Anda di halaman 1dari 35

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA LANJUTAN

Pengawasan Keuangan Negara

Sistem Pengawasan Keuangan Negara Republik Indonesia

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara


Lanjutan

OLEH:

Evan Jason Antonio S


170200192

Group A

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

i
Pengawasan Keuangan Negara

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Keuangan Negara


2. Tujuan Pengawasan keuangan Negara
3. Jenis-Jenis Pengawasan keuangan Negara

BAB III PEMBAHASAN

1. Pengawasan Keuangan Negara Berdasarkan Peraturan PerUndang-


Undangan
1.1 Lembaga-Lembaga Pengawasan Keuangan Negara Berdasarkan
Peraturan PerUndang-Undangan
1.2 Proses Pengawasan Keuangan Negara oleh Lembaga Terkait
1.3 Tindak Lanjut dari Pengawasan Keuangan Negara
2. Pengawasan Internal Keuangan Negara oleh Badan Pemeriksa
Keuangan dan Pembangunan
2.1 Pengertian dan Dasar Hukum BPKP
2.2 Tugas dan Wewenang BPKP
2.3 Hasil Kinerja BPKP

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan
2. Saran

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya setiap negara memiliki banyak kebutuhan yang harus di

penuhi untuk berjalannya kegiatan kenegaraan dan kesejahteraan rakyat

masyarakat suatu negara. Kebutuhan yang di peroleh tersebut pada akhirnya

akan di alokasikan di bidang pertahanan, pertanian, perindustrian, kesehatan dan

bidang-bidang yang bersifat vital lainnya. Setiap negara sudah pasti memiliki

kebutuhan yang berbeda karena setiap negara memiliki pemikiran akan

pemenuhan kebutuhan yang berbeda antara satu negara dan negara lainnya.

Untuk memenuhi kebutuhan suatu negara, sudah pasti membutuhkan dana yang

tidak sedikit. Dana akan pemenuhan kebutuhan negara biasanya akan di

cantumkan di dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(RAPBN). Pengeluaran dana yang terbilang besar itu sudah pasti akan

menghadapi banyak tantangan yang tidak mudah untuk di atasi. Salah satu

tantangannya adalah tindakan penyelewengan dana tersebut. Berdasarkan

Undang –Undang Nomor 17 Tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan bahwa

keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai

dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang

dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban

tersebut. Keuangan negara harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efesien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung

jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Kekuasaan atas

pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara. Dari

1
uraian tersebut maka pengawasan pengelolaan keuangan negara menjadi suatu

keharusan agar roda kenegeraan dalam berjalan dengan sesuai dengan yang telah

dicita-citakan .

Pada saat ini berbagai kasus masuk ke ranah pidana karena tindakan

para aparatur negara atau elit di negara ini yang menyelewengkan uang negara

untuk kepentingan pribadinya. Bahkan di tahun 2018 terdapat 454 kasus korupsi

yang telah di tangani oleh penegak hukum dengan 1087 tersangka kasus tindak

pidana korupsi1. Hal tersebut sudah pasti sangat merugikan rakyat dan merusak

moral dari pada negara tersebut.

Tuntutan transparansi dan akuntabilitas publik atas penyelenggaraan

negara menguat sejak bergulirnya gerakan reformasi, yang dipelopori oleh para

mahasiswa, demikian juga transparansi dan akuntabilitas atas keuangan negara

diperlukan untuk mewujudkan perbaikan sistem sosial Indonesia , dengan

tuntutan tansparansi dan akuntabilitas inilah yang membuat pemerintah dengan

usaha yang kuat membentuk dan melakukan pengawasan ke setiap instansi

pemerintah di Indonesia ini

Karena itulah, pemerintah membutuhkan lembaga/badan pengawasan

terhadap keuangan negara yang mampu mengelola dengan baik dan juga bisa

mendukung semua usaha badan pemerintahan dalam melakukan pengaturan atau

pengelolaan keuangan negara tersebut secara bersih tanpa ada penyelewengan

sedikitpun.

Sebenarnya ada banyak lembaga negara yang bertugas untuk mengawasi

keuangan negara. Lembaga-lembaga tersebut berada dalam posisi internal


1
Malau, Srihandriatmo. “454 Kasus Korupsi Ditangani Sepanjang 2018”. Diakses dari
http://www.tribunnews.com/nasional/2019/02/08/454-kasus-korupsi-ditangani-sepanjang-2018. 12 Maret
2019.

2
pemerintah, eksternal pemerintah dan juga terdapat lembaga yang bersifat

independen untuk membantu lembaga-lembaga di bawah pemerintah dalam

pelaksanaan pengawasan keuangan negara. Keuangan negara yang rawan akan

di manipulasi ini sudah sangat ketat di jaga oleh badan-badan pemerintahan.

Dalam jurnal Asian Affairs di sebutkan “Indonesia features among the

worst in Transparancy International’s annual list of corrupt countries”2. Hal

tersebut menggambarkan bahwa negara kita sudah berada dalam krisis akan

tindakan pidana korupsi terutama di dalam organ pemerintahan yang akan

berhubungan langsung dengan masalah keuangan negara kita.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kelembagaan pengawasan keuangan di Indonesia dalam

peraturan perundang-undangan ?

2. Bagaimana peran lembaga pengawasan keuangan internal di institusi-

institusi negara dalam mencegah tindakan pidana korupsi ?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Keuangan Negara

2
Leslie Palmier, “Indonesia : Corruption, ethnicity and the “pax Americana”. Asian Affairs,37:2.18 Jul
2006, hal.148.

3
Pada dasarnya Keuangan Negara adalah hak dan kewajiban yang dapat

dinilai dengan uang dan segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang

dapat di jadikan hak milik negara berhubung pelaksanaan hak dan kewajiban

tersebut3. Hal tersebut tertulis di dalam Undang-undang No.17 tahun 2003

tentang Keuangan Negara.

