SOAL 2
a) Aset tetap sangat penting dalam menunjang aktifitas instansi pemerintahan karena aset
tetap dapat berfungsi sebagai komponen pendukung dalam menjalankan suatu kegiatan
sehingga dapat meningkatkan produktifitas suatu instansi pemerintahan. Yang termasuk
ke dalam aset tetap yaitu :
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya (misalnya: buku koleksi perpustakaan, hewan peliharaan,
barang bercorak seni dan budaya)
Konstruksi dalam Pengerjaan
b) Terjadinya pergeseran paradigma disebabkan oleh adanya keinginan Kementerian
Keuangan untuk mengukur kinerja pengelolaan aset ditinjau dari seberapa besar manfaat
ekonomi yang diperoleh dari pengelolaan aset negara, tidak hanya terbatas pada
terwujudnya tertib administrasi saja.
Perbedaan aset administrator dan aset manager yaitu Paradigma asset administrator
menekankan terwujudnya tertib administrasi, tertib fisik, dan tertib hukum, bergeser
menjadi paradigma asset manager yang menekankan pada penggunaan tertinggi dan
terbaik dari BMN (highest and best use), revenue center, dan cost efficiency.
c) Highest and best use : Konsep ini merupakan konsepsi manajemen properti di mana
suatu aset dilihat dari penggunaan yang paling mungkin dan optimal, baik itu secara fisik
dimungkinkan dan telah dipertimbangkan secara memadai, secara hukum diizinkan,
secara finansial layak, dan menghasilkan nilai tertinggi dari properti tersebut.
Revenue center : konsepsi bahwa BMN diharapkan mampu memberikan kontribusi
penerimaan negara nonpajak dari skema pengelolaan BMN yang dilakukan (revenue
generating). BMN diharapkan tidak lagi menjadi beban keuangan negara, tetapi justru
menjadi pusat pendapatan (revenue center).
Cost efficiency : konsep ini diharapkan pengelolaan BMN mampu mereduksi eksposur
anggaran belanja negara melalui kreativitas pemenuhan kebutuhan BMN non-anggaran
dan efisiensi penggunaan belanja dalam pengelolaan BMN.
d) Sejumlah permasalahan dalam pengelolaan BMN terutama untuk Aset Tetap :
1. Kurangnya pengawasan dan pemeliharaan rutin
2. Tida adanya data inventaris yang akurat
3. Penetapan harga sewa yang tidak sesuai
4. Tidak adanya perencanaan pemeliharaan jangka Panjang
5. Kurang optimalnya penggunaan asset
6. Kurangnya standar operasional yang jelas
e) Sebab pembangunan infrastruktur merupakan jantung pertumbuhan ekonomi nasional.
infrastruktur menjadi salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat
pembangunan ekonomi. Lebih dari itu, infrastruktur juga merupakan salah satu faktor
penentu dalam pemerataan pembangunan dan kesejahteraan.
SOAL 3
Pembagian Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi provinsi, kabupaten, dan kota, dan
pembagian Urusan Pemerintahan antar pemerintahan (Pusat dan Daerah) menimbulkan adanya
hubungan wewenang dan hubungan keuangan. Sesuai dengan amanat Pasal 18A ayat (2) UUD
1945, hubungan keuangan, pelayanan umum, serta pemanfaatan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan Undang-Undang. Untuk melaksanakan amanat pasal dalam UUD 1945
tersebut disusunlah Undang-Undang tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (HKPD). Pertanyaan:
a) Jelaskan ruang lingkup HKPD dari sudut pandang APBD, baik dari sisi
pendapatan, belanja maupun pembiayaan!
HKPD (Hak Kekayaan Pemerintah Daerah) mengacu pada pendapatan, belanja, dan
pembiayaan yang terkait dengan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) suatu
pemerintah daerah. Dalam hal ini, APBD menggambarkan sumber-sumber pendapatan,
alokasi pengeluaran, dan pembiayaan yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan fungsi-fungsi publik dan memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah
tersebut.
