian. Penerimaan dan pengeluaran harus selalu dimonitor, yaitu dibandingkan antara
yang dianggarkan dengan yang dicapai. Untuk itu perlu dilakukan analisis varians (selisih)
terhadap penerimaan dan pengeluaran agar dapat sesegera mungkin dicari penyebab timbulnya
varians dan tindakan antisipasi ke depan. Prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan keuangan
tersebut harus senantiasa dipegang teguh dan dilaksanakan oleh penyelenggara organisasi publik
karena pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar, yaitu:
1. Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu hak untuk mengetahui kebijakan-kebijakan,
keputusan serta alasan dilakukannya suatu kebijakan dan keputusan tertentu yang diambil oleh
organisasi publik. 2. Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang meliputi hak untuk
diberi penjelasan secara terbuka atas permasalahan-permasalahan tertentu yang menjadi
perdebatan publik. Seiring dengan semangat reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai
dengan munculnya era New Public Management telah mendorong usaha untuk mengembangkan
pendekatan yang lebih sistematis dalam sistem penganggaran sektor publik. Beberapa teknik
penganggaran sektor publik, yaitu: anggaran kinerja (performance budgeting), Zero Based
Budgeting (ZBB), dan Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS).

ANGGARAN KINERJA Anggaran dengan pendekatan kinerja menekankan pada konsep value
for money dan pengawasan atas kinerja output. Pendekatan anggaran kinerja disusun untuk coba
mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan
yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayan publik. Pendekatan kinerja juga mengutamakan
mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematik dan
rasional dalam proses pembuatan keputusan. Untuk mengimplementasikan hal-hal tersebut
anggaran kinerja di lengkapi dengan teknik penganggaran analitis. Anggaran kinerja didasarkan
pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh karena anggaran digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money dan efektivitas anggaran.
Pendekatan ini cenderung menolak pandangan anggaran tradisional yang menganggap bahwa
tanpa adanya arahan dan campurtangan, pemerintah akan menyalahgunakan kedudukan mereka
dan cenderung boros (over-spending). Menurut pendekatan anggaran kinerja, dominasi
pemerintah akan dapat diawasi, dan dikendalikan melalui Internal cost awareness, audit
keuangan dan audit kinerja, serta evaluasi kinerja eksternal. Dengan kata lain, pemerintah
dipaksa bertindak berdasarkan cost minded dan harus efisien. Selain didorong untuk
menggunakan dana secara ekonomis, pemerintah juga dituntut untuk mampu mencapai tujuan
yang ditetapkan. Oleh karena itu, agar dapat mencapai tujuan tersebut maka diperlukan adanya
program dan tolok ukur sebagai standar kinerja. Sistem anggaran kinerja pada dasarnya
merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolok ukur kinerja sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program, Penerapan sistem anggaran kinerja dalam
penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan program dan penyusunan struktur organisasi
pemerintah yang sesuai dengan program tersebut. Kegiatan tersebut mencakup pula penentuan
unit kerja yang bersasaran tanggung jawab atas pelaksanaan program, serta penentuan indikator
kinerja yang digunakan sebagai tolak ukur dalam mencapai tujuan program yang telah
ditetapkan.
ZERO BASED BUDGETING (ZBB) Konsep Zero Based Budgeting (ZBB) dimaksudkan
untuk mengatasi kelemahan yang ada pada sistem anggaran tradisional. Penyusunan anggaran
dengan menggunakan konsep Zero Based Budgeting dapat menghilangkan incrementalism dan
line-item karena anggaran diasumsikan mulai dari nol (zerobase). Penyusunan anggaran yang
bersifat incrementalism mendasarkan besarnya realisasi anggaran tahun ini untuk menetapkan
anggaran tahun depan, yaitu dengan menyesuaikannya dengan tingkat inflasi atau jumlah
penduduk atau factor lainnya. ZBB tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun
anggaran tahun ini, namun penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini. Dengan ZBB
seolah-olah proses anggaran dimulai dan hal yang baru sama sekali. Item anggaran yang sudah
tidak relevan dan tidak mendukung pencapaian tujuan organisasi dapat hilang dan struktur
anggaran, akan mungkin juga muncul item baru. Proses pengimplementasi ZBB terdiri dari 3
(tiga) tahapan, yaitu:
1. Indentifikasi unit keputusan Struktur organisasi pada dasarnya terdiri dari pusat-pusat
pertanggungjawaban (responsibility center). Setiap pusat pertanggungjawaban merupakan unit
pembuat keputusan (decision unit) yang salah satu fungsinya adalah untuk menyiapkan
anggaran. Zero Based Budgeting merupakan sistem anggaran yang berbasis pusat
pertanggungjawaban sebagai dasar perencanaan dan pengendalian anggaran. Suatu unit
keputusan merupakan kumpulan dari unit keputusan level yang lebih kecil. Sebagai contoh,
pemerintah daerah merupakan suatu unit keputusan besar yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi
dinas-dinas; dinas-dinas dipecah lagi menjadi subdinas-subdinas; subdinas dipecah lagi menjadi
subprogram, dan sebagainya. Dengan demikian, suatu pemerintah daerah bisa memiliki ribuan
unit keputusan. Setelah dilakukan identifikasi unitunit keputusan secara tepat, tahap berikutnya
adalah menyiapkan dokumen yang berisi tujuan unit keputusan dan tindakan yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dokumen tersebut disebut paket-paket keputusan
(decision packages).
2. Penentuan paket keputusan Paket keputusan merupakan gambaran komprehensif mengenai
bagian dari aktivitas organisasi atau fungsi yang dapat dievaluasi secara individual. Paket
keputusan dibuat oleh manajer pusat pertanggungjawaban dan harus menunjukkan secara detail
estimasi biaya dan pendapatan yang dinyatakan dalam bentuk pencapaian tugas dan perolehan
manfaat. Secara teoritis, paketpaket keputusan dimaksudkan untuk mengidentifikasi berbagai
alternatif kegiatan untuk melaksanakan fungsi unit keputusan dan untuk menentukan perbedaan
level usaha pada tiap-tiap alternatif. Terdapat dua jenis paket keputusan, yaitu: a. Paket
keputusan mutually-exclusive. Paket keputusan yang bersifat mutually-exclusive adalah paket-
paket keputusan yang memiliki fungsi yang sama. Apabila dipilih salah satu paket kegiatan atau
program, maka konsekuensinya adalah menolak semua alternatif yang lain. b. Paket keputusan
incremental Paket keputusan incremental merefleksikan tingkat usaha yang berbeda (dikaitkan
dengan biaya) dalam melaksanakan aktvitas tertentu. Terdapat base package yang menunjukkan
tingkat minimal suatu kegiatan, dan paket lain yang tingkat aktivitasnya lebih tinggi yang akan
berpengaruh terhadap kenaikan level aktivitas dan juga akan berpengaruh terhadap biaya. Setiap
paket memiliki biaya dan manfaat yang dapat ditabulasikan dengan jelas.
3. Mengurutkan dan mengevaluasi paket keputusan Jika paket keputusan telah disiapkan, tahap
berikutnya adalah mengurutakan semua paket berdasarkan manfaatnya terhadap organisasi.
Tahap ini merupakan jembatan untuk menuju proses alokasi sumber daya di antara berbagai
kegiatan yang beberapa di antaranya sudah ada dan lainnya baru sama sekali.
Konsep penganggaran ZBB mempunyai beberapa keunggulan, yaitu:
1. Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya secara
lebih eflsien; 2. ZBB berfokus pada value for money;
3. Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektifan biaya;
4. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi standar manajer;
5. Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyusunan anggaran;
6. Merupakan cara yang sistematik untuk rnenggeser status quo dan mendorong organisasi untuk
selalu menguji alternatif aktivitas dan pola perilaku biaya serta tingkat pengeluaran. Ada
beberapa kelemahan penerapan konsep penganggaran ZBB, yaitu:
1. Prosesnya memakan waktu lama (time consuming), terlalu teoritis dan tidak praktis,
membutuhkan biaya yang besar, serta menghasilkan kertas kerja yang menumpuk karena
pembuatan paket keputusan; 2. ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek;
3. Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju;
4. Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah pada proses mengurutkan dan mereview paket
keputusan. Mereview ribuan paket keputusan merupakan pekerjaan yang melelahkan dan
membosankan, sehingga dapat mempengaruhi keputusan;
5. Untuk melakukan pengurutan paket keputusan dibutuhkan sumber daya manusia (staf) yang
memiliki keahlian yang mungkin tidak dimiliki organisasi. ZBB berasumsi bahwa semua staf
memiliki kemampuan untuk mengkalkulasi paket keputusan. Selain itu dalam pengurutan
muncul pertimbangan subyektif atau mungkin terdapat tekanan politik sehingga tidak obyektif
lagi;
6. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan harus masuk
dalam anggaran;
7. Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organiasi.