Hal yang di maksudkan dalam definisi tersebut adalah menjelaskan bahwa

keuangan negara yang di maksudkan adalah semua harta kekayaan sebuah

negara yang berupa apapun. Harta negara yang di maksud adalah segala benda

yang berada dalam penguasaan atau penggunaan aparatur sipil lembaga negara

yang berada di pusat maupun aparatur sipil negara yang berada di daerah. Selain

dari itu, bisa juga merupakan segala benda yang berada dalam penguasaan atau

penggunaan oleh pejabat atau karyawan dari perusahaan yang tergabung

kedalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD).

Bentuk-bentuk dari harta tersebut adalah bisa berupa uang yang ada dalam

lembaga tersebut, mobil dinas yang di pakai para pejabat atau para pekerja di

dalam lingkup lembaga negara atau di perusahaan yang tergabung dalam Badan

Usaha Milik Negara atau Daerah, gedung perkantoran, rumah dinas para pejabat,

computer yang di daftarkan menjadi inventaris kantor, dan lain-lain.

Segala hal tersebut merupakan benda-benda milik negara yang tidak boleh

di jadikan hak milik oleh siapapun walaupun ia merupakan pihak yang pernah

memegang suatu jabatan tertentu dan sudah memasuki masa pension atau sudah

di berhentikan oleh lembaga atau perusahaan terkait.

3
PKN STAN, “Ruang Lingkup Keuangan Negara”. Diakses dari https://klc.kemenkeu.go.id/ruang-
lingkup-keuangan-negara-bagian-2/. Pada 14 Maret 2019.

4
2. Tujuan Pengawasan Keuangan Negara

Pengawasan sendiri bertujuan untuk memperoleh kepastian apakah

pelaksanaan suatu pekerjaan atau kegiatan itu dilakukan sesuai dengan rencana,

aturan aturan dan tujuan yang telah ditetapkan.4 Bila pengertian pengawasan

tersebut di terapkan terhadap pengawasan keuangan negara, maka dapat

disimpulkan bahwa pengawasan keuangan negara adalah segala tindakan untuk

menjamin agar pengelolaan keuangan negara berjalan sesuai dengan tujuan, dan

aturan-aturan yang telah dibuat di dalam peraturan perundang-undangan.

Tujuan dari pengawasan keuangan negara adalah untuk menjaga agar

anggaran yang sudah di susun benar-benar dapat dijalankan sesuai dengan tujuan

yang di rencanakan melalui rapat. Lalu untuk menjaga agar kegiatan

pengumpulan, penerimaan, dan pembelanjaan negara bisa berjalan sesuai dengan

anggaran yang telah di buat. Dan juga berfungsi untuk menjaga agar

pelaksanaan APBN benar-benar dapat dipertanggung-jawabkan5.

Semua hal itu ada karena sudah banyak kasus tindakan penyelewengan

keuangan negara yang dilakukan oleh para pejabat tinggi pemerintahan di

wilayah pusat maupun di wilayah daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal

tersebut terjadi karena sebuah negara memiliki anggaran yang sangat besar

untuk menjamin keberlangsungan negara itu sendiri dan juga untuk kepentingan

kesejahteraan dari warga negara itu. Di wilayah daerah juga pemerintah daerah

mendapat alokasi dana dari pusat untuk mengelola daerah kekuasaannya agar

menjadi daerah yang maju dan juga untuk membuat warga daerahnya memiliki

4
Revrison Baswier, Akuntansi Pemerintahan Indonesia, Eddisi Ketiga (Jakarta: BPFE,2000)hal.118

5
BPK, “Pengawasan Atas Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah Perlu Dilakukan Secara Optimal”.
Diakses dari http://www.bpk.go.id/news/pengawasan-atas-pengelolaan-keuangan-negaradaerah-perlu-
dilakukan-secara-optimal. Pada 21 Maret 2019.

5
kesejahteraan yang baik. Hal tersebut sering membuat para pejabat gelap mata

dan memanipulasi data agar mereka bisa menikmati dana tersebut untuk

kepentingan pribadi dengan alasan yang mereka buat sendiri. Hal tersebut sangat

merugikan para warga negara/daerah karena dana yang seharusnya di turunkan

untuk pembangunan dan sumbangan sosial dari pemerintah, malah tidak bisa

turun di karenakan alasan dana tersebut sudah habis untuk melakukan kegiatan

yang tidak jelas adanya seperti melakukan kunjungan kerja keluar negri yang

pada kenyataan mereka tidak membawa pekerjaan malah mereka liburan dan

tidak jarang yang membawa serta keluarga dengan fasilitas yang di berikan.

3. Jenis-jenis Pengawasan Keuangan Negara

Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan Keuangan negara diantaranya

adalah6 :

1. Pengawasan Eksternal dan Internal

a. Pengawasan Eksternal (External Control)

Pengawasan eskternal atau pengawasan dari luar adalah suatu bentuk

pengawasan yang dilakukan oleh suatu unit pengawasan yang sama

sekali berasal dari luar lingkungan eksekutif7. Yang menjadi subyek

pengawas adalah pihak luar dari organisasi obyek yang diawasi,

misalnya, BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah perangkat

pengawasan ekstern terhadap Pemerintah, karena ia berada di luar

susunan organisasi Pemerintah (dalam arti yang sempit). Ia tidak

mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala

6
Inspektorat Pemerintah Kabupaten Buleleng, “Jenis-jenis Pengawasan”. Diakses dari
https://inspektoratdaerah.bulelengkab.go.id/artikel/jenis-jenis-pengawasan-76. Pada 14 Maret 2019.
7
Ikhwan Fahrojih,Pengawasan Keuangan negara,(Malang:Intrans Publishing,2016), hal.47

6
Pemerintah (Presiden) tetapi kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

RI

b. Pengawasan Internal

Pengawasan internal merupakan pengawasan yang dilakukan oleh

lembaga pengawas internal, yaitu lembaga yang berada dalam struktur

pemerintah/eksekutif8. Misalnya; Inspektur Wilayah Kabupaten/Kota

yang mengawasi pelaksanaan Pemerintahan di Kabupaten/Kota tersebut.

