Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya yang telah diberikan kepada kita semua sehingga makalah yang berjudul “Pengawasan
BPK dalam Pengelolaan Keuangan Negara” ini dapat terselesaikan dengan cepat.

Terselesaikannya makalah ini kami sadari tidak lepas dari bimbingan, dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah senantiasa mendukung hingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Tujuan kami menyusun makalah ini yaitu memenuhi tugas mata kuliah Administrasi
Keuangan Negara serta menambah wawasan pembaca mengenai Pengawasan Keuangan Negara
yang saat ini sedang hangat diperbincangkan.

Semoga kiranya apa yang kami tulis dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami secara terbuka menerima kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya
makalah yang lebih baik. Akhir kata mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan penulisan
dalam makalah ini. Dan hanya kepada Allah S.W.T kita berlindung dan memohon ampun.

Semarang, 18 Maret 2016

Tim Penulis

DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang

Dalam Pembukaan UUD 1945 dengan jelas dimuat tujuan pendirian negara adalah
untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Meskipun pemerintah telah berusaha untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat,
namun hasilnya belum maksimal. Kesejahteraan rakyat masih menjadi masalah, sebab
saat ini masih banyak fakir miskin, pengangguran, anak-anak terlantar, dan orang yang
tidak mampu berobat di rumah sakit.

Menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, yang


dimaksud dengan keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Bila pengertian pengawasan tersebut diterapkan terhadap pengawasan keuangan negara,
maka dapat dikemukakan bahwa pengawasan keuangan negara adalah segala tindakan
untuk menjamin agar pcngelolaan keuangan negara berjalan sesuai dengan tujuan,
rencana, dan aturan-aturan yang telah digariskan.

Karena yang menjadi objek pengawasan keuangan negara adalah anggaran negara,
maka pengertian pengawasan keuangan negara dilihat dari segi komponen anggaran
negara, dapat pula dinyatakan sebagai berikut: pengawasan keuangan negara adalah
segala kegiatan untuk menjamin agar pengumpulan penerimaan-penerimaan negara, dan
penyaluran pengeluaran-pengeluaran negara, tidak menyimpang dari rencana yang telah
digariskan di dalam anggaran. Dengan adanya reformasi dibidang keuangan negara
seperti terbitnya UU RI No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, dan undang-
undang lainnya seperti tersebut di atas dan termasuk juga pengaturan sistem pengelolaan
keuangan daerah yang telah tergabung di dalam sistem keuangan negara.

Masalah tersebut menjadi makin jelas jika kita melihat beberapa indikator
kesejahteraan rakyat seperti tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang menunjukan data-data belum tercapainya
kesejahteraan rakyat.

Ketua BPK mengungkapkan, di pasal 23 UUD 1945 disebutkan bahwa pengelolaan


Keuangan Negara harus bersifat terbuka, bertanggung jawab, dan digunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat. Saat ini BPK menjadi salah satu pihak yang
berperan besar dalam menjaga dan memastikan keuangan negara dipergunakan sebesar-
besarnya kesejahteraan rakyat. Seluruh aktivitas pembangunan di bidang apapun selalu
menggunakan uang negara, baik pembangunan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

Oleh karena itu, penggunaan uang negara yang tidak taat aturan dapat
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan penggunaannya. Melalui pemeriksaan keuangan
negara, BPK dapat mendorong penggunaan keuangan negara secara transparan dan

3
akuntabel untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Mengelola uang negara harus
dilakukan secara terbuka dan bertanggungjawab, karena dua unsur ini yang menjadi
aspek utama dalam governance. Transparansi dan akuntabilitas menjadi tujuan
penggunaan uang negara yang digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis sampaikan diatas, dapat diambil permasalahan
yang akan dibahas makalah ini yaitu :

1. Apakah pengertian dari Pengawasan Keuangan Negara ?


2. Apakah tujuan dari Pengawasan Keuangan Negara itu sendiri ?

3. Apa saja jenis-jenis pengawasan ?

4. Apa tindak lanjut dari proses Pengawasan Keuangan?

5. Apa tindak lanjut dari proses Pemeriksaan Keuangan?

6. Apa peran BPK dalam mengawasi dan memeriksa Keuangan Negara?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Pengawasan Keuangan Negara

2. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari Pengawasan Keuangan itu sendiri

