Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN DAN ANGGARAN PEMERINTAH

Resume ini disusun untuk menyelesaikan tugas Akuntansi Sektor Publik

Created by: Henny Susylawaty (1101002033) Niluh Putu Ayu P.W.P. (1101002005)

Accounting Major Economy and Social Science Faculty Bakrie University Jakarta 2013

UU No. 17 Tahun 2003 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 mendefinisi keuangan negara sebagai berikut: Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan definisi keuangan negara tersebut adalah dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. 1. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. 2. Dari sisi subyek yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. 3. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. 4. Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. Bidang pengelolaan keuangan negara yang luas tersebut dapat dikelompokkan ke dalam subbidang pengelolaan fiscal; sub-bidang pengelolaan moneter; dan sub-bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Lebih lanjut, lingkup keuangan negara meliputi (Pasal 2): 1. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman 2. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga 3. penerimaan negara 4. pengeluaran negara 5. penerimaan daerah 6. pengeluaran daerah 7. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah 8. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum

9. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah Kekayaan pihak lain yang dimaksud di sini meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.

Untuk mendukung terwujudnya tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan negara, pemerintah Indonesia perlu mengelola dan menyelenggarakan keuangan negara secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Aturan pokok Keuangan Negara telah dijabarkan ke dalam asas-asas umum, yang meliputi baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas-asas baru sebagai pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik (best practices) dalam pengelolaan keuangan negara. Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara beserta penjelasannya : 1. Asas Tahunan, memberikan persyaratan bahwa anggaran negara dibuat secara tahunan yang harus mendapat persetujuan dari badan legislatif (DPR). 2. Asas Universalitas (kelengkapan), memberikan batasan bahwa tidak diperkenankan terjadinya percampuran antara penerimaan negara dengan pengeluaran negara Asas Kesatuan, mempertahankan hak budget dari dewan secara lengkap, berarti semua pengeluaran harus tercantum dalam anggaran. Oleh karena itu, anggaran merupakan anggaran bruto, dimana yang dibukukan dalam anggaran adalah jumlah brutonya 3. Asas Spesialitas, mensyaratkan bahwa jenis pengeluaran dimuat dalam mata anggaran tertentu/tersendiri dan diselenggarakan secara konsisten baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kuantitatif artinya jumlah yang telah ditetapkan dalam mata anggaran tertentu merupakan batas tertinggi dan tidak boleh dilampaui. Secara kualitatif berarti penggunaan anggaran hanya dibenarkan untuk mata anggaran yang telah ditentukan 4. Asas Akuntabilitas berorientasi pada hasil, mengandung makna bahwa setiap pengguna anggaran wajib menjawab dan menerangkan kinerja organisasi atas keberhasilan atau kegagalan suatu program yang menjadi tanggung jawabnya 5. Asas Profesionalitas, mengharuskan pengelolaan keuangan negara ditangani oleh tenaga yang profesional 6. Asas Proporsionalitas, pengalokasian anggaran dilaksanakan secara proporsional pada fungsi-fungsi kementerian/lembaga sesuai dengan tingkat prioritas dan tujuan yang ingin dicapai 7. Asas Keterbukaan, dalam pengelolaan keuangan negara, mewajibkan adanya keterbukaan dalam pembahasan, penetapan, dan perhitungan anggaran serta atas hasil pengawasan oleh lembaga audit yang independen. 8. Asas Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri, memberi kewenangan lebih besar pada Badan Pemeriksa Keuangan untuk melaksanakan
3

pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara secara objektif dan independen Asas-asas umum tersebut diperlukan pula guna menjamin terselenggaranya prinsipprinsip pemerintahan daerah. Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di dalam undangundang tentang Keuangan Negara, pelaksanaan undang-undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bagi organisasi sektor publik seperti pemerintah, selain sebuah rencana tahunan, anggaran juga merupakan bentuk akuntabilitas atas pengelolaan dana publik yang dibebankan kepadanya. Anggaran dapat dikatakan sebagai sebuah rencana finansial yang menyatakan : 1. Rencana-rencana organisasi untuk melayani masyarakat atau aktivitas lain yang dapat mengembangkan kapasitas organisasi dalam pelayanan 2. Estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam merealisasikan rencana tersebut 3. Perkiraan sumber-sumber yang akan menghasilkan pemasukan serta seberapa besar pemasukan tersebut Dalam ruang lingkup akuntansi, anggaran berada dalam ruang lingkup manajemen. Beberapa fungsi anggaran dalam manajemen organisasi sektor publik adalah : 1. Anggaran sebagai alat perencanaan Dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan kea rah mana kebijakan akan dibuat 2. Anggaran sebagai alat pengendalian Dengan adanya anggaran, organisasi sektor publik dapat menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar (overspending) atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya (mispending) 3. Anggaran sebagai alat kebijakan Melalui anggaran organisasi sektor public dapat menentukan arah atas kebijakan tertentu. Contoh : apa yang dilakukan pemerintah dalam hal kebijakan fiskal ; apakah memberlakukan kebijakan fiskal ketat atau longgar dengan mengetahui besarnya pengeluaran yang direncanakan 4. Anggaran sebagai alat politik Dalam organisasi sektor publik, komitmen pengelola dalam melaksanakan programprogram yang telah dijanjiakan dapat dilihat melalui anggaran 5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi

Melalui dokumen anggaran yang komprehensif, sebuah bagian, unit kerja, atau departemen yang merupakan suborganisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan juga apa yang akan dilakukan oleh bagian lini/unit kerja lainnya. 6. Anggaran sebagai alat penilaian kerja Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu bagian/unit kerja telah memenuhi target, baik berupa terlaksananya aktivitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya 7. Anggaran sebagai alat motivasi Anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan menjadikan nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai target pencapaian. Anggaran pemerintah mengikuti siklus seperti berikut : Tampilan 2.1 Siklus penyusunan anggaran
Penyusunan rencana anggaran

Pelaporan dan audit

Persetujuan legislatif

Pelaksanaan anggaran

1. Penyusunan rencana anggaran Tahap penyusunan anggaran (preparation) adalah tahapan pertama dari proses penganggaran. Pada tahapan ini, biasanya rencana anggaran disusun oleh pihak eksekutif yang nantinya akan melaksanakan anggaran tersebut. Anggaran yang disusun dalam tahapan ini dimaksudkan untuk dilaksanakan pada periode anggaran berikutnya. Sebelum anggaran disusun, perlu diidentifikasi dan dikumpulka terlebih dulu gambaran umum kebijakan dan informasi penting lainnya di dalam pemerintahan. Oleh sebab itu, tahapan ini diperinci menjadi dua bagian, yaitu : a. Langkah awal (preliminary steps), yaitu langkah-langkah pendahuluan, kepada pemerintahan memberikan batasan atau kebijakan umum yang akan ditempuh pada periode anggaran berikutnya

b. Penyusunan rencana anggaran (preparing the budget) oleh unit-unit kerja yang ada. Anggaran yang disusun dibagi meliputi estimasi pendapatan dan estimasi belanja 2. Persetujuan legislatif Anggaran ini diajukan ke lembaga legislative untuk mendapatkan persetujuan. Dalam hal ini lembaga legislatif (terutama komite anggaran) akan mengadakan pembahasan guna memperoleh pertimbangan-pertimbangan untuk menyetujui atau menolak anggaran tersebut. Selain itu, akan diadakan juga dengar pendapat (public hearing) sebelum nantinya lembaga legislatif menyetujui atau menolaknya 3. Pelaksanaaan anggaran Pada tahapan ini, anggaran yang telah disetujui pada tahapan sebelumnya mulai dilaksanakan oleh pihak eksekutif organisasi atau pelaksana anggaran lainnya. Berhubung anggaran yang disetujui pada umumnya berlaku untuk satu tahun anggaran, maka untuk memperjelas dan mempermudah pelaksanaannya perlu dilakukan langkah pengalokasian yang dikenal sebagai allotments dan apportionment 4. Pelaporan dan audit Pada tahap ini realisasi anggaran akan dilaporkan dan diperbandingkan secara periodik dengan anggaran yang telah disetujui sebelumnya. Apabila ada perbedaan antara anggaran dan realisasinya, maka harus dijelaskan penyebabnya. Laporan tersebut kemudian di audit untuk memastikan bahwa laporan telah dibuat secara benar. Laporan anggaran dan hasil audit atas laporan tersebut merupakan bahan informasi dalam penyusunan anggaran untuk periode anggaran berikutnya

B. PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN PEMERINTAH Ada beberapa pendekatan dalam pembuatan anggaran, antara lain : 1. Pendekatan tradisional Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini : a. Cara penyusunan yang berdasarkan pos-pos belanja Anggaran tradisional menampilkan anggaran dalam perspektif sifat dasar (nature) dari sebuah pengeluaran atau belanja b. Penggunaan konsep inkrementalisme, yaitu jumlah anggaran tahun tertentu dihitung berdasarkan jumlah tahun sebelumnya dengan tingkat kenaikan tertentu 2. Pendekatan kinerja Pendekatan kinerja disususn untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan public.
6

