Anda di halaman 1dari 10

ETIKA PROFESI

Theoria Keadilan Pertemuan 4

Nama Anggota Kelompok :

Okky O 023

Agita Syafira Chendrarini 023001906506

Novelia Septiawati Anggraeni 023002006501

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRISAKTI

2020
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat
kepentingan yang besar. Intinya, keadilan adalah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya atau
sesuai dengan porsinya, adil tidak harus merata berlaku bagi semua orang tetapi sifatnya sangat
subjektif.

Keadilan bisa juga diartikan sebagai adalah suatu hal yang berkaitan dengan sikap dan
tindakan dalam hubungan antar manusia yang berisi sebuah tuntutan agar antar sesama
mendapatkan perlakuan sesuai hak dan kewajibannya. Dengan adanya keadilan, maka kehidupan
masyarakat dalam berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik lagi. Keadilan diperlukan di
segala bidang kehidupan baik itu hukum, ekonomi dan lain sebagainya. Hilangnya keadilan
dapat memunculkan berbagai masalah di tengah masyarakat.

Teori Keadilan

What?

Keadilan menurut filsuf:

1. Keadilan menurut Plato adalah nilai kebijakan yang paling tertinggi.


2. John Rawls menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi
sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran".
Menurut John Rawls bahwa keadilan pada dasarnya merupakan prinsip dari
kebijakan rasional yang diaplikasikan untuk konsepsi jumlah dari kesejahteraan seluruh
kelompok dalam masyarakat. Untuk mencapai keadilan tersebut, maka rasional jika
seseorang memaksakan pemenuhan keinginannya sesuai dengan prinsip kegunaan, karena
dilakukan untuk memperbesar keuntungan bersih dari kepuasan yang diperoleh oleh
anggota masyarakatnya.
John Rawls mengolaborasi keadilan dengan mencampur unsur-unsur keadilan
menurut Aristoteles dan keadilan yang hilang itu mesti dikembalikan oleh hukum. Hasil
kolaborasinya diperoleh secara tajam jika dilakukan maksimum penggunaan barang secara
merata dengan memperhatikan kepribadian masing-masing dengan menggunakan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Terpenuhinya hak yang sama terhadap dasar;
2. Perbedaan ekonomi dan sosial harus diatur sehingga akan terjadi kondisi yang positif
yaitu:
 Terciptanya keuntungan maksimum yang reasonable untuk setiap orang
termasuk bagi setiap yang lemah;
 Terciptanya kesempatan bagi semua orang.

Pandangan John Rawls tersebut sejalan dengan keadilan yang ingin dicapai oleh
aliran utilitarian yang menitikberatkan pada kemanfaatan. Jika mesin diukur dari
manfaatnya (utility), maka institusi sosial, termasuk institusi hukum pun harus diukur dari
manfaatnya. Karena itu, unsur manfaat sebagai kriteria bagi manusia dalam mematuhi
hukum.

3. Aristoteles dalam karyanya yang berjudul Etika Nichomachea menjelaskan pemikiran


pemikirannya tentang keadilan. Bagi Aristoteles, keutamaan, yaitu ketaatan terhadap
hukum (hukum polis pada waktu itu, tertulis dan tidak tertulis) adalah keadilan. Aristoteles
yang menggemukakan bahwa keadilan ialah tindakan yang terletak diantara memberikan
terlalu banyak dan juga sedikit yang dapat diartikan ialah memberikan sesuatu kepada
setiap orang sesuai dengan memberi apa yang menjadi haknya. Dengan kata lain keadilan
adalah keutamaan dan ini bersifat umum. Selain keutamaan umum juga keadilan sebagai
keutamaan moral khusus, yang berkaitan dengan sikap manusia dalam bidang tertentu,
yaitu menentukan hubungan baik antara orang-orang, dan keseimbangan antara dua pihak.
Ukuran keseimbangan ini adalah kesamaan numerik dan proporsional. Hal ini karena
Aristoteles memahami keadilan dalam pengertian kesamaan. Dalam kesamaan numerik,
setiap manusia disamakan dalam satu unit. Misalnya semua orang sama di hadapan hukum.
Kemudian kesamaan proporsional adalah memberikan kepada setiap orang apa yang
menjadi haknya, sesuai kemampuan dan prestasinya.
4. Menurut Thomas Hobbes, keadilan ialah suatu perbuatan dapat dikatakan adil apabila telah
didasarkan pada perjanjian yang telah disepakati. Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa keadilan atau rasa keadilan baru dapat tercapai saat adanya
kesepakatan antara dua pihak yang berjanji. Perjanjian disini diartikan dalam wujud yang
luas tidak hanya sebatas perjanjian dua pihak yang sedang mengadakan kontrak bisnis,
sewa-menyewa, dan lain-lain. Melainkan perjanjian disini juga perjanjian jatuhan putusan
antara hakim dan terdakwa, peraturan perundang- undangan yang tidak memihak pada satu
pihak saja tetapi saling mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan publik.

