Anda di halaman 1dari 40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah BPKP

Sejarah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tidak

dapat dilepaskan dari sejarah panjang perkembangan lembaga pengawasan sejak

sebelum era kemerdekaan. Dengan besluit Nomor 44 tanggal 31 Oktober 1936 secara

eksplisit ditetapkan bahwa Djawatan Akuntan Negara (Regering Accountantsdienst)

bertugas melakukan penelitian terhadap pembukuan dari berbagai perusahaan negara

dan jawatan tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan aparat pengawasan pertama

di Indonesia adalah Djawatan Akuntan Negara (DAN). Secara struktural DAN yang

bertugas mengawasi pengelolaan perusahaan negara berada di bawah Thesauri

Jenderal pada Kementerian Keuangan.

Dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1961 tentang Instruksi bagi

Kepala Djawatan Akuntan Negara (DAN), kedudukan DAN dilepas dari Thesauri

Jenderal dan ditingkatkan kedudukannya langsung di bawah Menteri Keuangan.

DAN merupakan alat pemerintah yang bertugas melakukan semua pekerjaan akuntan

bagi pemerintah atas semua departemen, jawatan, dan instansi di bawah

kekuasaannya. Sementara itu fungsi pengawasan anggaran dilaksanakan oleh

Thesauri Jenderal. Selanjutnya dengan Keputusan Presiden Nomor 239 Tahun 1966

dibentuklah Direktorat Djendral Pengawasan Keuangan Negara (DDPKN) pada

1
Departemen Keuangan. Tugas DDPKN (dikenal kemudian sebagai DJPKN) meliputi

pengawasan

2
3

anggaran dan pengawasan badan usaha/jawatan, yang semula menjadi tugas DAN

dan Thesauri Jenderal.

DJPKN mempunyai tugas melaksanakan pengawasan seluruh pelaksanaan

anggaran negara, anggaran daerah, dan badan usaha milik negara/daerah.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 1971 ini, khusus pada

Departemen Keuangan, tugas Inspektorat Jendral dalam bidang pengawasan

keuangan negara dilakukan oleh DJPKN.

Dengan diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tanggal 30

Mei 1983. DJPKN ditransformasikan menjadi BPKP, sebuah lembaga pemerintah

non departemen (LPND) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Presiden. Salah satu pertimbangan dikeluarkannya Keputusan Presiden

Nomor 31 Tahun 1983 tentang BPKP adalah diperlukannya badan atau lembaga

pengawasan yang dapat melaksanakan fungsinya secara leluasa tanpa mengalami

kemungkinan hambatan dari unit organisasi pemerintah yang menjadi obyek

pemeriksaannya. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tersebut menunjukkan

bahwa Pemerintah telah meletakkan struktur organisasi BPKP sesuai dengan

proporsinya dalam konstelasi lembaga-lembaga Pemerintah yang ada. BPKP dengan

kedudukannya yang terlepas dari semua departemen atau lembaga sudah barang

tentu dapat melaksanakan fungsinya secara lebih baik dan obyektif.

Tahun 2001 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja

Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali

diubah,terakhir dengan Peraturan Presiden No 64 tahun 2005. Dalam Pasal 52

3
4

disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pendekatan yang dilakukan BPKP diarahkan lebih bersifat preventif atau

pembinaan dan tidak sepenuhnya audit atau represif. Kegiatan sosialisasi, asistensi

atau pendampingan, dan evaluasi merupakan kegiatan yang mulai digeluti BPKP.

Sedangkan audit investigatif dilakukan dalam membantu aparat penegak hukum

untuk menghitung kerugian keuangan negara.

Pada masa reformasi ini BPKP banyak mengadakan Memorandum of

Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman dengan pemda dan

departemen/lembaga sebagai mitra kerja BPKP. MoU tersebut pada umumnya

membantu mitra kerja untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka mencapai good

governance.

Sesuai arahan Presiden RI tanggal 11 Desember 2006, BPKP melakukan

reposisi dan revitalisasi fungsi yang kedua kalinya. Reposisi dan revitalisasi BPKP

diikuti dengan penajaman visi, misi, dan strategi. Visi BPKP yang baru adalah

"Auditor Intern Pemerintah yang Proaktif dan Terpercaya dalam

Mentransformasikan Manajemen Pemerintahan Menuju Pemerintahan yang Baik dan

Bersih".

Pada akhir 2014, sekaligus awal pemerintahan Jokowi, peran BPKP

ditegaskan lagi melalui Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. BPKP berada dibawah dan bertanggung

jawab langsung kepada Presiden dengan tugas menyelenggarakan urusan

4
5

pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/ daerah dan pembangunan

nasional.

Selain itu Presiden juga mengeluarkan Instruksi Presiden Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian

Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka

Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat dengan menugaskan Kepala Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan pengawasan dalam rangka

meningkatkan penerimaan negara/daerah serta efisiensi dan efektivitas anggaran

pengeluaran negara/ daerah, meliputi:

a. audit dan evaluasi terhadap pengelolaan penerimaan pajak, bea dan cukai;

b. audit dan evaluasi terhadap pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak

pada Instansi Pemerintah, Badan Hukum lain, dan Wajib Bayar;

c. audit dan evaluasi terhadap pengelolaan Pendapatan Asli Daerah;

d. audit dan evaluasi terhadap pemanfaatan aset negara/ daerah;

e. audit dan evaluasi terhadap program/kegiatan strategis di bidang

kemaritiman, ketahanan energi, ketahanan pangan, infrastruktur, pendidikan, dan

kesehatan;

f. audit dan evaluasi terhadap pembiayaan pembangunan nasional/daerah;

g. evaluasi terhadap penerapan sistem pengendalian intern dan sistem

pengendalian kecurangan yang dapatmencegah, mendeteksi, dan menangkal korupsi;

h. audit investigatif terhadap penyimpangan yang berindikasi merugikan

keuangan negara/daerah untuk memberikan dampak pencegahan yang efektif;

5
6

i. audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara/daerah dan

pemberian keterangan ahli sesuai dengan peraturan perundangan.

