HAM
Dalam Dinamika/Dimensi Hukum,
Politik, Ekonomi, dan sosial
Nabila Syahrani
(41033300221058)
Apa Itu HAM?
Hak Asasi Manusia merupakan hak yang anugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap
individu. Setiap orang wajib menjaga, melindungi, serta menghormati haknya setiap orang.
Sebagaimana dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 yang menyatakan :
“Hak asasi manusia merupakanseperangkat haknya telah melekat pada setiap individu sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan wajib dijunjung tinggi, dihormati dan dilindugi oleh negara, hukum ,pemerintah
dan setiap orang”.
Secara Bahasa HAM merupakan hak untuk dilindungi secara internasional (PBB) sepertinya hak
untuk hidup yang ada sejak dalam kandungan, maka dari itu HAM ini berlaku bagi setaiap manusia
dan seseorang tidak dapat mengambil/merampasnya.
Table of contents
Langkah-Langkah PBB
02
Hubungan/Garis Singgung
HAM dan Ilmu Hukum 06 dalam Menyusun HA-
KHAM
Dinamika Perjuangan
07
Hak Asasi Manusia
03 dalam Kehidupan
Bernegara/Berbangsa
HAM di Berbagai
Belahan Dunia
Hubungan Hukum
08
Posisi Individu atau
04 Kelompok dari Sudut
Pandang HAM
Internasional dengan
Hukum HAM
Table of contents
Pedoman Beracara di
12 Manusia dengan
Hukum Humaniter
10 Pengadilan Kriminal
Internasional dan Pengadilan
Ad Hoc Indonesia
13 Terorisme dan HAM
11 Diseminasi/Penyebarluasan
Hak Asasi Manusia
01
Dinamika HAM
dalam Teori Hukum
Alam
DEFINISI HUKUM ALAM MENURUT PARA AHLI
Karena itu, keberadaan HAM Hukum (rechts, bahasa Jerman Kuno, menurut
Prajudi, berarti “lurus”) disebut juga aturan, norma,
mendahului hukum. Artinya, hak dan kaidah sebagai kata benda yang mempunyai dua
asasi manusia sebagai hak dasar sisi yang tidak dapat dipisahkan.
dan suci melekat pada setiap Pertama, berisi ide dan cita-cita. Ide tersebut
banyak dibahas didalam beragam filsafat hukum dan
manusia sepanjang hidupnya teori hukum Dengan demikian didalam hukum ada
sebagai anugerah Tuhan, kemudian cita-cita , ide, agama, dan moral yang terangkum
didalam norma agama, norma susila, dan norma
HAM diformalkan ke dalam kesopanan. Immanuel kant menempatkan hukum
seperangkat aturan hukum yang moral sebagai penerang hati. Ia menyatakan, coelum
ada. Dari posisi tersebut, hukum stelatum supra me, lex moralis intra me, artinya
“kutatap langit dan cahayanya menerangiku, juga
menjadi conditio sine qua non dalam hukum moral menerangiku.
penegakan HAM. Lengkapya, Kedua, hukum difungsikan (didayagunakan)
sebagai alat untuk mencapai cita hukum. Ketika
instrumen tentang HAM menjadi hukum “bertindak” dalam bentuk alat/instrumen
salah satu sumber HA-KHAM yang saja dan dalam operasionalisasinya “lepas” atau
kuat. melepaskan diri dengan cita hukum, berarti teori
hukum yang digunakan sebagai dasar keputusan
mengedepankan kekuasaan
Hukum
1. Kembali kepada sistem hukum nasional sebagai mana diketahui sumber hukum nasional adalah hukum adat, hukum
agama (islam), hukum Eropa daratan (continentall civil law), hukum Eropa Inggris/Amerika (Anglo Saxon/Common
law), hukum Eropa Skandinavia (Denmark, Norwegia, Swedia). Didalam Penyelesaiannya pun, pengadilan negeri
bukan satu-satunya tempat untuk menyelesaikan sengketa, tetapi dapat diselesaikan di luar pengadilan, misalnya
musyawarah (adat), islah (agama islam), arbitrase, mediasi (Inggris, Amerika).
2. Pada tanggal 19/07/2011, antara MA, KPK, Polri, Kejaksaan Agung, Kementerian Hukum dan HAM, serta LPSK
(Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban) sepakat memberi perlindungan para pihak yang pertama kali
membongkar adanya saksi pelapor (whistle blower), dengan catatan mengembalikan uang korupsi yang diterimanya.
Jadi, whistle blower/justice collaberater atau rekan (sebaiknya sahabat) keadilan adalah saksi pelapor ataupun saksi
pelaku yang bekerja sama dengan penegak hukum untuk mengungkap kasus hukum tertentu.
3. Dasar hukum: pada UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban masih terlalu umum, belum
detail menyebut perlindungan terhadap "justice collaborator. Hal ini sudah menjadi kesepakatan enam lembaga (MA,
Kemenkumham, Kejagung, KPK, Polri, dan LPSK) pada 19 Juli 2011.
4. Di samping itu, MA telah mengeluarkan SEMA 4/2011 tentang whistle blower/justice collaborator. syarat menjadi
justice collaborator (pelapor pelaku) adalah sebagai berikut:
• Pelaku bukan pelaku utama dalam kasus yang diungkapnya.
• Mengembalikan aset yang diperolehnya.
• Keterangan yang diberikan haruslah signifikan dalam mengungkap kejahatan
5. Begitu eratnya hubungan hak asasi dengan ilmu hukum, menyebabkan hak asasi menjadi
salah satu.substansi ilmu hukum dan membentuk ha-kham. Pada tataran aplikasi tidak
terlepas dengan subsistem social lainnya, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lainnya.
6. Dengan demikian usaha untuk melindungi, menghormati, memajukan, dan memenuhi HAM
dapat menjadi ukuran tingkat penegakan hukum, peradaban, kemajuan, dan kematangan
demokrasi suatu negara. Dengan demikian, menempatkan orang per orang sebagai subjek
hukum dan bebas menikmati hak asasinya menjadi variabel utama.
HAM dan Lingkungan Hidup
1. Hak asasi manusia akan berkembang dan bergema terus. Karenanya, lewat analogi setelah disepakati Deklarasi Lingkungan
Hidup 1972.
2. Manusia adalah subjek hukum sempurna sehingga lingkungan hidup merupakan subjek hukum semu/kuasi subjek hukum,
karena kehidupan dan masa depan manusia tidak dapat lepas dengan kualitas lingkungannya. Dengan demikian, lingkungan dari
perspektif hak asasi pada hakikatnya mempunyai hak hukum, yaitu hak hidup, tetapi tidak mempunya kewajiban hukum/tanggung
jawab hukum.
3. Penempatan lingkungan hidup sebagi subjek hukum semu terinspirasi dari deklarasi tentang lingkungan hidup (Stockholm
Declaration) 6 Februari 1972 yang menjadi pegangan bagi anggota PBB. Lewat deklarasi tersebut, berarti ada pengakuan formal
atas hak-hak lingkungan.
4. Deklarasi Hak Asasi Manusia 1948 dengan Deklarasi Lingkungan Hidup 1972 terdapat beberapa titik singgung, antara lain
sebagai berikut.
• Alinea V Preambule Deklarasi Hak Asasi Manusia 1948, antara lain menjelaskan adanya hak asasi manusia semata-mata
demi kemajuan sosial, terciptanya standar hidup yang lebih baik; sedangkan dalam Pernyataan 1 Deklarasi Lingkungan
Hidup, antara lain dikatakan, lingkungan merupakan sarana mutlak untuk menikmati hak asasi dan kehidupannya sendiri.
Karena itu, rusaknya lingkungan akan menjauhkan terciptanya standar hidup yang lebih baik.
• Hak menikmati miliknya, sebagaimana tertuang di dalam Pasal 17 Deklarasi Hak Asasi Manusia 1948, terkait pula dengan
Pasal 21 Deklarasi Lingkungan Hidup 1972 yang menekankan keselamatan lingkungan hidup. Dengan demikian, baik negara
maupun individu yang memanfaatkan lingkungannya, harus memerhatikan keselamatan lingkungan dalam arti makro.
• Pengembangan hak-hak ekonomi, sosial, dan kultural merupakan bagian dari hak asasi manusia. Pengembangan tersebut
harus terlaksana dalam satu lingkungan yang baik. sehat sebagaimana tertuang dalam Pasal 8 Deklarasi Lingkungan Hidup
1972.
• Jaminan hidup yang layak dan seimbang sesuai dengan tuntutan atau hak manusia, sebagaimana tercantum dalam Pasal 25
Deklarasi Lingkungan Hidup 1972 menegaskan bahwa kesehatan manusia hanya terjamin dalam satu lingkungan yang bebas
polusi danbebas zat-zat lain yang mengganggu manusia (A. Masyhur Effendi, 1986: 57-58).
