Okky O 023
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2020
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat
kepentingan yang besar. Intinya, keadilan adalah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya atau
sesuai dengan porsinya, adil tidak harus merata berlaku bagi semua orang tetapi sifatnya sangat
subjektif.
Keadilan bisa juga diartikan sebagai adalah suatu hal yang berkaitan dengan sikap dan
tindakan dalam hubungan antar manusia yang berisi sebuah tuntutan agar antar sesama
mendapatkan perlakuan sesuai hak dan kewajibannya. Dengan adanya keadilan, maka kehidupan
masyarakat dalam berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik lagi. Keadilan diperlukan di
segala bidang kehidupan baik itu hukum, ekonomi dan lain sebagainya. Hilangnya keadilan
dapat memunculkan berbagai masalah di tengah masyarakat.
Teori Keadilan
What?
Pandangan John Rawls tersebut sejalan dengan keadilan yang ingin dicapai oleh
aliran utilitarian yang menitikberatkan pada kemanfaatan. Jika mesin diukur dari
manfaatnya (utility), maka institusi sosial, termasuk institusi hukum pun harus diukur dari
manfaatnya. Karena itu, unsur manfaat sebagai kriteria bagi manusia dalam mematuhi
hukum.
Makna Keadilan
Makna keadilan yang dikemukakan tersebut pada prinsipnya bertujuan sama bergantung
pada sudut pandang masing-masing. Namun menjadi persoalan adalah ketika terjadi tindakan
yang tidak adil (unfair prejudice) di dalam kehidupan, maka sektor hukum jugalah yang berperan
untuk menemukan dan mengembalikan keadilan yang telah hilang (the lost justice) inilah yang
disebut Aristoteles sebagai keadilan korektif.
Keadilan sebagai ”keadaaan” menyatakan bahwa semua pihak memperoleh apa yang
menjadi hak mereka dan diperlakukan sama. Misalnya, di negara atau lembaga tertentu
ada keadilan, semua orang diperlakukan secara adil (tidak pandang suku, agama, ras atau
aliran tertentu).
Keadilan sebagai ”tuntutan”, memuntut agar keadaan adil itu diciptakan baik dengan
mengambil tindakan yang diperlukan, maupun dengan menjauhkan diri dari tindakan
yang tidak adil.
Keadilan sebagai ”keutamaan”, adalah sikap dan tekad untuk melakkan apa yang adil.
How?
Tuntutan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tersebut dijabarkan dalam
pasal 33 dan 34 yang menentukan bagaimana perekonomian nasional harus disusun.
Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa suatu
tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya didefinisikan
sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. "Utilitarianisme" berasal dari
kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan.[1] Istilah ini
juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory).
Utilitarianisme merupakan sebuah prinsip moral yang mengklaim bahwa sesuatu dianggap
benar apabila mampu menekan biaya sosial (social cost) dan memberikan manfaat sosial (social
benefit).
Teori Utilitarianisme
What?
Jeremy Bentham mengatakan bahwa yang baik (good) adalah yang menyenangkan
(pleasurable), dan yang buruk (bad) adalah yang menyakitkan (pain). Dengan kata
lain, hedonisme (pencarian kesenangan) adalah basis teori moralnya, yang biasa
disebut Hedonistic utilitarianism. Nilai utama adalah kebahagiaan atau kesenangan
yang merupakan nilai intrinsik. Sementara apa pun yang membantu pencapaian
kebahagiaan atau menghindari penderitaan adalah nilai instrumental. Oleh karena boleh
jadi kita melakukan sesuatu yang menyenangkan dalam rangka mendapatkan sesuatu
lain yang menyenangkan juga, maka kesenangan memiliki dua nilai yaitu intrinsik dan
instrumental.