PLANNING, PROGRAMMING, AND BUDGETING SYSTEM (PPBS) Planning,


programming, and budgeting system (PPBS) merupakan teknik penganggaran yang didasarkan
pada teori sistem yang berorientasi riil output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah
alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi. Model ini dikembangkan dengan asumsi
bahwa pembuatan keputusan didasarkan pada perhitungan atau pendekatan ilmiah dari model
manajemen keuangan yang ada (cost and benefit analysis). Sistem anggaran PPBS tidak
mendasarkan pada struktur organisasi tradisional yang terdiri dari divisi-divisi, namun
berdasarkan program, yaitu pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.
PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk membantu manajemen
pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik. Hal tersebut
disebabkan sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas jumlahnya, sementara tuntutan
masyarakat tidak terbatas jumlahnya. Dalam keadaaan tersebut pemerintah dihadapkan pada
pilihan alternatif keputusan yang memberikan manfaat paling besar dalam pencapaian tujuan
organisasi secara keseluruhan. PPBS memberikan rerangka untuk membuat pilihan tersebut.
PPBS mensyaratkan organisasi menyusun rencana jangka panjang untuk mewujudkan tujuan
organisasi melalui program-program. Kuncinya adalah bahwa program-program yang disusun
harus terkait dengan tujuan organisasi dan tersebar ke seluruh bagian organisasi. Pemerintah
harus dapat mengidentifikasi struktur program dan melakukan analisis program. Struktur
program merupakan rerangka untuk mengidentifikasi keterkaitan antara sumber daya yang
dimiliki dengan aktivitas yang akan di lakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi, struktur
program merupakan semacam kerangka bangunan dan desain sistem PPBS. Analisis program
terkait dengan kegiatan mengenai biaya dan manfaat dari masingmasing program sehingga dapat
dilakukan pilihan. Untuk mendukung hal tersebut PPBS membutuhkan sistem informasi yang
canggih agar dapat memonitor kemajuan dalam pencapaian tujuan organisasi. Sistem pelaporan
anggaran PPBS harus mampu melaporkan hasil (manfaat) program bukan sekedar jumlah
pengeluaran yang telah dilakukan. Teknik penganggaran PPBS memfokuskan pada tujuan dan
aktivitas (program) untuk mencapai tujuan. PPBS dapat menghilangkan duplikasi atau
overlapping program dalam pencapaian tujuan organisasi. PPBS secara eksplisit menjelaskan
implikasi terhadap tahun anggaran yang akan datang karena PPBS berorientasi pada masa depan.
PPBS mempertimbangkan semua biaya yang terjadi.

WEEK 6
Teknik Akuntansi Sektor Publik (1)