2. Visi, Misi, dan Nilai-nilai BPKP

a. Visi BPKP

Menjadi Auditor Internal Pemerintah Berkelas Dunia dan Trusted Advisor

Pemerintah untuk Meningkatkan Good Governance Sektor Publik dalam rangka

Mewujudkan Visi Misi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Maju yang Berdaulat,

Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong.

b. Misi BPKP

Melaksanakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan dan Pembangunan Nasional; dan Membangun Sumber Daya Pengawasan

yang Berkualitas.

c. Nilai-Nilai BPKP (PIONIR)

Profesional, Integritas, Orientasi pada hasil, Nurani dan akal sehat,

Independen dan Responsibel disingkat dengan PIONIR

3. Tugas dan Fungsi BPKP

Sesuai dengan Pasal 2 dan 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

BPKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional.

Dalam melaksanakan tugasnya, BPKP menyelenggarakan fungsi:

6
7

1. Perumusan kebijakan nasional pengawasan intern terhadap akuntabilitas

keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional meliputi kegiatan yang

bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan

penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan

kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden;

2. Pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan

lainnya terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

akuntabilitas penerimaan negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran keuangan

negara/daerah serta pembangunan nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh

atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara/daerah dan/atau

subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang didalamnya terdapat

kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau

Pemerintah Daerah serta akuntabilitas pembiayaan keuangan negara/ daerah;

3. Pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset

negara/daerah;

4. Pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian intern,

dan tata kelola terhadap instansi/badan usaha/badan lainnya dan program/

kebijakan pemerintah yang strategis;

5. Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan

yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga,

audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang

berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit penghitungan kerugian

7
8

keuangan negara/daerah, pemberian keterangan ahli,dan upaya pencegahan

korupsi;

6. Pengoordinasian dan sinergi penyelenggaraan pengawasan intern terhadap

akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional bersama-sama

dengan aparat pengawasan intern pemerintah lainnya;

7. Pelaksanaan reviu atas laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah pusat;

8. Pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, dan konsultansi penyelenggaraan sistem

pengendalian intern kepada instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan

badan-badan yang di dalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan

lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah;

9. Pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan Pemerintah sesuai

peraturan perundang-undangan;

10. Pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintah dan sertifikasi jabatan

fungsional auditor;

11. Pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan di bidang

pengawasan dan sistem pengendalian intern pemerintah;

12. Pembangunan dan pengembangan, serta pengolahan data dan informasi hasil

pengawasan atas penyelenggaraan akuntabilitas keuangan negara

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah;

13. Pelaksanaan pengawasan intern terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi di BPKP;

dan

8
9

14. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum,

ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,

hukum, kehumasan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

4. Struktur Organisasi BPKP

Kepala

Sekretariat Utama

Deputi Deputi Pengawasan


Deputi Deputi
Pengawasan Instansi Pemerintah Deputi
Instansi Bidang Politik,
Pengawasan Bidang
Penyelenggar Bidang
Pemerintah Hukum, Keamanan,
aan
Akuntan Investigasi
BIdang Pengembangan
Keuangan Negara
Perekonomian Manusia, dan
Daerah
& Kemaritiman Kebudayaan

Pusat Pusat
Pusat Penelitian
Pendidikan Pusat Pembinaan
dan
Inspektorat dan Informasi Jabatan
Pengembangan
Pelatihan Pengawasan Fungsional
Pengawasan
Pengawasan Auditor

Perwakilan BPKP

Gambar 1

Struktur Organisasi BPKP

9
10

5. Sumber Daya Manusia BPKP

Guna menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, BPKP memiliki

tenaga SDM yang handal. Jumlah pegawai BPKP per Juni 2020 sebanyak 6.064

orang yang tersebar di unit-unit kantor pusat dan kantor perwakilan BPKP, terdiri

dari 4.068 Pejabat Fungsional Auditor (67%), 858 Pejabat Fungsional Umum (14%),

342 Pejabat Fungsional Tertentu lainnya (6%), 366 Pejabat Struktural (6%), 331

Pembebasan Jabatan (5%), dan 99 Calon Pegawai Negeri Sipil (2%). BPKP telah

mengembangkan kapasitas SDM-nya melalui peningkatan kompetensi Performance

Audit, Policy Evaluation, Audit Process Enhancement, Human Resources

Management, dan Corruption Investigation.

B. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian, kuesioner

dibagikan kepada 80 orang responden melalui fasilitas google form dan responden

yang mengisi kuesioner sebanyak 70 orang atau 87,5%. Berikut deskripsi data

kuesioner adalah sebagai berikut :

No Keterangan Jumlah Presentasi

1 Kuesioner yang dibagikan 80 100%

2 Kuesioner yang terisi 70 87,5%

3 Kuesioner yang tidak terisi 10 12,5%

4 Kuesioner yang tidak dapat diolah 0 0%

10
11

1. Uji Deskriptif

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini, responden dalam pengisian kuesioner adalah sumber

daya manusia yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan dari 40 (empat

puluh) unit yang terdiri dari 6 (enam) unit pusat dan 34 (tiga puluh empat) unit

perwakilan BPKP dari seluruh Indonesia. Berikut ini deskriptif responden

berdasarkan jenis kelamin :

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 38 54,3 54,3 54,3

Perempuan 32 45,7 45,7 100,0

Total 70 100,0 100,0

Dari tabel di atas, dari 70 responden yang mengisi kuesioner, sebanyak 38

orang responden atau 54,3% orang adalah laki-laki dan 32 orang responden atau

45,7% adalah perempuan.