3. Pendekatan sistem perencanaan dan penganggaran terpadu Pendekatan sistem perencanaan dan penganggaran terpadu (planning, programming, and budgeting system-PBBS) dikembangkan untuk mengatasi kelemahan pada sistem penganggaran tradisional dan penganggaran kinerja. Penganggaran tradisional dirasakan menitikberatkan pada kontrol belanja namun terlalu sedikit perhatian pada kinerja,. Penganggaran kinerja yang diharapkanmampu mengatasi bberbagai kelemahan dari penganggaran tradisional ternyata juga memiliki kelemahan tersendiri. Penganggaran kinerja berhasil melakukan pengukuran kinerja yang efektif pada aspek-aspek kualitatif secara efektif, namun masih terisolasi pada program atau kegiatan tahunan pemerintah yang dibuat pada saat itu. Karakteristik yang membedakan PPBS antara lain : a. Dimulai dengan mendefinisikan kembali rumusan perencanaan strategis yang dimiliki pemerintah (visi dan misi) untuk diderivasikan dalam program dan kegiatan yang bersifat tahunan b. Metode perumusan program dan kegiatan yang dibuat berdasarkan perencanaan strategis memungkinkan unit pemerintahan melakukan estimasi atas biaya-biaya di tahun-tahun mendatang, dikarenakan adanya kesinambungan program dan kegiatan tersebut 4. Pendekatan Anggaran Berbasis Nol Pendekatan pembuatan anggaran ini adalah bahwa setiap aktivitas atau program yang telah diadakan di tahun-tahun sebelumnya tidak secara otomatis dapat dilanjutkan. Setiap aktivitas harus dievaluasi setiap tahun untuk menentukan apakah aktivitas itu akan diadakan tahun ini dengan melihat kontribusi yang diberikannya kepada tujuan organisasi.

Proses dari anggaran berbasis nol (zero based budgeting-ZBB) : a. Membagi tiap-tiap program dan kegiatan dalam unit-unit keputusan (decision package). unit-unit keputusan ini adalah program, aktivitas, atau unit organisasi di tingkat yang rendah. b. Dasar untuk pembagian adalah aktivitas secara spesifik, jasa spesifik yang diberikan, subunit organisasi, atau aktivitas alternative yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari program. c. Memilih cara terbaik untuk menyediakan jasa dengan berdasarkan analisis biaya manfaat atau analisis lain (atau menggunakan pertimbangan politis). d. Menentukan pilihan atas beberapa unit organisasi sehingga didapat keputusan tentang berapa banyak jasa yang akan disediakan (sama dengan tahun lalu, ditambah atau dikurangi).

C. STRUKTUR ANGGARAN PEMERINTAH Anggaran pemerintah dapat disusun 2 pilihan struktur/klasifikasi : Klasifikasi Ekonomis dibuat berdasar jenis-jenis belanja yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka pelayanan public. Meliputi: 1. Kompensasi untuk pegawai 2. Belanja barang dan jasa 3. Penggunaan asset tetap 4. Bunga 5. Subsidi 6. Hibah 7. Tunjangan Sosial 8. Belanja Lain-lain Klasifikasi Fungsional menyediakan informasi berdasarkan tujuan/fungsi yang dijalankan oleh pemerintah (ex: pendidikan atau lingkungan hidup). Meliputi: 1. Pelayanan umum 2. Pertahanan 3. Ketertiban umum 4. Ekonomi 5. Lingkungan hidup 6. Perumahan dan fasilitas masyarakat 7. Kesehatan 8. Pariwisata, budaya, dan agama 9. Pendidikan 10. Jaminan Sosial

D. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) Istilah APBN, mengacu pada anggaran pendapatan dan belanja pemerintah pusat, tidak termasuk anggaran pendapatan dan belanja pemerintah daerah (APBD) dan BUMN. Penyusunan anggaran negara melibatkan banyak pihak, termasuk semua departemen dan lembaga, serta DPR. Peran DPR dalam proses penyusunan APBN telah menjadikan proses penyusunan APBN menjadi lebih demokratis, transparan, objektif, dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. 1) Ruang Lingkup APBN APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran (on budget) yang ditampung dalam satu rekening yang disebut Bendaharawan Umum Negara (Rekening BUN) di bank sentral, yaitu Bank Indonesia (BI). 2) Format APBN Perkiraan-perkiraan APBN terdiri atas penerimaan, pengeluaran, transfer, surplus/deficit, dan pembiayaan. Sejak Tahun 1969/197 s/d 1999/2000, APBN menggunakan format T-account, namun mulai Tahun Anggaran 2000, format APBN diubah menjadi akun I-account. Tujuan perubahan format ini: a. Meningkatkan transparasi dalam penyusunan APBN. b. Mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian pelaksanaan dan pengelolaan APBN. c. Mempermudah analisis komparasi (perbandingan) dengan anggaran negara lain.