Garis singgung antara HAM (Hak Asasi Manusia) dan ilmu hukum adalah sangat erat. HAM merupakan prinsip-
prinsip dan norma-norma yang mengakui dan melindungi hak-hak dasar setiap individu sebagai manusia. Ilmu
hukum, di sisi lain, adalah disiplin ilmu yang mempelajari sistem hukum, aturan, dan prinsip-prinsip yang
mengatur perilaku manusia dalam masyarakat.Dalam konteks ini, ilmu hukum memiliki peran penting dalam
menerapkan dan menjaga HAM. Ilmu hukum memberikan kerangka kerja dan instrumen hukum yang diperlukan
untuk melindungi dan menjamin HAM. Melalui undang-undang, peraturan, dan sistem peradilan, ilmu hukum
mengatur hak-hak individu, menjaga keseimbangan kekuasaan, serta menyediakan mekanisme perlindungan dan
penegakan HAM.Ilmu hukum juga memainkan peran penting dalam melahirkan doktrin-doktrin hukum yang
berkaitan dengan HAM, seperti prinsip-prinsip universalitas, nondiskriminasi, proporsionalitas, dan keadilan.
Penerapan HAM dalam konteks hukum juga terkait dengan konsep perlindungan hukum, di mana setiap individu
memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan setara di hadapan hukum.Selain itu, HAM juga menjadi
sumber inspirasi dan bahan referensi dalam pembentukan undang-undang dan kebijakan hukum. Prinsip-prinsip
HAM seperti hak atas kebebasan berpendapat, hak atas privasi, hak atas persamaan di hadapan hukum, dan hak
atas kebebasan beragama mempengaruhi proses pembentukan hukum dan kebijakan yang harus sesuai dengan
standar internasional HAM.Dalam banyak negara, HAM juga diakui sebagai hak konstitusional yang dilindungi
oleh konstitusi negara. Hal ini menandakan bahwa HAM telah diintegrasikan dalam sistem hukum nasional dan
menjadi bagian integral dari sistem peradilan.Secara keseluruhan, ilmu hukum dan HAM saling terkait dan saling
mendukung. Ilmu hukum memberikan kerangka hukum dan prosedur untuk melindungi dan menegakkan HAM,
sementara HAM memberikan prinsip-prinsip dan norma-norma yang harus dipatuhi oleh sistem hukum agar tetap
menjaga martabat dan kebebasan setiap individu.
03
Hak Asasi Manusia
dalam Kehidupan
Bernegara/Berbangsa
Hak Asasi Manusia Dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara
Hak Asasi Manusia adalah bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya, itu adalah hak yang di bawa sejak
lahir. Dan itu adalah hak yang di miliki maliki manusia yang tidak bisa di ganggu gugat atau berpindah ke individu
lain. Tetapi walaupun kita memiliki hak namun terbatas apabila mengganggu karena kita tidak hidup sendiri dalam artian
di batasi sesuai norma sosial, Hukum dan tidak melanggar hak orang lain. Di dalam Hukum juga bahwa walaupun kita
memiliki hak yang melekat pada diri kita sendiri, tetapi bukan berarti kita semena-mena karena kita sebagai warga
Negara Patuh dan Taat pada Hukum yang berlaku. Maksutnya disitu bahwa HAM dan Hukum itu tidak pernah terlepas
pada manusia atau terikat. Karena negara kita adalah Negara Hukum sehingga selalu mengaitkan dengan HAM. karena
hak manusia melekat pada dirinya sejak lahir, dan sejak lahirpun kita sudah terikat dengan Hukum karena kita sudah
berada dalam Negara Hukum. Itu adalah kewajiban kita untuk menaati, supaya jangan kita menganggap saya memilik
hak dan kebebasan abstrak. Namun kita melanggar Hukum berarti Ham Tidak berlaku lagi karena telah melanggar
Hukum atau hak orang lain. Itulah sebabnya didalam Hak Asasi Manusia kita memiliki hak yang melekat pada diri
manusia, bukan berarti sewenang-wenang dan sampai melanggar hak orang lain. Yang berarti kita memiliki hak terbatas
pada hak orang lain. Sampai disini saja sedikit masukan tentang HAM, kalau seandainya kurang maksimal penjelasannya
mohon di maklumi karena kita masih sama-sama belajar
Hubungan Sistem Hukum dan Sistem Politik
dari Sudut Pandang HAM
Pasal 8 berbunyi :
"Setiap orang berhak atas penyelesaian yang efektif oleh peradilan nasional untuk mendapatkan
perlindungan yang sama terhadap tindakan - tindakan yang melanggar hak- hak mendasar yang diberikan
kepadanya oleh konstitusi atau oleh hukum“.
Dalam negara nasional, kehidupan orang perorangan dari berbagai etnik yang sudah
menjadi bagian warga negara memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama pula.
Mengadakan observasi
Harus ada tafsir yang benar yang berkaitan dengan Posisi yang tepat dari
tentang penafsiran (secara keberadaan berbagai berbagai kelompok dimana
otomatis) setiap negara kelompok etnik dan orang perorangan tersebut
terhadap seluruh kelompok kelompok sosial dilihat dari masuk kedalam berbagai
penduduk. aturan hukum yang ada. kelompok.
Dalam pasal 2 universal declaration of human rights
dinyatakan:
Sebelum setelah sedikit disinggung hubungan antara hak asasi ,kewajiban asasi dan tanggung jawab asasi.sebenar nya pada
tahun 1997 ,internasional council,sebagai organisasi internasional,memenang kan suatu naskah universal Declaration Of
Human Responsibilities sebagai pelengkap dari _Universal Declaration Of Human Rights_PBB. Sudah waktunya hak asasi
diimbangi dengan Tanggung jawab atau kewajiban asasi.
Naskah ini dirumus kan oleh suatu kelompok yang terdiri kira kira 60 tokoh pemikir dan mantan negarawan dari berbagai
negara, baik dari dunia Barat maupun non barat, seperti helmut schmidt dari jerman,Malcom fraser dari australia,jimmy carter
dari amerika serikat, Lee kuan Yew dari singapura, kiichi miyazawa dari jepang, Kenneth kaunda dari Zambia, dan Hasan hanafi
dari Universitas kairo, Menanggapi dialog yang sering kontrotatif dan sengit, kelompok ini menamakan dirinya interaction
Council. Mereka mulai 1987 membicarakan pentinya diruntuh kan beberapa kewajiban yang dapat menanggapi deklarasi HAM
serta membantunya untuk menuju dunia yang lebih baik
Laporan panitia kecil selanjut nya menekan kan bahwa untuk mencari keseimbangan antara hak dan kewajiban.ada suatu
kaidah lama yang dapat dipakai sebagai pedoman: jangan berbuat terhadap orang lain hal yang tidak kita ingin diperbuat
terhadap kita ( do not do to others what we do not wish we be done us ) akan tetapi pepatah ini ada segi negatif nya ,yang
bersikap pasif.
Contoh Hak dan Kewajiban
Jika mempunyai hak atas Jika kita mempunyai hak Jika kita mempunyai hak atas
atas kebebasan, maka kita keamanan maka kita juga
hidup, maka kita
mempunyai kewajiban
mempunyai kewajiban mempunyai kewajiban
menciptakan kondisi bagi
menghormati hidup itu mengormati kebebasan semua orang untuk menikmati
orang lain. keamanan kemanusiaan
(human security) itu.
Naskah deklarasi tanggung jawab manusia sendiri pendek sekali
hanya mencakup 19 pasal, dalam preambule dikatakan bahwa
terlalu mengutamakan hak secara eklusif, dapat menimbul kan
konflik. Berikut ini beberapa pasal yang kami paparkan.
• Pasal 1 : setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk mempelakukan semua orang secara manusiawi
• Pasal 13 : para politisi pegawa pemerintah pemimpin bisnis, ilmuan atau artis tidak dapat terkecualian
dari standar etis, Begitu juga dokter, sarjana hukum dan orang profesional yang mempunyai kewajiban
khusus terhadap klien.
• Pasal 9 : semua orang yang berkecukupan bertanggung jawab untuk berusaha sacara serius untuk
mengatasi keadaan kurang pangan , kebodohan dan ketidaksamaan.
• Pasal 11 : semua milik kekayaan harus dipakai secara bertanggung jawab dengan keadilan dan untuk
memajukan semua umat manusia, kuasaan ekonomi dan politik tidak boleh dipakai sebagai dominasi,
tetapi untuk mencapai keadilan ekonomi dan mengatur masyarakat .
