Anda di halaman 1dari 13

Nama: Nia Adelia

NIM: 6661220138
Kelas: 3A

SOAL UAS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Dosen: Deden Muhammad Haris, M.Si
Waktu : 90 menit
Open Book

TEORI
1. Jelaskan pengertian dan ruang lingkup keuangan negara dan keuangan
daerah!
2. Jelaskan landasan hukum pengelolaan keuangan negara dan keuangan
daerah!
3. Jelaskan hubungan keuangan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah!
4. Jelaskan prinsip-prinsip investasi public dan factor apa saja yang harus
dipertimbangkan dalam melakukan analisis investasi public
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan social opportunity cost, cost -benefit
analysis dan cost effectiveness analysis
6. Jelaskan Langkah-langkah dalam melakukan cost -benefit analysis dan cost
effectiveness analysis
7. Diskusikan biaya apa saja yang relevan dipertimbangkan untuk penentuan
harga pelayanan publik.
8. Perusahaan milik pemerintah disatu sisi dituntut untuk lebih efisien dan
professional. Di sisi lain, terdapat tekanan dari masyarakat agar pemerintah
mampu memberikan pelayanan publik yang murah dan berkualitas. Terhadap
fenomena tersebut, Jelaskan strategi dalam menentukan harga produk
pelayanan tertentu agar memenuhi prinsip efisiensi dan keadilan
9. Buatlah suatu Analisis key success factor pada organisasi pemerintah daerah,
setelah itu tentukan key performance indicator-nya
10. Ditinjau dari status kepegawaiannya, terdapat perbedaan antara auditor
internal dan auditor eksternal. Jelaskan perbedaan dari kedua statement
tersebut?
KASUS
11. Keuangan negara harus dikelola secara ekonomis, efisien, efektif, adil,
transparan dan akuntabel dan bermoral agar tidak terjadi penyelewengan dan
korupsi yang merugikan negara dan Masyarakat. Selain itu juga diperlukan
dukungan regulasi yang memadai, infrastruktur termasuk teknologi informasi.
Pengawasan pengelolaan keuangan negara juga mutlak diperlukan. Namun
seringkali yang terjadi pengelolaan keuangan negara/ daerah belum
dilakukan secara baik untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Penggunaan
APBN dan APBD yang boros dan tidak proporsional serta tidak jelas
kemanfaatannya masih menjadi permasalahan utama selain masalah korupsi.
Berdasarkan hal tersebut: a) identifikasi berbagai kebijakan atau program dan
kegiatan yang merugikan keuangan negara kemudian berikan saran anda,
kebijakan apa yang diperlukan terkait dengan upaya optimalisasi pengelolaan
keuangan negara, b) berikan analisis anda tentang tantangan pengelolaan
keuangan negara di masa depan dan berikan solusinya
JAWABAN
1. Keuangan negara merujuk pada segala aspek yang terkait dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya keuangan oleh pemerintah pusat
atau negara. Keuangan Negara mencakup hak dan tanggung jawab yang
dapat dinilai secara finansial, di mana segala sesuatu, baik berupa aset
finansial maupun barang, dapat dianggap sebagai kepemilikan negara.
Sebagai sumber pembiayaan untuk mencapai berbagai tujuan negara,
keuangan negara tidak dapat dipisahkan dari cakupan yang dimilikinya.

Ruang lingkup keuangan negara melibatkan:


a. Pendapatan Negara: Sumber-sumber pendapatan termasuk pajak,
penerimaan dari sektor perusahaan milik negara, pendapatan dari sumber
daya alam, dan dana-dana lain yang diperoleh oleh pemerintah.
b. Pengeluaran Negara: Dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
membiayai program-program seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur,
pertahanan, dan layanan publik lainnya.
c. Manajemen Utang Negara: Pengelolaan utang negara, termasuk
penerbitan obligasi dan manajemen risiko keuangan terkait.
d. Perencanaan Anggaran: Proses perencanaan dan alokasi dana untuk
berbagai keperluan sesuai dengan prioritas pemerintah.
e. Kebijakan Moneter dan Fiskal: Koordinasi kebijakan moneter (oleh bank
sentral) dan fiskal (oleh pemerintah) untuk mencapai stabilitas ekonomi.