d. Mempermudah perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan yang didistribusikan oleh pemerintah pusat ke pemda mengikuti pelaksanaan UU tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah. Adapun perbedaan utama antara T-account dengan I-account : T-account Sisi penerimaan dan sisi pengeluaran dipisahkan di kolom yang berbeda Mengikuti anggaran yang berimbang dan dinamis. Format seimbang dan dinamis diadopsi. seimbang berarti sisi penerimaan dan pengeluaran mempunyai nilai jumlah yang sama. Jika jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan,kekurangannya ditutupi dari pembiayaan yang berasal dari sumber-sumber DN atau LN. Pengeluaran APBN tidak menunjukan dengan jelas komposisi anggaran yang dikelola pemerintah pusat dan pemda merupakan akibat dari sistem anggaran terpusat. Pinjaman LN dianggap sebagai penerimaan pembangunan dan pembayaran cicilan utang LN dianggap sebagai pengeluaran rutin. I-account a. Sisi penerimaan dan sisi pengeluaran tidak dipisahkan (dalam satu kolom) b. Menerapkan anggaran deficit/surplus. Anggaran yang berimbang dan dinamis diganti engan anggaran surplus/deficit overall balance. Sumber-sumber pembiayaan untuk menutup deficit mungkin berasal dari pembiayaan DN dan LN.

a. b.

c.

c. Pengeluaran APBN dengan jelas menunjukan komposisi jumlah anggaran yang dikelola oleh pemda.

d.

d. Pinjaman LN dan pembiayaan cicilannya dikelompokkan sebagai pembiayaan anggaran

Dalam struktur APBN, dikenal 2 istilah : 1. Keseimbangan Primer (primary balance) total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga. 2. Keseimbangan Umum (overall balance) total penerimaan dikurangi belanja termasuk pembayaran bunga.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Dibawah ini adalah fungsi APBD:

1. Fungsi otorisasi yaitu APBD merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan 2. Fungsi perencanaan yaitu APBD merupakan pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan 3. Fungsi pengawasan yaitu APBD merupakan pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan 4. Fungsi alokasi yaitu APBD harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian 5. Fungsi distribusi yaitu APBD merupakan kebijakan anggaran daerah yang harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan 6. Fungsi stabilisasi yaitu APBD merupakan anggaran pemerintahan daerah yang menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah

Struktur APBD Pendapatan Belanja Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Pembiayaan Penerimaan dan Pengeluaran

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan. Pendapatan Asli Daerah berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Dana perimbangan berasal dari dana bagi hasil, DAU, dan DAK. A) Pendapatan Asli Daerah yang berupa Pajak Daerah; Retribusi Daerah; Hasil

Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; dan Lain-lain PAD yang sah. B) Dana Perimbangan yang berupa Dana Bagi Hasil; Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi Khusus.
10

C) Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah yang berupa Hibah; Dana Darurat; dan Lainlain Pendapatan.

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akandiperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, dan rincian obyek belanja. Belanja daerah dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota, terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah sesuai ketentuan perundang-undangan. Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Proses penyusunan APBD 1. Kebijakan Umum APBD Kebijakan umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya. 2. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD. Berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS. Rancangan PPAS disusun dengan tahapan sebagai berikut : o Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan
11

o Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan; dan o Menyusun plafon anggaran untuk masing-masing urusan 3. RKA SKPD RKA-SKPD merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan SKPD serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. Disusun dengan menggunakan pendekatan perkiraan maju (MTEF), penganggaran terpadu dan penganggaran prestasi kerja. RKA-SKPD disusun berdasarkan prestasi kerja yang kegiatannya diuraikan dengan indikator kinerja, capaian atau target kinerja. Berdasarkan nota kesepakatan KUA dan PPAS, TAPD Menyiapkan rancangan SE KDh tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD. 4. Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah APBD Proses selanjutnya adalah pengompilasian seluruh RKA yang telah dievaluasi TAPD menjadi dokumen kompilasi RKA. Proses ini dilakukan oleh PPKD. Berdasarkan dokumen tersebut, PPKD kemudian membuat lampiranlampiran Raperda APBD yang terdiri atas: Ringkasan APBD Ringkasan APBD (menurut urusan pemerintahan dan organisasi) Rincian APBD Rekap belanja

5. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah APBD Kepala daerah menyampaikan Re\aperda tentang APBD kepada gubernur untuk di evaluasi. Penyampaian paling lambat 3 hari kerja setelah Raper KDH disusun.

12

Anda mungkin juga menyukai