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Dalam penelitian ini, responden dalam pengisian kuesioner adalah sumber

daya manusia yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan dari 40 (empat

puluh) unit yang terdiri dari 6 (enam) unit pusat dan 34 (tiga puluh empat) unit

perwakilan BPKP dari seluruh Indonesia. Berikut ini deskriptif responden

berdasarkan usia :

11
12

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-29 Tahun 24 34,3 34,3 34,3

30-39 Tahun 19 27,1 27,1 61,4

40-49 Tahun 12 17,1 17,1 78,6

>50 Tahun 15 21,4 21,4 100,0

Total 70 100,0 100,0

Tabel di atas menjelaskan bahwa dari 70 responden yang mengisi kuesioner,

sebanyak 24 orang responden atau 34,3% adalah pegawai dengan rentang usia 20-29

tahun, 19 orang responden atau 27,1% adalah pegawai dengan rentang usia 30-39

tahun, 12 orang responden atau 17,1% adalah pegawai dengan rentang usia 40-49

tahun, dan 15 orang responden atau 21,4% adalah pegawai dengan usia diatas 50

tahun.

c. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan

Dalam penelitian ini, responden dalam pengisian kuesioner adalah sumber

daya manusia yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan dari 40 (empat

puluh) unit yang terdiri dari 6 (enam) unit pusat dan 34 (tiga puluh empat) unit

perwakilan BPKP dari seluruh Indonesia. Berikut ini deskriptif responden

berdasarkan pendidikan :

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMA 5 7,1 7,1 7,1

D-III 26 37,1 37,1 44,3

12
13

S-I 30 42,9 42,9 87,1

Lainnya 9 12,9 12,9 100,0

Total 70 100,0 100,0

d. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Bekerja

Dalam penelitian ini, responden dalam pengisian kuesioner adalah sumber

daya manusia yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan dari 40 (empat

puluh) unit yang terdiri dari 6 (enam) unit pusat dan 34 (tiga puluh empat) unit

perwakilan BPKP dari seluruh Indonesia. Berikut ini deskriptif responden

berdasarkan lama bekerja :

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <10 Tahun 37 52,9 52,9 52,9

10-19 Tahun 10 14,3 14,3 67,1

20-29 Tahun 14 20,0 20,0 87,1

>30 Tahun 9 12,9 12,9 100,0

Total 70 100,0 100,0

e. Analisis Variabel Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (X1)

Dalam penelitian ini, responden dalam pengisian kuesioner adalah sumber

daya manusia yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan dari 40 (empat

13
14

puluh) unit yang terdiri dari 6 (enam) unit pusat dan 34 (tiga puluh empat) unit

perwakilan BPKP dari seluruh Indonesia. Berikut ini deskriptif responden

berdasarkan variabel Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah :

Item Skor Jawaban Responden Total

Pernyataan SS S N TS STS

F % F % F % F % F % F %

1 28 41, 41 58,6 - - - - - - 70 100

2 38 54, 32 45,7 - - - - - - 70 100

3 31 44, 38 54,3 1 1,4 - - - - 70 100

4 26 37, 43 61,4 1 1,4 - - - - 70 100

5 28 40 42 60 - - - - - - 70 100

6 26 37, 42 60 1 1,4 1 1,4 - - 70 100

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa :

1) Pernyataan 1, mayoritas responden sebanyak 41 orang (58,6%) responden

menyatakan ssangat setuju bahwa dalam penerapan standar akuntansi pemerintah

telah menerapkan basis akrual dan/atau basis kas untuk mengakui transaksi/peristiwa

yang terjadi serta selalu menyusun dan menyajikan laporan realisasi anggaran

14
15

menggunakan akuntansi berbasis kas dan/atau mencatat pendapatan berdasarkan asas

bruto.

2) Pernyataan 2, mayoritas responden sebanyak 38 (54,3%) orang responden

menyatakan sangat setuju bahwa dalam penerapan standar akuntansi pemerintah

telah menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP serta selalu

menyajikan informasi secara lengkap tentang penjelasan pos-pos dalam laporan

keuangan pada setiap periode pelaporan.

3) Pernyataan 3, mayoritas responden sebanyak 38 orang responden (54,3%)

menyatakan setuju bahwa dalam penerapan standar akuntansi pemerintah telah

mengakui dan mencatat persediaan berdasarkan hasil inventarisasi fisik pada akhir

periode akuntansi serta selalu melakukan rekonsiliasi antara kas yang telah

dikeluarkan dengan hasil inventarisasi fisik.

4) Pernyataan 4, mayoritas responden sebanyak 43 orang responden (61,4%)

menyatakan setuju bahwa dalam penerapan standar akuntansi pemerintah telah

mencatat/menilai aset tetap sebesar biaya perolehannya dan mengklasifikasikan aset

tetap berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam operasi entitas serta

selalu mengungkapkan informasi (jika terdapat) konstruksi dalam pengerjaaan pada

Unit Kerja saya di akhir periode akuntansi dan memindahkan konstruksi dalam

pengerjaan tersebut ke aset tetap yang bersangkutan.

5) Pernyataan 5, mayoritas responden sebanyak 42 orang responden (60%)

menyatakan setuju bahwa dalam penerapan standar akuntansi pemerintah telah

mencatat kewajiban sebesar nilai nominal dan mengakui kewajiban pada saat

15
16

kewajiban timbul serta selalu mengkoreksi kesalahan melalui pembetulan pos-pos

neraca terkait pada periode ditemukannya kesalahan berdasarkan SAP.

6) Pernyataan 6, mayoritas responden sebanyak 42 orang (60%) responden

menyatakan setuju bahwa dalam penerapan standar akuntansi pemerintah telah

menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan

penggunaannya dikelola oleh K/L dalam laporan operasional.

f. Analisis Variabel Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (X2)

Dalam penelitian ini, responden dalam pengisian kuesioner adalah sumber

daya manusia yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan dari 40 (empat

puluh) unit yang terdiri dari 6 (enam) unit pusat dan 34 (tiga puluh empat) unit

perwakilan BPKP dari seluruh Indonesia. Berikut ini deskriptif responden

berdasarkan variabel Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan :

Item Skor Jawaban Responden Total

Pernyataan SS S N TS STS

F % F % F % F % F % F %

1 22 31,4 42 60 5 7,1 1 1,4 - - 70 100

2 20 28,6 47 67, 3 4,3 - - - - 70 100

3 24 34,3 44 62, 2 2,9 - - - - 70 100

4 23 32,9 47 67, - - - - - - 70 100

16
17

5 23 32,9 45 64, 2 2,9 - - - - 70 100

6 28 40 41 58, 1 1,4 - - - - 70 100

7 23 32,9 46 65, 1 1,4 - - - - 70 100

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa :

1) Pernyataan 1, mayoritas responden sebanyak 42 orang (60%) responden

menyatakan setuju bahwa dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan telah

membentuk lingkungan pengendalian yang baik. (1) Komitmen terhadap integritas,

(2) Independensi auditor internal, (3) Menetapkan struktur organisasi dan pemisahan

wewenang, (4) Komitmen pengembangan kompetensi SDM, (5) Menerapkan

akuntabilitas dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan.

