Muh.Syukur (A031191077)
Wafiq Nurazizah (A031191176)
Moh. Gofaldi (A031191138)
Nur Qalbi. S (A031191137)
Ahmad Nurul Fitrah. H.s (A031191062)
Rima Azmaziah (A031191049)
Pada era keterbukaan seperti sekarang ini, informasi berperan penting bagi kita
semua. Informasi merupakan sarana komunikasi efektif antar anggota masyarakat dengan
anggota masyarakat lainnya atau antara suatu entitas tertentu dengan masyarakat di
sekitarnya. Pada kondisi tersebut, penyajian informasi yang utuh akan menciptakan
transparansi dan pada gilirannya akan mewujudkan akuntabilitas publik.
Teknik penyusunan regulasi publik berupa rangkaian alur tahapan, sehingga regulasi
publik tersebut siap disusun dan kemudian ditetapkan serta diterapkan.
Alasan penyusunan regulasi public. Sebuah regulasi publik disusun karena adanya
berbagai isu terkait, yang membutuhkan tindakan khusus dari organisasi publik.
Permasalahan dan misi. Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi
alternatif atau suatu permasalahan telah dapat dirumuskan. Selain itu, penyusunan dan
penetapan regulasi publik juga dilakukan dengan misi tertentu sebagai wujud komitmen
serta langkah organisasi publik menghadapi rumusan solusi permasalahan yang ada.
Dengan apa diatur. Di setiap jenjang struktur pemerintahan dikenal regulasi tersendiri,
seperti peraturan daerah atau keputusan keputusan kepala daerah sebagai aturan di
daerah, bentuk aturan lainnya adalah Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden.
Bagaimana mengaturnya. Subtansi regulasi publik yang disusun harus bisa menjawab
pertanyaan berbagai solusi atas permasalahan yang ada.
Catatan. Catatan yang dimaksud adalah hasil dari proses diskusi yang dilakukan
sebelumnya.
Hak-hak Negara yang dimaksud, mencakup Kewajiban negara adalah berupa pelaksanaan
antara lain : tugas-tugas pemerintah sesuai dengan
pembukaan UUD 1945 yaitu :
1. Hak monopoli mencetak dan mengedarkan uang1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluuh tumpah darah Indonesia
2. Hak untuk memungut sumber-sumber keuangan,
seperti pajak, bea dan cukai 2. Memajukan kesejahteraan umum
5) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil
pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
3) Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah daerah umumnya dan
kepala daerah khususnya, karena anggaran pendapatan dan belanja daerah itu
menggambarkan seluruh kebijaksanaan pemerintah daerah
c. Jenis Buku Besar yang menjadi pusat pencatatan data primer atas semua
transaksi keuangan pemerintah
d. Manual sistem Akuntansi Pemerintahan dan Organisasi lainnya yang menjadi
pedoman atas jenis-jenis transaksi dan perlakuan akuntansinya
2) Akuntansi harus dikerjakan oleh SDM yang terdidik dalam jangka waktu
panjang.
Terdapat empat prinsip dasar pengelolaan keuangan negara yang telah dirumuskan
dalam 3 Paket UU Bidang Keuangan Negara tersebut, yaitu :
Adanya lembaga pemeriksa internal yang kuat, profesional, dan mendiri serta
dihindarinya duplikasi dalam pelaksanaan pemerintahan Prinsip-prinsip tersebut sejalan
dengan prinsip-prinsip desentralisasi dan otonomi daerah yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
No. 25 Tahun Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan
demikian, pelaksanaan tiga UU Bidang Keuangan Negara tersebut nantinya, selain
menjadi acuan dalam pelaksanaan reformasi manajemen pemerintah, diharapkan akan
memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di NKRI.
