Anda di halaman 1dari 13

Makalah

KASUS PEMBUNUHAN SADIS DAN PEMERKOSAAN


TERHADAP SEORANG WANITA MENGGUNAKAN CANGKUL DI
TANGERANG

Disusun Oleh :
Ashar Ramadhan Mappa
B011181470
Psikologi Hukum (D)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
MAKASSAR

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...……………………………………………………………………… i

PEMBAHASAN ..……………………………………………………………………1

Dasar Pengelolaan Keuangan Negara ...………………………………………...1

Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara ..…………………………………...3

Sumber Pendapatan Keuangan Negara ..………………………………………..4

Pengelolaan Kas Umum Negara ...………………………………………………..7

Pengelolaan Piutang dan Utang Negara ..………………………………………..8

Tujuan Pengelolaan Keuangan Negara…………………………………………...9

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..11

ii
PEMBAHASAN

Dasar Pengelolaan Keuangan Negara

Keuangan dalam suatu penyelenggaraan pemerintah memiliki peran yang


sangat penting, karena merupakan sentral dalam pembangunan suatu negara
serta sangat menentukan keberlangsungan perekonomian baik dalam waktu
sekarang maupun di masa akan datang. Keuangan Negara adalah semua hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu -
baik berupa uang maupun berupa barang - yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. (UU No 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara). penjelasan dalam Undang Undang tersebut,
diuraikan secara lengkap bahwa:1

1. Objek dari keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam
bidang fiskal dan moneter, dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
2. Subjek keuangan negara adalah seluruh objek keuangan negara yang
dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan badan hukum publik
lainnya.
3. Menurut prosesnya, keuangan negara merupakan seluruh rangkaian
kegiatan pengelolaan semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang dimulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.
4. Tujuan seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang berkaitan
dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek keuangan negara tersebut
dimaksudkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Pengelolaan Keuangan Negara merupakan bagian dari pelaksanaan


pemerintahan negara. Pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan
kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan

1
Tim Pusdiklat Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengelolaan Keuangan Negara. hlm 4
1
kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pertanggungjawaban, dan pemeriksaan keuangan negara.2

Sumber keuangan negara tidak selamanya memberikan hasil yang optimal.


Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang amat bijak dalam menggunakan
keuangan negara. Dengan kata lain, pengelolaan keuangan negara harus benar-
benar efektif dan efisien sehingga program pembangunan dapat dilaksanakan
sesuai dengan rencana. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara terutama Pasal 6
Ayat (1) disebutkan bahwa presiden selaku kepala pemerintahan memegang
kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan. Ketentuan pasal tersebut menunjukkan bahwa presiden Republik
Indonesia bertanggung jawab atas kegiatan pengelolaan keuangan negara yang
dilakukan untuk mencapai tujuan negara.

Dalam rangka menciptakan suatu pengelolaan keuangan negara yang


baik tentu berdasarkan pada asas-asas hukum yang mendasarinya. Asas-asas
pengelolaan keuangan negara dalam konteks kehidupan bernegara di Indonesia
mengalami perkembangan apabila menjadikan undang-undang keuangan
negara sebagai suatu pijakan. Adapun asas-asas pengelolaan keuangan yaitu :3

a. Asas Akuntabilitas berorientasi pada hasil adalah asas yang menentukan


bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan
keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundanga-undangan yang berlaku
b. Asas Profesionalitas, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban pengelola keuangan negara.
c. Asas Proporsionalitas, adalah asas yang mengutamakan keahlian
berdasarkan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

2
Muhammad Djafar Saidi, Hukum Keuangan Negara : Teori dan Praktik (Jakarta: Rajawali Pers, 2017)
hal. 17
3
Muhammad Djafar Saidi, ibid hal 18
2
d. Asas Keterbukaan dan pengelolaan keuangan keuangan negara adalah
asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat yang memperoleh
informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan
keuangan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asas pribadi, golongan, dan rahasia negara.
e. Asas Pemerikasaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan
mandiri adalah asas yang memberikan kebebasan bagi Badan Pemeriksa
Keuangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara dengan tidak
boleh dipengaruhi oleh siapa pun.

Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara

Pengelolaan keuangan negara dalam hukum keuangan negara memiliki


berbagai sebutan atau penamaan yang berbeda-beda. Perbedaan penyebutan
atau penamaan bagi pegelola keuangan negara didasarkan pada kewenangan
dan kewajiban yang diberikan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Para pihak yang terlibat dalam pengelolaan anggaran keuangan
negara meliputi Presiden, Menteri Keuangan, Pimpinan para Lembaga/Menteri,
Bendahara, dan Pegawai Non Bendahara.

Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,


menyatakan bahwa, “Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang
kekuasaan pengelolaan keuangan negara.” Kekuasaan Presiden di bidang
pengelolaan keuangan negara tersebut, selanjutnya:

a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil


Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

b. dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna


Anggaran/ Pengguna Barang kementerian/lembaga yang dipimpinnnya;

c. diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan


daerah untuk mengelola Keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan


pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) yang berwenang dan
bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan kewajiban negara secara
3
nasional. Para menteri dan pimpinan lembaga negara pada hakikatnya adalah
Chief Operational Officer (COO) yang berwenang dan bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pemerintahan sesuai bidang tugas dan fungsi masing-masing.4

Pembagian kewenangan yang jelas, dalam pengelolaan keuangan negara


antara Menteri Keuangan dan menteri teknis tersebut diharapkan dapat
memberikan jaminan terlaksananya mekanisme saling uji (check and balance)
dan jaminan atas kejelasan akuntabilitas Menteri Keuangan sebagai Bendahara
Umum Negara dan Menteri Teknis sebagai Pengguna Anggaran. Selain itu,
pembagian kewenangan ini memberikan fleksibilitas bagi menteri teknis, sebagai
pengguna anggaran, untuk mengatur penggunaan anggaran kementeriannya
secara efisien dan efektif dalam rangka optimalisasi kinerja kementeriannya
untuk menghasilkan output yang telah ditetapkan, karena kementerian teknis
yang paling memahami operasional kebijakan sektor-sektor yang menjadi
bidangnya.

Sumber Pendapatan Keuangan Negara

Penerimaan negara terdiri atas penerimaan pajak dan bukan pajak.


Penerimaan negara diperlukan untuk mengisi kas negara guna mencukupi
pengeluaran belanja negara. Proses penerimaan dan pengeluaran negara
berlangsung selama tahun anggaran.

• Penerimaan Pajak

Penerimaan Perpajakan bersumber dari penerimaan Pajak Dalam Negeri


dan Pajak Perdagangan Internasional. Penerimaan Pajak Dalam Negeri terdiri
atas Pajak Penghasilan Migas dan Non Migas, Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) (lihat catatan
sebelumnya tentang PBB dan BPHTB), Cukai, dan Pajak Lainnya5

Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan untuk membiayai


berbagai kegiatan pemerintah. Di negara-negara yang sudah sangat maju pajak
adalah sumber utama dari pembelanjaan pemerintah, sebagian dari pengeluaran

4
Tim Pusdiklat Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengelolaan Keuangan Negara. hlm 4
5
Ibid hlm. 20
4
pemerintah adalah untuk membiayai administrasi pemerintahan dan sebagian
lainnya adalah untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan. Membayar
gaji pegawai-pegawai pemerintah, membiayai sistem pendidikan dan kesehatan
rakyat, membiayai pembelanjaan untuk angkatan bersenjata, dan membiayai
berbagai jenis infrastruktur yang penting yang akan dibiayai pemerintah.
Perbelanjaan-perbelanjaan tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat
dan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi Negara.6

Pendapatan pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada


pemerintah yang diatur dalam undang-undang tanpa balas jasa secara
langsung.Pendapatan negara berasal dari pajak. Secara garis besar berbagai
jenis pajak yang dipungut pemerintah dapat dibedakan kepada dua golongan
yaitu pajak langsung dan pajak tak langsung.Pajak langsung berarti jenis
pungutan pemerintah yang secara langsung dikumpulkan dari pihak yang wajib
membayar pajak. Setiap individu yang bekerja dan perusahaan yang
menjalankan kegiatan dan memperoleh keuntungan wajib membayar pajak.
Sedangkan, Pajak tak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dipindah-
pindahkan kepada pihak lain. Diantara jenis pajak tak langsung yang penting
adalah pajak impor dan pajak penjualan. Pendapatan pajak berasal dari pajak
pusat dan pajak daerah:7

• Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah satu sumber


pendapatan negara. Dalam upaya pencapaian tujuan nasional sebagaimana
termaktub dalam Undang-undang Dasar 1945, Pemerintah menyelenggarakan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan nasional. Oleh karena itu, peranan
PNBP dalam pembiayaan kegiatan dimaksud penting dalam peningkatan
kemandirian bangsa dalam pembiayaan Negara dan pembangunan. Salah satu
contoh dari Penerimaan Negara bukan Pajak yaitu :

a. Penerimaan Sumber Daya Alam Minyak Bumi dan Gas Alam Penerimaan
sumber daya alam minyak bumi dan gas alam adalah penerimaan
Pemerintah dari sektor minyak bumi dan gas alam. Seperti diuraikan

