Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

RANGKUMAN MATERI KULIAH

“REGULASI DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK ”

DISUSUN OLEH : Kelompok 2

Muh.Syukur (A031191077)
Wafiq Nurazizah (A031191176)
Moh. Gofaldi (A031191138)
Nur Qalbi. S (A031191137)
Ahmad Nurul Fitrah. H.s (A031191062)
Rima Azmaziah (A031191049)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
REGULASI DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

Standar akuntansi merupakan pedoman umum atau prinsip-prinsip yang mengatur


perlakukan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan
kepada para pengguna laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan
praktek khusus yang digunakan untuk mengimplementasikan standar. Untuk memastikan
diikutinya prosedur yang telah ditetapkan, sistem akuntansi sektor publik harus
dilengkapi dengan sistem pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran dana
publik.

Ikatan Akuntansi Indonesia sebenarnya telah memasukan standar untuk organisasi


nirlaba di Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan . Standar ini tercantum pada PSAK
nomor 45 tentang organisasi nirlaba. Namun, standar ini belum mengakomodasi praktik-
praktik lembaga pemerintahan ataupun organisasi nirlaba yang dimilikinya. Mereka
membuat suatu standar akuntansi sector publik yang disebut Internation Public Sector
Accounting Standards-IPSAS . Standar ini menjadi pedoman bagi perancangan standar
akuntansi pemerintahan di setiap Negara di dunia.

Proses penetapan dan pelaksanaan standar akuntansi sektor publik merupakan


masalah yang serius bagi praktek akuntansi, profesi akuntan, dan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.

A. KEBUTUHAN REGULASI DAN STANDAR DI SEKTOR PUBLIK

Pada era keterbukaan seperti sekarang ini, informasi berperan penting bagi kita
semua. Informasi merupakan sarana komunikasi efektif antar anggota masyarakat dengan
anggota masyarakat lainnya atau antara suatu entitas tertentu dengan masyarakat di
sekitarnya. Pada kondisi tersebut, penyajian informasi yang utuh akan menciptakan
transparansi dan pada gilirannya akan mewujudkan akuntabilitas publik.

B. Teknik Penyusunan Regulasi Publik

Teknik penyusunan regulasi publik berupa rangkaian alur tahapan, sehingga regulasi
publik tersebut siap disusun dan kemudian ditetapkan serta diterapkan.

 Pendahuluan. Perencanaan regulasi publik harus mampu mendeskribsikan latar


belakang perlunya disusun regulasi publik.

 Alasan penyusunan regulasi public. Sebuah regulasi publik disusun karena adanya
berbagai isu terkait, yang membutuhkan tindakan khusus dari organisasi publik.
 Permasalahan dan misi. Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi
alternatif atau suatu permasalahan telah dapat dirumuskan. Selain itu, penyusunan dan
penetapan regulasi publik juga dilakukan dengan misi tertentu sebagai wujud komitmen
serta langkah organisasi publik menghadapi rumusan solusi permasalahan yang ada.

 Dengan apa diatur. Di setiap jenjang struktur pemerintahan dikenal regulasi tersendiri,
seperti peraturan daerah atau keputusan keputusan kepala daerah sebagai aturan di
daerah, bentuk aturan lainnya adalah Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden.

 Bagaimana mengaturnya. Subtansi regulasi publik yang disusun harus bisa menjawab
pertanyaan berbagai solusi atas permasalahan yang ada.

 Diskusi/musyawarah. Materi regulasi publik harus disusun dan dibicarakan melalui


mekanisme forum diskusi atau pertemuan khusus publik yang membahas regulasi publik.

 Catatan. Catatan yang dimaksud adalah hasil dari proses diskusi yang dilakukan
sebelumnya.

C. DASAR HUKUM KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

1. Dasar Hukum Keuangan Negara

Wujud pelaksanaan keuangan negara tersebut dapat diidentifikasikan sebagai segala


bentuk kekayaan, hak, dan kewajiban negara yang tercantum dalam APBN dan laporan
pelaksanaannya.

