Anda di halaman 1dari 16

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

I. Pengertian Pengelolaan Keuangan Negara


Pengelolaan keuangan adalah rangkaian perencanaan, pengarahan,
pemantauan, pengorganisasian, dan pengendalian sumber daya moneter dari
sebuah organisasi yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Apabila ditambahkan kata “negara” yang mempunyai unsur-unsur yaitu adanya
wilayah, masyarakat, serta pemerintah yang berdaulat. Mengenai keuangan
negara adalah urusan pemerintah yang menjadi kewenangan penting bagi
suatu negara mulai dari tingkat pejabat pemerintah umum hingga khusus. Oleh
karena itu, Pengertian pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan
kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan
kewenangannya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pertanggungjawaban dan pemeriksaan keuangan negara 1.
Pemerintah dalam menjalankan kewenangannya yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara tidak lepas dari rambu-rambu atau asas-asas
hukum yang berlaku agar kegiatan administrasi negara tidak menimbulkan
tindakan yang menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sebab pejabat yang mempunyai amanah dalam mengelola keuangan negara
mempunyai peran penting dalam anggaran negara maka para pejabat sangat
perlu dibatasi dengan asas-asas hukum agar terwujudnya pejabat yang
berwibawa dan berkualitas.
Adapun asas-asas pengelolaan keuangan negara sebelum dan setelah
berlakunya UU No. 17 tahun 2003 tenang keuangan negara, sebagai berikut 2 :
1. Asas tahunan, artinya membatasi masa berlakunya atau periode
anggaran untuk suatu tahun tertentu, mulai dari 1 Januari-31 Desember.
2. Asas universalitas, mengharuskan agar setiap transaksi keuangan
ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran.
3. Asas spesialitas, mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan
terinci secara jelas peruntukannya.

1
Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara (teori dan
praktik) (Depok: PT Raja GRafindo, 2018), Hal 17.
2
BPKAD Banjar, “Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara”
(http://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2017/12/18/asas-asas-umum-pengelolaan-keuangan-
negara/, diakses pada tanggal 27 september , 2020 pukul 07.51)
1
4. Asas kesatuan, menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran dalam artian
tidak terpisahkan.
5. Akuntabilitas berorientasi pada hasil, yaitu asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara
Negara, khususnya pengelolaan keuangan negara harus dapat
dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
6. Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan,
khususnya dalam pengelolaan keuangan negara. Oleh karena itu,
sumber daya manusia di bidang keuangan negara harus profesional,
baik di lingkungan Bendahara Umum Negara/Daerah maupun di
lingkungan Pengguna Anggaran/Barang.
7. Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban Penyelenggara Negara, serta teralokasinya sumber
daya yang tersedia secara proporsional terhadap hasil yang akan
dicapai.
8. Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang pengelolaan keuangan negara dalam setiap tahapannya, baik
dalam perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan anggaran,
pertanggung-jawaban, maupun hasil pemeriksaan, dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia negara.
9. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri,
artinya pemeriksaan atas tanggung jawab dan pengelolaan keuangan
negara/daerah dilakukan oleh badan pemeriksa yang independen, dalam
hal ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Asas-asas umum tersebut diperlukan juga untuk menjamin
terselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan daerah, sehingga dengan
dianutnya asas-asas umum tersebut dalam paket Undang-undang di bidang