6
Ibnu Syamsi, Dasar-Dasar Kebijakan Keuangan Negara, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hlm. 85
7
Muda Markus, Perpajakan Inddonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hlm 3
5
terdahulu, dari sektor minyak bumi Pemerintah memperoleh bagian dari
minyak bumi dan gas alam yang dihasilkan sesuai dengan isi
perjanjian/kontraknya dengan Pertamina yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh harga rata-rata minyak mentah di pasar internasional, tinggi-
rendahnya tingkat produksi dan rata-rata nilai tukar Rupiah; bagian
Pemerintah ini langsung disetor ke rekening Pemerintah di Bank
Indonesia.
b. Pendapatan BLU merupakan PNBP yang dipungut oleh instansi
pemerintah atas produk layanan yang diberikan kpd masyarakat, dimana
pendapatan yang diperoleh melalui mekanisme BLU ini dapat langsung
digunakan oleh instansi yang bersangkutan. BLU adalah instansi di
lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya, didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas (contoh :
rumah sakit, perguruan tinggi negeri).8

Sebagai pelaksanaan ketentuan mengenai penetapan jenis dan


penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak untuk pertama kalinya
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan
Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak ke Kas Negara. Penetapan PP
Nomor 22 Tahun 1997 merupakan langkah penertiban, sesuai dengan tujuan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak, sehingga jenis dan besarnya pungutan yang menjadi sumber penerimaan
tersebut tidak malahan menambah beban bagi masyarakat dan pembangunan
itu sendiri.9

• Hibah

Hibah adalah pendapatan pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa dari
pemerintah lainnya, perusahaan negara/daerah, masyarakat dan organisasi

8
Tim Pusdiklat Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengelolaan Keuangan Negara. hlm 26.
9
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak ke Kas
Negara, PP Nomor 22 Tahun 1997, Konsiderans.
6
kemasyarakatan, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus-
menerus. Hibah digunakan untuk mendukung program pembangunan nasional
dan/atau mendukung penanggulangan bencana alam dan bantuan
kemanusiaan. Hibah dapat diterima apabila memenuhi prinsip transparan,
akuntabel, efisien dan efektif, kehatihatian, tidak ada ikatan politik, dan tidak
memiliki muatan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara.

Pengelolaan Kas Umum Negara

Uang negara menjadi yang tak terpisahkan dari keuangan negara


sehingga memerlukan pengelolaan yang tepat dengan berdasarkan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait keuangan
negara. Uang negara disimpan dalam rekening kas umum negara agar
bendahara umum berwenang mengatur dan menyelenggarakan rekening
pemerintah, sehingga dapat membuka rekening kas umum negara pada bank
sentral. Pemberian Pembukaan rekening kas umum negara kepada bank sentral
betrtujuan agar uang negara tetap berada dalam perlindungan yang diberikan
oleh bank sentral.10 Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat
penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan
membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.11 wewenang
bendahara umum negara dalam pengelolaan uang negara yang dilaksanakan
oleh kuasa bendahara umum negara pusat meliputi :

1. Menerapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara

2. Menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka


pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran anggaran negara

3. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan


anggaran negara

4. Menyimpan uang negara

5. Menempatkan uang negara

10
Muhammad Djafar Saidi, Hukum Keuangan Negara : Teori dan Praktik (Jakarta: Rajawali Pers, 2017)
hal. 20.
11
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Daerah.
7
6. Mengelola/menatausahakan investasi melalui pembelian surat utang
negara
7. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna
anggaran atas beban rekening kas umum negara.
8. Menyajikan informasi keuangan negara

Dalam hal tertentu, Bendahara Umum Negara dapat membuka rekening


pada lembaga keuangan lainnya. Rekening Penerimaan digunakan untuk
menampung penerimaan negara setiap hari. Saldo Rekening Penerimaan setiap
akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke Rekening Kas Umum Negara
pada bank sentral. Dalam hal kewajiban penyetoran tersebut secara teknis belum
dapat dilakukan setiap hari, Bendahara Umum Negara mengatur penyetoran
secara berkala. Rekening Pengeluaran pada bank umum diisi dengan dana yang
bersumber dari Rekening Kas Umum Negara pada bank sentral. Jumlah dana
yang disediakan pada Rekening Pengeluaran dimaksud disesuaikan dengan
rencana pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemerintah yang telah
ditetapkan dalam APBN.

Pengelolaan Piutang dan Utang Negara

Piutang dan utang negara tidak terlepas dari pengelolaan keuangan


negara karena tergolong ke dalam pengertian keuangan negara. Dalam arti
piutang negara dan utang negara merupakan bagian dari keuangan negara
sehingga harus dikelola berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Hal ini didasarkan bahwa piutang dan utang negara dalam
kedudukan sebagai bagian dari hukum keuangan negara.12 Piutang Negara
adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat atau hak
Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau
akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau
akibat lainnya yang sah13.