 Makna Keadilan

Makna keadilan yang dikemukakan tersebut pada prinsipnya bertujuan sama bergantung
pada sudut pandang masing-masing. Namun menjadi persoalan adalah ketika terjadi tindakan
yang tidak adil (unfair prejudice) di dalam kehidupan, maka sektor hukum jugalah yang berperan
untuk menemukan dan mengembalikan keadilan yang telah hilang (the lost justice) inilah yang
disebut Aristoteles sebagai keadilan korektif.

Keadilan menunjuk pada suatu keadaan, tuntutan dan keutamaaan.

 Keadilan sebagai ”keadaaan” menyatakan bahwa semua pihak memperoleh apa yang
menjadi hak mereka dan diperlakukan sama. Misalnya, di negara atau lembaga tertentu
ada keadilan, semua orang diperlakukan secara adil (tidak pandang suku, agama, ras atau
aliran tertentu).
 Keadilan sebagai ”tuntutan”, memuntut agar keadaan adil itu diciptakan baik dengan
mengambil tindakan yang diperlukan, maupun dengan menjauhkan diri dari tindakan
yang tidak adil.
 Keadilan sebagai ”keutamaan”, adalah sikap dan tekad untuk melakkan apa yang adil.

How?

 Landasan Untuk Memperjuangkan Keadilan

Dalam Pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa menciptakan keadilan sosial


merupakan salah satu tugas utama Republik Indonesia. Denan demikian, segala bentuk
ketidakadilan tidak boleh dibiarkan di bumi Indonesia. Negara dan segala alat negara
berkewajiban untuk menciptakan jalur-jalur dan prasarana-prasarana ekonomis, politis,
sosial, dan budaya yang menjamin keadilan dan kesejahteraan bagi segenap warga
Indonesia.

Tuntutan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tersebut dijabarkan dalam
pasal 33 dan 34 yang menentukan bagaimana perekonomian nasional harus disusun.

Utilitarianisme

Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa suatu
tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya didefinisikan
sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. "Utilitarianisme" berasal dari
kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan.[1] Istilah ini
juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory).
Utilitarianisme merupakan sebuah prinsip moral yang mengklaim bahwa sesuatu dianggap
benar apabila mampu menekan biaya sosial (social cost) dan memberikan manfaat sosial (social
benefit).

Teori Utilitarianisme

What?

Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy


Bentham dan muridnya, John Stuart Mill. Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang
berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfedah, dan menguntungkan. Sebaliknya,
yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan.

 Jeremy Bentham mengatakan bahwa yang baik (good) adalah yang menyenangkan
(pleasurable), dan yang buruk (bad) adalah yang menyakitkan (pain). Dengan kata
lain, hedonisme (pencarian kesenangan) adalah basis teori moralnya, yang biasa
disebut Hedonistic utilitarianism. Nilai utama adalah kebahagiaan atau kesenangan
yang merupakan nilai intrinsik. Sementara apa pun yang membantu pencapaian
kebahagiaan atau menghindari penderitaan adalah nilai instrumental. Oleh karena boleh
jadi kita melakukan sesuatu yang menyenangkan dalam rangka mendapatkan sesuatu
lain yang menyenangkan juga, maka kesenangan memiliki dua nilai yaitu intrinsik dan
instrumental.
 John Stuart Mill mencoba menjelaskan dan memperbaiki prinsip utilitarianisme
sedemikian rupa sehingga lebih kuat dan kokoh. Mill mulai dengan merumuskan prinsip
kegunaan (utility) sebagai prinsip dasar moralitas. Suatu tindakan harus dianggap benar
sejauh cenderung mendukung kebahagiaan, dan salah sejauh menghasilkan kebalikan
dari kebahagiaan. Yang dimaksud kebahagiaan adalah kesenangan (pleasure) dan
kebebasan dari perasaan sakit (pain). Yang dimaksud ketidakbahagiaan adalah perasaan
sakit dan tiadanya kesenangan. Dengan demikian, moralitas suatu tindakan diukur ,
pertama, dari sejauh mana diarahkan kepada kebahagiaan, dan kedua, kebahagiaan
sendiri terdiri atas perasaan senang dan kebebasan dan perasaan sakit.

Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna,
berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.

 Teori Tujuan Perbuatan

Menurut kaum utilitarianisme, tujuan perbuatan sekurang-kurangnya menghindari


atau mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan yang dilakukan, baik bagi diri
sendiri ataupun orang lain.

Adapun maksimalnya adalah dengan memperbesar kegunaan, manfaat, dan


keuntungan yang dihasilkan oleh perbuatan yang akan dilakukan. Perbuatan harus
diusahakan agar mendatangkan kebahagiaan daripada penderitaan, manfaat daripada
kesia-siaan, keuntungan daripada kerugian, bagi sebagian besar orang. Dengan demikian,
perbuatan manusia baik secara etis dan membawa dampak sebaik-baiknya bagi diri
sendiri dan orang lain.

Kenapa terdapat paham Utilitarianisme?

Pada masa Bentham, dunia feodal telah lenyap. Namun masyarakat terbagi menjadi 3
lapisan : kelas atas, kelas menengah dan kelas buruh, dan Revolusi Industri baru dimulai.
Keadaan masyarakat kelas bawah dalam hirarki sosial sangat memilukan. Hak-hak di bidang
Peradilan bisa dibeli, dalam arti, orang yang tidak memiliki sarana untuk membelinya, maka
tidak akan mendapatkan hak-hak tersebut. Tidak ada undang-undang yang mengatur buruh anak
sehingga eksploitasi terhadap mereka terjadi di tempat kerja. Hal itu tumbuh subur pada masa
Bentham. Ia melihat hal itu sebagai ketidakadilan yang memilukan sehingga mendorongnya
menemukan cara terbaik untuk merancang kembali (redesign) sistem yang tidak adil ini dalam
bentuk aturan moral yang sederhanada, yang bisa dipahami semua orang baik kaya maupun
miskin.

Menurut Bentham, utilitarianisme dimaksudkan sebagai dasar etis-moral untuk


memperbaharui hukum Inggris , khususnya hukum pidana. Dengan demikian, Bentham hendak
mewujudkan suatu teori hukum yang kongkret, bukan yang abstrak. Ia berpendapat bahwa tujuan
utama hukum adalah untuk memajukan kepentingan para warga Negara dan bukan memaksakan
perintah-perintah Tuhan atau melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati. Oleh karena itu,
Bentham beranggapan bahwa klasifikasi kejahatan dalam hukum Inggris sudah ketinggalan
zaman dan karenanya harus diganti dengan yang lebih up to date . Melalui buku tersebut,
Bentham menawarkan suatu klasifikasi kejahatan yang didasarkan atas berat tidaknya
pelanggaran dan yang terakhir ini diukur berdasarkan kesusahan dan penderitaan yang
diakibatkannya terhadap para korban dan masyarakat.

Menurut Bentham, Hukum Inggris yang berlaku saat itu berantakan, karena tidak disertai
landasan logis atau ilmiah apa pun. Sebagian orang berpendapat hukum harus didasarkan atas
Alkitab atau kesadaran pribadi dan sebagian lain atas hak-hak alami dan yang lain lagi atas akal
sehat para hakim. Seluruh penjelasan ini menurut Bentham adalah ‘ tidak masuk akal ‘ dan ‘
lemah ’. Atas dasar itu, Bentham menawarkan suatu hukum dan moralitas yang ‘ ilmiah ’ dengan
cara yang sama seperti klaim sosiologi dan psikologi yang telah membuat kajian tentang manusia
menjadi ilmiah

 Beberapa Ajaran Pokok


 Seseorang hendaknya bertindak sedemikian rupa, sehingga memajukan
kebahagiaan (kesenangan) terbesar dari sejumlah besar orang.
 Tindakan secara moral dapat dibenarkan jika ia menghasilkan lebih banyak
kebaikan daripada kejahatan, dibandingkan tindakan yang mungkin diambil dalam
situasi dan kondisi yang sama.
 Secara umum, harkat atau nilai moral tindakan dinilai menurut kebaikan dan
keburukan akibatnya.
 Ajaran bahwa prinsip kegunaan terbesar hendaknya menjadi kriteria dalam
perkara etis. Kriteria itu harus diterapkan pada konsekuensi-konsekuensi yang
timbul dari keputusan-keputusan etis.

