Anda di halaman 1dari 23

Tugas Mata Kuliah

Governance & Pengelolaan Keuangan Negara

SISTEM AUDIT KEUANGAN NEGARA

Anggota Kelompok:
Arnawan Hendy Prabawa NIM 1910247694
Seri Wastuti NIM 1910247695

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS RIAU


PROGRAM STUDI PASCASARJANA S2 ILMU AKUNTANSI
PEKANBARU
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reformasi di berbagai aspek kehidupan telah membangkitkan

kesadaran masyarakat, penyelenggara negara, dan pemerintah tentang

perlunya pengelolaan keuangan negara yang akuntabel dan transparan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Reformasi di bidang keuangan negara

di Indonesia ditandai dengan diterbitkannya paket Undang-Undang Nomor 17

tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbedaharaan Negara dan Undang-undang Nomor 15 tahun 2004

tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keungan Negara.

Ketiga undang-undang tersebut telah memberikan landasan yang kokoh

dalam pengelolaan keuangan negara.

Pemerintah yang bersih ditandai dengan tiga pilar utama yang

merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen tersebut

adalah partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang

baik harus membuka pintu yang seluas-luasnya agar semua pihak yang terkait

dalam pemerintahan tersebut dapat berperan serta secara aktif. Salah satu

upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan

pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan

mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum.


Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disingkat BPK, adalah

lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang hendak dikemukakan adalah

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan keuangan negara?;

2. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan

negara?;

3. Apa yang dimaksud dengan audit keuangan negara?; dan

4. Bagaimana standar pemeriksaan keuangan negara?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Keuangan Negara

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara disebutkan bahwa: “Keuangan Negara adalah semua hak dan

kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik

berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara

berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”. Keuangan

Negara sebagaimana dimaksud tersebut, meliputi:

a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan

uang, dan melakukan pinjaman;

b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum

pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

c. penerimaan negara;

d. pengeluaran negara;

e. penerimaan daerah;

f. pengeluaran daerah;

g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak

lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang

dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada

perusahaan negara/ perusahaan daerah;

h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum; dan


i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang

diberikan pemerintah.

Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung

jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

B. Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat

pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya,

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan

pertanggungjawaban.

Kekuasaan pengelolaan keuangan negara ada ditangan Presiden,

dimana sebagian dikuasakan kepada Menteri Keuangan (pengelola fiskal)

Menteri/pimpinan lembaga (pengguna anggaran atau barang) Wakil

pemerintah (kepemilikan kekayaan yg dipisah) gubernur/walikota/bupati

(asas desentralisasi) Bank Sentral (otoritas moneter)

Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah

untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan,

dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan

keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan

setelah tahun anggaran berakhir. Demikian pula dengan Gubernur/Bupati/


Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan

setelah tahun anggaran berakhir. Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN/APBD tersebut disusun dan disajikan sesuai dengan

standar akuntansi pemerintahan yang disusun oleh suatu komite standar yang

independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih

dahulu mendapat pertimbangan dari BPK.

C. Audit Keuangan Negara

Pemeriksaan (audit) keuangan negara adalah proses identifikasi

masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif,

dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,

kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan keuangan negara meliputi

pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas

tanggung jawab keuangan negara. Audit keuangan negara merupakan unsur

pokok bagi terciptanya akuntabilitas publik. Akuntabilitas diperlukan untuk

mengetahui Pelaksanaan program yang dibiayai uang negara Tingkat

kepatuhan kepada perundang-undangan Keekonomisan, efisiensi, dan

efektivitas

Pemeriksaan dilakukan dalam rangka untuk mendorong tata kelola

keuangan negara yang baik melalui perolehan keyakinan bahwa pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau prinsip-prinsip tata kelola yang baik.

Pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

dilakukan dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas

dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Sehubungan dengan itu, kepada BPK diberi kewenangan untuk

melakukan tiga jenis pemeriksaan, yakni:

a. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini

dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang

tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

pemerintah.

b. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan

efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan

bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah.

Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 mengamanatkan BPK untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja

pengelolaan keuangan negara. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk

mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga

perwakilan. Adapun untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja

dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan

negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta

memenuhi sasarannya secara efektif.

c. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan

dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan


kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah

pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan

pemeriksaan investigatif.

Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan

ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib

disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.

Tanggung jawab auditee selaku pengelola keuangan negara adalah

sebagai berikut:

a. Mengelola keuangan negara secara tertib, ekonomis, efisien, efektif, dan

transfaran, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;

b. Merancang dan mengimplementasikan pengendalian internal; dan

menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggungjawab

keuangan negara secara tepat waktu.

c. Menindaklanjuti rekomendasi BPK, dan memantau pelaksanaan

tindaklanjut tersebut.

d. Setiap kerugian negara baik langsung maupun tidak langsung karena

perbuatan melanggar hukum harus diganti oleh pihak yang bersalah

dengan dikenakan Tuntutan Perbendaharaan (bila pelakunya

bendaharawan) atau Tuntutan Ganti Rugi (bila pelaku bukan

bendaharawan).

e. Semua kasus kerugian negara harus dilaporkan kepada BPK, bila terjadi

kasus pidana BPK memproses dan melimpahkannya kepada aparat

berwenang (misal kepolisian, kejaksaan, atau KPK).


D. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam

memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Berdasarkan

Undang-Undnag Nomor 15 Tahun 2006 disebutkan bahwa: “BPK bertugas

memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan

oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank

Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha

Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara, BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan

dengan objek yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan

negara.”

Pemeriksaan sebagaimana disebutkan diatas dilakukan berdasarkan

standar pemeriksaan. Standar dimaksud disusun oleh BPK dengan

mempertimbangkan standar di lingkungan profesi audit secara internasional.

Sebelum standar dimaksud ditetapkan, BPK perlu mengkonsultasikannya

dengan pihak pemerintah serta dengan organisasi profesi di bidang

pemeriksaan. Standar Pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan

pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi

standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang

wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah standar yang

digunakan oleh pemeriksa BPK RI, maupun pihak lain yang melaksanakan

pemeriksaan keuangan negara untuk dan atas nama BPK RI. SPKN memuat
persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan

persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional. Selain itu, SPKN juga

memuat tujuh pernyataan standar pemeriksaan (PSP) yakni standar umum,

standar pelaksanaan pemeriksaan keuangan, dan standar pelaporan

pemeriksaan keuangan. Empat standar lainnya yakni standar pelaksana

pemeriksaan kinerja, standar pelaporan pemeriksaan kinerja, standar

pelaksanaan pemeriksaan dengan tujuan tertentu, serta standar pelaporan

pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan

terhadap entitas, program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan

pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Tujuan SPKN adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa

dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara dalam rangka mewujudkan akuntabilitas

publik adalah bagian dari reformasi bidang keuangan negara yang dimulai

sejak 2003.

SPKN disusun oleh BPK RI melalui peraturan BPK RI Nomor 01

Tahun 2007 yang kemudian diubah dengan peraturan BPK RI Nomor 01

Tahun 2017. Hal ini sesuai dengan amanat Pasal 5 Undang-undang Nomor 15

Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-undang Nomor 15


Tahun 2006 tentang BPK, BPK harus menyusun standar pemeriksaan yang

dapat menampung hal tersebut.

Adapun Unsur-Unsur Pemeriksaan Keuangan Negara yang dijelaskan

dalam Kerangka Konseptual Pemeriksaan adalah sebagai berikut:

a. Hubungan tiga pihak, yang terdiri atas:

1) pemeriksa keuangan negara,

BPK adalah lembaga negara yang memiliki tugas dan wewenang

untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

BPK dapat menugaskan Pemeriksa BPK dan/atau tenaga ahli

dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan atas

nama BPK. Pemeriksa BPK adalah Pelaksana BPK yang

melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara untuk dan atas nama BPK. Tenaga ahli dan/atau

pemeriksa di luar BPK dapat sebagai orang-perorangan maupun

lembaga dari luar BPK.

