Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

(NEGARA DAN PEMERINTAHAN SEBAGAI SASARAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK )

Disusun Oleh :

1. Sri Hairani Putri :160301094


2. Selvi Kartika :160301070
3. Nur Maerusdah Ningsih :160301225
4. Yuni Ramadhani :160301048

Dosen Pengampu : Muhammad Ahyaruddin, SE.,M.Sc.,Ak

Tahun Ajaran
2016/2017
Negara dan Pemerintahan sebagai sasaran Akuntansi
Sektor Publik
I. Pendahuluan

Tuntutan masyarakat agar pengelolaan negara dijalankan dengan transparan dan akuntabel
sejalan dengan keinginan masyarakat internasional. Salah satu kunci pengembangan di dalam
tata kelola sektorpublik selama lebih dari 15 tahun adalah adanya dorongan yang kuat oleh
lembaga-lembaga internasional, seperti Organisatiaon For Economic Coorperation and
Development (OECD), TheInternasional Monetary Fund (IMF), dan World Bank kepada negara-
negara di dunia untuk mengganti sistem akuntansi tradisionalnya dari akuntansi berbasis kas ke
sistem akuntansi berbasis akrual seperti pada sektor swasta. Hasilnya pada tahun 2010, Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)menerbitkan standar akuntansi pemerintahan berbasis
akrual yang ditetapkan melalui PP Nomor 71Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) menggantikan PP nomor 24 Tahun 2005yang menggunakan basis kas
menuju akrual.

Lingkup pengaturan PP Nomor 71 tahun 2010 adalah meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP
BerbasisKas Menuju Akrual. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dapat berlaku selama masa
transisi bagi entitasyang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual. Walaupun entitas
pelaporan untuk sementaramasih diperkenankan menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual, entitas pelaporan diharapkan dapatsegera menerapkan SAP Berbasis Akrual.

1. Pengertian Negara dan Pemerintahan

Negara adalah Sebagai organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi
yang sah dan ditaati oleh rakyat atau kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah
tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai
kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.

Pemerintahan adalah sebagai sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur


kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya atau sekelompok
orang yang secara bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan
kekuasaan.
Sehingga dari definisi tersebut jelas bahwa pemerintah negara Indonesia dibentuk dalam
rangka pencapaiantujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 dan menjalankan berbagai fungsi pemerintah dalam berbagai
bidang.

2. Ruang lingkup keuangan Negara

Ruang Lingkup Keuangan Negara Ruang lingkup keuangan negara dapat Dikelola langsung
oleh pemerintah Komponen keuangan negara yang mencakup seluruh penerimaan dan
pengeluarannya, yaitu anggaran pendapatan dan belanja negara yang tercantum dalam UU
APBN dan barang-barang inventaris kekayaan milik negara.Dipisahkan pengurusannya
Komponen keuangan negara yang pengurusannya dipisahkan dan cara pengelolaannya
berdasarkan hukum publik atau hukum perdata.

3. Asas – Asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara

Adapun asas – asas umum pengelolaan keuangan negara yaitu asas tahunan,asas
universalitas, asas kesatuan, asas spesialitas, akuntabilitas berorientasi pada hasil,
profesionalitas, proporsionalitas, keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara,
pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri berikut penjelasan nya.

Azas tahunan, artinya membatasi masa berlakunya atau periode anggaran untuk suatu tahun
tertentu, mulai dari 1 Januari – 31 Desember.

Asas universalitas, mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh
dalam dokumen anggaran.

Asas spesialitas, mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas
peruntukannya.

Asas kesatuan, menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah disajikan
dalam satu dokumen anggaran.

Akuntabilitas berorientasi pada hasil, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara, khususnya pengelolaan keuangan negara
harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan, khususnya dalam pengelolaan keuangan negara.
Oleh karena itu, sumber daya manusia di bidang keuangan negara harus profesional, baik di
lingkungan Bendahara Umum Negara/Daerah maupun di lingkungan Pengguna
Anggaran/Barang.

Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
Penyelenggara Negara, serta teralokasinya sumber daya yang tersedia secara proporsional
terhadap hasil yang akan dicapai.

Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan keuangan negara dalam
setiap tahapannya, baik dalam perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan anggaran,
pertanggung-jawaban, maupun hasil pemeriksaan, dengan tetap memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri, artinya pemeriksaan
atas tanggung jawab dan pengelolaan keuangan negara/daerah dilakukan oleh badan
pemeriksa yang independen, dalam hal ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

4. Kekuasaan atas Keuangan Negara

Pengelolaan keuangan negara sebagai begian dari kekuasaan pemerintah dipegang oleh
presiden selaku kepeda pemerintahan. Dalam penyelenggaraan pengelolaan keuangan negara,
sebagai kekuasaan presiden tersebut dikuasakan kepada menteri keuangan selaku pengelola
fiskal dan wakil pemerintah dalamkepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Serta kepada
menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran.

5. APBD dan APBN

Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Anggaran berfungsi
untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan
dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan
fungsi anggaran tersebut perlu dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan
pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran sebagai penjabaran aturan
pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

I. APBN
Anggaran negara adalah rencana pengeluaran/belanja dan penerimaan/pembiayaan belanja
suatu negara selama periode tertentu. Pengertian anggaran negara dapat dilihat dalam arti
luas maupun arti sempit, dalam arti luas anggarannegara memilik arti jangka waktu
perencanaan, pelaksanaan, danpertanggungjawaban anggaran (suatu daur anggaran).

Anggaran negara memiliki beberapa fungsi :

1. Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengelola negara selama periode mendatang
2. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan yang telah dipilih
pemerintah karena sebelum anggaran di jalankan harus mendapatkan persetujuan dewan
terlebih dahulu
3. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam
melaksanakan kebijaksanaan yang dipilih nya karena sesudah anggaran di jalankan harus
di pertanggung jawabkan pelaksanaan nya kepada dewan

II. APBD didefenisikan sebagai rencana organisasi keuangan pemerintah daerah, distu
pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi tingginya guna membiayai
kegiatan dan program daerah selama satu tahun anggaran tertentu , dipihak lain
menggambarkan perkiraan dan sumber sumber penerimaan daerah guna menutupi
pengeluaran-pengeluaran daerah.

6. Pertanggung jawaban pengelolaan keuangan negara.

Apbn dan Apbd sebagai interpretasi keuangan negara, yang dalam pelaksaan nya harus
dipertanggung jawabkan. Dalam rangka pertanggung jawaban pelaksaan apbn/apbd ,
setiap entitas pelaporan wajib menyusun dan menyajikan
1. Laporan keuangan : Laporan keuangan sebagaimana dimaksut disusun dan disajikan
sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

2. Laporan kinerja : berisi ringkasan tentang keluaran dari masing masing kegiatan dan
hasil yang dicapai dari masing masing program sebagaimana ditetapkan dalam
dokumen pelaksanaan apbn/apbd.
Penyampaian laporan pertanggung jawaban keuangan yang memenuhi prinsip prinsip
tepat waktu dan disusun dengan mengikuti SAP merupakan upaya konkret untuk
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

Kondisi Faktual Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual


Sistem akuntansi akrual adalah sistem pencatatan yang mencatat pendapatan pada
saatpendapatan tersebut diperoleh (earned )
kas diterima maupun tidak dan beban dicatat pada saat beban tersebut terjadi
(incurred) kas dibayarkan atau tidak. Sementara, akuntansi berbasis akrual berarti
bahwa pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui
dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi
lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar.Dalam sistem basis akrual harus diterapkan
sistem alokasi yang umumnya dilakukan secara subjektif arbitter karena pembebanan
biaya,
pengakuan pendapatan, dan prinsip “matching” nya harus mematuhi prinsip “time
period”. Artinya, jika terdapat biaya yang digunakan untuk
mendapatkan penghasilan pada periode tahun buku yang dilaporkan, maka walaupun
belum dibayar harus diperhitungkan karena memang sudah merupakan hak atas
kewajiban entitas.
Jadi, dalam basis akrual yang menjadi dasar pencatatan transaksi adalah isu “title”
atau hak dan
kewajiban tanpa melihat apakah sudah diterima atau dibayar melalui transaksi kas atau
tidak.