Dalam UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 1 angka 13, 14, 15, dan
16, dapat dilihat bahwa definisi pendapatan dan belanja negara/daerah berbasis akrual
karena disana disebutkan bahwa : Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dan Belanja
negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih. Namun kita diperkenankan untuk transisi karena saat itu praktik
yang ada adalah dengan menggunakan basis kas, dimana pendapatan dan belanja diakui
saat uang masuk/keluar ke/dari kas umum negara/daerah. Dispensasi ini tercantum dalam
Pasal 36 ayat 1 UU 17 Tahun 2003 yang intinya ketentuan mengenai pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya
dalam 5 (lima) tahun, artinya sampai dengan tahun 2008. Untuk masa transisi itulah PP
24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah terbit, dimana kita memakai basis
Kas Menuju Akrual (Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis kas, Neraca
berdasarkan basis Akrual). Dalam pelaksanaan PP 24 Tahun 2005 tersebut hingga
Laporan Keuangan Pemerintah tahun 2008 selesai diaudit di tahun 2009, ternyata opini
yang didapat pemerintah saat itu masih menyedihkan. Untuk itulah, Pemerintah akhirnya
berkonsultasi dengan Pimpinan DPR, dan disepakati bahwa basis akrual akan
dilaksanakan secara penuh mulai tahun 2014.
Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
sebagai pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit maka akan diikuti
dengan aturan-aturan pelaksanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk
pemerintah pusat maupun Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk pemerintah daerah. Ada
yang berbeda antara PP 71 tahun 2010 ini dengan PP-PP lain. Dalam PP 71 tahun 2010
terdapat 2 buah lampiran. Lampiran I merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis
Akrual yang akan dilaksanakan selambat-lambatnya mulai tahun 2014, sedangkan
Lampiran II merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Kas Menuju Akrual yang
hanya berlaku hingga tahun 2014. Lampiran I berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
segera diterapkan oleh setiap entitas (strategi pentahapan pemberlakuan akan ditetapkan
lebih lanjut oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri), sedangkan Lampiran II
berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP
Berbasis Akrual. Dengan kata lain, Lampiran II merupakan lampiran yang memuat
kembali seluruh aturan yang ada pada PP 24 tahun 2005 tanpa perubahan sedikit pun.
Perbedaan mendasar dari sisi jenis laporan keuangan antara Lampiran I dan
Lampiran II adalah sebagai berikut:
Lampiran I
Laporan Anggaran (Budgetary Reports): Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Keuangan (Financial Reports): Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan
Lampiran II
Laporan terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan
Dengan perbedaan jenis Laporan Keuangan yang akan dihasilkan,
otomatis penjelasan pada setiap Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) yang terkait dengan masing-masing Laporan
Keuangan akan mengalami perubahan.
F. BARANG DAN JASA PUBLIK
Barang publik adalah barang kolektif yang seharusnya dikuasai oleh Negara atau
pemerintah. Sifatnya eksklusif dan hanya bias dinikmati oleh mereka yang mampu
membelinya, karena harganya disesuaikan dengan harga pasar menurut penjual,yaitu
harus untung sebesar-besarnya,misalnya perumahan mewah, villa, dan hotel. Seharusnya
barang ini tidak boleh bersifat eksklusif, dan pemerintah harus ikut menentukan harga
penjualannya, yang biasanya tidak terjangkau oleh rakyat kecil, misalnya sekolah dan
rumah sakit.
Suatu barang dikategorikan sebagai barang ‘swasta’ atau ‘publik’ dalam kaitannya
dengan tingkat excludability dan persaingannya. Tingkat excludablity suatu barang
ditentukan dengan kondisi dimana konsumen dan produsen barang atau pelayanan bisa
memastikan bahwa orang lain tidak memperoleh manfaat dari barang/pelayanan tersebut.
Jika suatu barang memiliki daya saing yang tinggi, barang tersebut dipergunakan secara
perorangan ; apabila daya saingnya rendah, barang tersebut dapat dimanfaatkan secara
bersama-sama. Contoh taman umum daya saingnya rendah, sedangkan ‘ipod’ daya
saingnya tinggi.