 Prinsip Utilitarian
menganggap suatu tindakan menjadi benar jika jumlah total manfaat yang
dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari jumlah manfaat total yang dihasilkan
oleh tindakan lain yang dilakukan. Penelantaran para penyandang cacat, eksploitasi kaum
minoritas yang rentan, ketidakotentikan, dan hilangnya otonomi adalah bahaya-bahaya
yang ditentang utilitarianisme ini.
 Prinsip keadilan Utilitarianisme adalah menekankan kebijaksanaan yang masuk akal
untuk mencapai tujuan kesejahteraan bersama.

 Macam-Macam Keadilan

Atas pengaruh Aristoteles secara tradisonal keadilan dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Keadilan Legal
Keadilan legal menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan
Negara. Intinya adalah semua orang atau kelompok masyarakat diperlakukan secara sama
oleh Negara di hadapan dan berdasarkan hukum yang berlaku. Semua pihak dijamin
untuk mendapat perlakuan yang sama sesuai dengan hukum yang berlaku.
Dasar moralnya, pertama, semua orang adalah manusia yang mempunyai harkat dan
martabat yang sama dank arena itu harus diperlakukan secara sama. Perlakuan yang
berbeda atau diskriminatif dengan demikian berarti merendahkan harkat dan martabat
manusia. Kedua, semua orang adalah warga Negara yang sama status dan kedudukannya,
bahkan sama kewajiban sipilnya.
Prinsip dasar tersebut mempunyai beberapa konsekuensi legal dan moral yang mendasar
yaitu :
 Semua orang harus secara sama dilindungi oleh hukum, dalam hal ini oleh
Negara. Hukum wajib melindungi semua warga terlepas dari status social, latar
belakang, agama ataupun aliran politiknya.
 Tidak ada orang yang akan diperlakukan secara istimewa oleh hukum atau
Negara. Secara konkret, berarti siapa saja yang bersalah harus dihukum dan siapa
saja yang dirugikan atau dilanggar hak dan kepentingannya harus dibela dan
dilindungi oleh Negara.
 Negara dalam hal ini, pemerintah tidak boleh mengeluarkan hukum atau produk
hukum apapun yang secara khusus dimaksudkan untuk kepentingan kelompok
atau orang tertentu, dengan atau tanpa merugikan kepentingan pihak lain.
 Semua orang harus tunduk dan taat kepada hukum yang berlaku karena hukum
tersebut melindungi hak dan kewajiban semua warga.

Contoh dari keadilan legal didalam suatu perusahaan menyangkut banyak aspek seperti
tunjangan, gaji, promosi, sikap. Jadi, semua karyawan memiliki kesempatan dan peluang
dalam promosi, tunjangan, gaji kecuali atas dasar pertimbangan yang rasional seperti
kemampuan, pengalaman, dedikasi, kepercayaan.

2. Keadilan Komutatif
Keadilan ini mengatur hubungan yang adil atau fair antara orang yang satu dengan yang
lain atau antar warga Negara yang satu dengan warga Negara lainnya. Keadilan ini
menuntut agar dalam interaksi social antara warga yang satu dan lainnya, tidak boleh ada
pihak yang dirugikan atas hak dan kepentingannya. Ini berarti keadilan komutatif
menuntut agar semua orang memberikan, menghargai, menjamin apa yang menjadi hak
orang lain. Dasar moralnya sama seperti keadilan legal yaitu setiap orang memiliki harkat
dan martabat, dan karena itu juga hak, yang sama yang harus dijamin dan dihargai oleh
semua orang. Prinsip keadilan komutatif menyangkut pemulihan kembali hubungan yang
rusak, yang tidak harmonis dan tidak adil karena terlanggarnya hak pihak tertentu oleh
pihak orang lain.
Dapat dicontohkan pada suatu perusahaan yaitu antara pihak perusahaan dengan relasi
bisnisnya melakukan sebuah perjanjian untuk pengembalian ganti rugi, makan
perusahaan tersebut harus memenuhi janjinya untuk melakukan pengembalian tersebut.
Atau dalam wujud lain, manfaat yang didapat ataupu biaya yang dikeluarga oleh suatu
perusahaan harus sama-sama dipikul secara bersamaan oleh semua pihak yang terlibat.