Di dalam pasal  218  UU No 32 Tahun 2004 tentang  Pemerintahan

Daerah diatur :

(1) Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah

dilaksanakakan oleh Pemerintah yang meliputi :

a. Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintah di daerah;

b. Pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala

daerah.

(2) Pengawasan sebagaimanA didmakksud pada ayat (1) buruf a

dilaksanakan oleh aparat pengawas intern Pemerintah sesuai

peraturan perundang-undangan

2. Pengawasan Preventif, Represif, dan Umum

a. Pengawasan Preventif

Pengawasan Preventif yaitu pengawasan yang dimaksudkan untuk

mencegah teradinya kesalahan. Pengawasan ini dilakukan sebelum

terjadinya kegiatan atau sebelum terjadinya pengeluaran keuangan.

8
Ibid, hal.46

7
Pengawasan preventif pada dasarnya untuk mencegah terjadinya

penyimpangan-penyimpangan dalam pelakasanaan kegiatan.9

b. Pengawasan Represif

Pengawasan Represif merupakan pengawasan yang dilakukan setelah

pekerjaan atau kegiatan dilaksanakan. Dapat pula dikatakan bahwa

pengawasan represif  sebagai salah satu bentuk pengawasanatas jalannya

pemerintahan

c. Pengawasan Umum

Pengawasan umum adalah jenis pengawasan yang dilakukan oleh

Pemerintah terhadap segala kegiatan pmemerintah daerah untuk

menjamin penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan baik.

Pengawasan umum dilakukan oleh MENDAGRI terhadap pemerintahan

daerah.

3. Pengawasan Langsung dan Tidak Langsung10

a. Pengawasan Langsung

Pengawasan Langsung adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara

mendatangi dan melakukan pemeriksaan di tempat (on the spot) terhadap

obyek yang diawasi. Jika pengawasan langsung ini dilakukan terhadap

proyek pembangunan fisik maka yang dimaksud dengan pemeriksaan

ditempat atau pemeriksaan setermpat itu dapat berupa pemeriksaan

administratif atau pemeriksaan fisik di lapangan.


9
Baswier,Revrison.2000. Akuntansi Pemerintahan Indonesia; Cet.III Yogyakarta: BPEE

10
Ibid.

8
b. Pengawasan Tidak Langsung

Pengawasan Tidak Langsung merupakan pengawasan yang dilakukan

tanpa mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau obyek yang diawasi

atau pengawasan yang dilakukan dari jarak jauh yaitu dari belakang

meja. Dokumen yang diperlukan dalam pengawasan tidak langsung

antara lain :

1. Laporan pelaksanaan pekerjaan baik laporan berkala maupun laporan

insidentil;

2. Laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari pengawan lain;

3. Surat-surat pengaduan

4. Berita atau artikel di media masa;

5. Dokuman lain yang terkait.

4. Pengawasan Formal dan Informal11

a. Pengawasan Formal

Pengawasan Formal adalah pengawasan yang dilakukan oleh

instansi/pejabat yang berwenang (resmi) baik yang berifat intern dan

ekstern; Misal : pengawasan yang dilakukan oleh BPK, BPKP dan

ITJEN.

b. Pengawasan Informal

11
Ibid.

9
Pengawasan Informal yakni pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat atau

social control, misalnya surat pengaduan masyarakat melalui media massa atau melalui

badan perwakilan rakyat.

BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengawasan Keuangan Negara Berdasarkan Peraturan PerUndang-

Undangan

10
1.1 Lembaga-Lembaga Pengawasan Keuangan Negara Berdasarkan Peraturan

PerUndang-Undangan

Pada dasarnya Indonesia memiliki banyak lembaga untuk melakukan

pengawasan terhadap keuangan negara. Lembaga-lembaga tersebut terdiri

dari golongan internal dan juga golongan eksternal. Lembaga-lembaga ini

sudah pasti di atur dalam berbagai peraturan yang di keluarkan pemerintah

baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemerintah membuat

lembaga-lembaga ini di karenakan di Indonesia masih banyak kasus

penyelewengan uang negara yang di gunakan untuk kepentingan pribadi

pihak-pihak tertentu.

1.1.1 Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan12

Lembaga ini memiliki dasar hukum dari Peraturan Presiden Nomor

192 tahun 2014. Dan dalam Pasal 1 ayat (1) di nyatakan bahwa

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan selanjutnya

disingkat BPKP, merupakan apparat pengawasan intern pemerintah.

1.1.2 Badan Pemeriksa Keuangan13

Lembaga ini memiliki dasar hukum dari Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 23 ayat (5) yang

menyatakan bahwa menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung

jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa

Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang .

1.1.3 Inspektorat Jenderal14

12
Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

13
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 23 ayat (5) Tentang Badan
Pemeriksa Keuangan.

11
Lembaga ini memiliki dasar dari Keputusan Presidisium Kabinet

Ampera Nomor 15/U/Kep/8/1966 tanggal 31 Agustus 1966 yang

menetapkan antara lain kedudukan, tugas pokok dan fungsi

Inspektorat Jenderal Departemen.

1.1.4 Komisi Pemberantasan Korupsi

Lembaga ini memiliki dasar dari Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.15

1.1.5 Dewan Perwakilan Rakyat

Lembaga ini memiliki dasar dari Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 17 tahun 2004 tentang majelis permusyawaratan rakyat,

dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah dan dewan

perwakilan rakyat daerah terutama didalam pasal 72 (D), melakukan

pengawasan terhadap undang undang, APBN, dan kebijakan

pemerintah. Dan 72 (E) membahas dan menindaklanjuti hasil

pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

yang disampaikan oleh BPK.