2
keuangan negara, selain dapat mewujudkan pengelolaan keuangan negara
yang bebas korupsi dan kolusi, efektif dan efisien serta transparan dan
akuntabel, juga diharapkan dapat memperkokoh landasan pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
II. Tujuan Pengelolaan Keuangan Negara
Adapun tujuan pengelolaan keuangan negara, sebagai berikut 3:
 Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Keuangan negara, melalui
penerimaan/pendapatan dan pengeluaran/belanja negara dapat
mempengaruhi bekerjanya mekanisme harga. Pungutan pajak kepada
masyarakat di satu titik akan meningkatkan penerimaan negara, namun di
lain pihak akan mengurangi daya beli masyarakat sehingga mengurangi
permintaan masyarakat. Sebaliknya, belanja pemerintah, yang digunakan
untuk membeli barang dan jasa dari masyarakat, akan mendorong ekonomi
masyarakat dan kemudian akan menambah daya beli masyarakat.
 Menjaga stabilitas ekonomi APBN dapat juga digunakan sebagai alat untuk
mengatasi inflasi dan deflasi, serta untuk memelihara stabilisasi
perekonomian dengan cara melakukan defisit APBN atau surplus APBN.
Dengan demikian tugas dan fungsi negara menjadi lebih penting karena
tidak sekedar menyelenggarakan pertahanan dan keamanan,
menyelenggarakan peradilan dan menyediakan barang publik semata,
namun juga menjaga kestabilan perekonomian.
 Merealokasi sumber-sumber ekonomi. Realokasi sumber-sumber ekonomi
dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber ekonomi yang terbatas
secara optimal. Apabila sumber daya yang ada di masyarakat tersebut tidak
terdistribusikan secara optimal akan menimbulkan ketidakseimbangan
dalam peekonomian negara.
 Mendorong Re-distribusi Pendapatan Melalui kebijakan fiskal dalam APBN,
pemerintah dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan agar tidak
terjadi kesenjangan antara golongan masyarakat miskin secara menyolok.
Untuk menciptakan keadilan, pemerintah akan mengenakan pajak yang
lebih banyak kepada kelompok masyarakat yang lebih mampu (ability to

3
Tim Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia , “Pengelolaan Keuangan Negara” Ujian
Dinas Tingkat I, 2018, hal. 6-7.
3
pay principle) dan mengalokasikannya dalam bentuk pengeluaran/belanja
negara yang berpihak kepada masyarakat yang kurang mampu (pro poor).
III. Pengelola Keuangan Negara
Pengelola keuangan negara ditentukan setelah anggaran negara telah
mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Pengelola keuangan negara
menjalankannya pengelolaan keuangan berdasarkan kewenangannya dan
kewajiban masing-masing yang telah diberikan. Pejabat yang mendapatkan
kewenangan dalam mengelola keuangan negara adalah peran yang paling
pokok untuk kepentingan negara dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur sebagaimana yang dicita-citakan dalam alinea keempat
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
oleh karena itu, perlunya pengelola yang dapat beramanah, jujur, berkualitas
dan dipercaya4. Pengelolaan keuangan negara terbagi dua yaitu pengelolaan
umum keuangan negara dan pengelolaan khusus keuangan negara.
Pejabat yang mengelola pengelolaan umum keuangan negara yaitu :
- Presiden
- Menteri keuangan selaku bendahara umum negara
- Pimpinan kementrian, pimpinan lembaga negara dan pimpinan lembaga
pemerintahan non kementrian negara
- Bendahara
- Pegawai negeri bukan bendahara dan
- Pejabat lain.
A. Presiden
Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, menyatakan bahwa, “Presiden selaku Kepala Pemerintahan
memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara.” Kemudian berdasarkan
pasal 6 ayat (2), Kekuasaan Presiden di bidang pengelolaan keuangan negara
tersebut5 :
a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan
Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

4
Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara (teori dan
praktik) (Depok: PT Raja GRafindo, 2018), Hal 35.
5
UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 6.
4
b. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/ Pengguna Barang kementerian/lembaga yang dipimpinnnya;
c. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan
pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik
Indonesia, sementara setiap Menteri/Pimpinan Lembaga pada hakekatnya
adalah  Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu
pemerintahan. Prinsip ini perlu dilaksanakan secara konsisten agar terdapat
kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab, terlaksananya
mekanisme cheks and balances serta untuk mendorong upaya peningkatan
profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan. 6
Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan
fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan,
administrasi kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.
Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara sebagian kekuasaan Presiden tersebut diserahkan kepada Gubernur/
Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah. Demikian pula untuk
mencapai kestabilan nilai rupiah tugas menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
dilakukan oleh bank sentral. Presiden mempunyai kewenangan dalam
pengelolaan keuangan negara yang meliputi kewenangan otorisasi, ordonansi,
dan kebendaharawana.7
Kewenangan otorisasi adalah kekuasaan untuk mengambil tindakan atau
keputusan yang dapat mengakibatkan kekayaan negara menjadi bertambah
atau berkurang. Kewenangan otorisasi dibagi menjadi kewenangan otorisasi
umum dan kewenangan otorisasi khusus. Kewenangan otorisasi umum