3. Keadilan Distributif
Prinsip dasar keadilan distributif ini atau yang kini dikenal sebagai keadilan ekonomi,
adalah distribusi ekonomi yang merata atau yang dianggap adil bagi semua warga
Negara. Menyangkut pembagian kekayaan ekonomi atau hasil-hasil pembangunan.
Distribusi ekonomi didasarkan pada prestasi dan peran masing-masing orang dalam
mengejar tujuan bersama seluruh warga Negara. Dengan kata lain, keadilan ini tidak
membenarkan prinsip sama rata dalam hal pembagian kekayaan ekonomi. Justru prinsip
sama rata akan menimbulkan ketidak adilan karena mereka yang menyumbang lebih
besar merasa tidak diperlakukan secara adil.
Dapat dicontohkan pada perusahaan yaitu setiap karyawan harus digaji sesuai dengan
prsestasi, tugas, dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Semakin besar prestasi
dan tanggung jawabnya semakin besar pula imbalan yang akan diperolehnya. Maka pada
akhirnya memang imbalan ekonomi yang didapat setiap orang tidak akan sama, dan itu
dibenarkan dan diterima sebagai hal yang adil dan etis.

 Macam-macam Teori Keadilan yang secara umum :


1. Keadilan Komunikatif (Iustitia Communicativa), yaitu suatu keadilan yang
memberikan kepada masing-masing orang terhadap apa yang menjadi bagiannya
berdasarkan hak seseorang pada suatu objek tertentu.
Contoh :  Aris membeli tas Bayu yang harganya 100 ribu maka Aris membayar 100
ribu juga seperti yang telah disepakati.
2. Keadilan Distributif (Iustitia Distributiva), yaitu suatu keadilan yang memberikan
kepada masing-masing terhadap apa yang menjadi suatu hak pada subjek hak yakni
individu. Keadilan distributive ini menilai dari segi proporsionalitas atau
kesebandingan berdasarkan jasa, kebutuhan dan kecakapan.
Contoh :  keadilan Pada karyawan yang sudah bekerja selama 30 tahun, maka ia
pantas untuk mendapatkan kenaikan jabatan atau pangkat.
3. Keadilan Legal (Iustitia Legalis), yaitu menyangkut hubungan antara individu atau
kelompok masyarakat dengan Negara. Intinya adalah semua orang atau kelompok
masyarakat diperlakukan secara sama oleh Negara di hadapan dan berdasarkan
hukum yang berlaku.
Contoh :  Semua pengendara wajib untuk menaati rambu-rambu lalu lintas.
4. Keadilan Vindikatif (Iustitia Vindicativa), yaitu suatu keadilan yang memberikan
hukuman ataupun denda yang sesuai dengan pelanggaran ataupun kejahatannya.
Contoh : pengedar narkoba pantas untuk dihukum dengan seberat-beratnya.
5. Keadilan Kreatif (Iustitia Creativa), yaitu suatu keadilan yang memberikan
masing-masing orang dengan berdasarkan bagiannya yang berupa suatu kebebasan
untuk dapat menciptakan kreativitas yang dimilikinya dalam berbagai bidang
kehidupan.
Contoh : penyair diberikan kebebasan dalam menulis, bersyair tanpa adanya
interfensi atau tekanan apapun.
6. Keadilan Protektif (Iustitia Protektiva), yaitu suatu keadilan dengan memberikan
suatu penjagaan ataupun perlindungan kepada pribadi-pribadi dari suatu tindak
sewenang-wenang oleh pihak lain.
Contoh : Polisi wajib untuk menjaga masyarakat dari para penjahat.