Hak-hak Negara yang dimaksud, mencakup Kewajiban negara adalah berupa pelaksanaan
antara lain : tugas-tugas pemerintah sesuai dengan
pembukaan UUD 1945 yaitu :

1.    Hak monopoli mencetak dan mengedarkan uang1.    Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluuh tumpah darah Indonesia
2.    Hak untuk memungut sumber-sumber keuangan,
seperti pajak, bea dan cukai 2.    Memajukan kesejahteraan umum

3.    Hak untuk memproduksi barang dan jasa yang3.    Mencerdaskan kehidupan bangsa


dapat dinikmati oleh khalayak umum, yang dalam
hal ini pemerintah dapat memperoleh (kontra4.    Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
prestasi) sebagai sumber penerima negara berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial

Pelaksanaan kewajiban atau tugas-tugas pemerintah tersebut dapat berupa


pengeluaran dan diakui sebagai belanja negara. Dalam UUD 1945 Amandemen IV,
secara khusus diatur mengenai Keuangan Negara, yaitu pada BAB VIII pasal 23 yang
berbunyi sebagai berikut :

1) Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang.


Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan
Pemerintah, maka Pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu.

2) Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang

3) Jenis dan harga mata uang ditetapkan dengan Undang-Undang

4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan Undang-undang

5) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil
pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, ditetapkan Undang-undang tentang APBN


untuk tahun anggaran bersangkutan. Penyusunan APBN bukan hanya untuk memenuhi
ketentuan konstitusional yang dimaksud pada pasal 23 ayat (1) UUD 1945, tetapi juga
sebagai dasar rencana kerja yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam tahun anggaran
yang bersangkutan. Oleh karena itu, penyusunannya didasarkan atas Rencana Strategi
dalam UU Propenas, dan pelaksanaannya dituangkan dalam UU yang harus dijalankan
oleh Presiden/Wakil Presiden dan Menteri-menteri serta pimpinan Lembaga Tinggi
Negara Lainnya.

2. Dasar Hukum Keuangan Daerah

Berdasarkan pasal 18 UUD 1945, tujuan pembentukan daerah otonom adalah


meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah untuk melayani masyarakat dan
melaksanakan program pembangunan. Dalam rangka penyelenggaraan daerah otonom,
menurut penjelasan pasal 64 Undang-undang No. 5 tanhun 1974, fungsi penyusunan
APBD adalah untuk :

1) Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada Rakyat Daerah yang


bersangkutan

2) Mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab

3) Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah daerah umumnya dan
kepala daerah khususnya, karena anggaran pendapatan dan belanja daerah itu
menggambarkan seluruh kebijaksanaan pemerintah daerah

4) Melaksanakan pengawasan terhadap pemerintahan daerah dengan cara yang


lebih mudah dan berhasil guna.

5) Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah untuk melaksanakan


penyelenggaraan Keuangan Daerah didalam batas-batas tertentu

D. AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK MEMASUKI ERA DESENTRALISASI

Kebijakan desentralisasi telah mengubah sifat hubungan antar pemerintah pusat


dengan pemerintah daerah, antara BUMN dengan Pemerintah Pusat; antar Pemerintah
dengan masyarakat, dan berbagai entitas lain dalam pemerintahan.  Perananan laporan
keuangan telah berubah dari posisi administrasi semata menjadi posisi akuntabilitas di
tahun 2000. Pergeseran peranan laporan keuangan ini telah membuka peluang bagi posisi
akuntansi sektor publik dalam manajemen pemerintahan dan organisasi sektor publik
lainnya. Jadi tujuan akuntansi sektor publik adalah untuk memastikan kualitas laporan
keuangan dalam pertanggungjawaban publik. Sebagai perspektif baru, berbagai prasarana
akuntansi sektor publik perlu dibangun seperti:

a. Standar Akuntansi Sektor Publik untuk Pemerintahan Pusat, Pemerintahan


Daerah, dan organisasi sektor publik lainnya

b. Account Code untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun organisasi


sektor publik lainnya, dimana review terhadap transaksi yang berkaitan dapat
dilakukan dalam rangka konsolidasi dan audit

c. Jenis Buku Besar yang menjadi pusat pencatatan data primer atas semua
transaksi keuangan pemerintah
d. Manual sistem Akuntansi Pemerintahan dan Organisasi lainnya yang menjadi
pedoman atas jenis-jenis transaksi dan perlakuan akuntansinya

Dengan kelengkapan prasarana tersebut, para petugas dibidang akuntansi dapat


melakukan pencatatan, peringkasan, dan pelaporan keuangan, baik secara manual
maupun komputasi. Akibat tidak tersedianya prasaran diatas, muncul persepsi bahwa:

1) Akuntansi adalah sesuatu yang sulit

2)  Akuntansi harus dikerjakan oleh SDM yang terdidik dalam jangka waktu
panjang.