6
Hendar Ristriawan dan Dewi Kania Sugiharti, “Penguatan Pengelolaan Keuangan Negara
Melalui Mekanisme Checks and Balances System”. Jurnal Konstitusi. Vol. 4 No. 3, Summer
2017, hal. 603.
7
Wahyu Hadi Cahyono dan Rr. Herini Siti Aisyah, “Kewenangan Pejabat Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara dalam Pengelolaan Keuangan Negara di Daerah”. Jurist Diction. Vol.
3 No. 2, Summer 2020, hal. 755.
5
diwujudkan dalam bentuk kekuasaan membuat peraturan yang bersifat umum,
seperti menetapkan UU APBN. Kewenangan otorisasi khusus diwujudkan
dalam bentuk kekuasaan untuk menetapkan surat keputusan yang khususnya
mengikat orang atau pihak tertentu sebagai pelaksanaan otorisasi yang bersifat
umum. Kewenangan ordonansi adalah kekuasaan untuk menerima, meneliti,
menguji keabsahan, dan menerbitkan surat perintah menagih dan membayar
tagihan yang membebani APBN sebagai akibat dari tindakan otorisator.
Pengujian dan penelitian yang dilakukan oleh ordonator meliputi dasar haknya
(wetmatigheids), dasar hukum tagihannya (rechtsmatigheids), dan tujuannya
(doelmatigheids)8.
B. Bendahara Umum Negara
Pengelolaan keuangan negara secara khusus tidak dilakukan oleh
Presiden walaupun merupakan wewenang presiden. Wewenang ini diserahkan
dalam bentuk mandat kepada menteri keuangan sebagai bendahara umum
negara. Sebagaimana pengertian dalam pasal 1 angka 15 Undang-undang
perbendaharaan negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan
fungsi bendahara umum negara.
Kedudukan menteri keuangan :
 Sebagai wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang
dipisahkan,
 Pengelola fiskal
 Bendahara umum negara
Sebagaimana hal ini telah dicantumkan pada pasal 6 ayat (2) Undang-
undang keuangan negara. Oleh karena itu, menteri keuangan tidak boleh
bertindak sewenang-wenang dalam kerangka pengelolaan keuangan negara
karena harus berpedman pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku
terkait keuangan negara.9
Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri
Keuangan mempunyai tugas yang diatur pada pasal 8 Undang-undang
keuangan negara sebagai berikut10 :
8
Wahyu Hadi Cahyono dan Rr. Herini Siti Aisyah, “Kewenangan Pejabat Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara dalam Pengelolaan Keuangan Negara di Daerah”. Jurist Diction. Vol.
3 No. 2, Summer 2020, hal. 755.
9
Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara (teori dan
praktik) (Depok: PT Raja GRafindo, 2018), Hal 40.
10
UU No. 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, pasal 8.
6
a) Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;
b) Menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;
c) Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
d) Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;
e) Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan
dengan undangundang;
f) Melaksanakan fungsi bendahara umum negara;
g) Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN;
h) Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan
ketentuan undang-undang.
Adapun kewenangan menteri keuangan dalam pelaksanaan fungsi
bendahara umum negara sebagaimana diatur pada pasal 7 ayat (2) Undang-
undang Perbendaharaan negara, sebagai berikut 11 :
a) Menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara;
b) Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
c) Melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara;
d) Menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara;
e) Menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka
pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran anggaran negara;
f) Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
anggaran negara;
g) Menyimpan uang negara;
h) Menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakan investasi;
i) Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna
Anggaran atas beban rekening kas umum negara;
j) Melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama pemerintah;
k) Memberikan pinjaman atas nama pemerintah;
l) Melakukan pengelolaan utang dan piutang negara;
m) Mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang standar
akuntansi pemerintahan;
n) Melakukan penagihan piutang negara;
o) Menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara;
11
UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pasal 7
7
p) Menyajikan informasi keuangan negara;
q) Menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan
barang milik negara;
r) Menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam rangka
pembayaran pajak;
s) Menunjuk pejabat Kuasa Bendahara Umum Negara.
Menteri keuangan negara juga dapat mengangkat kuasa bendahara umum
sebagai pembantu menteri keuangan rangka pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran kas. Adapun Tugas kebendaharaan yang dipegang oleh kuasa
bendahara umum negara yang telah diatur pada pasal 8 Undang-undang
keuangan negara, meliputi kegiatan12 :
 Menerima
 Menyimpan
 Membayar atau menyerahkan
 Menatausahakan
 Mempertanggungjawabkan uang dan surat berharga yang berada
pengelolaannya.
Kuasa bendahara umum juga memiliki kewajiban yang diatur dalam, pasal
8 ayata (4) dan (5) yaitu kuasa bendahara umum negara berkewajiban
memerintahkan penagihan piutang negara kepada pihak ketiga sebagai
penerimaan anggaran dan berkewajiban melakukan pembayaran tagihan pihak
ketiga sebagai pengeluaran anggaran.
C. Menteri/Pimpinan Lembaga
Menteri/pimpinan lembaga yang dimaksud adalah menteri, pimpinan
lembaga non kementerian negara, dan lembaga negara. Kedudukan
menteri/pimpinan lembaga sebagai pejabat pengguna anggaran/pengguna
barang negara di instansi masing-masing. Sebagai pejabat pengguna
anggaran/pengguna barang negara berdasarkan pasal 4 ayat (2) Undang-
Undang Perbendaharaan Negara, berwenang 13 :

a) menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

b) menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang;


12
UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan negara, pasal 8
13
UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan negara, pasal 4
8
c) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
negara;

d) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan


piutang;

e) melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran


belanja;

f) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah


pembayaran;

g) menggunakan barang milik negara;

h) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik


negara;
i) mengawasi pelaksanaan anggaran;
j) menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya.
Menteri dalam hal ini adalah menteri keuangan negara/pimpinan lembaga
sebagai pengguna anggaran negara/pengguna barang negara. akan tetapi,
pengelolaan keuangan negara ini menjadi dua titik fokusnya. Seperti halnya,
menteri keuangan berpotensi memegang dua kapasitasnya yaitu sebegai
bendahara umum negara dan pengguna anggaran negara/pengguna barang
negara. Padahal dalam penataan ini, seharusnya ditata lebih baik lagi agar
pejabat dapat fokus memegang amanah sesuai kewenangannya.
D. Bendahara
Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan
atas nama negara, menerima, menyimpan dan membayar/menyerahkan uang
atau surat berharga atau barang-barang negara. Bendahara terdiri dari 14 :
 Bendahara umum yang berada dalam kewenangan menteri keuangan
untuk mengelola keuangan negara

14
Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara (teori dan
praktik) (Depok: PT Raja GRafindo, 2018), Hal 43.
9
 Bendahara khusus yang dilakukan oleh orang atau badan pada kantor/
satuan kerja di lingkungan kementerian negara, lembaga pemerintah non
kementerian negara dan lembaga negara.
Bendahara khusus sebagai pengelola keuangan negara terdiri dari
bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran, sebagai berikut 15 :
 Bendahara penerimaan adalah orang atau badan yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara pada kesatuan
kerja kementerian negara, lembaga pemerintah non kementerian negara
dan lembaga negara.
 Bendahara pengeluaran adalah orang atau badan yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan ulang untuk keperluan belanja negara dalam
rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara pada
kesatuan kerja kementerian negara, lembaga pemerintah non kementerian
negara dan lembaga negara.
Bendahara penerimaan dan pengeluaran tidak boleh dirangkap oleh
menteri, pimpinan lembaga non kementerian negara dan pimpinan lembaga
negara, juga termasuk kuasa bendahara umum negara yang diberhentikan oleh
Menteri keuangan. Agar dapat dipertanggungjawabkan keuangan negara yang
dikelolanya dapat diketahui penggunaannya berdasarkan asas-asas
pengelolaan keuangan negara.
Adapun bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran harus terikat
juga pada beberapa larangan yang ditentukan yaitu 16 :
 Kegiatan perdagangan
 Pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa
 Bertindak sebagai penjamin atas kegiatan, pekerjaan atau penjualan
tersebut.
Tujuan larangan ini adalah untuk dapat terlindungi dari niat untuk memerkaya
diri sendiri atau orang lain atau korporasi.