1.2 Proses Pengawasan Keuangan Negara oleh Lembaga Terkait.

Awalnya pengawasan keuangan negara memiliki ruang lingkup yang

meliputi pengawasan internal dan pengawasan eksternal.Ruang lingkup

pengawasan itu berasal dari Indische Compabiliteit Wet,Instructie en

14
Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan, “Sekilas ITJEN”. Diakses dari
http://www.itjen.kemenkeu.go.id/baca/57. Pada 26 Maret 2019.
15
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.

12
verdure bepalingen voor de Algemeene Reijkenkamer,dan Reglement voor

het Administratief Beheer yang berlaku pada Zaman Hindia Belanda.Hal ini

dilakukan berdasarkan kepentingan pemerintah Belanda terhadap Hindia

Belanda pada saat itu julukan Indonesia sebagai negara jajahan Bangsa

Belanda.16

Setelah berlaku Undang-Undang Dasar 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945,

ternyata Indische Compabiliteit Wet,Instructie en verdure bepalingen voor

de Algemeene Reijkenkamer,dan Reglement voor het Administratief Beheer

tetap berlaku dan bahkan mengalami perubahan berdasarkan kebutuhan

negara saat itu.Sejak berlaku paket undang-undang yang berkaitan dengan

pengelolaan keuangan negara,berarti tidak berlaku lagi Indische

Compabiliteit Wet,Instructie en verdure bepalingen voor de Algemeene

Reijkenkamer,dan Reglement voor het Administratief Beheer sebagai produk

pemerintah Hindia Belanda.Hal ini mengandung makna bahwa terdapat

pergeseran pandangan tentang pengawasan keuangan negara dalam kaitan

pengelolaan keuangan negara.Pandangan yang dianut oleh paket undang-

undang yang berkaitan dengan pengelolaan keungan negara tertuju pada

pengawasan melekat,pengawasan internal,maupun pengawasan eksternal,

1.2.1 Pengawasan Melekat

Keuangan negara yang dikelola wajib dilakukan pengendalian agar

penggunaannya dapat terarah dalam jangka waktu yang

ditentukan.Pengendalian tersebut merupakan tanggung jawab

pemerintah untuk mencegah agar tidak terjadi penyimpangan atau

Prof.Dr.Muhammad Djafar Saidi,S.H.,M.H. Dan Eka Merdekawati Djafar S.H.,M.H.,Hukum Keuangan


16

Negara Teoti dan Praktik.hal.79

13
penyalahgunaan keuangan negara.Pengendalian yang dilakukan

pemerintah berdasarkan Pasal 58 Undang-Undang Perbendaharaan

Negara disebut sebagai pengendalian internal pemerintah.Pasal 58

UU Perbendaharaan Negara ditegaskan; (1) Dalam rangka

meningkatkan kinerja,akuntabilitas,dan transparasi pengelolaan

keuangan negara,Presiden selaku kepala pemerintahan negara

mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian internal di

lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. (2) Sistem

pengendalian internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan peraturan pemerintah.17

Substansi pengendalian internal pemerintah meliputi peningkatan

kinerja,tranparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara

serta pelaksanaannya berada dalam kewenangan

presiden.Sebenarnya, pengendalian internal pemerintah dalam

pengelolaan keuangan negara agar tidak terjadi penyalahgunaan

kewenangan atau kedudukan untuk memperkaya diri sendiri,orng

lain, atau korporasi.

Kewenangan presiden mengatur pengendalian internal pemerintah

sebagai kepala pemerintahan berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Oleh karena

itu,sistem pengendalian internal pemerintah ditetapkan dengan

peraturan pemerintah setelah dikonsultasikan dengan Badan

Pemeriksa Keuangan.Untuk mewujudkan sistem pengendalian internl

Prof.Dr.Muhammad Djafar Saidi,S.H.,M.H. Dan Eka Merdekawati Djafar S.H.,M.H.,Hukum Keuangan


17

Negara Teoti dan Praktik.hal.80

14
pemerintah sebagaimana diamanatkan Oleh Pasal 58 ayat (2)

Undang-Undang Perbendaharaan Negara,maka ditetapkan Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian

Internal Pemerintah.

Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 menegaskan :

 Sistem pengendalian internal adalah proses yang integral pada

tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus

oleh pimpinan dan seluruh pegawai.

 Sistem pengendalian internal pemerintah merupakan sistem

pengedalian internal yang diselenggarakan secara menyeluruh

di lingkungan pemerintah pusat dan daerah.

 Pengawasan internal adalah proses kegiatan

audit,review,evaluasi, pemantuan, dan kegiatan pengawasan

lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.

Pengawasan melekat merupakan salah satu organ atau alat

perlengkapan dari sistem pengendalian internal pemerintah yang

berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan

fungsi instansi pemerintah.

Pengawasan yang dilakukan oleh atasan kepada pejabat yang

mengelola keuangan negara dalam suatu instansi pemerintah

merupakan kewajiban hukum yang melekat pada jabatan itu.Selain

atasan dari pejabat yang mengelola leuangan negara dalam suatu

instansi pemerintah,dikenal pula inpektorat jendral yang berwenang

melakukan pengawasan keuangan negara yang berada dibawah

15
pemerintah.Seperti halnya pengawasan oleh atasan dari pejabat yang

mengelola keuangan negara,setelah melaksanakan tugas pengawasan

maka inspektorat jendral wajib membuat laporan hasil

pengawasan.Laporan dari hasil pengawasan yang dilakukan oleh

inspektorat jendral merupakan pertanggungjawaban kepada

mentri,pimpinan lembaga non kemetrian negara,atau pimpinan

lembaga negara.Laporan inspektorat tersebut merupakan dasar

pertimbangan dalam menetapkan keputusan tentang pengelolaan

keuangan negara.

