mazhab (aliran) hukum yang menempatkan suatu fungsi atau manfaat untuk tujuan utama hukum.
Maksudnya adalah mazhab (aliran) mempunyai suatu kebahagiaan (happiness).
Aliran ini memandang antara baik atau buruk serta adil atau curang dari suatu hukum. Hal ini tergantung apakah hukum tersebut
memberi kebahagiaan atau tidak yang nantinya akan dirasakan oleh manusia. Sesuai dengan mottonya yaitu ‘the greatest
happiness for the greatest number of people’.
Aliran ini bisa dibilang termasuk kategori Aliran Positivisme Hukum. Karena aliran ini mempunyai tujuan untuk menciptakan
ketertiban di lingkungan masyarakat. Selain itu, hukum menurut aliran ini merupakan suatu cerminan dari perintah sang
penguasa dan bukan hanya rasio semata.
MAZHAB UTILITARIANISME
Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa
suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya
didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan.
"Utilitarianisme" berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah,
atau menguntungkan. Utilitarianisme atau Utilisme adalah aliran yang meletakan kemanfaatan
sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagiaan (happiness).
Jadi baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum, tergantung kepada apakah hukum itu
memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Kebahagiaan ini selayaknya dapat
dirasakan oleh setiap individu. Tetapi jika tidak mungkin tercapai (dan pasti tidak mungkin),
diupayakan agar kebahagiaan itu dinikmati oleh sebanyak mungkin individu dalam masyarakat
(bangsa) tersebut (the greatest happiness for greatest number of people). Aliran ini
sesungguhnya dapat pula dimasukan kedalam Positivisme Hukum, mengingat faham ini pada
akhirnya sampai pada kesimpulan tujuan hukum adalah menciptakan ketertiban masyarakat, di
samping untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada jumlah orang yang
terbanyak. Ini berarti hukum merupakan pencerminan perintah penguasa juga, bukan
pencerminan dari rasio semata.
kebaikan dan kejahatan dengan kebaikan dan kesusahan. Tugas hukum adalah
memlihara kebaikan dan mencegah kejahatan. Tegasnya, memelihara kegunaan.
Pandangan Bentham sebenarnya beranjak dari perhatiannya yang besar terhadap
individu. Ia menginginkan agar hukum pertama-tama dapat memberikan jaminan
kebahagiaan individu-individu, bukan langsung ke masyarakat secara keseluruhan.
Walaupun demikian, Bentham tidak menyangkal bahwa di samping kepentingan
individu, kepentingan masyarakat pun perlu diperhatikan. Agar tidak terjadi bentrokan,
kepentingan individu dalam mengejar kebahagiaan sebesar - besarnya itu perlu dibatasi.
Jika tidak, akan terjadi apa yang disebut homo homini lupus (manusia menjadi serigala
• Tindakan secara moral dapat dibenarkan jika ia menghasilkan lebih banyak kebaikan
daripada kejahatan, dibandingkan tindakan yang mungkin diambil dalam situasi dan
kondisi yang sama.
• Secara umum, harkat atau nilai moral tindakan dinilai menurut kebaikan dan keburukan
akibatnya.
• Ajaran bahwa prinsip kegunaan terbesar hendaknya menjadi kriteria dalam perkara
etis. Kriteria itu harus diterapkan pada konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari
keputusan-keputusan etis.
1 B. Arief Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, Dan Filsafat
Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2007, h. 72.
berkeyakinan bahwa hukum mesti dibuat secara utilitaristik. Hukum yang seperti ini dapat
dicapai dengan menggunakan seni dari legislasi yang membuat kita bisa meramalkan hal mana
yang akan memaksimalkan kebahagiaan dan meminimalkan penderitaan masyarakat. Aliran
ini memperkenalkan kemanfaatan hukum sebagai tujuan hukum yang ketiga, disamping
keadilan dan kepastian hukum. Tujuan hukum bukan hanya untuk kepastian hukum dan
keadilan, tetapi juga ditujukan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. Disamping
menyatakan tentang tujuan hukum yang ketiga tersebut, aliran ini juga berbicara tentang
keadilan. Penganut aliran ini mendefenisikan keadilan dalam arti luas, bukan untuk perorangan
atau sekedar pendistribusian barang seperti pendapat Aristoteles. Adil atau tidaknya suatu
kondisi diukur dari seberapa besar dampaknya bagi kesejahteraan manusia (human welfare).
Di indonesia hingga saat ini berkembang aliran positivisme hukum selama hampir
setengah abad lebih undang-undang sebagai hukum negara menjadi hukum utama yang
diberlakukan dalam masyarakat. Hukum ini sebagaimana sifatnya memiliki unsur pemaksa
dari pembuat dan pelaksana undang-undang. Untuk itu, aliran Utilitarianisme memberikan
sumbangsih pemikiran hukum pada hukum, dalam hal ini hukum di Indonesia. Relevansinya
itu merupakan salah satu pemikiran yang mengkaji bagaimana tujuan hukum itu sendiri yakni
memberi kemanfaatan kepada sebanyak-banyaknya orang. Kemanfaatan di sini diartikan
sebagai kebahagiaan (happines). Jadi baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum, bergantung
kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Kebahagiaan
ini selayaknya dapat dirasakan oleh setiap individu. Tetapi jika tidak
mungkin tercapai dan pasti tidak mungkin diupayakan agar kebahagiaan itu
dinikmati oleh sebanyak mungkin individu dalam masyarakat (bangsa)
Indonesia tersebut.