15
Ibid
16
Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara (teori dan
praktik) (Depok: PT Raja GRafindo, 2018), Hal 44.
10
E. Pegawai Negeri bukan Bendahara
Pegawai negeri meliputi pegawai negeri sipil, baik pusat maupun daerah,
anggota TNI dan anggota kepolisian Negara Republik Indonesia. Pegawai
tersebut dapat diangkat untuk mengelola keuangan negara tetapi tidak
memberikan status sebagai bendahara sehingga pegawai negeri ini tidak
melaporkan pertanggungjawabannya kepada BPK. Pegawai negeri bukan
bendahara berwenang menyimpan, mengeluarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan keuangan negara yang berada dalam
penguasaannya. Jadi, pegawai negergi bukan bendahara melapor kepada
atasan yang mengangkatnya sehingga jika terjadi penyimpangan atau
kekurangan keuangan negara maka atasannya yang dituntut ganti rugi 17.
F. Pejabat lain
Pasal 59 ayat (2) undang-undang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara secara tegas ditetapkan pejabat lain meliputi pejabat
negara, dan pejabat penyelenggara pemerintahan yang tidak berstatus pejabat
negara, tidak termasuk bendahara dan pegawai negeri bukan bendahara.
Contohnya adalah anggota DPR, KPK, MA, Ombudsman 18.
Pejabat lain ini diangkat oleh atasannya dan konsekuensinya sama seperti
pegawai negeri bukan bendahara yaitu jika terjadi penyimpangan atau
kekurangan keuangan negara maka atasannya yang dituntut ganti rugi. Yang
berbeda adalah jika pejabat lain kedudukannya dalam rangka pejabat
pengguna anggaran/pengguna barang negara dan kuasa pengguna
anggaran/pengguna barang negara.
IV. Pengelolaan Uang Negara
Pengelolaan uang negara berada dalam tanggung jawab Menteri
Keuangan selaku bendahara umum negara. Pengertian uang negara
merupakan uang yang dikuasai oleh bendahara umum yang meliputi tupiah dan
valuta asing.
 Pengelolaan Kas umum negara
Uang negara disimpan dalam rekening kas umum negara agar bendahara
umum negara berwenang mengatur dan menyelenggarakan rekening
17
Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara (teori dan
praktik) (Depok: PT Raja GRafindo, 2018), Hal 45.
18
UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara, pasal 59.
11
pemerintah, sehingga dapat membuka rekening kas umum negara pada bank
sentral yang bertujuan agar uang negara tetap berada dalam perlindungan
hukum yang diberikan oleh bank sentral. Bendahara umum dapat pula
membuka rekening penerimaan dan rekening pengeluaran pada bank umum.
Rekening penerimaan digunakan untuk menampung penerimaan negara setiap
hari. Rekening pengeluaran pada bank umum diisi dengan dana yang
bersumber dari rekening kas umum negara yang berada pada bank sentral 19.
 Pelaksanaan Penerimaan Negara
Penerimaan dalam hal ini dimaksudkan adalah penerimaan negara bukan
pajak. Menteri, pimpinan lembaga pemerintah non kementerian negara dan
pimpinan lembaga negara wajib mengangkat bendahara untuk
melaksanakan tugas itu dan bertanggung jawab kepadanya.
 Pengelolaan uang persediaan
Rekening untuk kepentingan pelaksanaan penerimaan, menteri, pimpinan
lembaga pemerintah non kementerian negara dan pimpinan lembaga
negara dapat membuka rekening untuk keperluan pelaksanaan
pengeluaran di lingkungannya. Ketika rekening telah dibuka berarti wajib
mengangkat bendahara untuk mengelola uang yang harus
dipertanggungjawabkan dalam rangka pelaksanaan pengeluaran menteri,
pimpinan pemerintah non kementerian negara dan pimpinan lembaga
negara. Pertanggungjawaban diberikan kepada atasan yang mengankat
bendaharanya20.
V. Pengelolaan Piutang dan utang Negara
Piutang negara menurut pasal 1 angka 6 Undang-undang perbendaharaan
negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah dan/atau
hak pemerintah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau
akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait
dengan keuangan negara atau akibat lainnya yang sah. Menurut Pasal 8
Undang – Undang Nomor 49 Prp tahun 1960 ”Yang dimaksud dengan piutang
negara atau hutang kepada negara oleh peraturan ini, ialah jumlah uang yang
wajib dibayar kepada negara atau badan-badan yang baik secara langsung