1.2.2 Pengawasan Internal

Selain atasan dari pejabat yang mengelola keuangan negara dan

insopektorat jendral,dikenal pula Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP).Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) terbentuk setelah diterbitkannya Keputusan

Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tanggal 30 Mei 1983,BPKP

merupakan lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang

berada dibawah dan bertnggung jawab langsung kepada

Presiden.Salah satu pertimbangan dikeluarkannya Keputusan

Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang BPKP adalah diperlukannya

badan atau lembaga pengawasan yang dpat melaksanakan fungsinya

secara leluasa tanpa mengalami kemungkinan hambatan dari unit

organisasi pemerintayang menjadi objek pengawasannya.18

18
Wikipedia Indonesia

16
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan tersebut

pengawasannya terarah pada akuntabilitas keungan negara atas

kegiatan tertentu,yang meliputi :

 Kegiatan Yang bersifat lintas sectoral;

 Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan

penetapan oleh Menteri Keuangan;

 Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari presiden.

Lingkup pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas

Keuangan dan Pembangunan tertuju pada instansi

pemerintah.Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas

Keuangan dan Pembangunan bukan untuk mencari kesalahan

melainkan untuk mengarahkan pengelolaan keuangan negara

sehingga tercapai sasaran pembangunan.Apabila dalam pengawasan

itu terdapat penyimpangan dalam pengelolaan dalam keuangan

negara diupayakan dilakukan tindakan yang bersifat perbaikan dan

bahkan dilakukan pembibingan agar dapat dikendalikan secara

yuridis.

1.2.3 Pengawasan Eksternal

Pengelolaan Pengelolaan keuangan negara,tidak hanya ada

pengawasan melekat dan pengawasan internal saja,tetapi juga ada

pengawasan eksternal.Pada hakikatnya pengawasan eksternal tidak

berada dalam lingkungan pemerintahan negara dalam arti sempit

(eksekutif).Pengawasan ekternal adalah suatu bentuk pengawasan

yang dilakukan oleh suatu unit pengawasan yang sama sekali berada

17
dari luar lingkungan eksekutif.Artinya,antara pengawas dan pihak

yang diawasi tidak lagi ada hubungan kedinasan.Keberadaan

pengawasan eksternal sangat dibutuhkan untuk mendampingi

pengawasan internal dalam kerangka pengelolaan keuangan

negara.Pendampingan itu tidak berarti pengawasan eksternal berada

dibelakang pengawasan internal,melainkan memiliki kedudukan yang

sama untuk mencegah timbulnya kerugian negara.Lembaga yang

melakukan pengawasan eksternal adalah DPR/DPRD dan BPK.

Pengawasan DPR/DPRD dikenal sebagai pengawasan legislatif,yaitu

pengawasan yang dilakukan olh lembaga perwakilan rakyat terhadap

suatu kebijakam serta pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan

dan pembangunan.

A. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat

Sumber hukum bagi Dewan Perwakilan Rakyat melakukan

pengawasan ekternal pengelolaan keuangan negara adalah

Pasal 23E ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.Sedangkan dasar hukumnya

adalah Pasal 7 Undang-Undang Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 23E ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945,menegaskan bahwa “hasil pemeriksaan keuangan negara

diserahkam kepada Dewan Perwakilan Rakyat,Dewan

Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah,sesuai dengan kewenangannya”.Lalu,Pasal 23E ayat

(3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun

18
1945,menegaskan “hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti

oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan

undang-undang”.Sesuai dengan Pasal 23E ayat (2) dan (3)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945,Dewan Perwakilan Rakyat melakukan pengawasan

terhadp pengelolaan keuangan negara setekah Badan

Pemeriksa Keuangan menyerahkan hasil pemeriksaan yang

telah dilakukannya.Namun,Dewn Perwakilan Rakyat tidak

dapat melakukan pengawasan keuangan negara sebelum ada

hasil pemeriksaan dari Badan Pemeriksa

Keuangan.Pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan oleh

DPR pada dasarnya tergantung pada hasil pemeriksaan

keuangan negara yang dilakukan oleh BPK.

B. Badan Pemeriksa Keuangan

Para pendiri bangsa membentuk Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK) sebagai lembaga pengawas eksternal dari

pemerintah.Pembentukan BPK merupakan cara untuk

meningkatakan efektivitas,efisiensi, dan akuntabilitas

Pemerintah dalam melakkan pengelolaan keuangan negara.19

Perubahan ketiga UUD 1945 Pasal 23E ayat (1) menegaskan

bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab

keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan

19
Ikhwan Fhrojih,Pengawasan Keuangan Negara: Pemeriksaan Keuangan Negara Melalui Auditor
Internal dan Kesternal serta DPR, Hal. 90

19
yang bebas dan mandiri.Pasal 23E ayat (1) ini mempertegas

posisi BPK sebagai auditor eksternal.

Selanjutnya MPR RI memberi saran kepada BPK-RI yang

dituangkan dalam Tap MPR No.5/MPR/2003,yaitu:

1. Sungguh-sungguh berupaya meposisikan BPK

sebagaimana dikehendaki UUD 1945,antara lain

melalui pemberdayaan sumber daya manusia yang

selektif,penerapan sistem kerja yang efektif dan

efisien serta disukung oleh sarana,prasarana dan dana

yang memadai.

2. Meningkatkan disiplin BPK melalui penerapan

progran sistem evaluasi dan monitoring internal secara

intensif dan terukur.

3. BPK dan Presiden perlu melakukan pembahasan yang

mendalam dan mengambil keputusan yang tegas

tentang keberadaan dan atau ruang lingkup tugas

BPKP agar tidak terjadi lagi konflik tugas BPK.