Dalam konteks Hak Asasi Manusia (HAM), setiap individu memiliki status atau posisi yang diakui dan dilindungi
oleh prinsip-prinsip HAM. Beberapa aspek penting terkait dengan status atau posisi individu dari sudut pandang
HAM adalah:
1. Kesetaraan dan Non-Diskriminasi: Semua individu memiliki hak yang sama dan layak diperlakukan secara adil
tanpa diskriminasi berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, suku bangsa, atau faktor lainnya. Setiap orang
memiliki hak untuk tidak diperlakukan secara diskriminatif dan memiliki hak yang sama dalam menikmati hak-hak
asasi.
2. Kebebasan dan Hak Sipil: Setiap individu memiliki hak untuk kebebasan berpendapat, beragama, berpendapat,
berhubungan, berkumpul, dan berorganisasi secara damai. Individu juga memiliki hak untuk melibatkan diri
dalam proses politik, memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, serta akses ke keadilan dan perlindungan
hukum yang adil.
3. Hak Privasi dan Kehidupan Pribadi: Setiap individu memiliki hak atas privasi dan perlindungan terhadap campur
tangan yang tidak sah dalam kehidupan pribadi, keluarga, rumah tangga, dan komunikasi pribadi. Hak ini
mencakup perlindungan data pribadi dan kerahasiaan komunikasi.
4. Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya: Individu memiliki hak untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti
makanan, perumahan, pendidikan, perawatan kesehatan, pekerjaan yang layak, dan kehidupan yang
bermartabat. Mereka juga memiliki hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya, ilmiah, dan artistik.
5. Kebebasan dari Penyiksaan dan Perlakuan yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan: Individu memiliki
hak untuk tidak diperlakukan dengan cara yang menyebabkan penderitaan fisik atau mental yang tidak
manusiawi, seperti penyiksaan, perlakuan kejam, atau perlakuan yang merendahkan martabat manusia.
6. Hak Perempuan, Anak-Anak, dan Kelompok Rentan: Perempuan, anak-anak, dan kelompok rentan lainnya
memiliki perlindungan khusus berdasarkan prinsip persamaan dan non-diskriminasi. Mereka memiliki hak untuk
kebebasan dari kekerasan, eksploitasi, dan perlakuan yang merugikan.
Status atau posisi individu dari sudut pandang HAM merupakan hak-hak yang melekat pada setiap manusia dan
harus diakui, dihormati, dan dilindungi oleh negara dan masyarakat secara keseluruhan. Prinsip-prinsip HAM ini
bertujuan untuk memastikan kesejahteraan dan martabat setiap individu.
05
Dimensi Absolut dan
Relatif Hak Asasi
Manusia
Pandangan HAM di
Indonesia
• Dalam pandangan ini, HAM dilihat di samping masalah universal juga merupakan masalah
nasional masing masing bangsa.
• Pandangan ini tidak hanya menjadikan kekhususan yang ada pada masing-masing bangsa
sebagai sasaran untuk bersikap defensif, tetapi di lain pihak juga aktif mencari perumusan
dan pembenaran terhadap karakteristik HAM yang dianutnya.
• Pertama, dikembalikan kepada awal keberadaan manusia sendiri sebagai makhluk sempurna
dan suci, dengan konsekuensi manusia memiliki hak asasi manusia yang juga suci.
• Kedua, perbedaan sifat, kepercayaan, ras, etnik, agama maupun perbedaan pandangan
politik Sebagian besar umat manusia sebenarnya bersifat relatif, sedangkan kepekaan
biologis sesama manusia selalu sama; sakitnya manusia Indonesia sama dengan sakitnya
manusia Jerman dan seterusnya.
• Ketiga, setiap manusia memiliki hati nurani yang tidak pernah dapat dibohongi dan ditipu,
tentu saja yang utama Tuhan Yang Maha Esa.• Einstein berpendapat "politik (baca:
perbedaan-perbedaan apa pun) adalah sesuatu yang sekarang. Sedangkan ilmu pengetahuan
adalah sesuatu yang abadi.
Dimensi absolut dan relatif dalam konteks Hak Asasi Manusia (HAM) merujuk pada dua pendekatan yang berbeda dalam pemahaman
dan implementasi HAM. Berikut adalah penjelasan singkat tentang kedua dimensi tersebut:
1. Dimensi Absolut HAM:
Dimensi absolut HAM berarti bahwa hak-hak asasi manusia dianggap sebagai prinsip universal yang tidak dapat dikurangi atau ditawar-
tawar. Ini berarti bahwa hak-hak asasi manusia adalah inheren dan tak tergoyahkan, tidak peduli situasi atau konteksnya. Pendekatan ini
menekankan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama dan tidak dapat dikompromikan.
Dalam dimensi absolut, hak-hak asasi manusia dianggap sebagai hak yang fundamental dan tak terpisahkan dari kemanusiaan.
Contohnya adalah hak untuk hidup, kebebasan dari penyiksaan, hak untuk tidak diperlakukan secara diskriminatif, dan hak untuk
kebebasan berpendapat. Prinsip-prinsip ini dianggap sebagai hak yang mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar.
2. Dimensi Relatif HAM:
Dimensi relatif HAM mengakui bahwa implementasi hak-hak asasi manusia dapat bergantung pada konteks budaya, sejarah, dan
kebutuhan sosial. Dalam pendekatan ini, ada pemahaman bahwa hak-hak asasi manusia mungkin perlu dibatasi atau dikompromikan
dalam situasi-situasi tertentu demi kepentingan umum atau keamanan masyarakat.
Dalam dimensi relatif, hak-hak asasi manusia dapat dihadapkan pada pembatasan yang sah dalam kasus-kasus tertentu. Misalnya, hak
atas kebebasan berbicara dapat dibatasi jika penggunaannya untuk mendorong kebencian atau kekerasan. Demikian pula, hak atas
privasi dapat dibatasi dalam kepentingan keamanan nasional.
Namun, perlu dicatat bahwa dimensi relatif tidak berarti bahwa hak-hak asasi manusia dapat diabaikan atau dilanggar dengan
sembrono. Pembatasan atau pengorbanan hak-hak asasi manusia haruslah proporsional, legal, dan diperlukan dalam konteks tertentu,
serta dijalankan dengan memperhatikan prinsip-prinsip HAM.
Penting untuk diingat bahwa dimensi absolut dan relatif dalam HAM sering kali menjadi subjek perdebatan dan interpretasi yang
kompleks. Pendekatan yang tepat harus mempertimbangkan perlindungan hak-hak individu yang inheren, sambil mempertimbangkan
konteks sosial, budaya, dan kepentingan umum.
06
Langkah-Langkah PBB
dalam Menyusun HA-KHAM
Rintisan Pembentukan PBB dan
Penghormatan Hak Asasi Manusia
• Di samping itu, sebuah protokol yang menyiapkan mekanisme kerja atas pengaduan dari individu atas
hak sipil dan politik sudah disusun di dalam sebuah protokol, yaitu Protokol Fakultatif Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik tahun 1966 (Optional Protocol to the International
Covenant on Civil and Political Rights) yang mulai berlaku pada tanggal 23 Maret 1976. Setelah 10
negara meratifikasi, merupakan bukti konkret melengkapi langkah yuridis membangun ha-kham.
Seterusnya, kalau diikuti salah satu pendapat perkembangan HAM dari aspek sejarah, setidaknya ada 4 generasi. Pertama,
berpusat pada hukum/hak-hak yuridis dan hak politik.
Hak-hak tersebut kuat sesudah PD II. Kedua, banyak terkait dengan bangkitnya negara dunia ketiga, sehingga hak-hak yang
diperjuangkan ialah hak sosial, ekonomi, kultural. Ketiga, menjanjikan kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik,
dan hukum dalam satu paket yang disebut hak membangun (the Rights of Development). Keempat, yang menekankan
tuntutan struktural HAM dengan mempersoalkan kewajiban asasi, di samping hak asasi. Negara dituntut memenuhi hak
asasi rakyatnya.
Menurut Richard Pierre Claude, ada tiga langkah pula yang harus ditempuh, yaitu sebagai berikut.
• The formulation and definition of international norms of behaviour regarding human rights (menyusun formulasi dan
definisi norma-norma tentang perilaku secara internasional tentang HAM).
• The promotion of human right: through information, education, and training about human rights in all levels of social
organization (mempromosikan HAM melalui penerangan, pendidikan, dan latihan tentang HAM dalam segala tingkatan
pada organisasi sosial).
• The implementation of human rights norms the design and complexities that still exist somehow more manageable...
(menerapkan bentuk dan kompleksitas norma-norma HAM yang masih ada/nyata, di mana akan menjadi lebih mudah
diatur...) (1989: 184).