19
Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara (teori dan
praktik) (Depok: PT Raja GRafindo, 2018), Hal 26.
20
Ibid
12
atau tidak langsung dikuasai oleh negara berdasarkan suatu peraturan,
perjanjian, atau sebab apapun”.
Dalam penjelasan atas pasal 8 ini disebutkan lebih lanjut, piutang negara
yang dimaksudkan hutang adalah21 :
a. Langsung terhutang kepada Negara dan oleh karena itu harus dibayar
kepada Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
b. Terhutang kepada bahan-bahan yang umumnya kekayaan dan
modalnya sebagian atau seluruhnya milik Negara, misalnya Bank-Bank
Negara, PT. PT. Negara, Perusahaan-Perusahaan Negara, Yayasan
Perbekalan dan Persediaan, Yayasan Urusan Bahan Makanan dan
sebagainya. Hutang pajak tetap merupakan piutang negara, akan tetapi
diselesaikan tersendiri dengan Undang – Undang Penagihan Pajak Negara
dengan Surat Paksa. Tata cara pemberian pinjaman oleh pemerintah wajib
berpedoman para peraturan pemerintah.
Sedangkan utang negara menurut pasal 1 angka 8 undang-undang
perbendaharaan negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar
pemerintah pusat dan/atau kewajiban pemerintah pusat yang dapat dinilai
dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
perjanjian atau berdasarkan sebab lainnya yang sah. Dalam hal ini, Menteri
keuangan menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama menteri
keuangan. Menurut Suparmoko22, terdapat beberapa macam utang
negara :
1. Utang dengan jaminan dan tanpa jaminan, yang terdiri atas
reproductive debt dan dead weight debt. Reproductive debt adalah
utang yang dijamin seluruhnya dengan kekayaan negara yang
berutang atas dasar nilai yang sama besarnya. Sedangkan dead
weight debt adalah utang yang tanpa disertai dengan jaminan
kekayaan.
2. Utang sukarela dan utang paksa. Utang paksa adalah utang yang
pengumpulannya dapat dipaksakan seperti yang terjadi pada tahun