3. Untuk memberi informasi tentang jenis-jenis pengawasan

4. Untuk mengetahui proses lanjutan dari pengawasan Keuangan

5. Untuk mengetahui proses lanjuta dari pemeriksaan Keuangan

6. Untuk mengetahui peran BPK dalam mengawasi dan memeriksa Keuangan


Negara

4
BAB II
PEMBAHASAN

PENGAWASAN KEUANGAN NEGARA

A. Pengertian

Pemerintah merupakan pelaksana anggaran negara, dan secara otomatis akan


menetukan arah dan kebijakan keuangan negara dengan kontrol dari DPR juga. Kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah nantinya akan digunakan oleh pelaksana itu sendiri, yaitu
departemen departemen serta lembaga negara. Oleh karena itu untuk mengawasi jalanya
pemakaian keuangan negara dibutuhkanlah yang namanya pengawasan keuangan negara.

Pengawasan keuangan negara adalah segala kegiatan kegiatan untuk menjamin agar
pengumpulan penerimaan-penerimaan negara, dan penyaluran pengeluaran-pengeluaran
negara tidak menyimpang dari rencana yang telah digariskan di dalam Anggaran.

B. Tujuan Pengawasan Keuangan Negara

1. Untuk menjaga agar anggaran yang disusun benar-benar dapat dijalankan.


2. Untuk menjaga agar kegiatan pengumpulan penerimaan dan pembelanjaan
pengeluaran negara sesuai dengan anggaran yang telah digariskan.

3. Untuk menjaga agar pelaksanaan APBN benar-benar dapat dipertanggung-jawabkan.

C. Jenis-Jenis Pengawasan

I. Pengawasan Berdasarkan Objek

1. Pengawasan terhadap Penerimaan Negara

a. Penerimaan dari Pajak dan Bea Cukai dilakukan oleh Kantor Inspeksi
Bea dan Cukai.
b. Penerimaan dari bukan Pajak dilakukan oleh KPKN.

2. Pengawawan terhadap Pengeluaran Negara.

Prinsip-prinsip yang dipakai dalam pelaksanaan pengeluaran negara adalah :

a. Wetmatigheid, pengawasan yang menekankan pada aspek kesesuaian


antara praktik pelaksanaan APBN dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b. Rechmatighead, pengawasan yang menekankan dari segi legalitas praktik
APBN.

5
c. Doelmatighead, pengawasan yang menekankan pada pentingnya peranan
faktor tolok ukur dalam praktik pelaksanaan APBN.

II. Pengawasan Menurut Sifatnya.

1. Pengawasan preventif.

Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum dimulainya


suatu kegiatan atau sebelum terjadinya pengeluaran keuangan. Tujuan
pengawasan ini adalah :

a. Mencegah terjadinya tindakan-tindakan yang menyimpang dari dasar


yang telah ditentukan.
b. Memberikan pedoman bagi terselenggaranya pelaksanaan kegiatan secara
efisien dan efektif.
c. Menentukan kewenangan dan tanggung jawab sebagai instansi
sehunbungan dengan tugas yang harus dilaksanakan.

2. Pengawasan Detektif

Pengawasan detektif adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan dengan


meneliti dan mengevaluasi dokumen-dokumen laporan pertanggungjawaban
Bendaharawan. Berdasarkan cara melakukan pengawasan detektif dibedakan
menjadi 2, yaitu :

a. Pengawasan dari jauh.


Pengawasan dilakukan dengan cara meneliti laporan pertanggung jawaban
Bendahawan, beserta bukti-bukti pendukungnya.

b. Pengawasan dari dekat.


Pengawasan dilakukan di tempat diselenggaranya kegiatan administrasi.

III. Pengawasan Menurut Ruang Lingkupnya

1. Pengawasan Internal.

Pegawasan internal dibagi menjadi dua yaitu pengawasan dalam arti sempit,
yaitu pengawasan internal yang dilakukan aparat yang berasal dari internal
lingkungan Departemen atau Lembaga yang diawasi. Sedangkan pengawan
internal dalam arti luas adalah pengawasan internal yang dilakukan oleh aparat
pengawas yang berasal dari lembaga khusus pengawas yang dibentuk secara
internal oleh Pemerintah atau lembaga Eksekutif.

2. Pengawasan Eksternal
6
Adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh suatu unit pengawas
yang sama sekali berasal dari lingkungan organisasi eksekutif.

