Anda di halaman 1dari 6

M.

Wildan Alfatah
202010110311431
FH VG
Filsafat Hukum

1. Aliran Hukum Alam

Merupakan Aliran yang lahir dikarenakan kegagalan umat manusia dalam


menemukan keadilan yang bersifat absolut, dan bereran sebagai hukum yang
memiliki skala universal dan abadi. Diketahui pula bahwasanya Hukum alam
memiliki landasan dasar berupa penalaran, hakikat makhluk hidup yang
dapat diprediksi serta pengetahuan yang berkemungkinan besar dapat
dijadikan landasan dasar daripada tertib sosial serta tertib hukum eksistensi
manusia.

A. Aliran Hukum Alam Irasional


Menurut saya pribadi, pendapat daripada Marsilius Padua (1270-1340) dan
William Occam (1280-1317) merupakan yang paling masuk akal, dimana
menurut beliau negara memiliki keberadaan yang setingkat lebih tinggi dari
kekuasaan Paus. Dan menurut saya sudah sewajarnya kedaulatan tertinggi
berada pada tangan rakyat, sebagaimana tujuan utama daripada dibentuknya
suatu negara adalah untuk memajukan kemakmuran dan memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada warga negara agar dapat
mengembangkan dirinya secara bebas. Dan saya rasa kekuasaan daripada
raja memang sudah seharusnya dibatasi (Pembatasan Kekuasaan absolute
raja oleh undang-undang), menimbang kerapnya penyelewengan kekuasaan
oleh para raja kerajaan yang dpaat dijadikan bahan pembelajaran
(perbudakan, pajak yang menekan rakyat, peperangan yang diakibatkan oleh
hal sepele dan masih banyak lainnya.
B. Aliran Hukum Alam Rasional
Pendapat dari Samuel von Pufendorf (1632-1694) dan Cristian Thomasius
(1655-1728) menurut saya merupakan pendapat/gagasan yang paling tepat
untuk menggambarkan kebutuhan hukum alam yang dibutuhkan, hal ini
dikarenakan keduanya berpendapat bahwa hukum alam adalah aturan yang
berasal dari akal pikiran yang murni, yang mana dalam hal ini unsur naluriah
manusia yang lebih berperan. Pendapat tersebut pada akhir kata memberikan
keselarasan terhadap kehidupan nyata umat manusia dimana ketika umat
manusia mulai hidup bermasyarakat, timbul pertentangan kepentingan satu
dengan lainnya, diperlukan perjanjian secara sukarela di antara rakyat, Yang
mana seterusnya diberlakukannya perjanjian selanjutnya mengikuti
problematika yang terjadi pada lapisan masyarakat, termasuk perjanjian
penaklukan oleh raja guna mencegah kekuasaan absolut, yang mana dalam
hal ini dibatasi oleh Tuhan, hukum alam, kebiasaan, dan tujuan dari negara
yang didirikan, yang mana kekuasaan tersebut kerap kali memberikan
dampak negatif pada suatu kerajaan, negara dan sebagainya.

2. Aliran Hukum Positif (Positivisme Hukum)


Merupakan aliran hukum yang memandang secara tegas mengenai
pemisahan antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum
yang seharusnya, antara das sein dan das sollen).

Dari kedua corak daripada aliran hukum positif, menurut saya pribadi aliran
hukum positif analistis yang dikemukakan oleh john austin (1790-1859)
merupakan hal yang sudah sewajarnya diterapkan pada keberlangsungan
suatu negara dalam mengatur warga negaranya, dimana dijelaskan
bahwasanya Hukum dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, logis, dan
tertutup serta pihak superior lah yang menentukan apa yang diperbolehkan.
Kekuasaan dari superior diketahui bersifat itu memaksa orang lain untuk taat.
memberlakukan hukum dengan cara menakut-nakuti, dan mengarahkan
tingkah laku orang lain kearah yang diinginkannya. Tak lupa terdapat
pembedaan serta cabang hukum yang semakin meyakinkan saya bahwasanya
aliran ini merupakan aliran yang terbaik, yaitu :

hukum dalam dua jenis :


1) Hukum dari Tuhan untuk manusia (the divine laws)
2) Hukum yang dibuat oleh manusia, dibedakan dalam :

a) Hukum yang sebenarnya (hukum positif), meliputi :


(1) Hukum yang dibuat oleh penguasa.
(2) Hukum yang dibuat oleh manusia secara individu untuk melaksanakan
hak-hak yang diberikan kepadanya.
b) Hukum yang tidak sebenarnya, adalah hukum yang dibuat oleh penguasa,
sehingga tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum, seperti ketentuan
dari suatu organisasi olehraga.

