Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya yang telah diberikan kepada kita semua sehingga makalah yang berjudul “Pengawasan
BPK dalam Pengelolaan Keuangan Negara” ini dapat terselesaikan dengan cepat.
Terselesaikannya makalah ini kami sadari tidak lepas dari bimbingan, dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah senantiasa mendukung hingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Tujuan kami menyusun makalah ini yaitu memenuhi tugas mata kuliah Administrasi
Keuangan Negara serta menambah wawasan pembaca mengenai Pengawasan Keuangan Negara
yang saat ini sedang hangat diperbincangkan.
Semoga kiranya apa yang kami tulis dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami secara terbuka menerima kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya
makalah yang lebih baik. Akhir kata mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan penulisan
dalam makalah ini. Dan hanya kepada Allah S.W.T kita berlindung dan memohon ampun.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang
Dalam Pembukaan UUD 1945 dengan jelas dimuat tujuan pendirian negara adalah
untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Meskipun pemerintah telah berusaha untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat,
namun hasilnya belum maksimal. Kesejahteraan rakyat masih menjadi masalah, sebab
saat ini masih banyak fakir miskin, pengangguran, anak-anak terlantar, dan orang yang
tidak mampu berobat di rumah sakit.
Karena yang menjadi objek pengawasan keuangan negara adalah anggaran negara,
maka pengertian pengawasan keuangan negara dilihat dari segi komponen anggaran
negara, dapat pula dinyatakan sebagai berikut: pengawasan keuangan negara adalah
segala kegiatan untuk menjamin agar pengumpulan penerimaan-penerimaan negara, dan
penyaluran pengeluaran-pengeluaran negara, tidak menyimpang dari rencana yang telah
digariskan di dalam anggaran. Dengan adanya reformasi dibidang keuangan negara
seperti terbitnya UU RI No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, dan undang-
undang lainnya seperti tersebut di atas dan termasuk juga pengaturan sistem pengelolaan
keuangan daerah yang telah tergabung di dalam sistem keuangan negara.
Masalah tersebut menjadi makin jelas jika kita melihat beberapa indikator
kesejahteraan rakyat seperti tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang menunjukan data-data belum tercapainya
kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu, penggunaan uang negara yang tidak taat aturan dapat
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan penggunaannya. Melalui pemeriksaan keuangan
negara, BPK dapat mendorong penggunaan keuangan negara secara transparan dan
3
akuntabel untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Mengelola uang negara harus
dilakukan secara terbuka dan bertanggungjawab, karena dua unsur ini yang menjadi
aspek utama dalam governance. Transparansi dan akuntabilitas menjadi tujuan
penggunaan uang negara yang digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat.
Berdasarkan latar belakang yang penulis sampaikan diatas, dapat diambil permasalahan
yang akan dibahas makalah ini yaitu :
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari Pengawasan Keuangan itu sendiri
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengawasan keuangan negara adalah segala kegiatan kegiatan untuk menjamin agar
pengumpulan penerimaan-penerimaan negara, dan penyaluran pengeluaran-pengeluaran
negara tidak menyimpang dari rencana yang telah digariskan di dalam Anggaran.
C. Jenis-Jenis Pengawasan
a. Penerimaan dari Pajak dan Bea Cukai dilakukan oleh Kantor Inspeksi
Bea dan Cukai.
b. Penerimaan dari bukan Pajak dilakukan oleh KPKN.
5
c. Doelmatighead, pengawasan yang menekankan pada pentingnya peranan
faktor tolok ukur dalam praktik pelaksanaan APBN.
1. Pengawasan preventif.
2. Pengawasan Detektif
1. Pengawasan Internal.
Pegawasan internal dibagi menjadi dua yaitu pengawasan dalam arti sempit,
yaitu pengawasan internal yang dilakukan aparat yang berasal dari internal
lingkungan Departemen atau Lembaga yang diawasi. Sedangkan pengawan
internal dalam arti luas adalah pengawasan internal yang dilakukan oleh aparat
pengawas yang berasal dari lembaga khusus pengawas yang dibentuk secara
internal oleh Pemerintah atau lembaga Eksekutif.
2. Pengawasan Eksternal
6
Adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh suatu unit pengawas
yang sama sekali berasal dari lingkungan organisasi eksekutif.
1. Pengawasan Melekat
2. Pengawasan Fungsional
1. Survei pendahuluan.
2. Evaluasi sistem pengendalian intern.
3. Pemeriksaaan terinci.
4. Penulisan laporan.
7
F. Pemeriksaan Keuangan Negara
Karena itulah sudah selayaknya keuangan negara yang diakumulasi dari rakyat
tersebut harus dikelola dan didistribusikan kembali demi kesejahteraan rakyat. Sesuai
dengan pasal 23 UUD 1945 perubahan ketiga yaitu : APBN sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan dengan undang-undang dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggung-jawab sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
8
Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu
menjadi perhatian lembaga perwakilan dan untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja
dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah
diselenggarakan secara ekonomis dan efisien, serta memenuhi sasarannya secara
efektif.Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam
pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan
dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.
Setiap pejabat yang menerima laporan hasil pemeriksaaan harus melakukan tindak lanjut,
serta melaporkannya kepada BPKP. Tindak lanjut yang dilaporkan kepada BPKP dalam
hal ini tidak hanya tindak lanjut dari temuan pemeriksaan BPKP, melainkan tindak lanjut
dari temuan pemeriksaan aparat pengawas sendiri. Yang dimaksud tindak lanjut dalam
hal ini :
b. Tuntutan bendaharawan.
Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan
Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan.
Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh
subjek yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah
pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya
dengan keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh
rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di
9
atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggunggjawaban. Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan,
kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan
objek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
Sejak amandemen UUD 1945 paket tiga UU Keuangan negara (2003-2004) dan
UU No. 15/2006 tentang BPK, BPK pun telah melaksanakan praktek-praktek
transparansi dan akuntabilitas, upaya ini dimaksudkan untuk membangun sistem
pemerintahan yang baik dan bersih, serta mewujudkan tata kelola/tata pemerintahan yang
baik (good governance). Transparansi dan akuntabilitas keuangan negara harus
11
diwujudkan dalam lima tahapan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara
yaitu :
b. Pelaksanaan anggaran.
d. Pengawasan internal.
Sejak bulan Juni 2013, Badan Pemeriksa Keuangan mulai menerapkan Pusat Data
yang bekerja secara elektronik dan online. Pusat data itu mampu menghimpun dokumen
hingga aliran dana yang terkait dengan pengelolaan keuangan negara. Pusat data itu juga
menjadi alat utama bagi terlaksananya e-audit. Sebelum tahun 2010, kerja BPK relatif
terbatas lantaran tak memiliki pusat data. Dengan adanya pusat data dan e-audit, proses
pemeriksaan berjalan lebih cepat, lebih mudah, dan efektif.
12
Melalui e-audit, BPK juga bisa memperluas jumlah sampling, bahkan nantinya
bisa secara populasi sehingga bisa mencakup hampir seluruh jumlah keuangan negara
yang harus diperiksa. Melalui sistem e-audit, semua rekening para pengelola keuangan
negara dan pertanggungjawabannya dapat diuji oleh BPK. BPK bisa menelusuri transaksi
yang dilakukan para pengelola keuangan negara maupun daerah untuk memperoleh
keyakinan atas kebenaran jumlah, kelengkapan rincian, dan kejelasan sumber keuangan.
Untuk mendukung Pusat Data, BPK menjalin 757 kerja sama akses data dengan
pengelola keuangan negara serta akses data terhadap rekening-rekening pemerintah pusat
yang dikelola 177 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), Pemerintah Daerah
pada Bank Pembangunan Daerah, dan BUMN.
E-audit juga dilakukan untuk hibah dan bantuan sosial, perjalanan dinas,
penerimaan negara, laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta
pajak kendaraan bermotor. Pusat data BPK ini dianggap bisa memonitor setiap aktivitas
terkait keuangan negara maupun daerah. Pusat data BPK bisa jadi alat monitoring
semacam CCTV. Hal ini berarti BPK ada di mana-mana, di mana-mana ada BPK.
13
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
II. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
5. http://www.bpk.go.id/news/pemeriksaan-keuangan-negara-untuk-kesejahteraan-rakyat57
6. https://apustpicurug.wordpress.com/mata-kuliah/pengawasan-keuangan-negara/
15