1. Pendapatan APBD:
Pendapatan APBD mencakup semua sumber pendapatan yang diperoleh oleh pemerintah
daerah. Ini dapat berasal dari beberapa sumber, termasuk:
- Pajak daerah: Penerimaan dari berbagai pajak yang dikenakan oleh pemerintah daerah,
seperti pajak kendaraan bermotor, pajak hotel, atau pajak restoran.
- Retribusi: Penerimaan dari layanan publik yang disediakan oleh pemerintah daerah, seperti
retribusi parkir, retribusi pasar, atau retribusi perizinan.
- Bagian hasil dari pajak nasional: Bagian dari pendapatan pajak yang dikumpulkan oleh
pemerintah pusat dan kemudian dialokasikan kepada pemerintah daerah.
- Hibah: Dana yang diberikan oleh pemerintah pusat atau pihak ketiga lainnya untuk
mendukung program atau proyek tertentu di tingkat daerah.
2. Belanja APBD:
Belanja APBD mencakup penggunaan dana oleh pemerintah daerah untuk membiayai
kegiatan-kegiatan publik. Ini meliputi:
- Belanja operasional: Pengeluaran rutin untuk menjalankan pemerintah daerah, seperti gaji
pegawai, biaya operasional kantor, dan pemeliharaan infrastruktur.
- Belanja barang dan jasa: Pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diperlukan
untuk kebutuhan publik, seperti infrastruktur, fasilitas kesehatan, atau pendidikan.
- Belanja modal: Pengeluaran untuk investasi jangka panjang, seperti pembangunan gedung,
jalan, jembatan, atau pengadaan aset modal lainnya.
3. Pembiayaan APBD:
Pembiayaan APBD menggambarkan cara pemerintah daerah memperoleh dana tambahan
untuk mencukupi kekurangan antara pendapatan dan belanja. Pembiayaan APBD dapat
melibatkan:
- Pinjaman: Pemerintah daerah dapat meminjam dana dari pihak ketiga, seperti lembaga
keuangan, untuk memenuhi kebutuhan keuangan sementara.
- Pendapatan pembiayaan: Sumber pendapatan tambahan, seperti hasil penjualan aset milik
pemerintah daerah atau dividen dari badan usaha milik daerah.
- Hibah pembiayaan: Dana yang diberikan oleh pemerintah pusat atau pihak ketiga untuk
digunakan sebagai pembiayaan tambahan.
Secara keseluruhan, ruang lingkup HKPD dari sudut pandang APBD melibatkan semua
aspek pendapatan
b) Sebutkan dan jelaskan tiga bentuk urusan pemerintahan, termasuk sumber
anggarannya (APBN/APBD) yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan dari
masing-masing urusan pemerintahan tersebut?
Tiga bentuk urusan pemerintahan yang umumnya ada di Indonesia adalah sebagai berikut,
beserta sumber anggarannya:
1. Urusan Pemerintahan Pusat:
Urusan pemerintahan pusat meliputi kebijakan dan pelaksanaan program-program yang
bersifat nasional. Sumber anggaran untuk urusan pemerintahan pusat berasal dari APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). APBN merupakan anggaran nasional yang
disusun oleh pemerintah pusat dan disahkan oleh DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Dana
APBN diperoleh dari berbagai sumber, seperti pajak pusat, penerimaan negara bukan pajak,
pinjaman, dan sebagainya. APBN digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan pusat,
termasuk pembangunan infrastruktur nasional, program kesehatan, pendidikan, dan lain
sebagainya.
2. Urusan Pemerintahan Daerah:
Urusan pemerintahan daerah mencakup kebijakan dan pelaksanaan program-program yang
berkaitan dengan wilayah dan masyarakat di tingkat daerah. Sumber anggaran untuk urusan
pemerintahan daerah berasal dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). APBD
disusun oleh pemerintah daerah dan disahkan oleh DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah). Pendapatan APBD dapat berasal dari pajak daerah, retribusi, bagian hasil pajak
nasional, dan hibah. APBD digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan daerah,
seperti pembangunan infrastruktur lokal, layanan kesehatan daerah, pendidikan, dan
program-program sosial lainnya.