 Macam-macam Utilitarianisme dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Utilitarianisme Tindakan (Act Utilitarianism)


Utilitarianisme sebagaimana yang lazim dipahami adalah Utilitarianisme Tindakan.
Kaidah dasarnya bisa dirumuskan sebagai berikut yaitu “Bertindaklah sedemikian rupa
sehingga setiap tindakanmu tersebut dapat menghasilkan akibat-akibat baik yang lebih
besar di dunia daripada akibat buruknya“. Pertanyaan pokok yang perlu diajukan bagi
para penganut aliran ini dalam mempertimbangkan suatu tindakan ialah Apakah tindakan
tertentu yang dilakukan pada situasi tertentu pula, jika memperhatikan semua pihak yang
bersangkutan, akan membawa dampak baik yang lebih besar daripada akibat buruknya?.
Bagi Utilitarianisme jenis ini tidak ada peraturan umum yang dengan sendirinya berlaku;
tapi setiap tindakan harus dipertimbangkan akibatnya. Utilitarianisme ini banyak dikritik.
Salah satu kritikannya adalah Utilitarianisme Tindakan dengan mudah dapat dipakai
untuk membenarkan tindakan yang melanggar hukum dengan alasan bahwa akibatnya
membawa keuntungan bagi lebih banyak orang daripada akibat buruknya.

2. Utilitarianisme Peraturan ( Rule Utilitarianism)


Untuk mengatasi kelemahan pokok di atas, maka kemudian berkembanglah etika
utilitarian yang kedua, yaitu Utilitarianisme Peraturan. Berdasarkan teori ini yang
diperhitungkan bukan lagi akibat baik dan buruk dari tiap-tiap tindakan sendiri,
melainkan dari peraturan umum yang mendasari tindakan itu. Jadi yang dipersoalkan
sekarang ialah akibat-akibat baik dan buruk dari suatu peraturan jika diberlakukan secara
umum. Sekarang kaidah dasarnya berbunyi: “Bertindaklah selalu sesuai dengan kaidah-
kaidah yang penerapannya menghasilkan akibat baik yang lebih besar di dunia ini
daripada akibat buruknya”. Oleh karena itu, tindakan individu tidak lagi ditimbang secara
prinsip utilis tetapi aturanlah yang ditimbang dengan prinsip utilis.

 Contoh Utilitarianisme Tindakan dan Utilitarianisme Peraturan :

Legenda Robinhood yang merupakan seorang pencuri yang memiliki reputasi yang baik
dan terhormarmat karena membagi harta curiannya kepada masyarakat yang tidak
mampu. Dari sudut pandang utilitarianisme tindakan, Robinhood ini dibenarkan karena
atas tindakan yang dilakukannya itu membawa keuntungan bagi lebih banyak orang.
Sedangkan dari sudut pandang utilitarianisme peraturan hal tersebut tidak etis, jelas
sesuai peraturan pencurian termasuk kedalam hal yang telah melanggar hukum dan
seharusnya mendapat hukuman atas perbuatannya.

 Perbedaan antara Utilitarianisme Tindakan dan Utilitarianisme Peraturan yaitu :


1. Tindakan utilitarianisme berkaitan dengan akibat dari tindakan tersebut sedangkan
peraturan utilitarianisme didasarkan pada peraturan tingkah laku.
2. Dalam tindakan utilitarianisme akibatnya menentukan apakah tindakan itu baik atau
buruk sedangkan dalam utilitarianisme peraturan, menentukan apakah tindakan itu
baik atau buruk bergantung pada hasil peraturan yang dipersetujui.
3. Tindakan utilitarianisme lebih cenderung kepada orang atau sekumpulan orang yang
paling banyak mendapatkan manfaat dari tindakan tersebut.
4. Tindakan utilitarianisme berorientasikan hasil pada tujuan sedangkan utilitarianisme
peraturan difokuskan untuk sejajar dengan peraturan.

 Alasan Memahami Teori Keadilan


1. Memberikan manfaat dan kebahagiaan terbesar kepada sebanyak-banyaknya warga
masyarakat. Juga untuk memisahkan keadilan dari teologi, mistisme, imajinasi, dan
spekulasi yang mengarah pada ilusi kekhawatiran dan frustasi yang tidak nyata.
2. Menerangkan berbagai keputusan moral yang sungguh-sungguh dipertimbangkan dalam
keadaan-keadaan khusus kita. Yang dia maksudkan dengan “keputusan moral” adalah
sederet evaluasi moral yang telah kita buat dan sekiranya menyebabkan tindakan sosial
kita

Anda mungkin juga menyukai