Keuangan daerah mencakup berbagai bentuk kekayaan, baik berupa uang


maupun aset lainnya, yang digunakan untuk mendukung penyelenggaraan
pemerintahan di tingkat daerah. Dalam Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun
2006, dijelaskan bahwa "keuangan daerah" merujuk pada hak dan kewajiban
yang dimiliki oleh suatu daerah untuk melaksanakan pemerintahannya
sendiri, yang dapat dinilai secara moneter. Termasuk di dalamnya adalah
segala bentuk kekayaan yang terkait erat dengan hak dan kewajiban daerah.

Berikut adalah beberapa aspek yang termasuk dalam ruang lingkup dalam
pengelolaan keuangan daerah:
a. Pajak Lokal: Pendapatan yang diterima oleh pemerintah daerah melalui
pemungutan pajak yang berlaku di wilayahnya.
b. Retribusi: Pendapatan dari layanan atau fasilitas yang disediakan oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat, yang dikenakan sebagai imbalan
atas penggunaan atau pemanfaatan layanan tersebut.
c. Pengeluaran dan Pendapatan Daerah: Proses perencanaan,
penganggaran, dan pelaksanaan pengeluaran serta penerimaan
keuangan di tingkat daerah, yang mencakup berbagai program dan
kegiatan pemerintah.
d. Aset Pihak Lain pada Otoritas Pemerintah Daerah: Keterlibatan pihak lain
yang memiliki aset atau sumber daya tertentu untuk mendukung tanggung
jawab dan pertanggungjawaban pemerintah daerah.
e. Aset Daerah: Termasuk uang, piutang, surat berharga, komoditas, dan hak
lainnya yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
f. Komitmen Daerah: Kesepakatan atau kewajiban yang diambil oleh
pemerintah daerah untuk menjalankan kegiatan pemerintah dan
membayar utang kepada pihak ketiga.

2. Pengelolaan keuangan negara di Indonesia didasari oleh Undang-Undang


Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengatur tentang pengelolaan
keuangan negara, termasuk penyusunan kebijakan fiskal dan kerangka
ekonomi makro, penyusunan rancangan APBN dan rancangan Perubahan
APBN, pelaksanaan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan
dengan undang-undang, melaksanakan fungsi bendahara umum negara,
menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN, dan melaksanakan tugas-tugas lain di bidang
pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang.

Dasar hukum pengelolaan keuangan daerah terletak pada Peraturan


Pemerintah (PP) Nomor 12 Tahun 2019. PP ini mengatur berbagai aspek
dalam lingkup keuangan daerah, meliputi pajak dan retribusi daerah,
kewajiban daerah, penerimaan dan pengeluaran daerah, serta pengelolaan
kekayaan daerah baik yang dikelola sendiri maupun oleh pihak lain yang
dikuasai oleh pemerintah daerah. Selain itu, PP ini membahas tata kelola
pengelolaan keuangan daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), penyusunan Rancangan APBD, penetapan APBD, pelaksanaan dan
penatausahaan APBD, laporan realisasi, akuntansi dan pelaporan keuangan
pemerintah daerah, penyusunan rancangan pertanggungjawaban APBD,
kekayaan daerah dan utang daerah, Badan Layanan Umum Daerah,
penyelesaian kerugian keuangan daerah, informasi keuangan daerah, hingga
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah. PP Nomor 12
Tahun 2019, dengan cakupan yang luas ini, menjadi landasan hukum yang
komprehensif untuk pengelolaan keuangan daerah di Indonesia.

3. Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah


terkait dengan transfer dana dan sumber pendapatan. Pemerintah pusat
biasanya memiliki sumber pendapatan yang lebih besar, seperti pajak-pajak
nasional, sedangkan pemerintah daerah mendapatkan sebagian dari
pendapatan tersebut melalui transfer dana. Selain itu, pemerintah daerah juga
dapat memiliki sumber pendapatan sendiri, seperti pajak daerah dan retribusi.
Hubungan keuangan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah pusat juga memberikan dana bagi
hasil kepada pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.