John Stuart Mill mencoba menjelaskan dan memperbaiki prinsip utilitarianisme
sedemikian rupa sehingga lebih kuat dan kokoh. Mill mulai dengan merumuskan prinsip
kegunaan (utility) sebagai prinsip dasar moralitas. Suatu tindakan harus dianggap benar
sejauh cenderung mendukung kebahagiaan, dan salah sejauh menghasilkan kebalikan
dari kebahagiaan. Yang dimaksud kebahagiaan adalah kesenangan (pleasure) dan
kebebasan dari perasaan sakit (pain). Yang dimaksud ketidakbahagiaan adalah perasaan
sakit dan tiadanya kesenangan. Dengan demikian, moralitas suatu tindakan diukur ,
pertama, dari sejauh mana diarahkan kepada kebahagiaan, dan kedua, kebahagiaan
sendiri terdiri atas perasaan senang dan kebebasan dan perasaan sakit.
Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna,
berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
Pada masa Bentham, dunia feodal telah lenyap. Namun masyarakat terbagi menjadi 3
lapisan : kelas atas, kelas menengah dan kelas buruh, dan Revolusi Industri baru dimulai.
Keadaan masyarakat kelas bawah dalam hirarki sosial sangat memilukan. Hak-hak di bidang
Peradilan bisa dibeli, dalam arti, orang yang tidak memiliki sarana untuk membelinya, maka
tidak akan mendapatkan hak-hak tersebut. Tidak ada undang-undang yang mengatur buruh anak
sehingga eksploitasi terhadap mereka terjadi di tempat kerja. Hal itu tumbuh subur pada masa
Bentham. Ia melihat hal itu sebagai ketidakadilan yang memilukan sehingga mendorongnya
menemukan cara terbaik untuk merancang kembali (redesign) sistem yang tidak adil ini dalam
bentuk aturan moral yang sederhanada, yang bisa dipahami semua orang baik kaya maupun
miskin.
Menurut Bentham, Hukum Inggris yang berlaku saat itu berantakan, karena tidak disertai
landasan logis atau ilmiah apa pun. Sebagian orang berpendapat hukum harus didasarkan atas
Alkitab atau kesadaran pribadi dan sebagian lain atas hak-hak alami dan yang lain lagi atas akal
sehat para hakim. Seluruh penjelasan ini menurut Bentham adalah ‘ tidak masuk akal ‘ dan ‘
lemah ’. Atas dasar itu, Bentham menawarkan suatu hukum dan moralitas yang ‘ ilmiah ’ dengan
cara yang sama seperti klaim sosiologi dan psikologi yang telah membuat kajian tentang manusia
menjadi ilmiah
Prinsip Utilitarian
menganggap suatu tindakan menjadi benar jika jumlah total manfaat yang
dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari jumlah manfaat total yang dihasilkan
oleh tindakan lain yang dilakukan. Penelantaran para penyandang cacat, eksploitasi kaum
minoritas yang rentan, ketidakotentikan, dan hilangnya otonomi adalah bahaya-bahaya
yang ditentang utilitarianisme ini.
Prinsip keadilan Utilitarianisme adalah menekankan kebijaksanaan yang masuk akal
untuk mencapai tujuan kesejahteraan bersama.
Macam-Macam Keadilan
1. Keadilan Legal
Keadilan legal menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan
Negara. Intinya adalah semua orang atau kelompok masyarakat diperlakukan secara sama
oleh Negara di hadapan dan berdasarkan hukum yang berlaku. Semua pihak dijamin
untuk mendapat perlakuan yang sama sesuai dengan hukum yang berlaku.
Dasar moralnya, pertama, semua orang adalah manusia yang mempunyai harkat dan
martabat yang sama dank arena itu harus diperlakukan secara sama. Perlakuan yang
berbeda atau diskriminatif dengan demikian berarti merendahkan harkat dan martabat
manusia. Kedua, semua orang adalah warga Negara yang sama status dan kedudukannya,
bahkan sama kewajiban sipilnya.
Prinsip dasar tersebut mempunyai beberapa konsekuensi legal dan moral yang mendasar
yaitu :
Semua orang harus secara sama dilindungi oleh hukum, dalam hal ini oleh
Negara. Hukum wajib melindungi semua warga terlepas dari status social, latar
belakang, agama ataupun aliran politiknya.
Tidak ada orang yang akan diperlakukan secara istimewa oleh hukum atau
Negara. Secara konkret, berarti siapa saja yang bersalah harus dihukum dan siapa
saja yang dirugikan atau dilanggar hak dan kepentingannya harus dibela dan
dilindungi oleh Negara.