2) Pernyataan 2, mayoritas responden sebanyak 47 (67,1%) orang responden

menyatakan setuju bahwa dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan telah

menerapkan penilaian risiko, meliputi perkiraan signifikansi suatu risiko, penilaian

kemungkinan terjadinya, dan penanganannya.

3) Pernyataan 3, mayoritas responden sebanyak 44 (62,9%) orang responden

menyatakan setuju` bahwa dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan telah

menerapkan kegiatan pengendalian melalui penerbitan kebijakan dan

mengimplementasikannya.

17
18

4) Pernyataan 4, mayoritas responden sebanyak 47 orang responden (67,1%)

menyatakan setuju bahwa dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan

penerapan standar akuntansi pemerintah telah menerapkan sistem informasi dan

komunikasi untuk melaksanakan kegiatan pengendalian intern atas pelaporan

keuangan.

5) Pernyataan 5, mayoritas responden sebanyak 45 orang responden (64,3%)

menyatakan setuju bahwa dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan telah

menerapkan evaluasi berkelanjutan untuk mengidentifikasi kelemahan dan

mengevaluasi pengendalian intern atas pelaporan keuangan.

6) Pernyataan 6, mayoritas responden sebanyak 41 orang (58,6%) responden

menyatakan setuju bahwa dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan telah

melakukan penilaian atas PIPK yang telah diterapkan.

7) Pernyataan 7, mayoritas responden sebanyak 46 orang (65,7%) responden

menyatakan setuju bahwa dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan telah

melakukan monitoring tindak lanjut atas hasil reviu PIPK yang telah diterapkan.

g. Analisis Variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia (X3)

Dalam penelitian ini, responden dalam pengisian kuesioner adalah sumber

daya manusia yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan dari 40 (empat

puluh) unit yang terdiri dari 6 (enam) unit pusat dan 34 (tiga puluh empat) unit

perwakilan BPKP dari seluruh Indonesia. Berikut ini deskriptif responden

berdasarkan variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia :

18
19

Item Skor Jawaban Responden Total

Pernyataan SS S N TS STS

F % F % F % F % F % F %

1 10 14,3 36 51, 14 20 8 11, 2 2,9 70 100

4 4

2 18 25,7 51 72, 1 1,4 - - - - 70 100

3 15 21,4 50 71, 3 4,3 2 2,9 - - 70 100

4 11 15,7 48 68, 10 14,3 1 1,4 - - 70 100

5 16 22,9 45 64, 6 8,6 2 2,9 1 1,4 70 100

6 24 34,3 46 65, - - - - - - 70 100

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa :

1) Pernyataan 1, mayoritas responden sebanyak 36 orang (51,4%) responden

menyatakan setuju bahwa sebagai sumber daya manusia yang berkaitan dengan

penyusunan laporan keuangan berlatar belakang pendidikan keuangan.

2) Pernyataan 2, mayoritas responden sebanyak 51 (72,9%) orang responden

menyatakan setuju bahwa sebagai sumber daya manusia yang berkaitan dengan

penyusunan laporan keuangan kualitas pelayanan dari sumber daya manusia

19
20

pengelola keuangan BPKP meningkat dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan

keuangan.

3) Pernyataan 3, mayoritas responden sebanyak 50 (71,4%) orang responden

menyatakan setuju bahwa sebagai sumber daya manusia yang berkaitan dengan

penyusunan laporan keuangan kompetensi sumber daya manusia pengelola keuangan

BPKP meningkat dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan keuangan.

4) Pernyataan 4, mayoritas responden sebanyak 48 orang responden (68,6%)

menyatakan setuju bahwa sebagai sumber daya manusia yang berkaitan dengan

penyusunan laporan keuangan telah memahami teori-teori yang berkaitan dengan

pengelolaan keuangan.

5) Pernyataan 5, mayoritas responden sebanyak 45 orang responden (64,3%)

menyatakan setuju bahwa sebagai sumber daya manusia yang berkaitan dengan

penyusunan laporan keuangan telah memahami aturan-aturan dalam penyusunan

laporan keuangan sesuai aturan yang berlaku. (PP No. 70 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintah).

6) Pernyataan 6, mayoritas responden sebanyak 46 orang (65,7%) responden

menyatakan setuju bahwa sebagai sumber daya manusia yang berkaitan dengan

penyusunan laporan keuangan memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan

hasil laporan pengelolaan keuangan sesuai dengan standar.

h. Analisis Variabel Kualitas Laporan Keuangan (Y)

Dalam penelitian ini, responden dalam pengisian kuesioner adalah sumber

daya manusia yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan dari 40 (empat

20
21

puluh) unit yang terdiri dari 6 (enam) unit pusat dan 34 (tiga puluh empat) unit

perwakilan BPKP dari seluruh Indonesia. Berikut ini deskriptif responden

berdasarkan variabel Kualitas Laporan Keuangan :

Item Skor Jawaban Responden Total

Pernyataan SS S N TS STS

F % F % F % F % F % F %

1 23 32, 45 64,3 2 2,9 - - - - 70 100

2 27 38, 43 61,4 - - - - - - 70 100

3 33 47, 36 51,4 1 1,4 - - - - 70 100

4 29 41, 41 58,6 - - - - - - 70 100

5 28 40 41 58,6 1 1,4 - - - - 70 100

6 27 38, 42 60 1 1,4 - - - - 70 100

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa :

1) Pernyataan 1, mayoritas responden sebanyak 45 orang (64,3%) responden

menyatakan setuju bahwa laporan keuangan yang disusun tepat waktu, sesuai pada

SAP dengan informasi yang lengkap mencakup semua informasi akuntansi yang

dapat digunakan dalam pengambilan keputusan saat ini dan masa yang akan datang

serta mengevaluasi keputusan masa lalu.