4. Pemeriksaan keuangan terhaap lembaga tinggi

negara,institusi pemerintah pusat dan daerah,BUMN

dan lain-lain perlu terus ditingkatkan

kuantitas,kuakitas dan kredibilitasnya.

5. BPK hendaknya menjadikan semua temuannya

bermanfaat bagi aparatur pelaksana,masyarakat dan

negara.

20
Perubahan ketiga Pasal 23E UUD 1945 mengukuhkan

kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan secara konstisuional

sebagai Lembag Negara yang bebas dan mandiri untuk

memeriksa pengelolaan keuangan negara.Menurut Ther

Founding Fathers lembaga negara yang tidak independen

terhadap Pemerintah tidak akan mampu melaksanakan tugas

tersebut.

1.3 Tindak Lanjut dari Pengawasan Keuangan Negara

Dalam kegiatan pemeriksaan, baik auditor eksternal maupun auditor internal

tidak dapat terpisahkan. Adanya berbagai kesamaan antara auditor eksternal

dan internal sehingga memungkinkan keduanya untuk menjalin hubungan

yang erat. Auditor eksternal memungkinkan tidak perlu lagi mengulang

beberapa prosedur audit yang telah dilakukan oleh audior internal. Hal ini

juga tercantum dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan negara pada bagian

penjelasan poin c tentang pelaksanaan pemeriksaan yang menyebutkan

“BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh aparat

pengawasan intern pemerintah. Dengan demikian, luas pemeriksaan yang

akan dilakukan dapat disesuaikan dan difokuskan

Pada bidang-bidang yang secara potensial berdampak pada kewajaran

laporan keuangan serta tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan

keuangan negara. Untuk itu, aparat pengawasan intern pemerintah wajib

menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada BPK.” Auditor eksternal atau

21
BPK juga dapat meminta auditor internal untuk membantu selama

melaksanakan proses audit.

Pekerjaan audit internal dan audit eksternal menurut Tugiman dalam jurnal

pengaruh auditor eksternal dan auditor internal pada pelaksanaan good

corporate governance, harus dikoordinasikan untuk memastikan kecukupan

dan lingkup pemeriksaan yang dilakukan dan mengurangi pelaksanaan

pekerjaan rangkap (Hermawan, 2010:39). Oleh sebab itu perlu adanya

koordinasi dalam pembagian tugas agar tidak terjadi pekerjaan rangkap

tersebut. Dalam wawancara yang di lakukan Mahasiswa Universitas

Diponegoro bernama Gilang Prama Jasa, Athur Saragi yang menjabat

sebagai Kepala Subbagian Humas dan pemeriksa BPK Perwakilan Provinsi

Jawa Tengah pada tahun 2011 s.d 2017 pada tanggal 04 Mei 2018

mengatakan :

“pembagian tugas antara BPK sebagai auditor eksternal dan APIP sebagai

auditor internal telah dilakukan. Tugas BPK lebih bersifat murni untuk

memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara serta

memberikan pendapat atau opini berdasarkan hasil pemeriksaan. Sementara

tugas APIP lebih banyak kepada tugas fungsi pengawasan dan pembinaan

untuk entitasnya. Pengawasan tersebut juga dapat dilakukan kepada entitas

berdasarkan hasil dari rekomendasi yang diberikan oleh BPK berdasarkan

hasil pemeriksaan sebelumnya.”20

Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa pembagian tugas antara auditor

eksternal (BPK) dengan auditor internal (APIP) dilakukan berdasarkan

Gilang Prama Jasa, Ratna Herawati, Skripsi : “Dinamika Relasi Antara Badan Pemeriksa Kuangan dan
20

Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Sistem Audit Keuangan NegaraUNDIP,”(Semarang:2017),Hal. 198

22
landasan hukum dari lembaga-lembaga itu. BPK merupakan lembaga negara

yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan

negara sesuai dengan pasal 1 poin 1 pada Undang-undang Nomor 15 tahun

2006 yang berbunyi “Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya

disingkat BPK, adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa

pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Telah diketahui bahwa tugas BPK sesuai Undang-Undang tersebut diatas

murni hanya melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan negara

dan bertanggungjawab kepada negara.

Sementara APIP merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas untuk

melakukan pemeriksaan dan pengawasan sesuai dengan Pasal 48 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah yang berbunyi “Aparat Pengawas Intern Pemerintah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pengawasan intern melalui:

a. Audit; b. Reviu; c. Evaluasi; d. Pemantauan; dan e. Kegiatan pengawasan

lainnya.” Akan tetapi sesuai dengan namanya APIP atau Aparat Pengawas

Internal Pemerintah, tugas APIP lebih dominan kepada pengawasan dan

pembinaan suatu entitas yang di ikuti. Tanggungjawab APIP juga bukan ke

negara, melainkan kepada Presiden.

Dalam hal pelaksanaan pemeriksaan kinerja di Pemerintah Daerah, kedua

lembaga ini telah bekerjasama dalam pelaksanaan hingga tindak lanjut

pemeriksaan. Ketika BPK sebagai auditor eksternal melakukan pemeriksaan

di Pemerintah Daerah, APIP sebagai auditor internal di entitas itu dapat

23
membantu proses pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK sebagaimana diatur

dalam pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 Tentang

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN “Pengawasan terhadap larangan

penyalahgunaan wewenang sebagai mana di maksud dalam pasal 17 dan18

dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah.” Hasil pengawasan

dari APIP tersebut berupa: a. tidak terdapat kesalahan; b. terdapat kesalahan

administratif; atau c. terdapat kesalahan administratif yang menimbulkan

kerugian keuangan negara. APIP juga lah yang nantinya akan

menindaklanjuti hasil dari pemeriksaan kinerja yang dilakukan oleh BPK.