Sebagaimana diketahui, Proklamasi Hak Asasi Manusia PBB 10 Desember 1948 disepakati 48
negara dan tidak satu pun negara yang menentang. Delapan negara yang menyatakan
abstain: Byelorussia, Cekoslowakia, Polandia, Saudi Arabia, Ukraina, Uni Sovyet, Uni Afrika
Selatan, dan Yugoslavia. Deklarasi tersebut oleh sebagian ahli hukum disebut sebagai bagian
dari Undang-Undang PBB. Statusnya merupakan satu pedoman yang dapat dipercaya,
sekaligus interpretasi resmi dari Piagam PBB sendiri (Ian Browlie, 1993: 26).
Langkah Yuridis dan Politik PBB
dalam Membangun Ha-kham
1. Sifat HAM yang universal atau bersifat partikularistis. Perbedaan paradigma membawa konsekuensi
yang cukup jauh.
2. Bagaimana hubungan hak asasi manusia dan kedaulatan suatu negara, dalam arti sejauh mana
negara lain berhak mencampuri urusan HAM negara lain. Kalau ada negara melakukan pelanggaran
HAM misalnya, bagaimana sikap negara-negara lain? Satu pihak berpendapat, HAM adalah masalah
dalam negeri, sedangkan pihak lain menyatakan HAM adalah masalah internasional.
3. Perlu tidaknya badan khusus PBB, seperti UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees)
yang bertugas khusus mengurus para pengungsi akibat perbedaan politik. Badan baru tersebut
memunyai tugas menangani, mengurus, dan melakukan langkah tindakan sampai dapat mengirimkan
pasukan untuk membantu menegakkan hak asasi di suatu negara yang telah melanggarnya.
4. Sejauh mana kerja sama antara negara anggota PBB dengan LSM (lembaga swadaya
masyarakat)/ORNOP (Organisasi Nonpemerintah) atau NGO (Nongovernmental Organization) dalam
menangani dan memperjuangkan masalah pelanggaran HAM
Masalah tersebut menyita waktu yang cukup panjang dan lewat lobi yang melelahkan, tetapi dicapailah
satu rumusan yang menekankan bahwa:
1. seluruh hak asasi manusia adalah universal, tidak dapat dipilah, dan saling bergantung;
2. masyarakat internasional harus memelihara hak asasi manusia secara bersama/global dan bertindak
jujur dengan pijakan yang sama dengan penekanan yang sama pula;
3. makna kekhasan nasional dan regional serta perbedaan sejarah, budaya, dan latar belakang agama
harus dipertimbangkan;
4. setiap negara harus memajukan dan melindungi seluruh hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental tanpa memperlihatkan sistem politik, ekonomi, dan sosial;
5. hak pembangunan sebagai hak universal tidak dapat dicabut;
dan negara-negara (maju) membantu pemerintah dalam mencapai realisasi penuh hak-hak ekonomi,
sosial, dan budaya penduduknya sehingga masyarakat internasional berkewajiban membantu mengurangi
beban utang negara-negara berkembang (Republika, 22 Juni 1993).
Sedangkan fungsi OHCHR, antara lain sebagai berikut.
1. Promotes universal enjoyment of all human rights by giving practical effect to the will and resolve of the world community as expressed by
the United Nations (mempromosikan/mengembangkan kebutuhan universal secara menyeluruh, semua hak-hak manusia dapat terpenuhinya
keinginan dan pelaksanaannya dalam masyarakat dunia sebagaimana PBB harapkan).
2. Plays the leading role on human rights issues and emphasizes the importance of human rights at the international and national levelsm
(memegang peranan penting dalam isu- isu HAM dan memberikan penekanan pada pentingnya nilai HAM pada tingkatan internasional dan
nasional).
3. Stimulates and coordinates action for human rights through the United Nations system (menstimulasikan dan mengoordinasikan kegiatan
untuk HAM melalui sistem Liga Bangsa-Bangsa).
4. Promotes universal ratification and implementation of international standards (mempromosikan pernyataan universal dan menerapkan
standar internasional).
5. Assists in the development of new norms (membimbing dalam membangun norma-norma baru).
6. Supports human rights organs and treaty monitoring bodies (mendukung badan-badan HAM dan badan-badan pengawasan perjanjian).
7. Responds to serious violations of human rights (mengambil tindakan atas pelanggaran- pelanggaran serius atas HAM).
8. Undertakes preventive human rights actions (menjalankan tindak pencegahan atas penyelewengan tindak HAM).
9. Promotes the establishment of national human rights infrastructures (mempromosikan infrastruktur mendasar nasional pad HAM).
10. Undertakes human rights field activities and operations, provides education, information advisory services and technical assistance in the
field of human rights (menjalankan/ melaksanakan aktivitas-aktivitas dan pengoperasian pada HAM, menyediakan suatu pendidikan,
jasa/sarana informasi, baik berupa penasehat maupun membantu secara teknis dalam bidang HAM).
Sedangkan fungsi OHCHR, antara lain sebagai berikut.
1. Promotes universal enjoyment of all human rights by giving practical effect to the will and resolve of the world community as expressed by
the United Nations (mempromosikan/mengembangkan kebutuhan universal secara menyeluruh, semua hak-hak manusia dapat terpenuhinya
keinginan dan pelaksanaannya dalam masyarakat dunia sebagaimana PBB harapkan).
2. Plays the leading role on human rights issues and emphasizes the importance of human rights at the international and national levelsm
(memegang peranan penting dalam isu- isu HAM dan memberikan penekanan pada pentingnya nilai HAM pada tingkatan internasional dan
nasional).
3. Stimulates and coordinates action for human rights through the United Nations system (menstimulasikan dan mengoordinasikan kegiatan
untuk HAM melalui sistem Liga Bangsa-Bangsa).
4. Promotes universal ratification and implementation of international standards (mempromosikan pernyataan universal dan menerapkan
standar internasional).
5. Assists in the development of new norms (membimbing dalam membangun norma-norma baru).
6. Supports human rights organs and treaty monitoring bodies (mendukung badan-badan HAM dan badan-badan pengawasan perjanjian).
7. Responds to serious violations of human rights (mengambil tindakan atas pelanggaran- pelanggaran serius atas HAM).
8. Undertakes preventive human rights actions (menjalankan tindak pencegahan atas penyelewengan tindak HAM).
9. Promotes the establishment of national human rights infrastructures (mempromosikan infrastruktur mendasar nasional pad HAM).
10. Undertakes human rights field activities and operations, provides education, information advisory services and technical assistance in the
field of human rights (menjalankan/ melaksanakan aktivitas-aktivitas dan pengoperasian pada HAM, menyediakan suatu pendidikan,
jasa/sarana informasi, baik berupa penasehat maupun membantu secara teknis dalam bidang HAM).
Beberapa Pengertian Dasar Kejahatan
(Pelanggaran) HAM Berat.
Menurut Deklarasi Perlindungan Semua Orang dari Penghilangan dengan Paksa yang dite
tapkan oleh Majelis Umum PBB dalam Resolusi No. 47/133, tanggal 18 Desember 1992,
penghilangan orang dengan paksa terjadi ketika orang-orang ditangkap, ditahan, atau diculik
dengan paksa, atau dipaksa kebebasanya oleh petugas pemerintah di berbagai cabang atau
tingkatan, atau oleh kelompok yang terorganisir, atau pribadi-pribadi yang bertindak atas
nama kelompok tersebut, atau dengan dukungan persetujuan atau pembiaran oleh
pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, diikuti dengan penolakan untuk
mengungkapkan nasib orang yang terlibat atau penolakan untuk mengakui terjadinya
perampasan kemerdekaan, dan menempatkan orang orang tersebut di luar perlindungan
hukum.
1. Hak yang dilanggar dalam praktik penghilangan orang.Penghilangan orang dengan paksa
melanggar hak asasi manusia yang terkandung dalam Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia, dan dalam kedua kovenan internasional mengenai Hak Asasi Manusia serta
instrumen-instrumen internasional hak asasi manusia yang utama lainya.
2. Kelompok kerja penghilangan orang dengan paksa.Majelis Umum PBB memberikan
perhatian bagi fenomena yang sangat mengerikan ini. Pada 1979, dalam Resolusi PBB
33/173 yang berjudul "Penghilangan Orang", Majelis Umum mengungkapkan
keprihatinannya atas laporan dari berbagai bagian dunia adanya penghilangan orang
dengan paksa atau tidak dengan suka rela.
Beberapa Pengertian Dasar Kejahatan
(Pelanggaran) HAM Berat.
Perbudakan
1. Perbudakan merupakan salah satu masalah hak asasi manusia pertama yang membangkitkan kesadaran
bersama dunia internasional secara luas. Perbudakan dikutuk seluruh dunia, namun praktik semacam
perbudakan tetap merupakan masalah aktual/ serius dan berkepanjangan dan masih akan mendominasi di
abad-abad mendatang. Saat ini, kata "perbudakan" mencakup segala macam pelanggaran hak asasi manusia.