3. Urusan Pemerintahan Desa:
Urusan pemerintahan desa melibatkan kebijakan dan pelaksanaan program-program yang
berkaitan dengan pemerintahan di tingkat desa. Sumber anggaran untuk urusan pemerintahan
desa berasal dari ADD (Alokasi Dana Desa) yang diatur dalam APBN. ADD merupakan dana
yang dialokasikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah desa untuk membiayai kegiatan
dan pembangunan di tingkat desa. Dana ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan,
seperti pembangunan infrastruktur desa, pendidikan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat,
dan lain sebagainya.
Dengan menggunakan sumber anggaran yang sesuai, pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan pemerintah desa dapat membiayai pelaksanaan urusan pemerintahan masing-masing
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan pembangunan di seluruh tingkatan
pemerintahan.
c) Sumber pendapatan APBD untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah
(desentralisasi) hingga saat ini secara umum masih mengandalkan pendapatan
transfer dari APBN, jelaskan kenapa demikian?
Pendapatan APBD untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah (desentralisasi) hingga saat
ini masih mengandalkan pendapatan transfer dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara) karena alasan-alasan berikut:
1. Asimetri Pendapatan dan Sumber Daya: Terdapat ketimpangan yang signifikan antara
daerah-daerah di Indonesia dalam hal pendapatan dan sumber daya. Beberapa daerah
memiliki potensi ekonomi yang lebih besar, sedangkan daerah lain mungkin kurang
berkembang atau memiliki sumber daya terbatas. Dalam rangka mengurangi disparitas ini,
pemerintah pusat menggunakan pendekatan transfer dari APBN untuk memperkuat
pendapatan daerah yang kurang berkembang, sehingga memberikan kesempatan yang lebih
adil dalam pelaksanaan otonomi daerah.
2. Pemerataan Pembangunan: Transaksi transfer dari APBN ke APBD daerah juga diarahkan
untuk mendorong pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan
memberikan pendapatan transfer kepada daerah-daerah yang kurang berkembang,
pemerintah pusat berupaya untuk meningkatkan akses terhadap fasilitas dan layanan publik,
memperkuat infrastruktur, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah tersebut.
3. Pemenuhan Kewajiban Pemerintah Pusat: Sebagai bagian dari konsep desentralisasi,
pemerintah pusat memiliki tanggung jawab untuk menyediakan dana dan sumber daya
kepada pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan.
Pendapatan transfer dari APBN ke APBD daerah merupakan mekanisme yang digunakan
untuk memenuhi kewajiban tersebut.
4. Sistem Fiskal yang Sentralistik: Sistem fiskal di Indonesia masih cenderung bersifat
sentralistik, dengan pemerintah pusat memiliki kendali yang kuat terhadap sumber daya dan
pendapatan utama negara. Pendapatan transfer dari APBN ke APBD daerah adalah salah satu
cara untuk membagi sebagian pendapatan dan sumber daya secara adil antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah.
Meskipun pendapatan transfer dari APBN masih menjadi sumber pendapatan utama APBD,
pemerintah daerah juga diharapkan untuk mengembangkan sumber-sumber pendapatan
sendiri, seperti pajak daerah, retribusi, dan pengelolaan aset daerah. Hal ini bertujuan agar
pemerintah daerah dapat lebih mandiri dan tidak sepenuhnya bergantung pada pendapatan
transfer dari APBN.
d) Apakah pelaksanaan tugas pembantuan dan dekonsentrasi oleh pemerintah daerah
menjadi beban bersama antara APBN dan APBD? jelaskan!