Tugas APIP dalam melakukan pengawasan digunakan untuk mengawasi

suatu rekomendasi yang diberikan oleh BPK setelah pemeriksaan kinerja itu.

APIP harus mengawasi dan memastikan entitas yang di ikutinya tersebut

agar melakukan rekomendasi yang telah diberikan oleh BPK.

Selain itu, Athur Saragi, Kepala Subbagian Humas dan pemeriksa BPK

Perwakilan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 s.d 2017 pada tanggal 04

Mei 2018 juga menambahkan: “sudah adanya koordinasi dalam pelaksanaan

pemeriksaan khususnya pemeriksaan kinerja agar tidak terjadi tumpang

tindih. BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah dalam melaksanakan

pemeriksaan kinerja kepada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah

sebelumnya harus mendapatkan dokumen awal hasil pemeriksaan kinerja

yang dilakukan terlebih dahulu oleh APIP di entitas tersebut. Seharusnya

kalau APIP memang elegan dan transparan ke BPK, semua hasil

pemeriksaan yang dilakukan diserahkan ke BPK, dan BPK jangan meminta

24
dulu. Apakah APIP telah melakukan pengawasan dan pembinaan, Kapan,

apa bentuknya dan mana hasilnya. Dokumen awal itu yang nantinya dapat

membantu BPK untuk mengetahui sejauh mana APIP telah melakukan

pemeriksaan kinerja, apa saja yang sudah diperiksa dan apa hasilnya.

Apabila LHP yang dibuat oleh APIP itu dirasa masih kurang dalam

pemeriksaannya, maka BPK akan lebih mendalami pemeriksaan tersebut

tanpa mengulangi pemeriksaan yang telah dilakukan oleh APIP (Hasil

wawancara dengan Bapak Athur saragi, Kepala Subbagian Humas BPK

Perwakilan Provinsi Jawa Tengah Pada hari Jumat 04 Mei 2018).”

Penulis berpendapat meskipun tugas APIP lebih banyak kepada tindak lanjut

pemeriksaan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan, hal tersebut

tidak menghilangkan tugas APIP yang lain yaitu untuk melakukan

pemeriksaan khususnya pemeriksaan kinerja. APIP juga dapat melakukan

pemeriksaan kepada entitas yang di ikutinya. Apabila BPK juga akan

melakukan pemeriksaan dengan objek yang sama, BPK dapat memanfaatkan

hasil laporan APIP. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab

Keuangan negara pada bagian penjelasan poin c seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya. BPK juga dapat melengkapi hasil pemeriksaan APIP

apabila dianggap tidak lengkap. Sehingga APIP harus transparan kepada

BPK terkait hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan oleh APIP. Hal ini

dimaksudkan agar tidak pernah terjadi tumpang tindih kewenangan yang

sama untuk melakukan pemeriksaan di Pemerintah Daerah.

25
2. Pengawasan Internal Keuangan Negara oleh Badan Pemeriksa Keuangan

dan Pembangunan

2.1 Pengertian dan Dasar Hukum BPKP

Pada dasarnya BPKP adalah apparat pengawasan intern pemerintah yang

bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sebagaimana diamanatkan

dalam dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP), BPKP melakukan pengawasan intern terhadap

akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi :

a. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral;

b. Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; dan

c. kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden

Dasar hukum dari organ pemerintah BPKP adalah Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menyebutkan bahwa BPKP

mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional.

BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah lembaga negara yang bertugas

untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (UU

Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan).

26
BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan

kewenangannya.21

Hal itulah yang mendasari berdirinya BPKP di Indonesia untuk melakukan

pengawasan guna dapat berjalan dengan lancarnya aparatur pemerintahan di

Indonesia.

2.2 Tugas dan Wewenang BPKP

Tugas dan Wewenang BPKP terakhir diatur berdasarkan Peraturan Presiden

RI Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP menggantikan Keputusan

Presiden Nomor 103 Tahun 2001 beserta perubahannya. Dalam

melaksanakan tugasnya BPKP memiliki unit mandiri yang dituangkan dalam

Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001 sebagaimana

telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor

1 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPKP, bahwa

Perwakilan BPKP bertugas:

1. Melaksanakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan

negara dan/atau daerah atas kegiatan yang bersifat lintas sektoral;

2. Melaksanakan kegiatan pengawasan kebendaharaan umum negara;

3. Melaksanakan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden dan

atau permintaan Kepala Daerah;

4. Melaksanakan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) pada wilayah kerjanya; dan

21
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, “Apa sih bedanya BPKP dengan BPK ?”. Diakses dari
http://www.bpkp.go.id/konten/1714/Pertanyaan-yang-sering-diajukan . Pada 29 Maret 2019.

27
5. Melaksanakan penyelenggaraan dan pelaksanaan fungsi lain di bidang

pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Dalam menyelenggarakan fungsinya, BPKP mempunyai kewenangan :

1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pengawasan

keuangan dan pembangunan;

2. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan keuangan dan

pembangunan untuk mendukung pembangunan secara makro;

3. Penetapan sistem informasi di bidang pengawasan keuangan dan

pembangunan;

4. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang

meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan

supervisi di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan;

5. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi

tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang pengawasan

keuangan dan pembangunan;

6. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :

a. Memasuki semua kantor, bengkel, gudang, bangunan, tempat-tempat

penimbunan dan sebagainya.

b. Meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku

perhitungan, surat-surat bukti, notulen rapat direksi/komisaris/panitia

dan sejenisnya, hasil survey laporan-laporan pengelolaan, dan surat-

surat lainnya yang di perlukan dalam pengawasan;

28
c. Melakukan pengawasan kas, surat-surat berharga, gudang

persediaan, dan lain-lainnya;

d. Meminta keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan baik

hasil pengawasan BPKP sendiri, maupun hasil pengawasan lembaga

pengawasan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2.3 Hasil Kinerja BPKP