Pemerintah pusat juga bertanggung jawab untuk memastikan keberlanjutan


keuangan pemerintah daerah, sehingga terdapat mekanisme pengawasan
dan pembinaan terhadap keuangan daerah. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa pemerintah daerah dapat menjalankan otonomi dan tugas
pembantuan secara bertanggung jawab serta sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Dengan demikian, hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan


pemerintah daerah sangat penting dalam memastikan pemerataan
pembangunan dan pelayanan publik di seluruh wilayah Indonesia.
4. Investasi publik merupakan keputusan strategis dalam mendukung
pelaksanaan program, kegiatan, dan fungsi yang menjadi prioritas kebijakan.
Prinsip-prinsip investasi publik mencakup beberapa aspek penting:
a. Otorisasi oleh Legislatif: Sebelum dilaksanakan, investasi publik harus
mendapatkan otorisasi dari lembaga legislatif.
b. Periodik Anggaran: Investasi publik melibatkan proses anggaran yang
bersifat periodik, baik itu tahunan maupun multi tahun.
c. Nilai yang Tertinggi Dimasukkan dalam Biaya atau Manfaat Awal: Dalam
pengambilan keputusan investasi, nilai tertinggi dimasukkan dalam biaya
atau manfaat yang terjadi lebih awal.

Dalam melakukan analisis investasi publik, beberapa faktor yang harus


dipertimbangkan melibatkan berbagai aspek:
a. Aspek Teknis: Melibatkan kualitas dan keterlibatan proyek investasi.
b. Aspek Sosial-Budaya: Menilai dampak investasi terhadap masyarakat dan
budaya lokal.
c. Aspek Finansial: Menilai pengaruh investasi terhadap keuangan
pemerintah dan anggaran rutin.
d. Aspek Ekonomi: Mengkaji keselaratan dan pengaruh investasi terhadap
pemerekonomian.
e. Aspek Distribusi: Mempertimbangkan distribusi manfaat atau keuntungan
yang dihasilkan dari investasi.

5. Social Opportunity Cost


Social Opportunity Cost (SOC) adalah nilai dari alternatif terbaik yang
terlewatkan. Dalam konteks analisis biaya-manfaat (CBA), SOC digunakan
untuk memperhitungkan biaya kesempatan modal. Pendekatan SOC
menggunakan tingkat diskonto sosial untuk mengonversi nilai manfaat dan
biaya masa depan ke dalam nilai sekarang. Pendekatan ini penting dalam
CBA karena memastikan bahwa manfaat dan biaya dievaluasi dalam
kerangka yang konsisten, memperhitungkan nilai waktu uang dan biaya
kesempatan modal.

Cost-Benefit Analysis (CBA)


Cost-Benefit Analysis (CBA) adalah proses sistematis yang digunakan untuk
mengukur manfaat dari suatu keputusan atau proyek dikurangi dengan biaya
yang terkait dengan pengambilan tindakan tersebut. Dalam konteks kebijakan
publik, CBA sering digunakan untuk mengevaluasi apakah manfaat sosial dari
suatu proyek, program, atau kebijakan melebihi biaya sosialnya. Jika manfaat
sosial melebihi biaya sosial, maka kebijakan, program, atau proyek tersebut
dianggap meningkatkan kesejahteraan sosial secara keseluruhan. CBA
mempertimbangkan semua biaya dan manfaat yang relevan, terlepas dari
siapa yang menanggung dampak tersebut, dan mengikuti proses keputusan
yang terstruktur untuk menentukan efisiensi alokasi sumber daya.

Cost-Effectiveness Analysis
Cost-Effectiveness Analysis adalah metode yang digunakan untuk
membandingkan biaya relatif dan hasil dari berbagai tindakan. Sering
digunakan dalam sektor kesehatan untuk menilai biaya per unit hasil
kesehatan, seperti biaya per nyawa yang diselamatkan atau biaya per tahun
hidup berkualitas (QALY). Berbeda dengan CBA yang mempertimbangkan
semua biaya dan manfaat dalam nilai uang, analisis cost-effectiveness fokus
pada membandingkan biaya dan hasil kesehatan dalam suatu intervensi
kesehatan tertentu, memungkinkan pengambil keputusan untuk
memprioritaskan dan mengalokasikan sumber daya secara efisien dalam
anggaran yang terbatas.