21
22

2) Pernyataan 2, mayoritas responden sebanyak 43 (61,4%) orang responden

menyatakan setuju bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan telah

jujur, benar menggambarkan transaksi dan peristiwa lainnya, dan memenuhi

kebutuhan para pengguna serta tidak berpihak pada kepentingan pihak tertentu

sehingga teruji kebenarannya dan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan

kesalahan yang bersifat material.

3) Pernyataan 3, mayoritas responden sebanyak 36 (51,4%) orang responden

menyatakan setuju bahwa informasi yang termuat dalam laporan keuangan selalu

dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya.

4) Pernyataan 4, mayoritas responden sebanyak 41 orang responden (58,6%)

menyatakan setuju bahwa telah menggunakan kebijakan akuntansi yang berpedoman

pada SAP dari tahun ke tahun dalam menyusun laporan keuangan.

5) Pernyataan 5, mayoritas responden sebanyak 41 orang responden (58,6%)

menyatakan setuju bahwa laporan keuangan disusun secara sistematis sehingga

mudah dimengerti dan dipahami.

6) Pernyataan 6, mayoritas responden sebanyak 42 orang (60%) responden

menyatakan setuju bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan telah

jelas dan disajikan dalam bentuk serta istilah yang disesuikan dengan batas

pemahaman para pengguna.

2. Uji Kualitas Data

Sebelum digunakan sebagai instrument pengumpulan data, kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.

22
23

Untuk pengujian validitas kuesioner dilakukan dengan cara membandingkan r tabel

dengan r hitung (pearson correlation). Dengan taraf signifikan nilai r tabel α = 0,05.

1) Variabel Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (X1)

Dilakukan dengan uji coba terhadap instrumen penelitian kepada 20 orang sampel,

dengan menggunakan teknik Pearson Correlation dengan tingkat kepercayaan 95%

(α = 0,05) dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor pada masing-masing item

dengan skor totalnya, dan r = n - k, r = 20 – 2 = 18 (sebesar 0,444, dilihat dari tabel

r). Adapun hasil uji validitas untuk variabel penerapan standar akuntansi pemerintah

(X1) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Pernyataa Rhitung Rtabel Status

n Pearson Correlation N=20 , α = 5%

1 0,757 0,444 Valid

2 0,685 0,444 Valid

3 0,877 0,444 Valid

4 0,757 0,444 Valid

5 0,872 0,444 Valid

6 0,581 0,444 Valid

Dari tabel diatas, menjelaskan bahwa hasil analisis variabel penerapan

standar akuntansi pemerintah yang dinyatakan dalam 6 (enam) enam poin pernyataan

yang diajukan adalah valid. Berdasarkan hasil uji kualitas data, r hitung > r tabel

23
24

sehingga dapat dikatakan kuesioner telah memenuhi syarat validitas dan dinyatakan

valid.

2) Variabel Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (X1)

Dilakukan dengan uji coba terhadap instrumen penelitian kepada 20 orang

sampel, dengan menggunakan teknik Pearson Correlation dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05) dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor pada

masing-masing item dengan skor totalnya, dan r = n - k, r = 20 – 2 = 18 (sebesar

0,444, dilihat dari tabel r). Adapun hasil uji validitas untuk variabel penerapan

standar akuntansi pemerintah (X1) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Pernyataa Rhitung Rtabel Status

n Pearson Correlation N=20 , α = 5%

1 0,588 0,444 Valid

2 0,868 0,444 Valid

3 0,870 0,444 Valid

4 0,876 0,444 Valid

5 0,887 0,444 Valid

6 0,840 0,444 Valid

7 0,876 0,444 Valid

Dari tabel diatas, menjelaskan bahwa hasil analisis variabel penerapan

standar akuntansi pemerintah yang dinyatakan dalam 6 (enam) poin pernyataan yang

24
25

diajukan adalah valid. Berdasarkan hasil uji kualitas data, r hitung > r tabel sehingga

dapat dikatakan kuesioner telah memenuhi syarat validitas dan dinyatakan valid.

3) Variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia (X3)

Dilakukan dengan uji coba terhadap instrumen penelitian kepada 20 orang

sampel, dengan menggunakan teknik Pearson Correlation dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05) dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor pada

masing-masing item dengan skor totalnya, dan r = n - k, r = 20 – 2 = 18 (sebesar

0,444, dilihat dari tabel r). Adapun hasil uji validitas untuk variabel kompetensi

sumber daya manusia (X3) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Pernyataa Rhitung Rtabel Status

n Pearson Correlation N=20 , α = 5%

1 0,806 0,444 Valid

2 0,712 0,444 Valid

3 0,825 0,444 Valid

4 0,647 0,444 Valid

5 0,577 0,444 Valid

6 0,457 0,444 Valid

Dari tabel diatas, menjelaskan bahwa hasil analisis variabel kompetensi

sumber daya manusia yang dinyatakan dalam 6 (enam) poin pernyataan yang

diajukan adalah valid. Berdasarkan hasil uji kualitas data, r hitung > r tabel sehingga

dapat dikatakan kuesioner telah memenuhi syarat validitas dan dinyatakan valid.