Hukum yang sebenarnya memiliki empat unsur yaitu :


• Perintah (command)
• Sanksi (sanction)
• Kewajiban (duty)
• Kedaulatan (sovereignty)

3. Utilitarianisme
Merupakan suatu jenis aliran yang meletakan kemanfaatannya sebagai tujuan
utama daripada hukum. Perlu diketahui pula bahwasanya Kemanfaatan
dalam hal ini diartikan sebagai kebahagiaan Jadi baik buruk atau adil
tidaknya suatu hukum, tergantung kepadaapakah hukum itu memberikan
kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Kebahagiaan ini selayaknya dapat
dirasakan oleh setiap individu. Tetapi jika tidak mungkin tercapai (dan pasti
tidak mungkin), diupayakan agar kebahagiaan itu dinikmati oleh sebanyak
mungkin individu dalam masyarakat (bangsa) tersebut (the greatest
happiness for greatest number of people). Aliran ini sesungguhnya dapat
pula dimasukan kedalam Positivisme Hukum, mengingat faham ini pada
akhirnya sampai pada kesimpulan tujuan hukum adalah menciptakan
ketertiban masyarakat, di samping untuk memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya kepada jumlah orang yang terbanyak. Ini berarti hukum merupakan
pencerminan perintah penguasa juga, bukan pencerminan dari rasio semata.

Menurut saya pribadi, pendapat daripada Jeremy Bentham (1748-1832) dan


Rudolf von Jhering (1818-1892) merupakan gagasan yang saling melengkapi
dan paling tepat dalam pengaplikasiaannya dalam lapisan masyarakat,
dimana Bentham berpendapat bahwa alam memberikan kebahagian dan
kesusahan. Dan sudah alamiah bahwasanya Manusia selalu berusaha
memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi kesusahannya. Jadi dapat
dalam hal ini definisi daripada Kebaikan adalah kebahagian, dan kejahatan
adalah kesusahan. Mengenai keduanya, terdapat keterkaitan yang erat antara
kebaikan dan kejahatan dan vice versa, dan oleh karena itulah Tugas hukum
untuk memelihara kebaikan dan mencegah kejahatan. Bentham memiliki visi
berupa dengan terbentuknya hukum, diharapkan hukum tersebut
memberikan jaminan kebahagiaan individu-individu, bukan langsung ke
masyarakat secara keseluruhan. Walaupun tak dipungkiri bahwasanya
kepentingan masyarakat turut perlu diperhatikan guna mencegah terjadinya
Bentrokan. kepentingan individu dalam mengejar kebahagiaan sebesar-
besarnya tentunya diperlukan pembatasan, sebab bilamana dibiarkan terjadi
maka akan terjadi apa yang disebut homo homini lupus (manusia menjadi
serigala bagi manusia lain). dan oleh sebab tersebut, Bentham menyarankan
agar ada “simpati” dari tiap-tiap individu. Walaupun demikian, titik berat
perhatian harus tetap pada individu itu, karena apabila setiap individu telah
memperoleh kebahagiaannya, dengan sendirinya kebahagiaan (kesejahteraan)
masyarakat akan dapat diwujudkan secara simultan.

Gagasan Bentham di perlengkap dengan gagasan Rudolf von Jhering, yang


mana beliau menyatakan gagasan berupa tujuan daripada hukum adalah
untuk melindungi kepentingan-kepentingan. Dan dalam mendefinisikan
kepentingan yang beliau gagaskan, beliau memiliki kesamaan pandangan
dengan bentham, yang mana dalam hal ini keduanya melukiskan
kepentingan sebagai pengejaran kesenangan dan menghindari penderitaan.

4. Mazhab Sejarah
Merupakan akibat daripada reaksi langsung dari pendapat Thibaut yang
menghendaki adanya kodifikasi hukum perdata Jerman yang didasarkan
pada hukum Perancis (Code Napoleon). aliran ini juga turut memberikan aksi
tertentu terhadap dua kekuatan besar yang berkuasa pada zamannya. Kedua
hal tersebut menurut Friedmann adalah :

1) Rasionalisme dari abad ke-18 dengan kepercayaan terhadap hukum alam,


kekuasaan akal dan prinsip-prinsip pertama yang semuanya dikombinasikan
untuk meletakkan suatu teori hukum dengan cara deduksi dan tanpa
memandang fakta historis, ciri khas nasional, dan kondisi sosial.
2) Kepercayaan dan semangat revolusi Perancis dengan pemberontakannya
terhadap tradisi, kepercayaan pada akal dan kekuasaan kehendak manusia
atas keadaan-keadaan zamannya.

Menurut saya pribadi, ajaran daripada savigny benar adanya, hal ini
diperkuar dengan gagasan “Das Recht wird nicht gemacht, est ist und wird
mit dem volke” (Hukum itu tidak dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang
bersama masyarakat). dimana perkembangan daripada hukum sudah
sewajarnya apabila bersifat dinamis, tak lupa Ajaran Savigny tersebut
dilatarbelakangi oleh pandangannya yang mengatakan bahwa di dunia ini
terdapat banyak bangsa dan pada tiap bangsa mempunyai Volkgeist / jiwa
rakyat. Pernyataan tersebut juga turut diperkuat dengan sifat daripada
Hukum yang memiliki ketergantungan atau bersumber pada jiwa rakyat dan
isi hukum itu ditentukan oleh pergaulan hidup manusia dari masa ke masa.

Anda mungkin juga menyukai