6. Langkah-langkah dalam melakukan Cost-Benefit Analysis:


 Identifikasi tujuan dan alternatif kebijakan: Tentukan tujuan dari kebijakan
yang akan dievaluasi dan identifikasi alternatif kebijakan yang mungkin.
 Identifikasi biaya dan manfaat: Identifikasi semua biaya dan manfaat yang
terkait dengan setiap alternatif kebijakan.
 Mengukur biaya dan manfaat: Hitung biaya dan manfaat yang terkait
dengan setiap alternatif kebijakan.
 Menghitung nilai bersih: Kurangkan total biaya dari total manfaat untuk
setiap alternatif kebijakan.
 Evaluasi hasil: Evaluasi hasil dan pilih alternatif kebijakan yang
memberikan nilai bersih tertinggi.

Langkah-langkah dalam melakukan Cost-Effectiveness Analysis:


 Identifikasi tujuan dan alternatif kebijakan: Tentukan tujuan dari kebijakan
yang akan dievaluasi dan identifikasi alternatif kebijakan yang mungkin.
 Identifikasi biaya dan hasil: Identifikasi semua biaya dan hasil yang terkait
dengan setiap alternatif kebijakan.
 Mengukur biaya dan hasil: Hitung biaya dan hasil yang terkait dengan
setiap alternatif kebijakan.
 Menghitung rasio biaya-efektivitas: Bagi biaya dengan hasil untuk setiap
alternatif kebijakan.
 Evaluasi hasil: Evaluasi hasil dan pilih alternatif kebijakan dengan rasio
biaya-efektivitas tertinggi.

7. Dalam menentukan harga pelayanan publik, beberapa biaya yang relevan


yang perlu dipertimbangkan melibatkan faktor-faktor berikut:
a. Opportunity Cost untuk Staf, Pelengkapan, dan Lainnya: Melibatkan
perhitungan biaya sementara dari alternatif terbaik yang harus
diperkirakan untuk menyediakan pelayanan publik.
b. Opportunity Cost of Capital: Melibatkan perhitungan biaya sementara
dari alternatif terbaik yang harus diperkirakan untuk menyediakan
pelayanan publik, dengan mempertimbangkan nilai sementara modal yang
mungkin dihasilkan jika modal tersebut digunakan untuk investasi lain.
c. Accounting Price: Melibatkan perhitungan biaya sementara dari alternatif
terbaik yang harus diperkirakan untuk menyediakan pelayanan publik,
dengan mempertimbangkan harga pasar yang mungkin tidak
mencerminkan nilai sosial dari pelayanan tersebut.
d. Pooling: Melibatkan perhitungan biaya yang berbeda antara setiap
individu yang menggunakan pelayanan publik, terutama untuk mengurangi
biaya administrasi dan distribusi.
e. Cadangan Inflasi: Melibatkan perhitungan biaya inflasi yang mungkin
terjadi seiring waktu, sehingga menyesuaikan harga pelayanan publik
sesuai dengan perubahan harga di pasar.

Dalam menentukan harga pelayanan publik, pemerintah harus


mempertimbangkan semua biaya ini dan menggunakan metode yang sesuai,
seperti Full Cost Recovery atau Marginal Cost Pricing. Metode ini membantu
mencerminkan biaya sementara dari alternatif terbaik dan menyesuaikan
harga pelayanan publik sesuai dengan kondisi pasar dan kebutuhan
masyarakat. Pendekatan ini memastikan bahwa harga mencakup semua
biaya yang relevan untuk memberikan pelayanan publik dengan efisien.