25
26

4) Variabel Kualitas Laporan Keuangan (X4)

Dilakukan dengan uji coba terhadap instrumen penelitian kepada 20 orang

sampel, dengan menggunakan teknik Pearson Correlation dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05) dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor pada

masing-masing item dengan skor totalnya, dan r = n - k, r = 20 – 2 = 18 (sebesar

0,444, dilihat dari tabel r). Adapun hasil uji validitas untuk variabel kualitas laporan

keuangan (X4) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Pernyataa Rhitung Rtabel Status

n Pearson Correlation N=20 , α = 5%

1 0,888 0,444 Valid

2 0,851 0,444 Valid

3 0,893 0,444 Valid

4 0,893 0,444 Valid

5 0,927 0,444 Valid

6 0,943 0,444 Valid

Dari tabel diatas, menjelaskan bahwa hasil analisis variabel kualitas laporan

keuangan yang dinyatakan dalam 6 (enam) poin pernyataan yang diajukan adalah

valid. Berdasarkan hasil uji kualitas data, r hitung > r tabel sehingga dapat dikatakan

kuesioner telah memenuhi syarat validitas dan dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas

26
27

1) Uji Reliabilitas Variabel Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (X1)

Adapun hasil uji realiabilitas yang dilakukan pada variabel penerapan

standar akuntansi pemerintah (X1) menggunakan SPSS v 23, diperoleh nilai

Cronbach Alpha sebesar 0,819, nilai ini lebih besar dari 0,60. Maka dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa item variabel penerapan standar akuntansi pemerintah (X 1)

telah reliabel.

2) Uji Reliabilitas Variabel Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (X 2)

Adapun hasil uji realiabilitas yang dilakukan pada variabel pengendalian

intern atas pelaporan keuangan (X2) menggunakan SPSS v 23, diperoleh nilai

Cronbach Alpha sebesar 0,909, nilai ini lebih besar dari 0,60. Maka dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa item variabel pengendalian intern atas pelaporan keuangan

(X2) telah reliabel.

3) Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia (X3)

Adapun hasil uji realiabilitas yang dilakukan pada variabel kompetensi

sumber daya manusia (X3) menggunakan SPSS v 23, diperoleh nilai Cronbach Alpha

sebesar 0,746, nilai ini lebih besar dari 0,60. Maka dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa item variabel kompetensi sumber daya manusia (X 3) telah

reliabel.

4) Uji Reliabilitas Variabel Kualitas Laporan Keuangan (X4)

27
28

Adapun hasil uji realiabilitas yang dilakukan pada variabel kualitas laporan

keuangan (X4) menggunakan SPSS v 23, diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar

0,952, nilai ini lebih besar dari 0,60. Maka dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa item variabel kualitas laporan keuangan (X4) telah reliabel.

C. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Berikut adalah hasil uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji

statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Dilihat dari tabel yang disajikan di atas, hasil dari pengujian K-S adalah

nilai asymp. sig. (2 tailed) sebesar ……… Nilai tersebut lebih besar dari 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji ada korelasi atau hubungan kuat

antar variabel independen pada model regresi. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Berikut ini hasil dari uji

multikolinearitas disajikan dalam tabel di bawah :

Variabel Nilai VIF Keterangan

Tolerance

Penerapan SAP (X1) 0,527 1,898 Tidak terjadi multikolinearitas

PIPK (X2) 0,409 2,445 Tidak terjadi multikolinearitas

28
29

Kompetensi SDM 0,668 1,497 Tidak terjadi multikolinearitas

(X3)

Dari tabel yang tersaji di atas, tidak ada variabel independen yang memiliki

nilai Tolerance kurang dari 0,10. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor

(VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada satupun variabel bebas atau

independen yang memiliki VIF lebih dari 10. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa

tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah terhadap ketidaksamaan variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain pada model regresi. Model

regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Indikator pengujian

heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai signifikansi, apabila nilai signifikansi lebih

besar dari 0,05 maka dapat dinyatakan tidak ada gejala heterokedastisitas. Berikut ini

adalah tabel hasil pengujiannya :

Variabel Nilai Keterangan

Signifikans

Penerapan SAP (X1) 0,519 Tidak terdapat heteroskedastisitas

PIPK (X2) 0,744 Tidak terdapat heteroskedastisitas

Kompetensi SDM (X3) 0,361 Tidak terdapat heteroskedastisitas

29
30

Dapat dilihat dari hasil uji heteroskedastisitas menggunakan rank Spearman,

Nilai sig (2-tailed) pada setiap variabel independen lebih dari 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi ini tidak ada gejala heterokedastisitas.

D. Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel

independen yaitu penerapan standar akuntansi pemerintah (X 1), pengendalian intern

atas pelaporan keuangan (X2), dan kompetensi sumber daya manusia (X 3) terhadap

variabel dependen yaitu kualitas laporan keuangan (Y). Persamaan regresi linear

berganda adalah sebagai berikut :

Y = -110 + 0,628X1 + 0,209X2 + 0,144X3 + e

Y = Kualitas Laporan Keuangan

X1 = Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah

X2 = Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan

X4 = Kompetensi Sumber Daya Manusia

e = Standard error

Dari persamaan di atas, dapat dijelaskan bahwa :

a. Nilai constant (a) = -110 mengartikan bahwa apabila skor dari variabel penerapan

standar akuntansi pemerintah (X1), pengendalian intern atas pelaporan keuangan

(X2), dan kompetensi sumber daya manusia (X3) sama dengan nol, maka variabel

kualitas laporan keuangan turun sebesar 110.

30
31

b. Nilai koefisien regresi dari variabel penerapan standar akuntansi pemerintah (X 1) =

0,628 mengartikan bahwa apabila variabel penerapan standar akuntansi pemerintah

(X1) meningkat satu, maka variabel kualitas laporan keuangan meningkat sebesar

0,628.

c. Nilai koefisien regresi dari variabel pengendalian intern atas pelaporan keuangan

(X2) = 0,209 mengartikan bahwa apabila variabel pengendalian intern atas pelaporan

keuangan (X2) meningkat satu, maka variabel kualitas laporan keuangan meningkat

sebesar 0,209.

d. Nilai koefisien regresi dari variabel kompetensi sumber daya manusia (X 3) = 0,144

mengartikan bahwa apabila variabel kompetensi sumber daya manusia (X 3)

meningkat satu, maka variabel kualitas laporan keuangan meningkat sebesar 0,144.