1. Secara umum, barang publik memiliki tingkat excludability dan daya saing
yang rendah. Ini berarti bahwa jika barang itu diproduksi, barang tersebut
dapat dipergunakan oleh banyak orang. Barang publik ini dimanfaatkan oleh
banyak orang, sehingga umumnya dibiayai dari dana publik.
2. Barang swasta adalah barang yang punya excludability dan daya saing tinggi.
Orang-orang yang memanfaatkanya jelas, sehingga mudah dikenakan biaya.
3. Barang yang excludable, tetapi daya saingnya rendah disebut toll goods.
Contohnya sperti jalan tol.
4. Barang yang berdaya saing tinggi, tetapi non-excludable, disebut common
pool goods. Contohnya adalah pengadaan air disebuah desa; meskipun
termasuk barang yang non-excudable, namun penggunaannya secara
berlebihan akan mengurangi kesempatan bagi orang lain untuk
menggunakannya.
Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik mempunyai
tugas mengkaji, menyiapkan perumusan kebijakan, perencanaan kebijakan pengadaan
barang/jasa nasional, serta melaksanakan sosialisasi, pemantauan dan penilaian atas
pelaksanaannya. Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Pengembangan Kebijakan
Pengadaan Barang dan Jasa Publik menyelenggarakan fungsi:
1. penyiapan dan perumusan kebijakan dan sistem pengadaan nasional
2. penyiapan dan perumusan kebijakan pengembangan dan pembinaan sumber
daya manusia di bidang pengadaan
3. pelayanan bimbingan teknis, pemberian pendapat dan rekomendasi, serta
koordinasi penyelesaian masalah di bidang pengadaan
4. pengembangan sistem informasi nasional di bidang pengadaan
5. pengawasan pelaksanaan pelayanan pengadaan barang/jasa dengan teknologi
informasi
6. melaksanakan sosialisasi, pemantauan, dan penilaian pelaksanaan kebijakan
dan sistem pengadaan nasional
G. ETIKA PENGELOLAAN KEUANGAN PUBLIK
Pihak member amanah (principal) percaya bahwa pihak pemegang amanah (agent)
mempunyai “kapasitas” yang menandai untuk menjalankan amanah yang didelegasikan.
Makna kapasistas disini hanya dilihat dari kompetensi pada bidang kerja, tetapi juga
dilihat dari perilaku etis. Perilaku etis nampaknya sangat menunjang kepercayaan para
partner dan teman kerja.
Etika sering hanya dilihat dari segala sesuatu yang terwujud (tangible). Di tengah
masyarakat yang masih mempercayai symbol-simbol (symbols, tanda-tanda (signals), dan
berbagai bentuk aksesoris fisik lain, satandar etika amat diperlukan untuk menetukan
perilaku etis.
Etika bisnis adalah bagaimana tindakan atau perbuatan yang dapat dikatagorikan
sebagai etis atau tidak etis. Dalam banyak pembahasan tentang teori etika, para ahli
filosofi umumnya menitikberatkan pada etika secara umum daripada etika dari suatu
kelompok kecil, misalnya profesi dan bidang pekerjaan tertentu. Berbagai tulisan yang
dibuat oleh para ahli filsafat sering jadikan acuan atau pedoman untuk memahami nilai
rasionalisasi suatu sikap dan perbuatan yang disebut etis.
http://ar-alfajri.blogspot.com/2013/10/regulasi-dan-standar-akuntansi-sektor.html
https://www.academia.edu/22639798/Regulasi_dan_Standart_Sektor_Publik
https://www.coursehero.com/u/file/12403869/Regulasi-dan-Standar-Akuntansi-
Sektor-Publik/?justUnlocked=1#question
https://www.academia.edu/34931867/
AKUNTANSI_SEKTOR_PUBLIK_Regulasi_dan_Standar_Sektor_Publik
https://www.academia.edu/25162866/
RMK_REGULASI_DAN_STANDAR_SEKTOR_PUBLIK