E. REGULASI YANG TERKAIT DENGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

1. Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi

Reformasi politik di Indonesia telah mengubah sistem kehidupan negara.


Tuntutan good governance diterjemahkan sebagai terbebas dari tindakan KKN.
Pemisahan kekuasaan antareksekutif, yudikatif, dan legislatif dilaksanakan. Selain
itu, partisipasi masyarakat akan mendorong praktik demokrasi dalam pelaksanaan
akuntabilitas publik yang sesuai dengan jiwa otonomi daerah.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah adalah dua undang-undang yang berupaya mewujudkan etonomi daerah
yang lebih luas. Sebagai penjabaran otonomi daerah tersebut di bidang
administrasi keuangan daerah,berbagai peraturan perundangan yang lebih
operasional dalam era reformasipun telah dikeluarkan. Beberapa regulasi yang
relevan antara lain :
1) Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3851)
2) Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah Dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952)
3) Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana
Perimbangan
4) Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4022)
5) Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah
6) Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah

2. Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi

Paradigma baru dalam “Reformasi Manajemen Sektor Publik” adalah penerapan


akuntansi dalam praktik pemerintah guna mewujudkan good governance. Landasan
hukum pelaksanaan reformasi tersebut telah disiapkan oleh Pemerintah dalam suatu Paket
UU Bidang Keuangan Negara yang terdiri dari UU Keuangan Negara, UU
Perbendaharaan Negara, dan UU Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang
pada saat ini telah disahkan oleh DPR.

Terdapat empat prinsip dasar pengelolaan keuangan negara yang telah dirumuskan
dalam 3 Paket UU Bidang Keuangan Negara tersebut, yaitu :

1) Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kinerja

2) Keterbukaan dalam setiap prinsip transaksi

3) Pemberdayaan manajer professional

Adanya lembaga pemeriksa internal yang kuat, profesional, dan mendiri serta
dihindarinya duplikasi dalam pelaksanaan pemerintahan Prinsip-prinsip tersebut sejalan
dengan prinsip-prinsip desentralisasi dan otonomi daerah yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
No. 25 Tahun Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan
demikian, pelaksanaan tiga UU Bidang Keuangan Negara tersebut nantinya, selain
menjadi acuan dalam pelaksanaan reformasi manajemen pemerintah, diharapkan akan
memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di NKRI.

Paradigma baru regulasi Akuntansi Sektor Publik


1) UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

2) UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

3) UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara

4) UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan


Nasional

5) UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

6) UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah


Pusat dan Daerah

7) PP No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

8) PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

3. Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi

Reformasi politik di Indonesia telah mengubah sistem kehidupan negara.


Tuntutan good governance diterjemahkan sebagai terbebas dari tindakan KKN.
Pemisahan kekuasaan antareksekutif, yudikatif, dan legislatif dilaksanakan. Selain itu,
partisipasi masyarakat akan mendorong praktik demokrasi dalam pelaksanaan
akuntabilitas publik yang sesuai dengan jiwa otonomi daerah.
a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah adalah dua undang-undang yang berupaya mewujudkan etonomi
daerah yang lebih luas. Sebagai penjabaran otonomi daerah tersebut di
bidang administrasi keuangan daerah,berbagai peraturan perundangan yang
lebih operasional dalam era reformasipun telah dikeluarkan. Beberapa
regulasi yang relevan antara lain :
1) Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851)
2) Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah Dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952)
3) Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana
Perimbangan
4) Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan
dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4022)
5) Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman
Daerah
6) Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah
4. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Sebagai Regulasi Terkini di Indonesia