Negara dalam hal ini, pemerintah tidak boleh mengeluarkan hukum atau produk
hukum apapun yang secara khusus dimaksudkan untuk kepentingan kelompok
atau orang tertentu, dengan atau tanpa merugikan kepentingan pihak lain.
Semua orang harus tunduk dan taat kepada hukum yang berlaku karena hukum
tersebut melindungi hak dan kewajiban semua warga.
Contoh dari keadilan legal didalam suatu perusahaan menyangkut banyak aspek seperti
tunjangan, gaji, promosi, sikap. Jadi, semua karyawan memiliki kesempatan dan peluang
dalam promosi, tunjangan, gaji kecuali atas dasar pertimbangan yang rasional seperti
kemampuan, pengalaman, dedikasi, kepercayaan.
2. Keadilan Komutatif
Keadilan ini mengatur hubungan yang adil atau fair antara orang yang satu dengan yang
lain atau antar warga Negara yang satu dengan warga Negara lainnya. Keadilan ini
menuntut agar dalam interaksi social antara warga yang satu dan lainnya, tidak boleh ada
pihak yang dirugikan atas hak dan kepentingannya. Ini berarti keadilan komutatif
menuntut agar semua orang memberikan, menghargai, menjamin apa yang menjadi hak
orang lain. Dasar moralnya sama seperti keadilan legal yaitu setiap orang memiliki harkat
dan martabat, dan karena itu juga hak, yang sama yang harus dijamin dan dihargai oleh
semua orang. Prinsip keadilan komutatif menyangkut pemulihan kembali hubungan yang
rusak, yang tidak harmonis dan tidak adil karena terlanggarnya hak pihak tertentu oleh
pihak orang lain.
Dapat dicontohkan pada suatu perusahaan yaitu antara pihak perusahaan dengan relasi
bisnisnya melakukan sebuah perjanjian untuk pengembalian ganti rugi, makan
perusahaan tersebut harus memenuhi janjinya untuk melakukan pengembalian tersebut.
Atau dalam wujud lain, manfaat yang didapat ataupu biaya yang dikeluarga oleh suatu
perusahaan harus sama-sama dipikul secara bersamaan oleh semua pihak yang terlibat.
3. Keadilan Distributif
Prinsip dasar keadilan distributif ini atau yang kini dikenal sebagai keadilan ekonomi,
adalah distribusi ekonomi yang merata atau yang dianggap adil bagi semua warga
Negara. Menyangkut pembagian kekayaan ekonomi atau hasil-hasil pembangunan.
Distribusi ekonomi didasarkan pada prestasi dan peran masing-masing orang dalam
mengejar tujuan bersama seluruh warga Negara. Dengan kata lain, keadilan ini tidak
membenarkan prinsip sama rata dalam hal pembagian kekayaan ekonomi. Justru prinsip
sama rata akan menimbulkan ketidak adilan karena mereka yang menyumbang lebih
besar merasa tidak diperlakukan secara adil.
Dapat dicontohkan pada perusahaan yaitu setiap karyawan harus digaji sesuai dengan
prsestasi, tugas, dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Semakin besar prestasi
dan tanggung jawabnya semakin besar pula imbalan yang akan diperolehnya. Maka pada
akhirnya memang imbalan ekonomi yang didapat setiap orang tidak akan sama, dan itu
dibenarkan dan diterima sebagai hal yang adil dan etis.
Legenda Robinhood yang merupakan seorang pencuri yang memiliki reputasi yang baik
dan terhormarmat karena membagi harta curiannya kepada masyarakat yang tidak
mampu. Dari sudut pandang utilitarianisme tindakan, Robinhood ini dibenarkan karena
atas tindakan yang dilakukannya itu membawa keuntungan bagi lebih banyak orang.
Sedangkan dari sudut pandang utilitarianisme peraturan hal tersebut tidak etis, jelas
sesuai peraturan pencurian termasuk kedalam hal yang telah melanggar hukum dan
seharusnya mendapat hukuman atas perbuatannya.