2. Buruh Anak, Pekerja anak sangat diminati karena murah, karena pada dasarnya anak-anak lebih patuh, lebih
mudah didisiplinkan daripada orang dewasa, dan tidak berani mengeluh untuk tugas-tugas tertentu, sangat
menguntungkan bagi majikan yang jahat. Sering terjadi anak mendapat pekerjaan, sementara orang tua
mereka nongkrong di rumah, nganggur.
3. Pedagangan Manusia dan Eksploitasi PSK, Pengerahan, pengiriman secara diam-diam dan eksploitasi
perempuan sebagai pelacur, serta pelacuran anak laki-laki maupun perempuan yang terorganisir terjadi di
sejumlah negara.
4. Penjualan Anak, Para pelaku perdagangan anak melihat peluang untuk meraih keuntungan sangat besar
dengan mengatur pengiriman anak keluarga miskin ke penduduk kaya tanpa jaminan dan pengawasan agar
kepentingan anak-anak terlindungi.
5. Perbudakan akibat lilitan utang, Perbudakan akibat terlilit utang sangat sulit dibedakan dengan perbudakan
tradisional karena korban dilarang meninggalkan pekerjaan atau tanah yang digarapnya sampai seluruh
utangnya terbayar lunas. Walaupun secara teoretis, utang dapat terlunasi dalam jangka waktu tertentu,
namun kondisi perbudakan meningkat saat dengan segala upayanya peminjam tidak bisa melunasi utangnya.
6. Apartheid dan KolonialismeApartheid bukan semata-mata masalah diskriminasi rasial yang bisa dipecahkan
lewat pendidikan dan perubahan sistem politik. Pada prinsipnya, apartheid telah menelantarkan masyarakat
kulit hitam di Afrika Selatan dengan memberlakukan sistem kuasi kolonial.
Beberapa Pengertian Dasar Kejahatan
(Pelanggaran) HAM Berat.
Istilah “pekerja migran” mengacu pada seseorang yang akan,tengah atau telah melakukan
kegiatan yang mendapat bayaran dalam suatu negara dimana iyah bukan warga
negaranya,pada desember 1990,majelis umum perserikatan bangsa bangsa menerima
konvensi internasional tentang perlindungan atas hak pekerja migran dan anggota
keluarganya.
Pekerja migran adalah orang asing.Berdasarkan keadaan ini saja dapat menjadi sasaran
kecurigaan dan permusuhan dalam komunitas dimana mereka tinggal dan bekerja.Dalam
banyak kasus,mereka adalah orang orang miskin secara finansial dan menghadapi
kesulitan kesulitan yang sama dari segi ekonomi,sosial,dan budaya dengan yang di hadapi
oleh kelompok paling lemah dalam masyarakat di negara tuan rumah.
Diskriminasi terhadap pekerja migran dalam bidang pekerjaan dapat terjadi dalam
berbagai bentuk.Hal ini termasuk pengecualian atau preferensi sebagai jenis pekerjaan
yang terbuka bagi pendatang,dan kesulitan untuk mengikuti pelatihan kejuruan.
Perjanjian kerja juga dapat merugikan migran.Pasal 25 ayat 1 konvensi internasional
tentang perlindungan atas hak pekerjaan migran dan anggota keluarganya menetapkan
bahwa pekerja migran dan anggota keluarganya harus mendapat perlakuan yang tidak
kurang menguntungkan daripada yang diterapkan bagi warga negara dari negara tempat
bekerja dalam hal penggajian dan kondisi kondisi lain dari pekerjaan dan ketentuan
ketentuan tentang pekerjaan.Ayat 3 dari pasal yang sama mensyaratkan negara negara
peserta untuk mengambil tindakan tindakan yang tepat untuk menjamin agar pekerja
migran tidak kehilangan hak ini.
PBB, atau Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyusun Ha-Kham, yang merupakan singkatan dari Himpunan Aturan dan Kebijakan
Masyarakat, melalui serangkaian langkah-langkah yang melibatkan negara-negara anggota dan lembaga-lembaga PBB. Berikut adalah
langkah-langkah umum yang terlibat dalam proses tersebut:
1. Identifikasi Kebutuhan: Langkah pertama dalam menyusun Ha-Kham adalah mengidentifikasi kebutuhan masyarakat internasional.
Hal ini dapat melibatkan pengumpulan data, analisis situasi, konsultasi dengan negara-negara anggota, dan lembaga-lembaga PBB
terkait.
2. Penyusunan Rancangan Awal: Berdasarkan identifikasi kebutuhan, penyusunan rancangan awal dilakukan. Rancangan ini berisi
aturan, kebijakan, atau prinsip-prinsip yang diharapkan akan diatur dalam Ha-Kham. Proses ini melibatkan negosiasi antara negara-
negara anggota dan pemangku kepentingan lainnya.
3. Konsultasi dan Negosiasi: Rancangan awal kemudian dikonsultasikan dan dinegosiasikan dengan negara-negara anggota dan
pemangku kepentingan lainnya. Proses konsultasi dan negosiasi ini dapat berlangsung melalui pertemuan-pertemuan, konferensi, atau
forum-forum PBB.
4. Persetujuan: Setelah melalui tahap konsultasi dan negosiasi, rancangan Ha-Kham akan disetujui oleh negara-negara anggota.
Persetujuan ini dapat dilakukan melalui pemungutan suara atau kesepakatan bersama.
5. Implementasi: Setelah disetujui, Ha-Kham perlu diimplementasikan oleh negara-negara anggota. Negara-negara tersebut harus
mengadopsi aturan dan kebijakan yang ditetapkan dalam Ha-Kham ke dalam hukum nasional mereka atau mengambil langkah-langkah
lain yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban yang diatur dalam Ha-Kham.
6. Pemantauan dan Evaluasi: Proses pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk memastikan implementasi yang efektif dari Ha-Kham.
Lembaga-lembaga PBB, seperti Dewan Keamanan atau Komisi Hak Asasi Manusia, dapat bertanggung jawab untuk memantau
pemenuhan kewajiban yang ditetapkan dalam Ha-Kham dan mengevaluasi dampaknya terhadap masyarakat internasional.
7. Perbaikan dan Perubahan: Jika diperlukan, Ha-Kham dapat direvisi atau diperbarui untuk memperbaiki kelemahan atau merespons
perkembangan baru dalam tatanan dunia. Proses perbaikan dan perubahan ini melibatkan negosiasi dan persetujuan kembali dari
negara-negara anggota.
Itulah langkah-langkah umum yang terlibat dalam proses PBB dalam menyusun Ha-Kham. Namun, penting untuk dicatat bahwa
prosesnya dapat bervariasi tergantung pada isu atau konteks tertentu.
07
Dinamika Perjuangan HAM
di Berbagai Belahan Dunia
Perkembangan HAM di Benua Eropa
1. Duration (jangka waktu), dalam arti adanya pola umum dan konsisten atas penyelesaian
kasus yang ada sehingga praktik tersebut menunjukkan secara umum yang sudah diterima.
2. Uniformity (keseragaman), lebih diartikan kepada substansi penyelesaian atas kasus yang
dihadapi.
3. Generality of the practice (sudah secara umum dilaksanakan), hal ini banyak dilakukan oeh
banyak negara, sehingga banyak pula negara yang mengikutinya (menurut Starke, termasuk
syarat materiil).
4. Opinio juris et necessitatis (praktik tersebut sudah diterima dan dianggap sebagai hukum).
Hal ini, kata Brierly, sudah banyak diakui oleh banyak negara sebagai satu keharusan
hukum, atau menurut Starke merupakan syarat psikologi.
1. Sumber hukum utama, perjanjian hukum internasioanal merupakan kesepakatan antar
negara yang mempunyai kekusasaan hukum mengikat, sebagaimana dimuat dalam pasal 2
Konvensi Wina 1969, dikatakan perjanjian/treaty.
2. Beberapa bentuk perjanjian lain yang terkait/memiliki kekuatan mengikat (juridical
character) antara lain, convention (formal dan diikuti banyak negara), protocal (biasanya
merupakan kelengkapan dari suatu konvensi), declaration (deklarasi, informal, tak
memerlukan retifikasi), agreement (persetujuan untuk lingkungan terbatas dan pesertanya
sedikit), dan modus vivendi yang sering digunakan baik untuk persetujuan nonformal dan
temporer yang dapat diganti lebih formal serta tidak perlu retifikasi, maupun agreement
yang kurang formal.
3. Disini tampak hukum internasional menekankan aspek kesepakatan, sehingga hukum
internasional, as a tool of mutual consent of ststes, merupakan pegangan, dalam
menetapkan kesepakatan bersama tersebut menjadi pelik dan sulit karena harus mampu
mengakomodasikan kepentingan banyak negara yang terlibat. Pelanggaran atas
kesepakatan tersebut dapat mengakibatkan kemarahan/ pembalasan negara lain.