IV. Pengawasan Menurut Metode Pengawasannya

1. Pengawasan Melekat

Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh Pimpinan atau


atasan langsung suatu organisasi atau unit kerja terhadap bawahannya dengan
tujuan untuk mengetahui atau menilai program kerja yang ditetapkan telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

2. Pengawasan Fungsional

Adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas fungsional, baik


yang berasal dari internal Pemerintah, maupun dari lingkungan eksternal
Pemerintah.

D. Pemeriksaan Sebagai Tindak Lanjut Pengawasan

Salah satu bentuk tindak lanjut penyelenggaraan pengawasan adalah pemeriksaan.


Pemeriksaan adalah penilaian yang independen, selektif, dan analistis terhadap program
atau kegiatan, dengan tujuan untuk :

1. Menilai efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan penggunaan sumber daya dan


dana yang tersedia.
2. Mengenali aspek-aspek yang perlu diperbaiki.

3. Mengevaluasi aspek-aspek tersebut secara mendalam, memaparkan perlunya


perbaikan, serta mengemukakan saran-saran perbaikan yang perlu dilakukan.

E. Proses Pemeriksaan Operasional

Proses pelaksanaan pemeriksaan operasional secara garis besar dilakukan dalam 4


(empat) tahapan, yaitu :

1. Survei pendahuluan.
2. Evaluasi sistem pengendalian intern.

3. Pemeriksaaan terinci.

4. Penulisan laporan.

7
F. Pemeriksaan Keuangan Negara

Kegiatan pemeriksaan dan pengawasan mempunyai kedudukan yang strategis dan


menentukan terciptanya transparansi dan akuntabilitas di bidang pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara. Sampai saat ini usaha perbaikan tentang hal
tersebut masih terus berlanjut dan telah memberikan hasil yang cukup baik bila
dibandingkan dengan kondisi sebelum reformasi. Upaya Badan Pengawas Keuangan
bersama pemerintah dalam melaksanakan reformasi keuangan negara telah dilakukan
secara serius dan telah berhasil melaksanakan perbaikan kebijakan dan kerangka hukum.

Sistem pengawasan dan pemeriksaan merupakan bagian dari sistem pengelolaan


keuangan Negara yang berperan untuk memastikan bahwa keuangan negara telah
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dengan mentaati peraturan
perundangan yang berlaku, karena keuangan negara pada dasarnya bersumber dari rakyat
misalnya :

a. Pajak dan retribusi dipungut dari rakyat, laba

b. BUMN/D modalnya dari rakyat

c. Hutang akan menjadi beban rakyat

d. Hibah karena ada kepentingan rakyat

e. dan eksploitasi sumber daya alam adalah milik rakyat.

Karena itulah sudah selayaknya keuangan negara yang diakumulasi dari rakyat
tersebut harus dikelola dan didistribusikan kembali demi kesejahteraan rakyat. Sesuai
dengan pasal 23 UUD 1945 perubahan ketiga yaitu : APBN sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan dengan undang-undang dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggung-jawab sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

G. Jenis Pemeriksaan Yang Dilakukan BPK

BPK melakukan tiga jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan keuangan,


pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pemeriksaan keuangan
adalah pemeriksaan atas laporan keuangan, yaitu laporan keuangan pemerintah pusat,
kementerian Negara/lembaga, dan pemerintah daerah serta laporan keuangan
BUMN/BUMD. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka
memberikan pernyataan pendapat (opini) tentang tingkat kewajaran informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan pemerintah. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan
atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim
dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah.

8
Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu
menjadi perhatian lembaga perwakilan dan untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja
dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah
diselenggarakan secara ekonomis dan efisien, serta memenuhi sasarannya secara
efektif.Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam
pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan
dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.

H. Tindak Lanjut Pemeriksaan

Setiap pejabat yang menerima laporan hasil pemeriksaaan harus melakukan tindak lanjut,
serta melaporkannya kepada BPKP. Tindak lanjut yang dilaporkan kepada BPKP dalam
hal ini tidak hanya tindak lanjut dari temuan pemeriksaan BPKP, melainkan tindak lanjut
dari temuan pemeriksaan aparat pengawas sendiri. Yang dimaksud tindak lanjut dalam
hal ini :

1. Tindakan administratif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang


pengawasan, termasuk penerapan hukum disiplin.
2. Tindakan tuntutan atau gugatan perdata, antara lain :

a. Tuntutan ganti atau penyetoran kembali.

b. Tuntutan bendaharawan.

c. Tuntutan perdata berupa pengenaan denda, ganti rugi, dll.

d. Tindakan pengajuan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya ke PN.