12
Muhammad Djafar Saidi, Hukum Keuangan Negara : Teori dan Praktik (Jakarta: Rajawali Pers, 2017)
hal. 23.
13
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Daerah
8
Piutang negara jenis tertentu mempunya hak mendahulu sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Piutang negara jenis tertentu,
antara lain piutang pajak dan piutang yang diatur dalam undang-undang
tersendiri. Terhadap piutang negara jenis tertentu, penagihan dan pembayaran
harus didahulukan dari pada piutang yang bersifat keperdataan. Penyelesaian
piutang negara yang timbul sebagai akibat hubungan keperdataan dapat
dilakukan melalui perdamaian, kecuali mengenai piutang negara yang
penyelesaiannya diatur tersendiri dalam undang-undang. Penyelesaian piutang
negara sebagai bagian piutang yang tidak disepakati adalah selisih antara jumlah
tagihan piutang menurut pemerintah dengan jumlah kewajiban yang diakui oleh
debitur.14

Tujuan Pengelolaan Keuangan Negara

Keuangan negara tidak hanya berhubungan dengan uang masuk sebagai


penerimaan negara dan uang keluar sebagai belanja negara. Keuangan negara
juga berhubungan dengan fungsi alokasi sumber-sumber ekonomi, fungsi
distribusi, dan fungsi stabilisasi, termasuk pertumbuhan ekonomi dan
dampaknya terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Dengan demikian tujuan
Pengelolaan Keuangan Negara adalah :15

a. Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

Keuangan negara, melalui penerimaan/pendapatan dan


pengeluaran/belanja negara dapat mempengaruhi bekerjanya mekanisme
harga. Pungutan pajak kepada masyarakat di satu titik akan meningkatkan
penerimaan negara, namun di lain pihak akan mengurangi daya beli masyarakat
sehingga mengurangi permintaan masyarakat. Sebaliknya, belanja pemerintah,
yang digunakan untuk membeli barang dan jasa dari masyarakat, akan
mendorong ekonomi masyarakat dan kemudian akan menambah daya beli
masyarakat.

b. Menjaga stabilitas ekonomi

14
Muhammad Djafar Saidi, Ibid, hlm 25.
15
Tim Pusdiklat Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengelolaan Keuangan Negara. hlm 26.
9
APBN dapat juga digunakan sebagai alat untuk mengatasi inflasi dan
deflasi, serta untuk memelihara stabilisasi perekonomian dengan cara
melakukan defisit APBN atau surplus APBN. Dengan demikian tugas dan fungsi
negara menjadi lebih penting karena tidak sekedar menyelenggarakan
pertahanan dan keamanan, menyelenggarakan peradilan dan menyediakan
barang publik semata, namun juga menjaga kestabilan perekonomian.

c. Merealokasi sumber-sumber ekonomi

Pendapat Keyness kemudian dikembangkan oleh Richard Musgrave.


Dalam bukunya yang berjudul ”The theory of Public Finance”, Musgrave
menyatakan bahwa tugas dan fungsi negara meliputi: realokasi sumber-sumber
daya ekonomi, redistribusi pendapatan, dan stabilisasi. Realokasi sumber-
sumber ekonomi dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber ekonomi
yang terbatas secara optimal. Apabila sumber daya yang ada di masyarakat
tersebut tidak terdistribusikan secara optimal akan menimbulkan
ketidakseimbangan dalam peekonomian negara.

d. Mendorong Re-distribusi Pendapatan

Melalui kebijakan fiskal dalam APBN, pemerintah dapat mendorong


terjadinya redistribusi pendapatan agar tidak terjadi kesenjangan antara
golongan masyarakat kaya dan golongan masyarakat miskin secara menyolok.
Untuk menciptakan keadilan, pemerintah akan mengenakan pajak yang lebih
banyak kepada kelompok masyarakat yang lebih mampu (ability to pay principle)
dan mengalokasikannya dalam bentuk pengeluaran/belanja negara yang
berpihak kepada masyarakat yang kurang mampu (pro poor).

10
Daftar Pustaka

Adrian Sutedi, 2012, Hukum Keuangan Negara, Sinar Grafika, Jakarta.

Ibnu Syamsi, Dasar-Dasar Kebijakan Keuangan Negara, Rineka Cipta, Jakarta,


1994,

Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan


Negara Bukan Pajak ke Kas Negara, PP Nomor 22 Tahun 1997, Konsiderans

Muda Markus, Perpajakan Inddonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005,

Muhammad Djafar Saidi, 2017, Hukum Keuangan Negara Teori dan Praktik, edisi
ketiga, Jakarta : Rajawali Pers.

Tim Pusdiklat Pengembangan Sumber daya Manusia, 2018, Pengelolaan


Keuangan Negara,

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan


Daerah

11

Anda mungkin juga menyukai