Dalam UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 1 angka 13, 14, 15, dan
16, dapat dilihat bahwa definisi pendapatan dan belanja negara/daerah berbasis akrual
karena disana disebutkan bahwa : Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dan Belanja
negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih. Namun kita diperkenankan untuk transisi karena saat itu praktik
yang ada adalah dengan menggunakan basis kas, dimana pendapatan dan belanja diakui
saat uang masuk/keluar ke/dari kas umum negara/daerah. Dispensasi ini tercantum dalam
Pasal 36 ayat 1 UU 17 Tahun 2003 yang intinya ketentuan mengenai pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya
dalam 5 (lima) tahun, artinya sampai dengan tahun 2008. Untuk masa transisi itulah PP 
24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah terbit, dimana kita memakai basis
Kas Menuju Akrual (Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis kas, Neraca
berdasarkan basis Akrual). Dalam pelaksanaan PP  24 Tahun 2005 tersebut hingga
Laporan Keuangan Pemerintah tahun 2008 selesai diaudit di tahun 2009, ternyata opini
yang didapat pemerintah saat itu masih menyedihkan. Untuk itulah, Pemerintah akhirnya
berkonsultasi dengan Pimpinan DPR, dan disepakati bahwa basis akrual akan
dilaksanakan secara penuh mulai tahun 2014.
Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
sebagai pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit maka akan diikuti
dengan aturan-aturan pelaksanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk
pemerintah pusat maupun Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk pemerintah daerah. Ada
yang berbeda antara PP 71 tahun 2010 ini dengan PP-PP lain. Dalam PP 71 tahun 2010
terdapat 2 buah lampiran. Lampiran I merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis
Akrual yang akan dilaksanakan selambat-lambatnya mulai tahun 2014, sedangkan
Lampiran II merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Kas Menuju Akrual yang
hanya berlaku hingga tahun 2014. Lampiran I berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
segera diterapkan oleh setiap entitas (strategi pentahapan pemberlakuan akan ditetapkan
lebih lanjut oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri), sedangkan Lampiran II
berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP
Berbasis Akrual. Dengan kata lain, Lampiran II merupakan lampiran yang memuat
kembali seluruh aturan yang ada pada PP 24 tahun 2005 tanpa perubahan sedikit pun.
Perbedaan mendasar dari sisi jenis laporan keuangan antara Lampiran I dan
Lampiran II adalah sebagai berikut:
 Lampiran I
 Laporan Anggaran (Budgetary Reports): Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
 Laporan Keuangan (Financial Reports): Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan
 Lampiran II
 Laporan terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan
Dengan perbedaan jenis Laporan Keuangan yang akan dihasilkan,
otomatis penjelasan pada setiap Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) yang terkait dengan masing-masing Laporan
Keuangan akan mengalami perubahan.
F. BARANG DAN JASA PUBLIK

Barang publik adalah barang kolektif yang seharusnya dikuasai oleh Negara atau
pemerintah. Sifatnya eksklusif dan hanya bias dinikmati oleh mereka yang mampu
membelinya, karena harganya disesuaikan dengan harga pasar menurut penjual,yaitu
harus untung sebesar-besarnya,misalnya perumahan mewah, villa, dan hotel. Seharusnya
barang ini tidak boleh bersifat eksklusif, dan pemerintah harus ikut menentukan harga
penjualannya, yang biasanya tidak terjangkau oleh rakyat kecil, misalnya sekolah dan
rumah sakit.