1. Teori transformasi, menekankan aspek perubahan dan penyesuaian HI dengan
kondisi hukum munisipal suatu negara.
2. Teori delegasi, menekankan kepada hak masing-masing negara nasional dalam
menerima keberadaan dan berlakunya HI dinegaranya.
3. Teori harmonisasi, menekankan segi-segi keseimbangan/keserasian antara HI
dengan hukum nasional, lewat pendekatan yang harmonis
4. Teori inkorporasi, yang dibangun oleh Blackstone, menekankan HI/kebiasaan
internasioanl hanya dapat menjadi bagian dari hukum munisipal bila sudah
diputuskan dan diterima oleh mahkamah tertinggi suatu negara.
5. Teori filterisasi, suatu teori pendekatan yang tetap mengakui keberadaan HI,
namum dalam aplikasinya pada negara nasional disesuaikan dengan kepentingan
umum negara-negara nasional.
1. Ratifikasi dan hermenisasi merupakan instrumen hukum, HI berlaku dalam suatu negara instrumen
internasional (konvenan dan lain-lain) yang belum diratifikasi mempunyai kekuatan moral. Karenanya,
setiap perundingan terkait dengan diplomasi internasional memerlukan diplomat ulung, ulet, sabar, luas
pandanganya, serta bijak.
Sedangkan sumber hukum internasional kedua, hukum kebiasaan, baik dalam peradilan tingkat nasional
maupun internasional, menunjukkan peranan yang sangat penting dan potensial.
2. Penerapan HI dalam kasus kejahatan/pelanggaran HAM, terutama pelanggaran HAM berat menjadi lengkap
kalau dikaitkan dengan sumber keemat, prinsip-prinsip hukum umum yang diakui bangsa beradab,demikian
pandangan William Schabas .
3. Dengan demikian, diharapkan substansi/ide hukum kebiasaan dapat membantu meluruskan bahkan ikut
mempercepat proses pelaksanaan satu keputusan yang diambil oleh badan peradilan, karena itu, fungsi
hukum kebiasaan internasional dapat melengkapi ketentuan hukum tertulis yang ada.
4. Sementara itu, sumber hukum ketiga, prinsip-prinsip hukum umum yang diakui bangsa beradab, berasal dari
Statuta Mahkamah Permanen Internasioanl tahun 1920, makna prinsip hukum umum, disatu pihak adalah
prinsip HI, sedangkan pada pihak lain adalah prinsip hukum nasional.
1. Dari posisi ini, negara adalah negara cinta damai dan menghormati HAM. HAM menjadi salah satu garis
politik dan menajdi salah satu variabel utama didalam mengambil kebijaksanaan pemerintah. Dengan kata
lain, negara cinta damai adalah beradab, bukan negara haus perang dan menghormati HAM. Dilihat dari sisi
ini, pada prinsipnya semua negara dapat memberi sumbangan pemikiran untuk memperkaya prinsip hukum
umum yang sudah ada.
2. Menurut Austin Fagathey, antara kedua golongan cinta damai (golongan pacifists) dan golongan militarists
(cinta perang) sulit bertemu.
3. Asas/prinsip hukum umum yang memuat nilai-nilai moral yang luhur, agung dan relafif abadi perlu diteliti.
Asas tersebut telah banyak dipakai/masuk dalam hukum positif internasional.
4. Menurut Lung Chu Chen, membuktikan adanya persamaan pola/standar yang relatif sama dan disetujui
bersama pula. Dengan demikian, hukum internasional sebagai sarana kesepakatan umat manusia
merupakan fakta.
5. Konsep hak asasi manusia hakikatnya merupakan konsep tertib dunia. Demikian pula tujuan hukum dan
ilmu-ilmu lainya yang Bersama-sama berusaha mengangkat derajat manusia agar lebih adil, Makmur,
sejahtera, aman , tertib, dan tentram tidak akan mudah diraih.
1. Masalah penegakan HAM, dilihat dari tatanan politik luar negri eksternal dapat juga
menganggu hubungan antar negara, belum lagi terkait kedaulatan (national interests)
masing-masing negara yang berbeda-beda. Akibatnya, hubungan antar negara dapat pula
mengalami perkembangan yang dinamis, fluktuatif, dan variative.
2. Menurut Michael O. Connor Variasi hubungan antarnegara tidak dapat dilepaskan dari
kepentingan dan tujuan nasional (national interests and objectives). Perbedaan tersebut
membuat banyak negara memasang barikade yang sering disebut keamanan nasioanl
(national security). masalah keamanan nasioanl banyak terkait dengan national strategy,
grand strategy, strategic position and military strategy.
3. Hubungan internasional merupakan fakta, fakta tersebut berkembang dan berproses dalam
masyarakat yang sering mengalami benturan (karena perbedaan ideologi dan kepentingan)
4. Suwardi Wiraatmadja menyatakan bahwa hubungan internasional lebih luas dari polotik
internasional. Politik internasional membahas keadaan atau soal soal politik dimasyarakat
internasional dalam arti lebih sempit, yakni bertitik berat pada diplomasi dan hubungan
antar negara serta satuan polotik lainya.
Sedangkan hubungan internasional lebih sesuai untuk mencakup segala macam ubungan
antarbangsa dan kelompok-kelompok bangsa dalam masyarakat dunia
Dalam dunia yang semakin terbuka, plural, saling pengertian antar bangsa lewat hubungan
internasional, semakin penting. Oleh karena itu kontak antar warga masyarakat dari berbagai
negara harus dapat dibuka seluas-luasnya. Hal ini berdampak semakin kuatnya kesadaran HAM
sesama warga bangsa.
09
Aplikasi Hukum HAM dalam
Negara RI
Penegakan Hak Asasi Manusia Bagian
dari Cita Cita Perjuangan Bangsa
Dan pendekatan kultural (budaya) terbukti perjuangan menegakkan hak asasi manusia pada
hakikatnya merupakan bagian dari tuntutan sejarah dan budaya dunia, termasuk Indonesia.
Karena itu, memperjuangkan HAM sama dengan memperjuangkan budaya bangsa atau
membudayakan" bangsa, antara manusia dan kemanusiaan seluruh dunia sama dan satu.
Perbedaan budaya yang beragam di seluruh dunia hendaknya dipandang sebagai "keragaman
bunga indah" di taman firdaus. Justru, di sinilah indahnya sebuah keragaman. Kredo "Bhineka
Tanggal Ika" merupakan kristalisasi dan pengakuan akan hal ini. Dengan adanya perbedaan
dan budaya, bila ada budaya yang bertentangan dengan spirit HAM, maka diperlukan adanya
dialog, pendekatan, dan penyelesaian yang bertahap dan terus-menerus. Lewat kemauan dan
pendekatan tersebut, segera dapat ditemukan jalan keluar yang baik dan memuaskan.
"Konsep-konsep kemanusiaan yang ada dalam berbagai sistem budaya tentu memiliki titik
titik kesamaan antara satu dengan lainnya. Jika hal ini dapat dibuktikan, maka kesimpulan
logisnya ialah bahwa manusia dan kemanusiaan dapat dipandang tidak lebih daripada
kelanjutan logis penjabaran ide-ide dasar yang ada dalam setiap budaya tersebut dalam
konteks kehidupan kontemporer yang kompleks dan global" (Nurcholish Madjid, 6: 1995)
HAM dalam Hukum Positif
(Hukum Kekinian dan Kedisinian)
Tepat sekali ucapan Del Vaschio, manusia adalah homo iuridicus (manusia hukum),
arenasebagaimana diketahui-hukum ada di mana-mana. Hukum dan manusia sepanjang hidupnya
tidak akan pernah dapat dipisahkan kalau kita ingin hidup aman, tenteram, damai, adil, dan
makmur.
Hukum yang ada di mana-mana, tidak berada diruang hampa, hukum hidup bersama sub system
sosial lain. Dalam arti luas, luas menerobos masuk ke dalam seluruh kehidupan manusia, baik
dari hal-hal yang paling elementer, sederhana, maupun ke dalam hal-hal yang Sama paling
dalam dan fundamental. Ulah hukum tersebut merupakan sifat/watak hukum itu sendiri, yang
pasti ada bagi ilmu yang disebut hukum. Karenanya, kerja hukum pun beragam dimulai dengan
cara yang paling "lembut" sampai yang paling "keras". Kelembutan kerja hukum ditandai dengan
beberapa istilah, antara lain musyawarah, perjanjian,
iktikad baik, dan sebagainya. Sedangkan wajah hukum yang keras, antara lain berupa hukuman
mati, penjara seumur hidup, zakelijk/tak kenal kawan, dan sebagainya. Namun begitu, satu hal
yang pasti dalam masyarakat/negara yang bagaimanapun bentuk dan sistem yang dianut,
hukum mengatur, memaksa, dan memberi sanksi demi tegaknya ketertiban dalam tata
kehidupan masyarakat.