Tindakan penyempunaan Aparatur Pemerintah di Bidang kelembagaan,


kepegawaian, dan ketatalaksanaan

I. Pengelolaan Keuangan Negara

Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan
Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan.

Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh
subjek yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah
pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya
dengan keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh
rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di
9
atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggunggjawaban. Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan,
kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan
objek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Sebagaimana tertuang dalam Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa asas umum pengelolaan
keuangan negara dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam
penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara
profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sesuai dengan amanat Pasal 23C
Undang-Undang Dasar, Undang-undang tentang Keuangan Negara telah menjabarkan
aturan pokok yang ditetapkan Undang-Undang Dasar tersebut ke dalam asas-asas umum
dalam pengelolaan keuangan Negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas
kesatuan, dan asas spesialisasi maupun asas-asas sebagai pencerminan best practices
(penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara.

Asas Tahunan, memberikan persyaratan bahwa anggaran negara dibuat secara


tahunan yang harus mendapat persetujuan dari badan legislatif (DPR). Asas Universalitas
(kelengkapan), memberikan batasan bahwa tidak diperkenankan terjadinya percampuran
antara penerimaan negara dengan pengeluaran negara. Asas Kesatuan, mempertahankan
hak budget dari dewan secara lengkap, berarti semua pengeluaran harus tercantum dalam
anggaran. Oleh karena itu, anggaran merupakan anggaran bruto, dimana yang dibukukan
dalam anggaran adalah jumlah brutonya.

Asas Spesialitas mensyaratkan bahwa jenis pengeluaran dimuat dalam mata


anggaran tertentu/tersendiri dan diselenggarakan secara konsisten baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Secara kuantitatif artinya jumlah yang telah ditetapkan dalam mata
anggaran tertentu merupakan batas tertinggi dan tidak boleh dilampaui. Secara kualitatif
berarti penggunaan anggaran hanya dibenarkan untuk mata anggaran yang telah
ditentukan. Asas Akuntabilitas berorientasi pada hasil, mengandung makna bahwa setiap
pengguna anggaran wajib menjawab dan menerangkan kinerja organisasi atas
keberhasilan atau kegagalan suatu program yang menjadi tanggung jawabnya.

Asas Profesionalitas mengharuskan pengelolaan keuangan negara ditangani oleh


tenaga yang profesional. Asas Proporsionalitas; pengalokasian anggaran dilaksanakan
secara proporsional pada fungsi-fungsi kementerian/lembaga sesuai dengan tingkat
prioritas dan tujuan yang ingin dicapai. Asas Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan
negara, mewajibkan adanya keterbukaan dalam pembahasan, penetapan, dan perhitungan
anggaran serta atas hasil pengawasan oleh lembaga audit yang independen. Asas
Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri, memberi
kewenangan lebih besar pada Badan Pemeriksa Keuangan untuk melaksanakan
pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara secara objektif dan independen. Asas-
asas umum tersebut diperlukan pula guna menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip
10
pemerintahan daerah. Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di UU No 17 Tahun
2003, pelaksanaan undang-undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi manajemen
keuangan negara, sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh landasan pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama


pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk
mengelola perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya
menyangkut keputusan ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik. Dalam
konteks ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya
perlu lebih berperan dalam mengawal APBN sehingga APBN benar-benar dapat secara
efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian
negara dengan baik.

Dalam rangka mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan


pemerintahan negara, sejak beberapa tahun yang lalu telah diintrodusir Reformasi
Manajemen Keuangan Pemerintah. Reformasi tersebut mendapatkan landasan hukum
yang kuat dengan telah disahkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

J. Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara

Tugas utama Badan Pengawas Keuangan Negara (BPK) adalah memeriksa


pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta menyerahkan semua hasil
pemeriksaan tersebut kepada lembaga perwakilan untuk mendorong transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan keuangan negara sebagai hal utama dalam demokrasi
ekonomi dan politik yang sesungguhnya.

Pengertian transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan


jujur kepada masyarakat berdasarkan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban kepadanya dan ketaatannya
pada peraturan perundang-undangan (KK, SAP, 2005).

Sedangkan akuntabailitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber


daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik (KK, SAP, 2005).