Suatu barang dikategorikan sebagai barang ‘swasta’ atau ‘publik’ dalam kaitannya
dengan tingkat excludability dan persaingannya. Tingkat excludablity suatu barang
ditentukan dengan kondisi dimana konsumen dan produsen barang atau pelayanan bisa
memastikan bahwa orang lain tidak memperoleh manfaat dari barang/pelayanan tersebut.
Jika suatu barang memiliki daya saing yang tinggi, barang tersebut dipergunakan secara
perorangan ; apabila daya saingnya rendah, barang tersebut dapat dimanfaatkan secara
bersama-sama. Contoh taman umum daya saingnya rendah, sedangkan ‘ipod’ daya
saingnya tinggi.
1. Secara umum, barang publik memiliki tingkat excludability dan daya saing
yang rendah. Ini berarti bahwa jika barang itu diproduksi, barang tersebut
dapat dipergunakan oleh banyak orang. Barang publik ini dimanfaatkan oleh
banyak orang, sehingga umumnya dibiayai dari dana publik.
2. Barang swasta adalah barang yang punya excludability dan daya saing tinggi.
Orang-orang yang memanfaatkanya jelas, sehingga mudah dikenakan biaya. 
3. Barang yang excludable, tetapi daya saingnya rendah disebut toll goods.
Contohnya sperti jalan tol.
4. Barang yang berdaya saing tinggi, tetapi non-excludable, disebut common
pool goods. Contohnya adalah pengadaan air disebuah desa; meskipun
termasuk barang yang non-excudable, namun penggunaannya secara
berlebihan akan mengurangi kesempatan bagi orang lain untuk
menggunakannya.
Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik mempunyai
tugas mengkaji, menyiapkan perumusan kebijakan, perencanaan kebijakan pengadaan
barang/jasa nasional, serta melaksanakan sosialisasi, pemantauan dan penilaian atas
pelaksanaannya. Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Pengembangan Kebijakan
Pengadaan Barang dan Jasa Publik menyelenggarakan fungsi:
1. penyiapan dan perumusan kebijakan dan sistem pengadaan nasional
2. penyiapan dan perumusan kebijakan pengembangan dan pembinaan sumber
daya manusia di bidang pengadaan
3. pelayanan bimbingan teknis, pemberian pendapat dan rekomendasi, serta
koordinasi penyelesaian masalah di bidang pengadaan
4. pengembangan sistem informasi nasional di bidang pengadaan
5.  pengawasan pelaksanaan pelayanan pengadaan barang/jasa dengan teknologi
informasi
6. melaksanakan sosialisasi, pemantauan, dan penilaian pelaksanaan kebijakan
dan sistem pengadaan nasional
G. ETIKA PENGELOLAAN KEUANGAN PUBLIK
Pihak member amanah (principal) percaya bahwa pihak pemegang amanah (agent)
mempunyai “kapasitas” yang menandai untuk menjalankan amanah yang didelegasikan.
Makna kapasistas disini hanya dilihat dari kompetensi pada bidang kerja, tetapi juga
dilihat dari perilaku etis. Perilaku etis nampaknya sangat menunjang kepercayaan para
partner dan teman kerja.
Etika sering hanya dilihat dari segala sesuatu yang terwujud (tangible). Di tengah
masyarakat yang masih mempercayai symbol-simbol (symbols, tanda-tanda (signals), dan
berbagai bentuk aksesoris fisik lain, satandar etika amat diperlukan untuk menetukan
perilaku etis.
Etika bisnis adalah bagaimana tindakan atau perbuatan yang dapat dikatagorikan
sebagai etis atau tidak etis. Dalam banyak pembahasan tentang teori etika, para ahli
filosofi umumnya menitikberatkan pada etika secara umum daripada etika dari suatu
kelompok kecil, misalnya profesi dan bidang pekerjaan tertentu. Berbagai tulisan yang
dibuat oleh para ahli filsafat sering jadikan acuan atau pedoman untuk memahami nilai
rasionalisasi suatu sikap dan perbuatan yang disebut etis.

H. KEDUDUKAN DAN PERAN PEMERINTAH DALAM MEMPERBAIKI


KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
Semua masyarakat memiliki hak yang sama atas jaminan sosial dan ekonomi dari
pemerintah sebagai konsekuensi langsung atas pembayaran pajak yang telah dipenuhi.
Kebijakan dan regulasi yang ditetapkan pemerintah bisa berimbas pada bidang yang lain.
Kinerja organisasi layanan publik harus diukur dari outcome-nya, karena outcome
merupakan variabel kinerja yang mewakili misi organisasi dan aktivitas oprasional, baik
aspek keuangan dan nonkeuangan. Selanjutnya, monitoring kinerja perlu dilakukan
untuk mengevaluasi pelayanan publik dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Jamaluddin. 2019. Akuntansi Sektor Publik. Gowa: Pustaka Almaida

http://ar-alfajri.blogspot.com/2013/10/regulasi-dan-standar-akuntansi-sektor.html

https://www.academia.edu/22639798/Regulasi_dan_Standart_Sektor_Publik

https://www.coursehero.com/u/file/12403869/Regulasi-dan-Standar-Akuntansi-
Sektor-Publik/?justUnlocked=1#question

https://www.academia.edu/34931867/
AKUNTANSI_SEKTOR_PUBLIK_Regulasi_dan_Standar_Sektor_Publik

https://www.academia.edu/25162866/
RMK_REGULASI_DAN_STANDAR_SEKTOR_PUBLIK

Anda mungkin juga menyukai