Khusus untuk reformasi akuntansi sektor publik, ada beberapa tantangan yang di
hadapi oleh pemerintah diantaranya adalah
1. Harus tersedia sistem akuntansi dan teknologi yang mampu mengakomodasi
persyaratan persyaratan dalam.
2. Harus ada komitmen dan dukungan politik dari pimpinan dan para pengambil
keputusan dalam pemerintahan .
3. Harus tersedia sumber daya manusia yang kompeten dan profesional dalam
pengelolaan keuangan.
4. Lingkungan atau masyarakat yang juga harus mengapresiasi dan mendukung
keberhasilan penerapan akuntansi pemerintah.
5. Dukungan dari auditor , karena perubahan basis akuntansi akan mengubah cara
pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa.
6. Adanya sistem penganggaran berbasis aktual, karena jika anggaran pendapatan ,
belanja, dan pembiayaan nya, masih berbasis kas sedangkan realisasi nya
berbasis akrual,maka antara anggaran dan realisasi nya tidak dapat di
perbandingkan
7. Adanya resistensi pihak internal terhadap perubahan kearah sistem akuntansi
berbasis akrual, sehingga membutuhkan sosialisasi yang maksimal terkait dengan
sistem tersebut.

KESIMPULAN

Negara dan pemerintah pusat sebagai sasaran akuntansi sektor publik merupakankonsekuensi
dari pembentukan pemerintahan negara Indonesia.Pengaturan secara jelaskekuasaan atas
pengelolaan keuangan negara merupakan prinsip pokok dalam pengelolaankeuangan negara
yang transaparan dan akuntabel.Penerapan prinsip ini diyakini berpengaruhbesar bagi upaya
pencapaian tujuan bernegara mengingat manifestasi pengelolaan keuangannegara dalam
penyelenggaraan fungsi pemerintahan adalah disusun dan dilaksanakannyaAPBN dan APBD
setiap tahun.Semakin meningkatnya tuntutan publik untuk akuntabel dan transparan dalam
pengelolaankeuangan negara telah mendorong ke arah wacana untuk menerapkan sistem
akuntansipemerintahan berbasis akrual.Sistem akuntansi berbasis kas telah terbukti
memilikikelemahan. Kelemahan yang mendasar dari sistem akuntansi kas adalah laporan
keuanganyang dihasilkan tidak informatif, tidak terintegrasi, dan tidak komprehensif.sehingga
jika tetapmenggunakan sistem akuntansi kas akan menghambat semangat reformasi
untukmenciptakan pemerintahan yang good governance. Namun demikian, bukan
berartipenerapan akuntansi akrual pada akuntansi pemerintahan,yang lebih banyak
menggunakanakuntansi anggaran,tidak menuai kritik dan perdebatan. Kritik dan perdebatan
tersebut telahmemberikan keraguan untuk menerapkan akuntansi akrual secara penuh pada
organisasipemerintahan.Harus diakui, kehadiran PSAP masih memiliki kelemahan pada
beberapa hal, terutama terkaitdengan basis akuntansi yang digunakan tidak konsisten dan
bahkan melanggar undang-undang.Penggunaan basis akuntansi akrual pada PP Nomor 71
Tahun 2010 dianggap tidakpenuh dan mengarah pada penggunaan basis akuntansi akrual
modifikasian. Tidakdicantumkannya laporan surplus defisit (laporan kinerja) dalam komponen
laporan keuanganpemerintah menurut PP Nomor 24 Tahun 2005, menimbulkan tanda tanya
besar, apakahpemerintah serius dalam upayanya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik,transparan dan akuntabel. Sekalipun masih banyak kelemahan,namun kehadiran
standarakuntani pemerintahan tetap perlu mendapat apresiasi positif. Kehadiaran standar ini
menjadilangkah awal bagi perbaikan sistem akuntansi pemerintahan yang selama ini dijalankan
tanpastandar yang baku.
REFERENSI

Halim, Abdul dan M. Syam Kusufi .2012. Akuntansi Sektor Publik : Dari Anggaran Hingga Keuangani
Penerintah Hingga Tempat Ibadah, edisi ke-2 Jakarta: Salemba Empat

https://www.coursehero.com/file/p33cnac/BAB-IV-NEGARA-DAN-PEMERINTAH-
SEBAGAI-SASARAN-AKUNTANSI-SEKTOR-PUBLIK-Pengertian/

https://andichairilfurqan.wordpress.com/2012/05/25/asas-asas-umum-pengelolaan-
keuangan-negara/

"https:// www.scribd.com/doc/33 0065929"

Anda mungkin juga menyukai