Pelaksanaan tugas pembantuan dan dekonsentrasi oleh pemerintah daerah dapat menjadi
beban bersama antara APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan APBD
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) dengan cara berikut:
1. APBN (Pemerintah Pusat):
Dalam konteks pembantuan, pemerintah pusat dapat memberikan bantuan kepada pemerintah
daerah dalam bentuk dana atau sumber daya untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
Pemerintah pusat melalui APBN mengalokasikan anggaran untuk program-program
pembantuan kepada daerah, seperti bantuan keuangan, bantuan teknis, atau bantuan dalam
bentuk infrastruktur. Oleh karena itu, pelaksanaan tugas pembantuan oleh pemerintah daerah
menjadi beban APBN.
3. Belanja Tidak Terduga: Merupakan belanja yang tidak diantisipasi atau tidak direncanakan
pada tahun anggaran tersebut. Belanja tidak terduga dapat terjadi karena keadaan mendesak
atau kebutuhan yang muncul secara tak terduga.
4. Pembiayaan Tidak Terduga: Merupakan pembiayaan yang tidak diantisipasi atau tidak
direncanakan pada tahun anggaran tersebut. Pembiayaan tidak terduga dapat meliputi
penggunaan cadangan kas, pinjaman, atau sumber pembiayaan lainnya yang tidak terencana
sebelumnya.
Untuk menganggarkan SILPA Akhir Tahun pada APBD tahun anggaran berikutnya,
pemerintah daerah biasanya melakukan proses penyusunan APBD baru dengan
memperhitungkan SILPA sebagai bagian dari pendapatan yang tersedia. SILPA dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan atau program baru yang tidak tercakup dalam APBD
tahun sebelumnya atau dapat juga dianggarkan sebagai cadangan untuk menghadapi
kebutuhan mendesak atau belanja tidak terduga pada tahun berikutnya. Penganggaran SILPA
pada APBD tahun anggaran berikutnya akan melibatkan proses perencanaan dan alokasi dana
yang sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pemerintah daerah.
Soal 5 – Pengelolaan Keuangan Desa (Nilai 10)
Salah satu sumber penerimaan APB Desa adalah Dana Desa (DD) yang bersumber dari APBN.
Terkait masih belum optimalnya tujuan penyediaan anggaran melalui DD untuk perbaikan sarana
dan prasarana dan kesejahteraan masyarakat Desa, Saudara sebagai mahasiswa yang telah belajar
PPKN, secara teoritis hal-hal apa saja yang perlu Saudara usulkan mengenai pengelolaan
keuangan Desa sehingga output dan outcome nya dapat mencapai sasaran secara maksimal?
Untuk mencapai pengelolaan keuangan desa yang optimal, berikut adalah beberapa hal yang
dapat diusulkan:
1. Perencanaan Anggaran yang Terarah: Desa perlu memiliki perencanaan anggaran yang terarah
dan berbasis pada kebutuhan dan prioritas desa. Hal ini dapat dilakukan melalui penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKPD). Dalam perencanaan anggaran, penting untuk melibatkan partisipasi aktif warga desa
dan mengidentifikasi kebutuhan masyarakat secara menyeluruh.
2. Transparansi dan Akuntabilitas: Transparansi dalam pengelolaan keuangan desa sangat
penting. Informasi mengenai pendapatan, belanja, dan penggunaan anggaran harus tersedia
secara terbuka untuk masyarakat. Audit dan pengawasan juga perlu dilakukan secara ketat untuk
memastikan akuntabilitas penggunaan dana desa.
3. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia: Penting untuk meningkatkan kapasitas SDM di
tingkat desa dalam hal pengelolaan keuangan, termasuk pengetahuan dan keterampilan dalam
perencanaan anggaran, pelaporan keuangan, dan tata kelola keuangan yang baik. Dukungan
pelatihan dan pendampingan dapat diberikan kepada aparat desa dan staf administrasi desa untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola keuangan desa.
4. Pemanfaatan Teknologi Informasi: Penggunaan teknologi informasi dapat membantu dalam
pengelolaan keuangan desa secara efisien. Sistem informasi keuangan desa yang
terkomputerisasi dapat membantu dalam pencatatan pendapatan dan belanja serta memudahkan
pelaporan keuangan secara akurat dan tepat waktu.