Anda di halaman 1dari 2

Teori Hukum Utilitarian, Membandingkannya dengan Teori

Hukum Kodrat

A. Pendahuluan
B. Pembahasan

1. Legal Utilitarisme (Utilitarisme Hukum)


Aliran Utilitaris ini dipelopori oleh Jeremy Bentham (1748 – 1832), seorang
filsuf, ekonom juris, dan reformer hukum. Bentham mampu menenun dari “benang”
prinsip kemanfaatan” menjadi permadani” doktrin etika dan ilmu hukum yang luas
dan dikenal sebagai utilitarisme .
Hukum barulah dapat diakui sebagai hukum, jika ia memberikan kemanfaatan
yang sebesar – besarnya terhadap banyak orang. Prinsip itu dikemukakan oleh
bentham dalam karyanya Introduction to the Principles ofr Morals and Legislation
(1789), yang bunyinya bahwa hukum bertujuan untuk “the greates happiness of the
greates number”.
Para pembuat undang – undang dalam Menyusun undang – undang, harus
melibatkan penemuan sarana – sarana untuk mewujudkan “kebaikan”. Sang legislator
harus mempertimbangkan fakta bahwa, Tindakan – Tindakan yang ingin ia cegah
adalah “keburukan” atau “kejahatan”.
Bagi Bentham, tujuan perundang – undangan adalah untuk menghasilkan
kebahagiaan bagi masyarakat. Untuk itu perundang – undangan harus berusaha untuk
mencapai empatb tujuan:
a. To provide subsitence (untuk memberi nafkah hidup)
b. To provide abundance (untuk memberikan makan yang berlimpah)
c. To provide security (untuk memberikan perlindungan)
d. To attain equiliuty (untuk mencapai persamaan).

2. Pembahasan Tentang Aliran Utilitas dan Kritik Terhadap Konsep Kemanfaatan


dan Kebahagiaan Utilitarianisme

Aliran utilistis ini menganggap bahwa tujuan hukum semata – mata untuk
Memberikan kemanfaatan atau kebahagiaan yang sebesar – besarnya bagi sebanyak –
banyaknya warga masyarakat.
Pakar – pakar penganut aliran utilitis ini terutama adalah Jeremy Bentham
yang dikenal sebagai the father of legal utilitarianism. Selain bentham, masih dikenal
James Mill dan john Suart Mill, tetapi Jeremy bentham-lah yang merupakan pakar
yang paling radikal diantara pakar utilistis.
Pertama – tama kita mulai dengan gambaran tentang teori utilits. Masyarakat
yang ideal adalah masyarakat yang mencoba memperbesar kebahagiaan dan
memperkecil ketidakbahagiaan atau masyarakat yhang mencoba memberi
kebahagiaan yang besar mungkin kepada rakyat pada umumnya, agar
ketidakbahagiaan diusahakan sesedikit m ungkin di rasakn oleh rakyat pada
umumnya.
Menurut June & Ron Katz (Amanagappa 1992), pertama – tama, kalau kita
ingin memperbesar kebahagiaan, sesuatu yang menyenangkan seseorang belum tentu
juga menyenangkan bagi orang lain.
Semua teori keadilan adalah merupakan teori tentang cara untuk menyatukan
kepentingan – kepentingan yang berbeda dari seluruh warga masyarakat.
3. Aliran Utilitarianisme
Telah di kemukakan bahwa tokoh terkemuka dari aliran ini ialah Jeremy
Bentham (1748-1832) disamping itu juga John Stuart Mill (1806-1873) dan Rudolf
Von Jhering (1818-1889).
Dalam lingkungan hukum aliran utilitarianisme yaitu manusia akan bertindak
untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar – besarnya dan mengurangi penderitaan.
Untuk mencegah dilakukannya penyerangan penyerangan – penyerangan tertentu.
Pemidanaan hanya bisa diterima apabila ia meberikan harapan bagi tercegahnya kejahatan
yang lebih besar (Satjipto Rahardjo, 1982:239). Ajaran seperti didasarkan atas hedonistic
utilitarianism (M.P. Golding 1978:75).
John Stuart Mill memiliki pendapat yang sejalan dengan Jeremy Bentham.
Kesamaannya terdapat pada perbuatan itu hendaknya bertujuan untuk mencapai sebanyak
mungkin kebahagiaan. Menurut john Stuart Mill, sumber ini dari kesadaran keadilan itu
bukan terletak pada kegunaan, melainkan pada rangsangan untuk mempertahankan diri
dari perasaan simpati.
Sedangkan Rudolf Von Jhering, dikenal sebagai pengasas teori disebut
‘social utilitarianism’. Teorinya merupakan penggabungan antara pikiran Bentham dan
John Stuart Mill dengan positivisme hukum John Austin.

4. Mazhab Sejarah
Ada dua lahirnya mazhab. Yakni pengaruh Montesqueu dalam bukum L’esprit
de Lois yang telah terlebih dahulu mengemukakan tentang adanya hubungan antara jiwa
suatu bangsa dengan hukumnya, dan penngaruh paham nasionalisme yang mulai timbul
pada awal abad ke-19.
Aliran ini memandang antara baik atau buruk serta adil atau curang dari suatu
hukum. Hal ini tergantung apakah hukum tersebut memberi kebahagiaan atau tidak yang
nantinya akan dirasakan oleh manusia. Sesuai dengan mottonya yaitu ‘the greatest
happiness for the greatest number of people’.
Aliran ini bisa dibilang termasuk kategori Aliran Positivisme Hukum. Karena
aliran ini mempunyai tujuan untuk menciptakan ketertiban di lingkungan masyarakat.
Selain itu, hukum menurut aliran ini merupakan suatu cerminan dari perintah sang
penguasa dan bukan hanya rasio semata.
Undang – undang positif yaitu dengan mengikatkan sanksi undang – undang
kepadanya yang akan diterapkan oleh penguasa terhadap para pelanggarnya. Undang-
undang moral bukan norma – norma hukum yang lebih tinggi yang ditetapkan Tuhan,
tetapi tidak dibuat oleh hukum kekuasaan negara.

Anda mungkin juga menyukai