8. Dalam menentukan harga produk pelayanan tertentu agar memenuhi prinsip


efisiensi dan keadilan, beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Two-part tariffs: Strategi ini melibatkan penerapan biaya tetap untuk
menutupi biaya overhead atau infrastruktur, serta biaya variabel yang
tergantung pada penggunaan pelayanan publik. Strategi ini sesuai untuk
pelayanan publik yang memerlukan biaya overhead tinggi, contohnya
pada sektor listrik.
b. Peak-load tariffs: Strategi ini menerapkan biaya yang lebih tinggi pada
saat permintaan pelayanan publik sedang tinggi, seperti pada jam sibuk.
Cocok untuk pelayanan publik yang mengalami fluktuasi permintaan,
seperti transportasi umum.
c. Diskriminasi harga: Strategi ini menerapkan harga yang berbeda pada
kelompok pengguna pelayanan publik yang berbeda, tergantung pada
kemampuan membayar dan tingkat kebutuhan. Strategi ini dapat
mempertimbangkan aspek keadilan melalui subsidi silang.
d. Full cost recovery: Strategi ini menerapkan harga pelayanan publik
berdasarkan biaya penuh atau biaya total yang diperlukan untuk
menyediakan pelayanan tersebut. Strategi ini sesuai untuk pelayanan
publik dengan biaya overhead tinggi, seperti jalan tol.

9. Keberhasilan sebuah organisasi pemerintah daerah sangat ditentukan oleh


beberapa faktor kunci (key success factor) yang menjadi penopang utama
dalam pencapaian tujuan dan keberlanjutan pelayanan kepada masyarakat.
Salah satu faktor kunci tersebut adalah kepemimpinan yang kuat.
Kepemimpinan yang efektif dan kokoh memainkan peran krusial dalam
mengarahkan arah dan strategi organisasi, memastikan pengambilan
keputusan yang tepat, serta memobilisasi sumber daya dengan efisien.

Selain itu, sumber daya manusia yang berkualitas juga menjadi faktor
penting. Ketersediaan tenaga kerja yang terlatih dan berkualitas dapat
meningkatkan produktivitas, inovasi, dan daya saing organisasi pemerintah
daerah. Karyawan yang terampil tidak hanya mampu menjalankan tugas
dengan efektif, tetapi juga berperan dalam merespon perubahan dan
menghadapi tantangan yang mungkin timbul.

Keterlibatan masyarakat merupakan aspek kunci lainnya. Melibatkan


masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi program
tidak hanya menciptakan ikatan yang kuat antara pemerintah daerah dan
warganya, tetapi juga meningkatkan akuntabilitas dan transparansi. Hal ini
menciptakan kerja sama yang lebih erat dan memastikan bahwa kebijakan
dan program yang diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan riil
masyarakat.

Tentu saja, faktor ketersediaan sumber daya finansial juga memiliki peran
signifikan. Dengan memastikan adanya sumber daya finansial yang memadai,
organisasi pemerintah daerah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta
menjalankan program-program prioritas dengan efektif. Ini termasuk
pendanaan untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan sektor-sektor
kunci lainnya.

Terakhir, ketersediaan infrastruktur yang memadai juga menjadi faktor sukses.


Infrastruktur yang baik dapat meningkatkan efisiensi dalam penyediaan
pelayanan publik, mempermudah aksesibilitas, dan menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.
Key performance indicator (KPI) yang dapat digunakan untuk mengukur
keberhasilan organisasi pemerintah daerah meliputi:
a. Tingkat kepuasan masyarakat: KPI ini dapat mengukur sejauh mana
organisasi pemerintah daerah dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat.
b. Efisiensi penggunaan sumber daya: KPI ini dapat mengukur sejauh
mana organisasi pemerintah daerah dapat menggunakan sumber daya
dengan efisien dan efektif.
c. Tingkat partisipasi masyarakat: KPI ini dapat mengukur sejauh mana
organisasi pemerintah daerah dapat melibatkan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan dan pelaksanaan program.
d. Tingkat akuntabilitas: KPI ini dapat mengukur sejauh mana organisasi
pemerintah daerah dapat bertanggung jawab atas penggunaan sumber
daya dan pelaksanaan program.
e. Tingkat inovasi: KPI ini dapat mengukur sejauh mana organisasi
pemerintah daerah dapat mengembangkan solusi inovatif untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi.