2) pihak yang bertanggung jawab,

Merupakan pihak yang diperiksa, yang bertanggung jawab atas

informasi hal pokok dan/atau bertanggung jawab mengelola hal

pokok, dan/atau bertanggung jawab menindaklanjuti hasil

pemeriksaan antara lain Presiden, Menteri, dan Kepala Daerah.

3) pengguna LHP,

Merupakan lembaga perwakilan (DPR, DPD, dan DPRD),

pemerintah pusat/daerah, serta pihak lain yang mempunyai

kepentingan terhadap LHP (masyarakat, instansi penegak hukum).


b. Hal pokok (subject matter) dan informasi hal pokok (subject matter

information);

Hal pokok adalah hal-hal yang diperiksa dan/atau hal-hal yang menjadi

perhatian dalam suatu penugasan pemeriksaan, yang dapat berupa

informasi, kondisi, atau aktivitas yang dapat diukur/dievaluasi

berdasarkan kriteria tertentu. Informasi hal pokok adalah hasil evaluasi

atau hasil pengukuran hal pokok terhadap kriteria.

c. Kriteria pemeriksaan, yaitu tolok ukur yang digunakan dalam memeriksa

dan menilai hal pokok, dalam hal ini informasi yang diungkapkan dalam

pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk tolok

ukur penyajian dan pengungkapan yang relevan;

d. Bukti pemeriksaan, merupakan informasi yang digunakan oleh

Pemeriksa dalam menentukan kesesuaian hal pokok dengan kriteria

pemeriksaan;

e. Laporan hasil pemeriksaan,

Pemeriksa membuat LHP berupa laporan tertulis yang berisi suatu

kesimpulan yang diperoleh tentang informasi hal pokok. LHP berisi hasil

analisis atas pengujian bukti yang diperoleh saat pelaksanaan

pemeriksaan;

f. Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan,

LHP ditindaklanjuti oleh pejabat pengelola keuangan negara selaku pihak

yang bertanggung jawab sesuai kewenangannya dan ketentuan peraturan

perundang-undangan. BPK memantau secara periodik pelaksanaan tindak


lanjut atas LHP dan menyampaikan hasil pemantauannya kepada

lembaga perwakilan, dan pihak yang bertanggung jawab.

Prinsip-Prinsip Pemeriksaan Keuangan Negara

Prinsip-prinsip pemeriksaan keuangan negara adalah ketentuan yang

harus dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun standar

pemeriksaan dan Pemeriksa dalam melakukan Pemeriksaan, yang meliputi:

a. Kode etik,

Kode etik adalah norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap Anggota

BPK dan Pemeriksa Keuangan Negara selama menjalankan tugasnya

untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK.

Independensi, integritas, dan profesionalisme adalah nilai-nilai yang

harus dijunjung tinggi oleh Anggota BPK dan Pemeriksa Keuangan

Negara.

b. Pengendalian mutu,

Sistem pengendalian mutu harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada,

hal-hal seperti supervisi, review berjenjang, monitoring, dan konsultasi

selama proses pemeriksaan.

c. Manajemen dan keahlian tim Pemeriksa,

BPK menjamin Pemeriksa memiliki keahlian yang diperlukan. Tim

Pemeriksa harus secara kolektif memiliki pengetahuan, pengalaman, dan

kompetensi yang diperlukan dalam Pemeriksaan.

d. Risiko pemeriksaan,

Risiko pemeriksaan adalah risiko bahwa hasil pemeriksaan tidak sesuai

dengan kondisi yang sebenarnya.


e. Materialitas,

Materialitas ditentukan menggunakan pertimbangan profesional dan

bergantung pada interpretasi pemeriksa terhadap kebutuhan pengguna

LHP dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Materialitas

memiliki aspek kuantitatif dan aspek kualitatif.

f. Dokumentasi pemeriksaan,

Dokumentasi pemeriksaan yang memadai memberikan pemahaman yang

jelas atas prosedur pemeriksaan yang dilakukan, bukti yang diperoleh

dan kesimpulan.

g. Komunikasi pemeriksaan,

Komunikasi mencakup proses yang digunakan oleh BPK atau Pemeriksa

dalam pemerolehan data dan informasi dalam rangka pengumpulan bukti

pemeriksaan dan penyampaian hasil pemeriksaan kepada pihak yang

bertanggung jawab.

