Anda di halaman 1dari 20

PENGAWASAN KEUANGAN NEGARA

PERTEMUAN KE-10
OLEH:
DR. H.BACHTIAR SIMATUPANG, SE,SH,MM,MH,Ph.D
DOSEN PPS UDA MEDAN
RUANG LINGKUP PENGAWASAN
Pengawasan keuangan negara memiliki ruang
lingkup yang meliputi:
1. Pengendalian Keuangan Negara
2. Pemeriksaan Keuangan Negara
Konsep pengawasan dalam hukum keuangan
negara tertuju pada pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara dalam suatu tahun
anggaran, yakni dari bulan Januari sampai
Desember tahun yang bersangkutan.
Bentuk pengawasan dalam rangka pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan negara dapat berupa:
1. Pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap
bawahannya dalam suatu lingkungan kerja.
2. Pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal,
Inspektorat Propinsi, Inspektorat Kabupaten/Kota.
3. Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
4. Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
PENGENDALIAN KEUANGAN NEGARA
Keuangan negara yang dikelola wajib dilakukan
pengendalian oleh pemerintah berdasarkan Pasal 58
UUPN yang disebut sebagai pengendalian intern
pemerintah agar penggunaannya dapat terarah
dalam jangka waktu yang ditentukan.
Pengendalian intern pemerintah dimaksudkan agar
aparat pemerintah tidak menyalahgunakan
kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri atau
orang lain, dan korporasi termasuk badan bukan
badan hukum dan badan hukum itu sendiri.
Kewenangan Presiden mengatur pengendalian intern pemerintah
merupakan perwujudan sebagai Kepala Pemerintahan negara
berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi: “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut UUD.”
Tujuan pengendalian intern pemerintah adalah:
1. Instansi pemerintah mengelola keuangan negara secara efektif
dan efisien.
2. Melaporkan keuangan negara secara andal.
3. Mengamankan aset negara.
4. Mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Pembagian kewenangan yang terkait dengan pengendalian
intern pemerintah adalah:
1. Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara
menyelenggarakan sistem pengendalian intern dibidang
perbendaharaan.
2. Menteri/Pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran
menyelenggarakan sistem pengendalian intern di bidang
pemerintahan masing-masing.
3. Gubernur/Bupati/Walikota mengatur lebih lanjut dan
menyelenggarakan sistem pengendalian intern di
lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya.
Pengawasan intern pemerintah meliputi:
1. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
2. Inspektorat Jenderal bertanggungjawab kepada Menteri/
Pimpinan Lembaga.
3. Inspektorat Provinsi bertanggungjawab kepada Gubernur.
4. Inspektorat Kabupaten/Kota bertanggungjawab kepada
Bupati/Walikota.
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
merupakan lembaga pemerintah yang berwenang
melakukan pengawasan intern terhadap pengelolaan
keuangan negara yang bertanggungjawab kepada Presiden.
PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan
evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan
profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi
mengenai pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.
Secara konstitusional, pemeriksaan pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan negara dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) berdasarkan Pasal 23E ayat (1)
UUD 1945 yang berbunyi: “Untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggungjawab tentang keuangan negara diadakan
suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.”
Bebas diartikan dapat melakukan segala tindakan yang
terkait pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara dengan tidak melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Mandiri diartikan dalam melakukan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun termasuk pihak
eksekutif, legislatif, yudikatif, dan bahkan dari dalam
Badan Pemeriksa Keuangan sendiri.
Tugas Badan Pemeriksa Keuangan meliputi:
1.Pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara
yang ditujukan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Lembaga Negara Lainnya, Bank Indonesia, BUMN/BUMD, Badan
Layanan Umum, dan lembaga atau badan lain yang mengelola
keuangan negara.
2.Penyerahan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara kepada DPR, DPD, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
3.Tindak lanjut hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara diserahkan kepada Presiden, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan:
1. Menentukan objek pemeriksaan.
2. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib
diberikan oleh setiap orang, lembaga atau badan lain.
3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang
dan barang milik negara.
4. Menetapkan jenis dokumen yang wajib disampaikan
kepada BPK.
5. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara.
6. Menetapkan kode etik pemeriksaan keuangan negara.
7.Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga
pemeriksa di luar BPK.
8. Membina jabatan fungsional pemeriksa.
9.Memberi pertimbangan atas standar akuntansi
pemerintahan.
10. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem
pengendalian intern pemerintah pusat atau
pemerintah daerah, sebelum ditetapkan oleh
pemerintah pusat atau pemerintah daerah.
Kode etik pemeriksaan keuangan negara:
1. Integrity, yaitu membangun kepercayaan.
2. Objektive, yaitu jujur, tidak memihak.
3. Convidentiality, yaitu menghargai informasi
yang diperoleh dan tidak membocorkan.
4. Competency, yaitu menggunakan
pengetahuan dan pengalaman.
Ruang lingkup pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang dilakukan BPK meliputi pemeriksaan
yang bersifat preventif dan pemeriksaan yang bersifat
represif.
Pemeriksaan yang bersifat preventif diperuntukkan bagi
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
sebelum terjadinya kerugian keuangan negara.
Pemeriksaan preventif bertujuan untuk memberi bimbingan
atau pengarahan untuk mencegah agar tidak terjadi
pelanggaran hukum keuangan negara yang bermuara
kepada timbulnya kerugian keuangan negara.
Pemeriksaan yang bersifat represif adalah pemeriksaan yang
dilakukan oleh BPK setelah memperoleh informasi atau dugaan
adanya kerugian keuangan negara.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK bertujuan bagaimana cara
menanggulangi kerugian keuangan negara yang terjadi atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Tindak lanjut BPK adalah:
1. Melaporkan kerugian keuangan negara kepada atasan yang
menimbulkan kerugian agar dilakukan pengembalian kerugian, atau
2. Menetapkan tuntutan ganti kerugian kepada bendahara karena
terbukti terjadi pelanggaran hukum keuangan negara sehingga
timbul kerugian keuangan negara.
Pemeriksa profesional harus bersikap:
1. Objektif, yaitu tidak memihak, jujur secara
intelektual, dan bebas dari benturan kepentingan.
Untuk dapat bersikap objektif, seorang pemeriksa
harus:
1. Melaksanakan pekerjaan dengan jujur agar bebas dari
kompromi.
2. Tidak boleh ditempatkan pada situasi dimana mereka
tidak dapat membuat keputusan yang objektif
2. Independen, yaitu menghindarkan hubungan yang dapat
mengganggu sikap mental dan penampilan objektif
pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan.
Untuk dapat bersikap independen, seorang pemeriksa
harus:
a. Bebas dari pengaruh manajemen
b. Bebas dari pengaruh siapapun
c. Bebas untuk akses keseluruh catatan
d. Bebas dari kepentingan pribadi
e. Bebas dari tekanan-tekanan untuk melaporkan masalah-
masalah yang berarti dalam laporan audit.
Untuk mempertahankan objektivitas dan independensi, diperlukan
penilaian secara terus menerus terhadap hubungan pemeriksa
dengan entitas yang diperiksa.
Setelah pemeriksaan berakhir dilaksanakan, pemeriksa wajib
membuat laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah yang memuat opini yang didasarkan pada kriteria
sebagai berikut:
1. Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan.
2. Kecukupan pengungkapan.
3.Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Efektivitas sistem pengendalian intern.
Jenis opini yang diberikan oleh BPK:
1. Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
2. Wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
3. Tidak wajar (adversed opinion)
4. Pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer
of opinion)
TERIMA KASIH
MEDAN, 01 JULI 2022

Anda mungkin juga menyukai