10. Dalam konteks status kepegawaian, auditor internal dan auditor eksternal
memiliki perbedaan yang mencolok. Auditor internal biasanya merupakan
bagian dari organisasi atau perusahaan di mana mereka bekerja dan memiliki
status sebagai karyawan perusahaan. Keberhasilan mereka tidak selalu
tergantung pada status akuntan, tetapi lebih pada pemahaman mendalam
tentang berbagai aspek organisasi di dalam perusahaan. Tugas utama
mereka adalah melakukan audit secara berkala untuk memantau jalannya
operasi perusahaan dan memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan
prosedur internal.

Sementara itu, auditor eksternal berperan sebagai pihak ketiga yang


independen dan bukan anggota dalam manajemen perusahaan yang diaudit.
Mereka harus memiliki kualifikasi akuntan dan seringkali bergabung dalam
badan profesional seperti Kantor Akuntan Publik (KAP). Tugas utama auditor
eksternal adalah melakukan audit laporan keuangan secara periodik atau
tahunan untuk memberikan opini independen tentang kewajaran penyajian
laporan keuangan perusahaan. Perbedaan utama antara keduanya terletak
pada asal institusi, kualifikasi, dan frekuensi pelaksanaan audit, di mana
auditor internal berasal dari dalam perusahaan, tidak selalu harus akuntan,
dan melakukan audit secara berkala, sementara auditor eksternal berasal dari
luar perusahaan, harus memiliki kualifikasi akuntan, dan melakukan audit
secara periodik atau tahunan.

11. Dalam upaya optimalisasi pengelolaan keuangan negara, beberapa


kebijakan, program, dan kegiatan yang dapat merugikan keuangan negara
perlu diidentifikasi. Selain masalah korupsi, penggunaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) yang boros, tidak proporsional, serta tidak jelas
kemanfaatannya merupakan permasalahan utama. Untuk mengatasi hal ini,
diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Contoh kebijakan atau program yang merugikan keuangan negara, yaitu
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, serta inefisiensi birokrasi.
Pertama, penyalahgunaan dana publik oleh pejabat pemerintah dan
praktik korupsi dalam proses pengadaan barang dan jasa merupakan
tantangan serius. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan penguatan
lembaga pengawasan dan penegakan hukum guna secara efektif
memerangi korupsi. Selain itu, penerapan transparansi dalam pengelolaan
keuangan publik dapat menjadi langkah kunci untuk mencegah dan
mendeteksi praktik-praktik yang merugikan keuangan negara.

Sementara itu, aspek inefisiensi birokrasi juga menjadi dampak negatif


terhadap pengelolaan keuangan negara. Birokrasi yang besar dan tidak
efisien, disertai dengan ketidakmampuan dalam pengelolaan proyek dan
program, dapat mengakibatkan pemborosan dana publik dan
ketidakoptimalan hasil pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan
reformasi birokrasi untuk meningkatkan efisiensi, memotong kelebihan
birokrasi yang tidak produktif, dan meningkatkan akuntabilitas.
Sebagai langkah konkret, implementasi sistem pengelolaan kinerja untuk
instansi pemerintah juga menjadi bagian penting dari upaya optimalisasi
pengelolaan keuangan negara. Sistem ini dapat membantu mengukur dan
memonitor kinerja instansi pemerintah, menjadikan mereka lebih responsif
dan efisien dalam menjalankan program-progam publik. Dengan demikian,
reformasi birokrasi dan penerapan sistem pengelolaan kinerja diiringi
dengan langkah-langkah anti-korupsi dan peningkatan transparansi, akan
membantu menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk optimalisasi
pengelolaan keuangan negara.

b. Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan keuangan negara di masa


depan memerlukan solusi yang holistik. Perencanaan dan penganggaran
yang tak sinkron, duplikasi, dan tumpang tindih program, serta
penggunaan anggaran yang tidak sesuai sasaran, harus diatasi melalui
perubahan mendasar dalam proses penganggaran. Pemantauan yang
lebih ketat perlu diterapkan untuk mencegah ketidaksesuaian dan
memastikan efisiensi dalam penggunaan dana publik. Selain itu,
peningkatan transparansi dan akuntabilitas menjadi kunci dalam
membangun kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan keuangan
negara. Terakhir, pemahaman yang lebih baik tentang teknologi informasi
dan pemanfaatannya dalam pengelolaan keuangan negara akan
membantu mengatasi tantangan masa depan secara lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai