Anda di halaman 1dari 5

BAB VI

KEUANGAN NEGARA

DOSEN PENGAMPU: ANISA

MATA KULIAH: ADMINISTRASI KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH

NAMA KELOMPOK:

KAMILA FATIKHA HAFIDZ / 2013111018

IRMA RENATA

MEGA DWI RAHAYU / 201311022

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BHAYANGKARA SURABAYA


Keuangan negara adalah kekayaan yang dikelola oleh pemerintah, yang meliputi uang dan barang yang
dimiliki; kertas berharga yang bernilai uang yang dimiliki; hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang;
dana-dana pihak ketiga yang terkumpul atas dasar potensi yang dimiliki dan/atau yang dijamin baik oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan-badan usaha, yayasan, maupun institusi lainnya. Adapun keuangan
negara dalam arti sempit hanya mencakup keuangan negara yang dikelola oleh tiap-tiap badan hukum dan
dipertanggungjawabkan masing-masing. Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan ruang lingkup
keuangan negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan. Dari sisi objek, keuangan negara meliputi
semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam
bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu, baik berupa
uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berkaitan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. Dari sisi subjek, keuangan negara meliputi seluruh objek yang dimiliki negara, dan/atau
dikuasai pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara atau daerah, dan badan lain yang berkaitan
dengan keuangan negara. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan objek, mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan hingga
pertanggungjawaban. Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan
hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan penguasaan objek untuk penyelenggaraan pemerintahan negara.

Administrasi keuangan negara merupakan kegiatan penataan kerja sama sekelompok aparat pemerintah yang
berkaitan dengan urusan keuangan. Pengadministrasian tersebut harus mendasarkan hukum yang berlaku di
negara atau pemerintah yang bersangkutan di bidang keuangan. Pada pokoknya pengelolaan keuangan negara
terdiri atas pengurusan umum dan pengurusan khusus. Pengurusan umum terdiri atas penguasa (pejabat) yang
menguasai anggaran (otorisator) dan penguasa (pejabat) yang berhak menerbitkan Surat Perintah
Membayar/SPM. Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku pengguna anggaran/pengguna barang bertanggung jawab atas
pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD,
dari segi manfaat/ hasil (outcome). Adapun pimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga bertanggung
jawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN. C.S.T. Kansil (2006)
menyatakan bahwa negara adalah lembaga kemasyarakatan yang mempunyai pemerintahan yang berkuasa yang
didukung oleh warganya di wilayah itu untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut didukung dengan
pandangan para filsuf mengenai tujuan negara yang pada dasarnya sama, yaitu mencapai kesejahteraan warga
negaranya. Menurut Plato, tujuan negara adalah memenuhi keragaman kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi
oleh manusia secara individual. Adapun Aristoteles berpandangan bahwa tujuan negara adalah
menyelenggarakan kehidupan yang baik bagi semua warga negaranya. Keberhasilan negara dalam mencapai
tujuan tersebut bergantung pada cara negara tersebut menghimpun dana masyarakat, terutama pajak untuk
menyelenggarakan fungsinya, seperti fungsi keamanan, ketertiban, dan hubungan internasional. Hal ini mudah
dipahami karena untuk menjalankan roda pemerintahan, negara membutuhkan dukungan dana yang sangat
besar yang bersumber dari pendapatan negara yang potensial, antara. lain pajak melalui kebijaksanaan fiskal.
Dalam hal ini, kebijaksanaan pemerintah yang semula terbatas hanya mengenai perpajakan, sejalan dengan
perkembangan kebutuhan negara untuk menyejahterakan warga masyarakatnya, kebijaksanaan tersebut
berkembang lebih luas menjadi kebijaksanaan di bidang keuangan. Untuk memberikan informasi mengenai
perkembangan pelaksanaan APBN/APBD, pemerintah pusat/pemerintah daerah perlu menyampaikan laporan
realisasi semester pertama kepada DPR/DPRD pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan. Informasi
yang disampaikan dalam laporan tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBN/APBD semester pertama
dan penyesuaian/perubahan APBN/APBD pada semester berikutnya. Ketentuan mengenai pengelolaan
keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD ditetapkan tersendiri dalam undang-undang yang
mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyak menyangkut hubungan administratif antar-
kementerian negara/lembaga di lingkungan pemerintah.

Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara a. Prinsip-prinsip pelaksanaan anggaran belanja negara Prinsip-prinsip
pelaksanaan Anggaran Belanja/Pengeluaran Negara adalah sebagai berikut.

1) Hemat tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan. 2) Terarah dan
terkendali sesuai dengan rencana, program kegiatan, serta fungsi masing-masing departemen/lembaga. 3)
Keharusan penggunaan kemampuan/hasil produksi dalam negeri sejauh hal ini dimungkinkan.

UU APBN dan Keppres tentang perincian anggaran merupakan sarana persetujuan tersedianya dana yang
bersifat nasional untuk satu tahun anggaran tertentu, sedangkan DIK dan DIP merupakan sarana persetujuan
tersedianya dana untuk masing-masing unit organisasi menurut lokasi. Adapun penyediaan dana untuk: a)
kegiatan RUTIN yang dimuat dalam DIK; b) proyek-proyek yang dimuat dalam DIP; c) kegiatan dan proyek
yang tidak dimuat dalam DIK dan DIP dimuat dalam Surat Keputusan Otorisasi (SKO) yang selanjutnya
kegiatan dan proyek ini disebut kegiatan atau proyek Non-DIK/DIP.

Anda mungkin juga menyukai