a. Akuntansi Dana
Pengertian Akuntansi Dana
Pada organisasi sector publik masalah utama yang dihadapi adalah pencarian sumber
dana dan alokasi dana. Penggunaan dana dan peran anggaran sangat penting dalam
organisasi sector publik. Dalam tahap awal perkembangan akuntansi dana, pengertian
“dana” dimaknai sebagai dana kas (cash fund). Tiap – tiap dana tersebut harus
ditempatkan pada laci (cash drawer) secara terpisah; beberapa tagihan harus diambilkan
dari satu laci dan tagihan lainnya diambil dari laci lainnya. Namun saat ini “ dana”
dimaknai sebagai entitas anggaran dan entitas akuntansi yang terpisah, termasuk sumber
daya nonkas dan utang diperhitungkan didalamnya.
Teori akuntansi dana pada awalnya dikembangkan oleh Vatter (1947) untuk tujuan
organisasi bisnis. Pada waktu itu ia melihat bahwa antara perusahaan pribadi dengan
perusahaan badan memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut adalah, pertama
perusahaan perorangan (milik pribadi) kurang menguntungkan bila dibandingkan dengan
perusahaan yang dimiliki publik (perseroan terbatas). Kedua, adanya kesalahan dalam
memahami makna entitas. Berdasarkan kedua hal tersebut Vatter berpendapat bahwa
reporting unit harus diperlakukan sebagai dana (fund) dan organisasi dilihat sebagai satu
rangkaian dana (series of fund), maka laporan keuangan organisasi tersebut merupakan
penggabungan (konsolidasi) dari laporan keuangan dana yang menjadi bagian organisasi.
Pengertian dana berdasarkan GASB (1999 par.208) adalah:
“A fiscal and accounting entity with a self balancing set of accounts recording cash and
other financial resources, together with all related liabilities ang residual equitities or
balances, and change therein, which are segregated for the purposes of carrying on
specific activities or attaining ceratin objectives in accordance with special regulations,
restrictions, and limitations.”
Persamaan Akuntansi Dana
Dalam akuntansi dana dikenal persamaan akuntansi sebagai berikut
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
Persamaan tersebut tentu saja berbeda dengan persamaan akuntansi yang kita kenal pada
akuntansi keuangan yang digunakan dalam perusahaan komersial yang berupa
AKTIVA = KEWAJIBAN = EKUITAS
Di sini terdapat perbedaan yang mendasar antara ekuitas dana dan ekuitas. Di perusahaan,
selisih antara aktiva dan utang adalah ekuitas yang menunjukkan adanya kepemilikan
pada perusahaan tersebut oleh pemegang sahamnya. Sementara itu, di organisasi sektor
publik, ekuitas dana tidak menunjukan adanya kepemilikan siapapun karena memang
tidak ada kepemilikan individu dalam suatu organisasi sektor publik.

b. Akuntansi Anggaran
Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah yang
dianggarkan dengan jumlah actual dan dicatat secara berpasangan (double entry). Akuntansi
anggaran merupakan praktik akuntansi yang banyak digunakan organisasi sector publik,
khususnya pemerintahan, yang mencatat dan menyajikan akun operasi dalam format yang
sama dan sejajar dengan anggarannya. Jumlah belanja yang dianggarkan dikreditkan
terhadap akun yang sesuai kemudian apabila belanja tersebut direalisasikan, maka akun
tersebut didebit kembali. Saldo yang ada dengan demikian menunjukkan jumlah anggaran
yang belum dibelanjakan. Teknik akuntansi anggaran dapat membandingkan secara
sistematik dan kontinu jumlah anggaran dan realisasi anggaran. Tujuan utama teknik ini
adalah untuk menekankan peran anggaran dalam siklus perencanaan, pengendalian dan
akuntabilitas.
Alasan yang melatarbelakangi teknik akuntansi anggaran adalah bahwa anggaran dan
realisasi harus selalu dibandingkan sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi apabila
terdapat varians (selisih). Namun akuntansi anggaran lebih menekankan pada bemtuk dari
akun-akun keuangan bukan isi (content) dari akun itu sendiri.
Salah satu kelemahan teknik akuntansi anggaran adalah bahwa teknik ini sangat kompleks.
Akan lebih mudah dan lebih komprhensif apabila akun – akun yang ada menunjukkan
pendapatan dan biaya dianggarkan.
c. Akuntansi Komitmen
Akuntansi Komitmen adalah system akuntansi yang mengakui transaksi dan mencatatnya
pada saat order dikelurkan. Sistem akuntansi akrual mengakui biaya pada saat faktur diterima
dan mengakui pendapatan pada saat faktur dikeliurkan. Akuntansi komitmen dapat
digunakan bersama – sama dengan akuntansi kas atau akuntansi akrual. Akuntansi komitmen
terkadang hanya menjadi subsistem dari system akuntansi utama yang dipakai organisasi.
Akuntansi komitmen mengakui transaksi ketika organisasi melakukan transaksi tersebut. Hal
ini berarti transaksi tidak diakui ketika kas telah dibayarkan atau diterima, tidak juga ketika
faktur diterima atau dikeluarkan, akan tetapi pada waktu yang lebih awal, yaitu ketika order
dikeluarkan atau diterima.
Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran. Agar manajer dapat
mengendalikan anggaran, ia perlu mengetahui berapa besar anggaran yang telah
dilaksanakan atau dikeluarkan jika dihitung berdasarkan order yang telah dikeluarkan.
Dengan menerima akun atas faktur yang diterima atau dibayarkan, ia dapat dengan mudah
menghabiskan anggaran (overcommit). Tentu saja manajer yang teliti akan tahu bahwa akun
– akun tidak memasukkan order yang dikeluarkan yang mana faktur belum diterima dan oleh
karena itu ia membuat catatan sendiri agar ia tidak melakukan pemborosan anggaran (over
commit the budget).
Akuntansi komitmen berfokus pada order yang dikeluarkan. Order yang diterima yang terkait
dengan pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur dikirimkan. Meskipun akuntansi
komitmen dapat memperbaiki pengendalian terhadap anggaran, namun terdapat masalah
dalam pengadopsian system tersebut ke dalam akun – akun keuangan. Akun yang dicatat
hanya didukung oleh order yang dikeluarkan. Pada umunya tidak ada kewajiban hokum
(legal liability) untuk patuh terhadap order yang terjadi dan order tersebut dapat dengan
mudah dibatalkan.

d. Basis Akuntansi dan Fokus Pengukuran

Dalam akuntansi dana, dikenal istilah basis akuntansi dan fokus pengukuran
(measurement focus). Basis akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa yang
terjadi diakui. Contoh, bila organisasi mengadopsi basis akrual penuh, transaksi diakui
ketika transaksi tersebut memiliki dampak ekonomi yang substantif. Kalau yang diadopsi
adalah basis kas, transaksi diakui hanya kalau kas yang berhubungan dengan transaksi
tersebut diterima atau dibayarkan.
Fokus pengukuran dari suatu entitas akuntansi menentukan apa yang akan dilaporkan,
dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui secara akuntansi dan
dilaporkan dalam neraca. Konsep basis akuntansi dan fokus pengukuran ini berhubungan
erat dan pemilihan salah satu akan mengimplikasikan pemilihan yang lain. Contoh, kalau
basis kas yang dipilih, maka fokus pengukurannnya juga atas kas saja, sehingga
implikasinya hanya kativa lancar kas yang dilaporkan dalam neraca. Perubahan dalam
aktiva tetap dan kewajiban jangka panjang tidak diakui. Misalkan sebuah organisasi
membeli kendaraan seharga Rp 200 juta, jurnal yang terjadi kalau menggunakan basis
kas dengan fokus pengukuran sumber daya jangka pendek adalah:
Belanja Kendaraan 200.000.000
Kas 200.000.000
Dengan cara tersebut, pemerintah tidak akan melaporkan kendaraan sebagai aktiva di
neracanya. Pemerintah akan mencatat baik kenaikan maupun penurunan kas di Laporan
Pendapatan dan Belanja Dana (Fund’s Statement or Revenues and Expenditure) atau
laporan yang sebanding yang menjelaskan perubahan dalam saldo dana. Dampaknya,
kendaraan akan dibebankan seluruhnya pada waktu dibeli, yang nantinya akan ditutup ke
ekuitas dana (fund balance).
Jika suatu entitas mengadopsi basis akrual penuh seperti diharuskan untuk perusahaan,
maka fokus pengukurannya biasanya meliputi semua sumber daya ekonomi dan
neracanya akan melaporkan semua aktiva dan kewajiban, baik lancar maupun tidak
lancar. Perubahan dalam aktiva tetap bersih dan kewajiban jangka panjang diakui sebagai
pendapatan atau beban. Misalnya sebuah organisasi membeli kendaraan seharga Rp 200
juta, jurnal yang terjadi kalau menggunakan basis akrual penuh adalah:
Kendaraan 200.000.000
Kas 200.000.000
Di banyak lingkungan pemerintahan, basis akuntansi dan fokus pengukuran menjadi
permasalahan tersendiri muncul karena banyak entitas pemerintahan yang menggunakan
anggaran dengan berbasis kas sehingga dibutuhkan data realisasi anggaran yang berbasis
kas pula. Dalam konteks tersebut, dikembangkanlah basis akuntansi berupa basis kas
yang akan menghasilkan informasi yang bersifat jangka pendek. Permasalahan muncul
karena entitas tersebut juga dituntut untuk menyusun neraca yang juga menyajikan
informasi yang bersifat jangka panjang (aktiva tetap dan utang jangka panjang). Dengan
kata lain, dalam lingkungan pemerintahan seperti itu, ada tuntutan untuk menggunakan
basis kas dengan fokus pengukuran jangka panjang. Dari sinilah berkembang basis
akuntansi yang disebut dengan basis kas yang dimodifikasi (cash modified basis).
Dengan basis kas yang dimodifikasi tersebut, transaksi pembelian kendaraan senilai Rp
200 juta akan dicatat dalam dua kali penjurnalan, yaitu:
· Belanja Kendaraan 200.000.000
Kas 200.000.000
· Kendaraan 200.000.000
Ekuitas Dana 200.000.000
Jurnal kedua dilakukan untuk memenuhi tuntutan fokus pengukuran jangka panjang.
Terlepas dari apakah suatu entitas melaporkan aktiva dan kewajiban jangka panjang di
neraca dananya, entitas tersebut harus melakukan kontrol akuntansi atas aktiva dan
kewajiban tersebut. Manajemen dan konstituen lain mungkin ingin tahu dengan semua
sumber daya dan kewajiban entitas tersebut dan tidak hanya ingin tahu atas aktiva dan
kewajiban yang ada di neraca saja. Oleh karena itu, entitas wajib membuat catatan
akuntansi atas semua aktiva dan kewajiban serta memasukkan dalam laporan keuangan
suatu skedul yang tidak hanya menyatakan mengenai aktiva dan kewajiban tersebut
namun juga menunjukkan perubahannya dalam tahun tersebut.

WEEK 7

Laporan keuangan Pemerintah di Indonesia

1. Laporan Realisasi Anggaran


Laporan keuangan pemerintah yang pertama yaitu Laporan Realisasi Anggaran atau disingkat
LRA. LRA berdasarkan PP Nomor 71 tahun 2010, adalah laporan keuangan pemerintah yang
menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan, yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya
dalam Satu periode pelaporan.

Secara detail, jenis laporan keuangan pemerintah ini mengandung 4 unsur, antara lain :
pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan Pembiayaan. Berikut ini penjelasan tiap-tiap unsur dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA).

a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh bendahara umum negara/daerah atau oleh entitas
pemerintah lainnya, yang menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan, yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

b. Belanja adalah semua pengeluaran oleh bendahara Umum negara/daerah yang mengurangi
saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah

c. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan dari atau
kepada entitas pelaporan lain termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

d. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/ pengeluaran yang tidak berpengaruh pada
kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan atau akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran bersangkutan maupun tahun tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan
surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil
divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah
Selanjutnya, suatu entitas pelaporan mempunyai batas waktu dalam menyajikan laporan realisasi
anggaran, yaitu selambat-lambatnya 6 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Jenis laporan
keuangan pemerintah ini disajikan sehingga menunjukkan berbagai unsur pendapatan, belanja,
surplus atau defisit, dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan
realisasi anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) yang
memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter,
sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-
daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Sama halnya jenis laporan keuangan pemerintah di atas, bahwa semua jenis laporan keuangan
pemerintah yang kami sajikan ini berdasarkan PP nomor 71 tahun 2010. Dalam kaitannya
dengan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, laporan ini merupakan laporan keuangan
pemerintah yang menyajikan informasi kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya,sementara itu, dalam PSAP nomor 1 paragraf
41 dijelaskan bahwa Laporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos-pos berikut :

a. Saldo anggaran lebih awal

b. Penggunaan saldo anggaran lebih

c. Sisa lebih atau kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan

d. Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya

e. Lain-lain

f. Saldo anggaran lebih akhir

3. Neraca

Jenis laporan keuangan pemerintah yang ketiga yaitu laporan neraca. Neraca (PP nomor 71 tahun
2010 ) merupakan jenis laporan keuangan pemerintah yang menggambarkan posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas, pada tanggal tertentu. Di dalam
laporan neraca, ada 3 unsur yang harus ada di dalamnya, antara lain : aset, kewajiban, dan
ekuitas. Berikut ini penjelasan lebih detailnya.

a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh pemerintah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan
diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat serta dapat diukur dalam
satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum, dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya

b. Kewajiban adalah utang yang terjadi dari kejadian di masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan terjadinya aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah

c. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang dapat dihitung dengan cara mencari selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah.

4. Laporan Operasional

Menurut PP nomor 71 tahun 2010, laporan operasional adalah jenis laporan keuangan
pemerintah (pusat/ daerah) yang menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi, yang menambah
ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat atau daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Sama halnya jenis laporan
keuangan pemerintah lain, dalam laporan operasional, terdapat beberapa unsur laporan, antara
lain : pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa.

Berikut ini penjelasan masing-masing unsur laporan :

a. pendapatan -LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih

b. beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih

c. transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari atau oleh suatu entitas
pelaporan dari atau kepada entitas pelaporan lain termasuk dana perimbangan dan dana bagi
hasil

d. pos luar biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena kejadian
atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa tidak diharapkan sering atau rutin terjadi dan
berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan

5. Laporan Perubahan Ekuitas

Berdasarkan PSAP Nomor 1, Laporan perubahan ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya Pos :

a. Ekuitas awal

b. Surplus atau defisit hello pada periode bersangkutan

c. Koreksi- koreksi yang langsung menambah atau mengurangi ekuitas yang antara lain berasal
dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi
kesalahan mendasar misalnya

• Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode periode sebelumnya

• Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap

d. Ekuitas akhir

6. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal penerimaan pengeluaran dan saldo
akhir kas pemerintah pusat atau daerah selama periode tertentu.
Unsur yang dicakup dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas yang
masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. penerimaan kas adalah semua arus kas yang masuk ke bendahara umum negara/ daerah

b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari bendahara umum negara/ daerah

Secara lebih rinci, 4 aktivitas dalam laporan arus kas antara lain :

a. Aktivitas operasi dalam laporan arus kas adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditunjukkan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.

• Arus kas masuk dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari penerimaan perpajakan,
penerimaan negara bukan pajak, hibah, penerimaan bagian laba perusahaan negara/daerah,
penerimaan lain-lain atau penerimaan dari pendapatan luar biasa.

• Sedangkan arus kas keluar untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk pembayaran
pegawai, barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan lain-lain

b. Aktivitas investasi dalam laporan arus kas adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditunjukkan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap, serta investasi lainnya yang tidak
termasuk dalam setara kas.

• Arus kas masuk dari aktivitas investasi terdiri dari penjualan aset tetap, penjualan aset lainnya,
penerimaan dari divestasi pencairan dana cadangan, , dan penjualan investasi dalam bentuk
sekuritas.

• Sedangkan arus kas keluar dari aktivitas investasi terdiri dari perolehan aset tetap, perolehan
aset lainnya, pembentukan dana cadangan, penyertaan modal pemerintah, dan pembelian
investasi dalam bentuk sekuritas.

c. Aktivitas pendanaan dalam laporan arus kas adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan atau pelunasan utang jangka
panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang jangka panjang
dan utang jangka panjang.

• Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan antara lain penerimaan utang luar negeri, penerimaan
utang obligasi, penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah, penerimaan kembali
pinjaman kepada perusahaan negara.

• Arus kas keluar dari aktivitas pendanaan antara lain pembayaran cicilan utang pokok
pembayaran pokok utang obligasi pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah
pengeluaran kas untuk di pinjamkan kepada perusahaan negara
d. Aktivitas transitoris dalam laporan arus kas adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas
transitoris adalah transaksi perhitungan pihak ketiga (PFK), pemberian atau penerimaan kembali
uang persediaan kepada atau dari bendahara pengeluaran, serta kiriman uang.

PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari surat perintah
membayar atau diterima uang tunai untuk pihak ketiga, misalnya potongan Taspen, dan Askes.
Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.

7. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

Berdasarkan PP No 71 tahun 2010, CALK merupakan jenis laporan keuangan pemerintah yang
nenuat catatan atas laporan keuangan, meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang
tertera dalam laporan realisasi anggaran, laporan peribahan SAL, laporan operasional, laporan
perubahan ekuitas, neraca, da laporan aruas kas.

Selain itu, jenis laporan keuangan pemerintah ini juga mencakup informasi tentang kebijakan
akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan
dianjurkan untuk diungkapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

Anda mungkin juga menyukai