Memperhatikan hukum positif suatu negara, tidak dapat dilepaskan dengan sistem hukum yang
berlaku di negara tersebut. Karena itu, dasar negara Pancasila yang terdiri atas lim. sila, yaitu
ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia.
Dari Komisi (Sekarang Dewan) HAM
PBB
Pasca Perang Dunia II, "menyisakan" banyak penjahat perang yang tetap harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya (lagi-lagi, tanggung jawab menjadi
penting). Lewat Deklarasi HAM Universal tanggal 10 Desember 1948, Konvensi
Genosida 1949, The
International Covenant on Civil and Political Rights/Kovenan International Hak
Hak Sipil dan
Politik/SIPOL, The International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights
(Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya/EKOSOP), dan
Protokol Opsional tentang
Hak-hak Sipil dan Politik serta berbagai protokol dan kovenan lainnya dirasakan
belum efektif.
Karena itu, dari tahun 1946-1976 disebut tahun "suram" penegakan HAM, walau
sudah memiliki
Duham dan konvensi lainnya seperti disebut di atas, termasuk konvensi anti
perbudakan dan
apartheid, tetapi pelanggaran HAM masih banyak terjadi
Kasus kejahatan HAM yang bertubi-tubi dalam berbagai belahan dunia merupakan "pintu masuk untuk
segera mendirikan lembaga yang berwenang mengadili kejahatan HAM berat. Pembentukan pengadilan
kejahatan internasional yang disahkan pada tanggal 17 Juli 1998 di Roma mempunyai kekuatan tetap
karena sudah diratifikasi oleh lebih dari 60 negara. Keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari kondisi
yang ada sebelumnya, juga kuatnya "tuntutan" kemanusiaan yang dikemukakan oleh para filsuf. Karena
itu, dokumen akhir PBB di KTT PBB tahun 2005 sepakat mengganti UN Human Rights Commission (Komisi
HAM PBB) dengan UN Righns Council (Dewan HAM PBB) yang beranggotakan 47 negara dan dipimpin oleh
Jan Eliasson (menggantikan Makarim Wibisono) dengan wewenang yang lebih luas. Isu utama yang
disepakati ialah sebagai berikut.
1. Membentuk sebuah badan baru untuk membantu negara-negara bangkit dari konflik. Ketidakcocokan
terjadi dalam masalah kontrolnya, dilakukan oleh DK PBB atau oleh MU PBB.
2. Menyerukan negara-negara untuk memikirkan intervensi dalam kasus genosida/ pembantaian etnis.
Tujuannya untuk mencegah negara-negara melakukan kejahatan genosida.
3. Mengutuk terorisme dalam segala bentuknya (Majelis Umum PBB 14 September 2005)
• Fungsi Dewan HAM PBB ialah sebagai pengawas yang membongkar kasus-kasus pelanggaran HAM di muka bumi, di samping
membantu negara anggota menyusun undang-undang tentang HAM.. Pada tanggal 15 Maret 2006, MU PBB yang terdiri atas 170
terdiri atas 170 negara anggota PBB setuju mendirikan Dewan HAM (sebagai pengganti Komisi HAM sebelumnya), tetapi 4 (empat)
anggota lainnya yang terdiri atas Amerika Serikat, Israel, Kepulauan Marshall, dan Palau
• Fungsi Dewan HAM PBB ialah sebagai pengawas yang membongkar kasus-kasus pelanggaran HAM di muka bumi, di samping
membantu negara anggota menyusun undang-undang tentang HAM.. Pada tanggal 15 Maret 2006, MU PBB yang terdiri atas 170
terdiri atas 170 negara anggota PBB setuju mendirikan Dewan HAM (sebagai pengganti Komisi HAM sebelumnya), tetapi 4 (empat)
anggota lainnya yang terdiri atas Amerika Serikat, Israel, Kepulauan Marshall, dan Palau
• menolak. Sedangkan, tiga negara lainnya, yaitu Belarusia, Iran, dan Venezuela menyatakn abstain (Koran Tempo, 17 Maret 2006).
Pada pemilihan anggota putaran pertama, Indonesia bersama-sama dengan India, Filipina, Qatar, Bolivia, Nikaragua, Mesir, Angola,
Afrika Selatan, Madagaskar, Belanda, dan Slovenia ditetapkan sebagai anggota Dewan HAM untuk periode 2007-2010. Sedangkan,
pada putaran kedua terpilih anggota Dewan HAM yang terdiri atas Korea Selatan, Saudi Arabia, Srilangka, Pakistan, Malaysia,
Yordania, Jepang, Banglades, Cina, dan Bahrain. Diharapkan, negara-negara anggota Dewan HAM tersebut dapat membangan
politik yang lebih demokratis dengan memerhatikan perlindungan hukum, di mana pada akhirnya HAM di negara masing masing
semakin baik pula. Dewan HAM PBB dipimpin oleh Louise Arbour. Dewan HAM didirikan berdasarkan Resolusi MU PBB Nomor
60/251 tanggal 15 Maret 2006 dan dibentuk tanggal 9 Mei 2006. Anggota Dewan HAM mempunyai kewajiban mempromosikan dan
memproteksi HAM dalam hukum nasional dan internasional serta melakukan kerja sama dengan penyelidik HAM PBB
10
Pedoman Beracara di
Pengadilan Kriminal
Internasional dan
Pengadilan Ad Hoc
Indonesia
Sekilas Mengenal Pengadilan Kriminal
Internasional
• Pertama, sifat pertanggungjawaban, dalam yurisdiksi ICC berlaku atas orang-perorangan (natural person).
• Kedua, seorang tersangka dalam yurisdiksi pengadilan bertanggung jawab secara individual dan dapat dikenai
hukum sesuai ketentuan pidana dalam Statuta Roma.
• Ketiga seseorang dapat dipertanggungjawabkan secara pidana dan dapat dijatuhi hukuman atas suatu
kejahatan dalam yurisdiksi International Criminal Court (ICC), apabila orang tersebut:
• melakukan suatu kejahatan, baik sebagai perseorangan pribadi, bersama orang lain, atau lewat orang lain tanpa
memandang apakah orang lain itu bertanggung jawab secara pidana atau tidak;
• memerintahkan, mengusahakan, atau menyebabkan dilakukannya kejahatan semacamitu dalam kenyataan
memang terjadi atau percobaan; dan
• mempermudah dilakukannya kejahatan tersebut, membantu, bersekongkol, atau kalau tidak membantu
dilakukannya atau percobaan untuk melakukannya, termasuk menyediakan sarana untuk melakukannya.
• Keempat, cara lain yang mempermudah dilakukannya suatu percobaan yang dilakukan oleh sekelompok orang
yang bertindak dengan suatu tujuan bersama, apabila bantuan tersebut dengan sengaja:dilakukan dengan
tujuan untuk melanjutkan tindak pidana atau tujuan pidana kelompok itu, di mana kegiatan atau tujuan
tersebut mencakup dilakukannya suatu kejahatan dalam yurisdiksi pengadilan, dilakukan dengan mengetahui
maksud dari kelompok untuk melakukan kejahatan.
• Kelima, berkenaan dengan kejahatan genosida, secara langsung atau tidak langsung menghasut orang lain untuk
melakukan genosida.
• Keenam, berusaha melakukan kejahatan semacam itu tidak terjadi karena keadaan-keadaan yang tidak
bergantung pada maksud orang tersebut, tetapi seseorang yang membatalkan perbuatan kejahatan tidak
dikenai pidana atas percobaan melakukan kejahatan, seperti halnya bila orang tersebut secara sukarela
membatalkan perbuatannya.
Struktur Organisasi dan Adsminitrasi Pengadilan
Pidana Internasional (International Criminal
Court[ICC])
• Ketua dan wakil ketua pengadilan. • Pengaturan masa kerja hakim (Pasal 35)
• Divisi prayustisi, divisi pengadilan, dan divisic • Persyaratan, pencalonan, dan pemilihan hakim
banding • Bila terjadi kekosongan hakim (Pasal 37).
• Kantor kejaksaan. • Ketua dan Wakil Ketua International Criminal Court
• Kantor kepaniteraan (Pasal 34). (ICC): Pasal 38
• Divisi-divisi beserta ketentuan mengenai tugas-
tugasnya.
• Kebebasan hakim (Pasal 40)
• Tata cara pembebastugasan hakim (Pasal 41)
• Kantor kejaksaan (Pasal 42)
• Kantor kepaniteraan (Pasal 43).
• Staf administrasi (Pasal 44)
• Sumpah jabatan (Pasal 45).