D. Uji Hipotesis

1. Uji t (t-test)

Uji statistik t (t-test) merupakan pengujian untuk menunjukkan seberapa

jauh pengaruh dari sebuah variabel independen/bebas secara parsial terhadap variabel

dependen/terikat. Hasil uji statistik t pada penelitian ini, dijelaskan tabel sebagai

berikut :

Variabel Koefisien t Sig Keterangan

Penerapan SAP (X1) 0,628 6,124 0,000 Ho gagal ditolak

PIPK (X2) 0,209 2,088 0,041 Ho gagal ditolak

Kompetensi SDM (X3) 0,144 1,716 0,091 Ho gagal ditolak

31
32

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa :

1) Nilai signifikansi variabel Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (X 1) adalah

sebesar 0,000, dimana nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 dan nilai t

hitung (6,124) lebih besar dari t tabel (1,668). Dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa variabel Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (X 1) secara parsial

berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah (Y),

sehingga membuktikan bahwa Ha1 diterima dan Ho1 ditolak.

2) Nilai signifikansi variabel Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (X 2)

adalah sebesar 0,041, dimana nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 dan nilai

t hitung (2,088) lebih besar dari t tabel (1,668). Dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa variabel Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (X 2) secara parsial

berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah (Y),

sehingga membuktikan bahwa Ha1 diterima dan Ho1 ditolak.

3) Nilai signifikansi variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia (X 3) adalah sebesar

0,091, dimana nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung

(1,716) lebih besar dari t tabel (1,668). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa

variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia (X 3) secara parsial berpengaruh positif

terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah (Y), sehingga membuktikan bahwa

Ha1 diterima dan Ho1 ditolak.

2. Uji F (F test)

32
33

Uji statistik F (F test) merupakan pengujian untuk menunjukkan seberapa

jauh pengaruh dari sebuah variabel independen/bebas secara keseluruhan atau

simultan terhadap variabel dependen/terikat. Hasil uji F pada penelitian ini, didapat

nilai F hitung sebesar 48,395 dengan probabilitas 0,00. Karena probabilitas lebih

kecil dari 0,05 (0,00<0,05) dan F hitung (48,395) lebih besar dari F tabel (2,74),

maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel Kualitas Laporan

Keuangan Pemerintah (Y) atau dapat dikatakan bahwa variabel Penerapan Standar

Akuntansi Pemerintah (X1), Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (X 2),

Kompetensi Sumber Daya Manusia (X3), secara simultan berpengaruh terhadap

Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah (Y) sehingga membuktikan bahwa Ho 4

ditolak dan Ha4 diterima.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi merupakan pengujian yang dilakukan untuk

mengukur kemampuan model regresi dalam menerangkan seberapa pengaruh

variabel independen secara bersama–sama (simultan) mempengaruhi variabel

dependen.

Dari hasil pengujian koefisien determinasi menggunakan SPSS v 23

didapatkan nilai R Square (koefisien determinasi) dari model regresi sebesar 0,687.

Artinya dari angka tersebut bahwa sebesar 68,7% tingkat Kualitas Laporan

Keuangan Pemerintah dapat dijelaskan dengan variabel Penerapan Sumber Daya

Manusia, Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan, dan Kompetensi Sumber

Daya Manusia.

33
34

E. Pembahasan

Pada pembahasan ini, akan diuraikan mengenai pengaruh variabel-variabel

independent yang dijelaskan dengan penerapan standar akuntansi pemerintah,

pengendalian intern atas pelaporan keuangan, dan kompetensi sumber daya manusia

yang terlibat dalam proses penyusunan laporan keuangan terhadap kualitas laporan

keuangan BPKP.

1. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah terhadap Kualitas Laporan

Keuangan BPKP

Berdasarkan pengujian data atas variabel penerapan standar akuntansi

pemerintah, membuktikan bahawa variabel tersebut mempengaruhi variabel kualitas

laporan keuangan secara signifikan. Dari hasil pengujian tersebut didapatkan nilai

signifikansi penerapan standar akuntansi pemerintah sebesar 0,000, dimana nilai

tersebut lebih kecil dari 0,05, dan nilai t hitung (6,124) lebih besar dari nilai t tabel

(1,668). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Penerapan Standar Akuntansi

Pemerintah (X1) secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas

Laporan Keuangan BPKP (Y). Dari hasil penelitian juga membutikan bahwa Ha 1

diterima dan Ho1 ditolak, variabel Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (X 1)

berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan BPKP (Y).

Pemahaman dan penerapan Standar Akuntansi Pemerintah sesuai yang

tertuang di dalam PP No. 71 tahun 2021 tentang Standar Akuntansi Pemerintah

34
35

dapat mendukung proses penyusunan laporan keuangan sehingga dapat

menghasilkan laporan keuangan pemerintah yang berkualitas. Standar Akuntansi

Pemerintah sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah,

memiliki standar-standar baku yang telah ditentukan sehingga laporan keuangan

pemerintah yang disusun dapat menyajikan informasi yang relevan, andal, dapat

dibandingkan, dan dapat dipahami.

Dengan demikian penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Mutia Aulia Safrida yang berjudul Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia,

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah dan Sistem Pengendalian Internal terhadap

Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (2020) yang menunjukkan bahwa

variabel penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berpengaruh positif terhadap

kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah. Penelitian ini juga mendukung

penelitian yang dilakukan oleh Ady Kurnia Munggaran berjudul Pengaruh Standar

Akuntansi Pemerintahan, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Auditor

Internal terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah (2020) yang menunjukkan

bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan berpengaruh positif terhadap kualitas

laporan keuangan pemerintah, penelitian yang dilakukan oleh Putriasri Pujanira

dengan judul Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Standar

Akuntansi Pemerintahan, dan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi DIY (2017)

yang menunjukkan bahwa penerapan SAP berpengaruh positif terhadap kualitas

laporan keuangan daerah, dan penelitian yang dilakukan oleh Dzulfikar Ahli Fikri

dengan judul Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem

35
36

Pengendalian Intern Pemerintah dan Standar Akuntansi Pemerintah Terhadap

Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah Kota Malang) yang menunjukkan bahwa penerapan SAP berpengaruh positif

terhadap kualitas laporan keuangan daerah.