Sejak amandemen UUD 1945 paket tiga UU Keuangan negara (2003-2004) dan
UU No. 15/2006 tentang BPK, BPK pun telah melaksanakan praktek-praktek
transparansi dan akuntabilitas, upaya ini dimaksudkan untuk membangun sistem
pemerintahan yang baik dan bersih, serta mewujudkan tata kelola/tata pemerintahan yang
baik (good governance). Transparansi dan akuntabilitas keuangan negara harus

11
diwujudkan dalam lima tahapan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara
yaitu :

a. Perencanaan dan penganggaran, meliputi proses konsultatif dan publikasi perencanaan


anggaran dengan lembaga perwakilan.

b. Pelaksanaan anggaran.

c. Akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran.

d. Pengawasan internal.

e. Pemeriksaan oleh auditor eksternal yang independen.

Transparansi dan akuntabilitas perlu diwujudkan dalam pemeriksaan atas pengelolaan


dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi :

a. Realisasi anggaran (penerimaan dan pengeluaran)

b. Neraca (aset dan kewajiban/hutang)

c. Arus kas (termasuk penyimpanan uang negara) oleh pemeriksaan eksternal.

Salah satu langkah nyata BPK dalam meningkatkan Transparansi dan


Akuntabilitas adalah dengan menyediakan ruang publik interaktif untuk mengenalkan
kiprah dan upaya BPK dalam melaksanakan amanat konstitusi melalui website
(www.bpk.go.id) dengan begitu publik dapat dengan mudah memperoleh informasi dan
menilai hasil kerja BPK secara langsung serta memonitor tindak lanjut hasil-hasil
pemeriksaan BPK. Selain itu BPK juga telah memulai kebiasaan memberikan
penghargaan kepada karya jurnalistik media massa yang dianggap menunjukkan
profesionalitas dalam liputannya tentang BPK, serta karya yang dibuat dengan cara yang
obyektif, akurat dan profesional. BPK juga menempatkan media massa sebagai mitra
dalam penegakan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan negara dengan
membangun hubungan yang terbuka dengan media massa.

K. Pusat Data BPK sebagai CCTV Keuangan Negara

Sejak bulan Juni 2013, Badan Pemeriksa Keuangan mulai menerapkan Pusat Data
yang bekerja secara elektronik dan online. Pusat data itu mampu menghimpun dokumen
hingga aliran dana yang terkait dengan pengelolaan keuangan negara. Pusat data itu juga
menjadi alat utama bagi terlaksananya e-audit. Sebelum tahun 2010, kerja BPK relatif
terbatas lantaran tak memiliki pusat data. Dengan adanya pusat data dan e-audit, proses
pemeriksaan berjalan lebih cepat, lebih mudah, dan efektif.

12
Melalui e-audit, BPK juga bisa memperluas jumlah sampling, bahkan nantinya
bisa secara populasi sehingga bisa mencakup hampir seluruh jumlah keuangan negara
yang harus diperiksa. Melalui sistem e-audit, semua rekening para pengelola keuangan
negara dan pertanggungjawabannya dapat diuji oleh BPK. BPK bisa menelusuri transaksi
yang dilakukan para pengelola keuangan negara maupun daerah untuk memperoleh
keyakinan atas kebenaran jumlah, kelengkapan rincian, dan kejelasan sumber keuangan.

Untuk mendukung Pusat Data, BPK menjalin 757 kerja sama akses data dengan
pengelola keuangan negara serta akses data terhadap rekening-rekening pemerintah pusat
yang dikelola 177 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), Pemerintah Daerah
pada Bank Pembangunan Daerah, dan BUMN.

E-audit juga dilakukan untuk hibah dan bantuan sosial, perjalanan dinas,
penerimaan negara, laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta
pajak kendaraan bermotor. Pusat data BPK ini dianggap bisa memonitor setiap aktivitas
terkait keuangan negara maupun daerah. Pusat data BPK bisa jadi alat monitoring
semacam CCTV. Hal ini berarti BPK ada di mana-mana, di mana-mana ada BPK.

13
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan

II. Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Dasar 1945


2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung


Jawab Keuangan Negara

5. http://www.bpk.go.id/news/pemeriksaan-keuangan-negara-untuk-kesejahteraan-rakyat57

6. https://apustpicurug.wordpress.com/mata-kuliah/pengawasan-keuangan-negara/

15

Anda mungkin juga menyukai