Standar Umum

Standar umum ini berkaitan dengan etika; independensi, integritas,

dan profesionalisme; pengendalian mutu; kompetensi; pertimbangan

ketidakpatuhan, kecurangan, dan ketidakpatutan; komunikasi pemeriksaan;

dan dokumentasi pemeriksaan dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil

pemeriksaan; hubungan dengan standar profesi yang digunakan oleh akuntan

publik; serta kewajiban Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan akuntan

publik dalam pemeriksaan keuangan negara.


Standar Pelaksanaan Pemeriksaan

Standar pelaksanaan pemeriksaan mengatur tanggung jawab

Pemeriksa dalam melaksanakan Pemeriksaan yang mencakup perencanaan,

pengumpulan bukti pemeriksaan, pengembangan temuan pemeriksaan, dan

supervisi. Perencanaan berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam

menghubungkan topik pemeriksaan yang akan dilakukan dengan perencanaan

strategis BPK dan menyusun perencanaan untuk setiap penugasan

pemeriksaan. Pengumpulan bukti berkaitan dengan tanggung jawab

Pemeriksa dalam merancang dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk

memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat, mendukung penarikan

kesimpulan yang akurat, sesuai karakteristik yang harus dimiliki oleh bukti

pemeriksaan dalam suatu pemeriksaan. Pengembangan temuan pemeriksaan

berkaitan dengan tanggung jawab pemeriksa dalam mengembangkan temuan

pemeriksaan berdasarkan bukti pemeriksaan yang diperoleh. Supervisi

berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam memberikan arahan dan

panduan kepada Pemeriksa selama pemeriksaan untuk memastikan

pencapaian tujuan pemeriksaan dan pemenuhan standar pemeriksaan.

Tujuan Pemeriksa dalam menerapkan standar ini adalah untuk:

a. merencanakan pemeriksaan yang berkualitas agar dapat dilaksanakan

secara efisien dan efektif; dan

b. merancang dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh

bukti yang cukup dan tepat.


Standar Pelaporan Pemeriksaan

Standar pelaporan pemeriksaan ini mengatur kewajiban Pemeriksa

dalam menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) untuk pemeriksaan

keuangan, pemeriksaan kinerja, dan PDTT. LHP tersebut berfungsi untuk:

a. mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. menghindari kesalahpahaman atas hasil pemeriksaan;

c. membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk melakukan tindakan

perbaikan oleh pihak yang bertanggung jawab; dan

d. memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh

tindakan perbaikan yang semestinya dilakukan.

Tujuan Pemeriksa dalam menerapkan standar pelaporan ini adalah

untuk:

a. merumuskan suatu kesimpulan hasil pemeriksaan berdasarkan evaluasi

atas bukti pemeriksaan yang diperoleh; dan

b. mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak-pihak yang terkait.

Pemeriksa harus menyusun LHP secara tepat waktu, lengkap, akurat, objektif,

meyakinkan, jelas, dan ringkas.

LHP harus memenuhi unsur laporan sesuai dengan jenis pemeriksaannya.

Unsur LHP antara lain:

a. Pernyataan bahwa pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan standar

pemeriksaan;

b. Tujuan, lingkup, metodologi;

c. Kesimpulan;
b. Temuan pemeriksaan;

c. Rekomendasi pemeriksaan;

d. Tanggapan pihak yang bertanggung jawab; dan

e. Penandatanganan LHP.

BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap

pemeriksaan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil

pemeriksaan. Penentuan obyek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan

pemeriksaan, penentuan waktu dan metode pemeriksaan, serta penyusunan

dan penyajian laporan pemeriksaan dilakukan secara bebas dan mandiri oleh

BPK. Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, BPK memperhatikan

permintaan, saran, dan pendapat lembaga perwakilan. Dalam

menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan

intern pemerintah. Untuk keperluan pemeriksaan BPK, laporan hasil

pemeriksaan intern pemerintah wajib disampaikan kepada BPK.

Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran,

kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/informasi mengenai

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan secara

independen, objektif, dan profesional berdasarkan Standar Pemeriksaan yang

dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK.

BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan

kewenangannya. Hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara yang telah diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD
dinyatakan terbuka untuk umum. Untuk keperluan tindak lanjut hasil

pemeriksaan, BPK menyerahkan pula hasil pemeriksaan secara tertulis

kepada Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan keuangan negaranya, BPK

berwenang sebagai berikut:

a. menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan

pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta

menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan;

b. meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap

orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga

Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan

Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan

lain yang mengelola keuangan negara;

c. melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik

negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha

keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan,

surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar

lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara;

d. menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada

BPK yang dipergunakan untuk pemeriksaan;

e. menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi

dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan

dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;


f. menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara;

g. menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang

bekerja untuk dan atas nama BPK;

h. membina jabatan fungsional Pemeriksa;

i. memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan;

j. memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern

Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh

Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah; dan

k. memantau penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan

oleh Pemerintah terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat

lain;

l. memantau pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada

bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang

mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan oleh BPK; dan

m. memantau pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang

ditetapkan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap.

Dalam rangka pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja, pemeriksa

melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan system pengendalian

intern pemerintah. Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif

guna mengungkap adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur

pidana. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK segera


melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tanggapan pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas temuan,

kesimpulan, dan rekomendasi pemeriksa, dimuat atau dilampirkan pada

laporan hasil pemeriksaan.

Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah

pusat/daerah disampaikan oleh BPK kepada DPR/D dan DPD selambat-

lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah

pusat/daerah. Laporan hasil pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan

kewenangannya dan disampaikan pula kepada Presiden/gubernur/bupati/

walikota sesuai dengan kewenangannya.

Ikhtisar hasil pemeriksaan semester disampaikan kepada lembaga

perwakilan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya semester

yang bersangkutan dan disampaikan pula kepada Presiden/gubernur/bupati/

walikota selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya semester

yang bersangkutan. Laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan

kepada lembaga perwakilan, dinyatakan terbuka untuk umum. Laporan hasil

pemeriksaan sebagaimana dimaksud tidak termasuk laporan yang memuat

rahasia negara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil

pemeriksaan dan wajib memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK

tentang tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan.

Jawaban atau penjelasan sebagaimana dimaksud disampaikan kepada BPK


selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan

diterima. Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud dapat dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian. BPK memantau

pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan dan memberitahukan hasil

pemantauan tindak lanjut sebagaimana dimaksud kepada lembaga perwakilan

dalam hasil pemeriksaan semester.

Lembaga perwakilan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dengan

melakukan pembahasan sesuai dengan kewenangannya dan dapat meminta

Pemerintah untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan. DPR/DPRD

meminta penjelasan kepada BPK dalam rangka menindaklanjuti hasil

pemeriksaan. DPR/DPRD dapat meminta BPK untuk melakukan pemeriksaan

lanjutan.
BAB III

PENUTUP

Audit keuangan adalah audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan

pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan

diotorisasi serta dicatat secara benar. Audit Laporan Keuangan Pemerintah

dilakukan oleh pihak yang independen yaitu BPK, yang memiliki tugas

memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang dilakukan

oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank

Indonesia, BUMN, BUMD dan lembaga lain yang mengelola keuangan Negara.

Pemeriksaan sebagaimana disebutkan diatas dilakukan berdasarkan

standar pemeriksaan yang disusun oleh BPK yang disebut dengan SPKN. SPKN

disusun oleh BPK RI melalui peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 yang

kemudian diubah dengan peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2017.


DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggungjawab Keuangan Negara

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Repuplik Indonesia Nomor 01 Tahun 2017

tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

Anda mungkin juga menyukai