BPKP sebagai instansi internal pemerintah sudah memiliki track record

yang baik dalam melaksanakan tugas pengawasannya. Sudah banyak

penyelewengan anggaran negara yang di selidiki BPKP dan hasilnya BPKP

sudah menyelamatkan banyak uang negara yang hampir di markup oleh

berbagai instansi dan elit pemerintah negara. Beberapa contoh kinerja baik

BPKP adalah pada Mei 2019 BPKP menemukan dana alokasi terhadap

bencana alam di Lombok yang masih mengendap di kas daerah sejumlah Rp

2,2 triliun. Dilansir dari pemberitaan NTB bahwa BPKP menemukan dana

mengendap sejumlah Rp 2,2 Triliun dan juga terdapat nama penerima

bantuan dana yang ganda. Di sebutkan dalam pemberitaan bahwa Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) memberikan catatan

terkait dana bencana yang masih mengendap Rp2,2 triliun. Faktor

penyebabnya, karena bantuan yang salah sasaran. Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) diminta melakukan perbaikan agar tidak jadi

akumulasi temuan. Di antara temuan BPKP itu, ada nama penerima ganda.

Seharusnya penerima bantuan satu orang, namun muncul nama lain. Temuan

lain, ada yang salah sasaran. Seharusnya diberikan kepada korban tertentu,

29
namun tercatat untuk nama lain. Tidak kalah banyak temuan lainnya, jenis

bantuan tidak sesuai spesifikasi kerusakan. Ada korban yang seharusnya

menerima untuk rusak ringan, namun tercatat untuk rusak berat, sebaliknya

demikian.22

Pada tahun 2018 juga BPKP menunjukkan kinerja baiknya dengan

menemukan kejanggalan pada retribusi pakir di wilayah Malang, Jawa

Timur. Dalam pemberitaan tersebut di sebutkan bahwa Jumlah retribusi

parkir Kota Malang yang bocor membengkak dari temuan awal Kejari

Malang. Penyidik Korps Adhyaksa menemukan retribusi parkir yang tak

bisa dipertanggungjawabkan Kabid Parkir Dinas Perhubungan (Dishub)

Kota Malang, M Syamsul Arifin sebesar Rp 1,5 miliar.

Hal ini menyusul temuan terbaru penyidik Kejari Malang. Berdasarkan hasil

pemeriksaan sementara, ditemukan lagi jumlah retribusi parkir yang diduga

dikorupsi sebesar Rp 900 juta dalam kurun waktu November 2015 hingga

November 2017. (lihat grafis) Kemungkinan jumlah kerugian negara

bertambah serta adanya tersangka baru makin terbuka.  

Hasil penghitungan BPKP Provinsi Jatim ini diyakini menambah barang

bukti bagi Kejari Malang untuk membongkar kasus kebocoran retribusi

parkir. “Kita mengandalkan perhitungan internal untuk mengetahui

kebocoran retribusi parkir. Tapi, kami juga mengirimkan berkas ini kepada

BPKP Jatim sebanyak dua kali. Yakni pada Februari dan April 2018.

Namun, belum ada jawaban sampai sekarang,” jelasnya (M Syamsul Arifin).

Suara NTB, “Dana Mengendap Rp 2,2 Triliun Jasi Temuan BPKP”. Diakses dari
22

https://www.suarantb.com/ntb/2019/05/270686/Dana.Mengendap.Rp2,2.Triliun.Jadi.Temuan.BPKP/.
Pada 29 Maret 2019

30
Kedua contoh kasus di ataslah yang membuktikan bahwa kinerja BPKP

sudah sangat baik dan kinerja BPKP sangat bermanfaat bagi negara

Indonesia agar keuangan negara bisa berjalan dengan baik tanpa adanya

penyelewengan dana.23

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

23
Malang-Post, “Kebocoran Retribusi Parkir Tembus Rp 1,5 M”. Diakses dari https://www.malang-
post.com/berita/kota-malang/kebocoran-retribusi-parkir-tembus-rp-1-5-m. Pada 29 Maret 2019

31
1. Simpulan

1.1 Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, Indonesia memiliki

beberapa lembaga untuk melakukan pengawasan terhadap keuangan negara

yang terdiri dari pengawasan internal dan juga pengawasan

eksternal.Pengawasan Internal terdiri dari BPKP, Inspektorat Jenderal. Dan

pengawasan eksternal terdiri dari BPK, KPK, dan DPR

1.2 Peran lembaga pengawasan keuangan internal di institusi-institusi negara

dalam hal ini yaitu Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

dalam mencegah tindakan pidana korupsi adalah BPKP melaksanakan

pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan/atau daerah

atas kegiatan yang bersifat lintas sectoral. Salah satu contoh peran BPKP

dalam mencegah tindak pidana korupsi adalah pada Mei 2019 BPKP

menemukan dana alokasi terhadap bencana alam di Lombok yang masih

mengendap di kas daerah sejumlah Rp 2,2 triliun.

2. Saran

a. Menurut pendapat penulis dengan sistem yang berlapis seperti ini mulai

dari pengawasan internal,eksternal bahkan pengawasan

melekat,lembaga-lembaga pengawas keuangan negara seharusnya dapat

bekerja lebih maksimal lagi agar tidak terjadi penyalahgunaan anggaran

keuangan negara.Penulis menganggap penyalahgunaan penggunaan

keuangan negara yang marak terjadi saat ini karen kelengahan yang

dilakukan oleh instrumen-instrumen pengawas keuangan negara.

32
b. Penulis menilai Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

seharusnya dapat bekerja lebih aktif dan agresif lagi dalam hal

melakukan pembinaaan dan pencegahan serta audit dan

penindakan.Apabila BPKP dapat memaksimalkan kinerjanya makan

dapat mecegah terjadinya kebocoran dan penyalahgunaan keuangan

negara.

33

Anda mungkin juga menyukai