Anda di halaman 1dari 12

REGULASI DAN STANDAR

SEKTOR PUBLIK DI
INDONESIA
Sektor publik adalah bagian
dari ekonomi yang berkaitan
dengan penyediaan layanan
pemerintah. Sektor-sektor
yang meliputi sektor publik
antara lain badan-badan
pemerintahan
(pemerintah pusat dan
daerah serta unit-unit kerja
pemerintah), perusahaan
milik negara
BUMN/BUMD, yayasan,
ormas dan orpol, LSM,
Universitas dan organisasi
nirlaba lainnnya.
Organisasi sektor publik
adalah organisasi yang
berorientasi pada kepentingan
publik berupa
penyediaan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan
dan hak publik
REGULASI DAN STANDAR
SEKTOR PUBLIK DI
INDONESIA
Sektor publik adalah bagian
dari ekonomi yang berkaitan
dengan penyediaan layanan
pemerintah. Sektor-sektor
yang meliputi sektor publik
antara lain badan-badan
pemerintahan
(pemerintah pusat dan
daerah serta unit-unit kerja
pemerintah), perusahaan
milik negara
BUMN/BUMD, yayasan,
ormas dan orpol, LSM,
Universitas dan organisasi
nirlaba lainnnya.
Organisasi sektor publik
adalah organisasi yang
berorientasi pada kepentingan
publik berupa
penyediaan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan
dan hak publik
AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

MATERI KULIAH

“REGULASI DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA”

OLEH:

ASHARIANI (A014231005)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023

ORGANISASI SEKTOR PUBLIK


“REGULASI DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK”

Pengertian Akuntansi Sektor Publik


Akuntansi Sektor Publik adalah mekanisme dan analisis akuntansi yang diterapkan
pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan
departemen-departmen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan
yayasan sosial maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta
(Bastian, 2001).
Akuntansi sektor publik berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan transaksi yang
terjadi di instansi pemerintah pusat maupun daerah. Akuntansi sektor publik memiliki
kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik yang
memiliki wilayah lebih luas dan kompleks dibandingkan sektor swasta atau bisnis.

Tujuan akuntansi sektor publik, diantaranya adalah sebagai berikut:


1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien dan
ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi.
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan
penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya, dan memungkinkan bagi
pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi
pemerintah dan penggunaan dana publik.

Terdapat 3 bagian dalam Akuntansi Sektor Publik, yaitu :


1. Akuntansi Manajemen Sektor Publik
Peran utama akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik adalah
memberikan informasi akuntansi yang relevan dan handal kepada manajer untuk
melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian manajemen. Fungsi
perencanaan meliputi perencanaan strategik, pemberian informasi biaya,
penilaian investasi, dan penganggaran, sedangkan fungsi pengendalian meliputi
pengukuran kinerja. Informasi yang diberikan meliputi biaya investasi yang
dibutuhkan serta identifikasinya, penilaian investasi dengan memperhitungkan
biaya dengan manfaat yang diperoleh (cost-benefit analysis), dan penilaian
efektivitas biaya (cost-effectiveness analysis), serta jumlah anggaran yang
dibutuhkan.
2. Akuntansi Keuangan Sektor Publik
Akuntansi keuangan sektor publik terkait dengan tujuan dihasilkannya laporan
keuangan eksternal. Tujuan penyajian laporan keuangan adalah memberikan
informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan, bukti
pertanggungjawaban dan pengelolaan, dan evaluasi kinerja manajerial dan
organisasional (IFAC, 2000; GASB, 1999).
3. Auditing Sektor Publik
Selama ini sektor publik/pemerintah tidak luput dari tudingan sebagai sarang
korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara, padahal
sektor publik merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang
sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang
diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan haruslah
diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih. Seiring dengan munculnya
tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik mempertahankan kualitas,
profesionalisme dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitasnya,
diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik tersebut.

Menurut Mardiasmo (Mardiasmo, 2004) ada beberapa hal yang harus


dipertimbangkan dalam penetapan standar akuntansi, antara lain:
1. Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan dalam
laporan posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh
pengguna informasi.
2. Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bag auditor yang
memungkinkan pengujian secara hati-hati dan independen saat
menggunakan keahlian dan integritasnya dalam mengaudit laporan suatu
organisasi serta saat membuktukan kewajaran.
3. Standar memberikan petunjuk tentang data yang perlu disajikan yang berkaitan
dengan berbagai variabel yang patut dipertimbangkan dalam bidang perpajakan,
regulasi, perencanaan seta regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi
seta tujuan sosial lainnya
4. Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang
berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.
PERKEMBANGAN REGULASI DI SEKTOR PUBIK
Secara garis besar regulasi di sektor publik dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
perkembangan regulasi yang terkait dengan organisasi nirlaba & instansi
pemerintah. Kedua jenis perkembagan ini perlu dibedakan mengingat sifat regulasi
di sektor publik bersifat spesifik untuk setiap jenis organisasi. Selain itu, di instansi
pemerintah, regulasi yang digunakan cenderung lebih rumit dan detail.