2. Pengaruh Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan terhadap Kualitas

Laporan Keuangan BPKP

Berdasarkan pengujian data atas variabel pengendalian intern atas pelaporan

keuangan, membuktikan bahawa variabel tersebut mempengaruhi variabel kualitas

laporan keuangan secara signifikan. Dari hasil pengujian tersebut didapatkan nilai

signifikansi penerapan standar akuntansi pemerintah sebesar 0,041, dimana nilai

tersebut lebih kecil dari 0,05, dan nilai t hitung (2,088) lebih besar dari nilai t tabel

(1,668). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Pengendalian Intern atas Pelaporan

Keuangan (X2) secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas

Laporan Keuangan BPKP (Y). Dari hasil penelitian juga membutikan bahwa Ha 2

diterima dan Ho2 ditolak, variabel Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (X 2)

berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan BPKP (Y).

Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan adalah pengendalian yang

secara spesifik dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa

laporan keuangan yang dihasilkan merupakan laporan yang andal dan disusun sesuai

dengan standar akuntansi pemerintahan. Penerapan PIPK bertujuan untuk

memberikan keyakinan memadai bahwa Pelaporan Keuangan dilaksanakan dengan

36
37

pengendalian intern yang memadai. Sehingga apabila PIPK diimplementasikan

dengan baik, maka kualitas laporan keuangan yang disusun akan semakin baik.

Dengan demikian penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Rini

dengan judul Pengaruh Penerapan Komite Audit, Peran Dewan Pengawas Syariah,

dan Efektivitas Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan terhadap Kualitas

Laporan Keuangan (2014) yang menunjukkan bahwa pengendalian intern atas

pelaporan keuangan berpengaruh pada kualitas laporan keuangan.

3. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan

Keuangan BPKP

Berdasarkan pengujian data atas variabel kompetensi sumber daya manusia,

membuktikan bahawa variabel tersebut mempengaruhi variabel kualitas laporan

keuangan. Dari hasil pengujian tersebut didapatkan nilai signifikansi penerapan

standar akuntansi pemerintah sebesar 0,091, dimana nilai tersebut lebih besar dari

0,05, dan nilai t hitung (1,716) lebih besar dari nilai t tabel (1,668). Hasil tersebut

menunjukkan bahwa Kompetensi Sumber Daya Manusia (X 3) secara parsial

berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan BPKP (Y). Dari hasil

penelitian juga membutikan bahwa Ha3 diterima dan Ho3 ditolak, variabel

Kompetensi Sumber Daya Manusia (X3) berpengaruh terhadap Kualitas Laporan

Keuangan BPKP (Y).

Sumber daya manusia dikatakan memiliki kompetensi jika memenuhi

aspek-aspek pengetahuan, keterampilan serta sikap kerja yang mumpuni sesuai

dengan standar atau pedoman baku yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi.

37
38

Sumber daya manusia adalah kebutuhan yang sangat krusial, yang diharapkan dapat

berperan aktif dalam berjalannya suatu organisasi. Untuk mencapai tujuan organisasi,

diperlukan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersinergi dalam

mencapai tujuan organisasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

kompetensi sumber daya manusia yang berkaitan dengan penyusunan laporan

keuangan, maka laporan keuangan yang disajikan akan semakin baik dan dapat

memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan.

Dengan demikian hasil penelitian ini mendukun penelitian yang dilakukan

oleh Mutia Aulia Safrida yang berjudul Pengaruh Kompetensi Sumber Daya

Manusia, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah dan Sistem Pengendalian Internal

terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (2020) yang menunjukkan

bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan, penelitian yang dilakukan oleh Harlinda yang berjudul Analisis Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah (2016) yang membuktikan bahwa sumber daya manusia berpengaruh pada

kualitas laporan keuangan, hasil penelitian dari Putriasri Pujanira yang berjudul

Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Standar Akuntansi

Pemerintahan, dan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi DIY (2017) membuktikan bahwa

kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif pada kualitas laporan

keuangan Pemerintah Daerah, dan penelitian yang dilakukan Dzulfikar Ahli Fikri

dengan judul Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah dan Standar Akuntansi Pemerintah Terhadap

38
39

Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah Kota Malang) menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia

berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

4. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Pengendalian Intern atas

Pelaporan Keuangan, dan Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas

Laporan Keuangan BPKP

Berdasarkan pengujian data atas variabel penerapan Standar Akuntansi

Pemerintahan, pengendalian intern atas pelaporan keuangan, dan kompetensi sumber

daya manusia yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan membuktikan

bahawa variabel-variabel tersebut secara simultan mempengaruhi variabel kualitas

laporan keuangan. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil pengujian yang menunjukkan

nilai F hitung (48,395) lebih besar dari F tabel (2,74). Hasil tersebut menunjukkan

bahwa seluruh variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen

yaitu Kualitas Laporan Keuangan BPKP. Dari hasil penelitian juga membutikan

bahwa Ha4 diterima dan Ho4 ditolak, yang artinya Penerapan Standar Akuntansi

Pemerintah (X1), Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (X 2), dan

Kompetensi Sumber Daya Manusia (X3) berpengaruh terhadap Kualitas Laporan

Keuangan BPKP (Y).

Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2021 Badan

Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian atas pemeriksaan Laporan Keuangan

Tahun Anggaran 2020. Selain itu, dalam 5 tahun terakhir mendapat opini WTP

39
40

tersebut. Dalam hal ini dapat menyiratkan bahwa Laporan Keuangan BPKP telah

memenuhi syarat-syarat karakteristik kualitatif dari laporan keuangan. Hal tersebut

berarti variabel-variabel penyebab, dalam hal ini penerapan standar akuntansi

pemerintahan, pengendalian intern atas pelaporan keuangan, dan kompetensi sumber

daya manusia yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan sudah bersinergi

dan berkinerja dengan baik sehingga dapat mencapai laporan keuangan dengan

kualitas yang baik.

40

Anda mungkin juga menyukai