21
Virna Dewi Kasmoni dan Rachmatullaily, “Prosedur pengurusan piutang negara dan daerah
pada kantor pelayanan kekayaan negara dan lelang (KPKNL) bogor”, Penelitian, hal 48.
22
Venti Eka Satya, “Analisis kebijakan pengelolaan utang negara : Manajemen Utang
Pemerintah dan Permasalahannya”, kajian, Vol 21 No 1, summer 2015, hal 62-63.
13
1950. Pada saat itu terjadi sanering uang rupiah dengan cara
menggunting uang kertas jadi dua dan yang dianggap berlaku sebagai
alat tukar dan satuan hitungannya hanya separuhnya. Yang separuh
sisanya dinyatakan sebagai pinjaman pemerintah pada masyarakat
dalam bentuk obligasi negara. Dalam hal ini, masyarakat dipaksa
memberikan pinjaman kepada pemerintah. Dan dari segi bunga
biasanya juga lebih rendah dibandingkan utang sukarela. Pada utang
sukarela, pemberi utang bebas menyerahkan dananya tergantung
pada kemauan mereka sendiri, namun jumlahnya yang dapat
dikumpulkan oleh negara biasanya tidak terlalu besar.
3. Utang dalam negeri dan utang luar negeri.
VI. Pengelolaan Investasi
Tujuan negara membolehkan investasi dalam negara Indonesia yaitu untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai konsekuensi
dianutnya tipe negara kesejahteraan modern. Investasi pemerintah adalah
penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk
investasi pembelian surat berharga dan investasi langsung untuk memperoleh
manfaat ekonomi, sosial, dan /atau manfaat lainnya. Investasi itu tidak boleh
berada diluar ruang lingkup hukum keuangan negara karena terkait dengan
keadulatan rakyat yang dijelmakan dalam bentuk anggaran negara. Ketika
pemerintah berkehendak melakukan investasi, terlebih dahulu dilakukan
pengkajian secara mendalam mengenai kerugian dan keuntungan dari investasi
tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerugian keuangan negara dari
penyalahgunaan investasi untuk kepentingan pribadi atau sekelompok orang
dengan tidak memedulikan kepentingan negara. Investasi wajib berpedoman
ada peraturan pemerintah nomor 1 tahun 2008 tentang investasi pemerintah 23.
Investasi Pemerintah dilakukan dalam bentuk24 :
1. Saham; merupakan saham yang tercatat dan/atau diperdagangkan di
bursa efek, Investasi Pemerintah dapat dilakukan pada saham yang
tidak tercatat dan/atau tidak diperdagangkan di bursa efek sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

23
Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara (teori dan
praktik) (Depok: PT Raja GRafindo, 2018), Hal 28.
24
PP No 1 tahun 2008 tentang investasi Pemerintah
14
2. Surat utang; terdiri atas surat utang dan/atau sukuk yang diterbitkan
oleh pemerintah dan pemerintah daerah dan korporasi dan/atau BHL;
pemerintah negara lain; dan korporasi dan/atau badan hukum asing.
3. Investasi langsung melalui pemberian Pinjaman; kerja sama investasi;
dan/atau bentuk investasi langsung lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

BPKAD Banjar, “Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara”


(http://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2017/12/18/asas-asas-umum-
pengelolaan-keuangan-negara/, diakses pada tanggal 27 september ,
2020 pukul 07.51)
Cahyono, H.W., Rr. Herini Siti Aisyah. 2020. “Kewenangan Pejabat Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara dalam Pengelolaan Keuangan
Negara di Daerah”. Jurist Diction. Vol. 3 (2). Hal 755.
Kasmoni, D.V., Rachmatullaily. “Prosedur pengurusan piutang negara dan
daerah pada kantor pelayanan kekayaan negara dan lelang (KPKNL)
bogor”. Penelitian. Hal 48.
Ristiawan H., Dewi Kania Sugiharti. 2017. “Penguatan Pengelolaan Keuangan
Negara Melalui Mekanisme Checks and Balances System”. Jurnal
Konstitusi. Vol. 4 (3). Hal. 603.
Saidi Djafar Muhammad., Eka Merdekawati Djafar. 2018. Hukum Keuangan
Negara (teori dan praktik). Depok : PT Raja GRafindo.
Satya,E.V. 2015. “Analisis kebijakan pengelolaan utang negara : Manajemen
Utang Pemerintah dan Permasalahannya”. kajian, Vol 21 (1). Hal 62-63.
Tim Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia. 2018. “Pengelolaan
Keuangan Negara” Ujian Dinas Tingkat I. Hal. 6-7.

Peraturan Perundang-undangan :
UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan negara,
UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan negara,
UU No.15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara
PP No 1 tahun 2008 tentang investasi Pemerintah

16

Anda mungkin juga menyukai