PERKEMBANGAN REGULASI TERKAIT ORGANISASI NIRLABA


Regulasi Tentang Yayasan
Regulasi yang terkait dengan yayasan adalah UU RI No. 16 tahun 2001 tentang
yayasan. UU in dimaksudkan untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar
yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip
keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat. Kemudian UU tersebut
diperbarui dalam beberapa aspek dengan UU No. 28 tahun 2004. Selain dari dua
UU tersebut, untuk lebih menjamin kepastian hukum pemerintah juga mengeluarkan
peraturan pemerintah No. 63 Tahun 2008 mengenai Undang Undang tentang
Yayasan.

Regulasi Tentang Partai Politik


UU yang pertama ada setelah era reformasi adalah UU No. 2 tahun 1999. Seiring
dengan perkembangan masyarakat dan perubahan sistem ketatanegaraan yang
dinamis di awal-awal reformasi, UU ini diperbarui dengan keluarya UU No 31 tahun
2002 tentang partai politik. Kemudian UU 31/2002 kembali diperbarui pada tahun
2008 melalui UU No 2 tahun 2008 tentang partai politik

Regulasi Tentang Badan Hukum Milik Negara (BHMN) & Badan Hukum
Pendidikan (BHP)
BHMN adalah salah satu bentuk badan hukum di Indonesia yang awalnya dibentuk
untuk mengakomodasikan kebutuhan khusus dalam rangka "privatisasi" lembaga
pendidikan yang memiliki karakteristik tersendiri, khususnya sifat non-profit meski
berstatus sebagai badan usaha. Pada akhir tahun 2008, terdapat perkembangan
baru pada dunia pendidikan tinggi di Indonesia dengan disahkannya UU tentang
Badan Hukum Pendidikan (BHP). BHP adalah badan hukum penelenggaraan
pendidikan formal dengan berprinsip nirlaba yang memiliki kemandirian dalam
pengelolaannya dengan tujuan memajukan satuan pendidikan
Regulasi Tentang Badan Layanan Umum (BLU)
BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa tanpa
mengutamakan keuntungan. BLU dibentuk untuk mempromosikan peningkatan
layanan publik melalui fleksibilitas pengelolaan keuangan BLU yang dikelola secara
profesional dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas. Wacana
tentang BLU dalam regulasi di level UU disebut dalam UU no. 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara. Level regulasi dibawahnya yang secara khusus
menjelaskan tentang BLU adalah peraturan pemerintah no. 23 tahun 2005 tentang
pengelolaan keuangan badan layanan umum.

DASAR HUKUM KEUANGAN SEKTOR PUBIK


Dasar Hukum Keuangan Negara
Wujud pelaksanaan keuangan negara tersebut dapat didentifikasikan sebagai
segala bentuk kekayaan, hak, dan kewajiban negara yang tercantum dalam APBN
dan laporan pelaksanaannya. Pelaksanaan kewajiban atau tugas-tugas pemerintah
tersebut dapat berupa pengeluaran dan diakui sebagai belanja negara. Dalam UUD
1945 Amandemen IV, secara khusus diatur mengenai Keuangan Negara, yaitu pada
BAB VIII pasal 23 yang berbunyi sebagai berikut :
1. Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan setiap tahun dengan Undang-
Undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang
diusulkan Pemerintah, maka Pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu.
2. Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang
3. Jenis dan harga mata uang ditetapkan dengan Undang-Undang
4. Hal keuangan negara selaniutnva diatur dengan Undang-undang
5. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu
Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-
Undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR).
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, ditetapkan Undang-undang tentang
APBN untuk tahun anggaran bersangkutan. Penyusunan APBN bukan hanya
untuk memenuhi ketentuan konstitusional yang dimaksud pada pasal 23 ayat (1)
UUD 1945, tetapi juga sebagai dasar rencana kerja yang dilaksanakan ole
pemerintah dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Oleh karena itu,
penyusunannya didasarkan atas Rencana Strategi dalam UU PROPENAS, dan
pelaksanaannya dituangkan dalam UU yang harus dijalankan oleh
Presiden/Wakil Presiden dan Menteri-menteri seta pimpinan Lembaga
Tinggi Negara Lainnya.

Dasar Hukum Keuangan Daerah


Berdasarkan pasal 18 UUD 1945, tujuan pembentukan daerah otonom adalah
meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah untuk melayani
Masyarakat dan melaksanakan program pembangunan. Dalam rangka
penyelenggaraan daerah otonom, menurut penjelasan pasal 64 Undang-undang
No. 5 tanhun 1974, fungsi penyusunan APBD adalah untuk :
1. Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada Rakyat Daerah yang
bersangkutan
2. Mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab
3. Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah daerah umumnya
dan kepala daerah khususnya, karena anggaran pendapatan dan belanja
daerah itu menggambarkan seluruh kebijaksanaan pemerintah daerah
4. Melaksanakan pengawasan terhadap pemerintahan daerah dengan cara
yang lebih mudah dan berhasil guna.
5. Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah untuk
melaksanakan penyelenggaraan Keuangan Daerah didalam batas-
batas tertentu

PERKEMBANGAN REGULASI DAN STANDAR AKUNTANSI SEKTOR


PUBLIK DI INDONESIA
Regulasi Akuntansi Sektor Pubik di Era Pra Reformasi
Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah yang ada pada masa Era
pra Reformasi dapat dirincikan sebagai berikut :
1. UU Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan
Pengawasan Keuangan Daerah.
2. PP Nomor 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD.
3. Kepmendagri No.900 tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan
Daerah.
4. Peraturan Menteri Dalam Neger Nomor 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan
APBD.
5. UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
6. Kepmendagri no. 3 tahun 1990 tentang bentuk dan susunan perhitungan
APBD. Bentuk laporan APBD :
 Perhitungan APBD
 Nota Perhitungan
 Perhitungan kas dan pencocokan sisa kas dan sisa perhitugan (PP/1975)

Regulasi Akuntansi Sektor Pubik di Era Reformasi


Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah untuk
mengelola keuangan negara/daerah menuju tata kelola yang baik. Bentuk Reformasi
yang ada meliputi :
1. Penataan peraturan perundang-undangan;
2. Penataan kelembagaan;
3. Penataan sistem pengelolaan keuangan negara/daerah; dan
4. Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan

Paradigma Baru Akuntansi Sektor Pubik di Era Reformasi


Kebutuhan atas standar akuntansi sektor publik terus berkembang akibat
kedinamisan regulasi pemerintah. Kedinamisan ini ditandai dengan pelaksanaan
otonomi daerah dan reformasi keuangan.
Otonomi daerah berlaku akibat Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah. UU ini menjelaskan bahwa pemerintah melaksanakan otonomi
daerah dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintah yang lebih efisien, efektif,
dan bertanggun jawab. UU ini mulai berlaku seiak tahun 2001. Lalu, pemerintah
merasa UU Nomor 22 Tahun 1999 tidak lagi sesuai dengan perkembangan yang
ada. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan UU baru, yaitu
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang
kemudian di ubah menjadi Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005, dan Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2008 sebagai perubahan kedua. Kemudian digantikan
dengan Undang-undang baru yaitu Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah.
2. Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Peraturan perundangan terus bergerak dinamis khususnya Peraturan Pemerintahan
(PP) sebagai turunan berbagai undang-undang di atas, antara lain
1. PP Nomor 23 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
2. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
3. PP Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.
4. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
5. PP Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
6. PP Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.
7. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
8. PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal.
9. PP 71 tahun 2010 tensang Standar Akuntansi Pemerintah

Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)


SAP adalah Standar Akuntansi Pemerintah yang diterbitkan oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintah. Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, SAP ditetapkan sebagai PP (Peraturan Pemerintah) yang diterapkan untuk
entitas pemerintah dalam menyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Setiap entitas
pelaporan pemerintah pusat dan daerah wajib menerapkan SAP.
SAP diterapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah (PP SAP). Namun pada tahun 2010 diterbitkan PP
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, sehingga sejak
saat itu PP No. 24 Tahun 2005 dinyatakan tidak berlaku lagi. PP Nomor 71 Tahun
2010 mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan berbasis akrual.
SAP diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan kuangan di
pemerintah pusat dan daerah. In berati informasi keuangan pemerintahan akan
dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya
transparansi seta akuntabilitas. Tahap-tahap penyiapan SAP adalah sebagai berikut
1. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
2. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
3. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
4. Penulisan Draft SAP oleh Kelompok Kerja
5. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
6. Pengambilan Keputusan Draft untuk Dipublikasikan
7. Peluncuran Draft Publikasian SAP (Exposure Draft)
8. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik
(Public Hearning)
9. Pembahasan Tanggapan dan Masukan terhadap Draft Publikasian
10. Finalisasi Standar

Anda mungkin juga menyukai