• Pemberhentian dari jabatan (Pasal 46)
• Tidak disiplin (Pasal 47)
• Hak istimewa dan kekebalan (Pasal 48)
• Gaji, tunjangan, dan biaya (Pasal 49)
• Bahasa resmi dan bahasa kerja (Pasal 50)
• Hukum acara termasuk mengenai pembuktian (Pasal
51)
• Peraturan mengenai mekanisme pengadilan (Pasal
52).
Persidangan Pengadilan Pidana Internasional
(International Criminal Court[ICC])
Terdakwa
• Pengakuan Terdakwa:
• Terdakwa dapat membuat pengakuan bersalah yang memenuhi beberapa syarat,
termasuk pemahaman terdakwa tentang sifat dan akibat dari pengakuan
tersebut.
• Pengakuan harus dibuat secara sukarela setelah berkonsultasi dengan pembela.
• Pengakuan bersalah harus dilengkapi dengan fakta-fakta yang terkandung dalam
dakwaan yang diajukan oleh jaksa dan diakui oleh terdakwa, serta bahan-bahan
lain yang disampaikan oleh jaksa.
• Pengadilan akan mempertimbangkan pengakuan bersalah tersebut bersama-
sama dengan bukti tambahan yang diajukan.
• Asas Praduga Tak Bersalah:
• Setiap orang dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah di depan
pengadilan sesuai dengan hukum yang berlaku.
• Tanggung jawab membuktikan kesalahan terdakwa terletak pada jaksa.
• ICC harus yakin mengenai kesalahan terdakwa untuk dapat menghukumnya.
Hak-Hak Terdakwa:
• Terdakwa memiliki hak-hak tertentu, seperti mendapatkan informasi segera dan terperinci mengenai dakwaan, waktu dan fasilitas yang
cukup untuk mempersiapkan pembelaan, diadili tanpa penundaan yang tidak beralasan, hadir pada persidangan, mendapatkan bantuan
hukum jika diperlukan, memeriksa saksi, membuat pembelaan dan mengajukan bukti lain yang dapat diterima, serta tidak dipaksa untuk
bersaksi atau mengaku bersalah.
• Terdakwa berhak untuk tidak memikul beban pembuktian atas dakwaan.
Bukti :
• Para pihak dapat mengajukan bukti yang relevan dengan kasus.
• Pengadilan memiliki kewenangan untuk menentukan diterimanya suatu bukti, dengan mempertimbangkan nilai bukti dan kerugian yang
mungkin ditimbulkan.
• Pengadilan harus menghormati hak-hak istimewa tentang kerahasiaan yang ditetapkan dalam hukum acara pidana.
• ICC tidak akan menerima
Mengenal Pengadilan Ad Hoc HAM Indonesia
Di dalam perang perlu adanya kesadaran yang harus dipelihara untuk tidak
melanggar aturan-aturan hukum humaniter sehingga tidak melanggar HAM
yang berlaku.
Karena itu, perang merupakan satu situasi darurat atas dasar keputusan
politik suatu pemerintahan. Perang sendiri di dalamnya terdapat unsur keras,
kasar, dan niat saling membunuh. Diharapkan, dibalik kekasaran atau
kekerasan tersebut tetap dituntut adanya unsur kewajaran dan tidak
berlebihan. Adanya tindakan dan langkah yang melebihi batas kemanusiaan
dapat menjadi awal kejahatan HAM berat yang dikenal dengan kejahatan
perang.
Begitu pentingnya menerapkan kesadaran, dimana hukum humaniter ini
terutama saat manusia dalam keadaan emosional yang sangat tinggi
menghadapi lawan, diharapkan mampu menghadapi dengan mengedepankan
akal budi (hati nurani).
Begitu beratnya beban dari keputusan yang harus diambil sang pemimpin,
sehingga spirit hukum yang ada di balik hukum humaniter dapat berjalan
dengan baik. Sebagaimana diketahui, spirit hukum merupakan cita hukum
yang menjadi pendorong utama agar hukum dilaksanakan.
Prinsip-prinsip Hukum Humaniter
• Konsep hukum humaniter internasional pada intinya bagaimana agar perang atau sengketa umum bersenjata yang
memang harus ditempuh/dilakukan tetap memerhatikan prinsip-prinsip perikemanusiaan. Ketika prinsip-prinsip
tersebut menjadi bagian dari kebijaksanaan suatu negara, maka nantinya setelah perang usai, antarlawan dapat
berubah menjadi kawan.Dalam hukum humaniter dikenal tiga prinsip utama sebagai berikut.
• Prinsip (asas) kepentingan militer (military necessity), yaitu pihak yang berperang dibenarkan menggunakan
kekerasan dalam rangka menundukkan lawan, demi tercapainya tujuan dan kemenangan perang.
• Prinsip ksatria (chivalry), yaitu di dalam perang kejujuran harus diutamakan. Penggunaan alat yang tidak
terhormat dan berbagai cara tipu muslihat dan atau bersifat khianat, tidak diperkenankan.
• Prinsip perikemanusiaan (humanity), yaitu para pihak dalam perang diharuskan memerhatikan asas
perikemanusiaan. Mereka dilarang untuk menggunakan kekerasan berlebihan yang dapat menimbulkan
penderitaan yang tidak perlu (E. Saefullah W. 2002: 8).
Aplikasi Hukum Humaniter
• Setelah menghayati, ternyata tidak hanya terdapat kedekatan hukum humaniter dengan HAM, malah
di antara keduanya “menyatu” serta menyadari pula prinsip-prinsip antara keduanya tidak berbeda
terdapat masalah aplikasi di lapangan, terutama bertumpu kepada kesadaran para
pimpinan/komandan. Di samping itu, sejarah perjuangan para pelopor/ perintis hukum humaniter
perlu diketahui pula.
• Berkembangnya hukum humaniter tidak dapat dilepaskan dengan peran ICRC (International
Committee of the Red Cross)/Palang Merah Internasional yang didirikan pada 29 Oktober 1863,
dengan markas besarnya di Jenewa (Swiss). Kemudian pada tahun 1864, diselenggarakan Konferensi
Jenewa dan menghasilkan konvensi tentang Perbaikan Penderitaan Tentara yang Luka di Medan
Pertempuran di Darat (Geneva Convention of August 22, 1864 for the Amelioration of the Condition
of the Wounded in Armies in the Fields).
13
Terorisme dan HAM
Pengertian Umum
Pasal 5
Setiap Negara Pihak wajib mengambil upaya yang mungkin perlu, termasuk apabila diperlukan mengesahkan peraturan perundangan
nasional, untuk menjamin bahwa tindakan kejahatan dalam ruang lingkup konvensi ini tidak termasuk hal yang dapat dibenarkan dengan
pertimbangan politis, filosofis, ideologis, ras, etnis, agama, atau hal lain yang sifatnya sama dan dijatuhi hukuman yang sesuai beratnya
kejahatan.
Pasal 6
Tindak pidana dilakukan di dalam wilayah Negara Pihak, di atas kapal laut atau pesawat terbang berbendera negara tersebut atau terdaftar
di negara tersebut pada saat tindak pidana dilakukan, dan apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh warga negara dari negara tersebut.
Negara Pihak juga memiliki yurisdiksi apabila tindak pidana tersebut dilakukan terhadap warga negaranya, fasilitas negara atau pemerintah
negara tersebut di luar negeri.
Pokok Isi Konvensi Pemberantasan Pendanaan terorisme 1999 ialah sebagai berikut.
Pasal 2 (Ruang Lingkup Tindak Pidana)
Setiap orang dianggap telah melakukan tindak pidana apabila orang tersebut secara langsung atau tidak langsung, secara
melawan hukum dan dengan sengaja menyediakan atau dengan sepengetahuannya akan digunakan, secara keseluruhan
atau sebagian, untuk melakukan tindakan yang dapat menimbulkan suatu akibat yang tercakup dan dirumuskan dalam
salah satu konvensi yang tercantum dalam lampiran. Konvensi juga menetapkan tindakan lain yang ditujukan untuk
menyebabkan kematian atau luka berat terhadap warga sipil atau orang lain yang tidak secara aktif ikut serta dalam
konflik bersenjata. Tindakan tersebut bermaksud, dengan sengaja untuk mengintimidasi sejumlah orang, untuk memaksa
pemerintah atau organisasi internasional untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan. (Terhadap pasal ini Indonesia
menyampaikan pernyataan mengenai lampiran yang berkaitan dengan konvensi apa saja yang tidak diratifikasi Indonesia)
Ketidakadilan
• Islam agama perdamaian sedangkan teror Dalam makna yang luas berarti
tindakan kekerasan yang ditunjukkan kepada sasaran nonmiliter sebagai
tujuan politik. Dengan kata lain sasaran teror semata-mata penduduk sipil
yang mempunyai dosa di mata pelaku teror karena berada di pihak lain
artinya menempatkan orang-orang yang tidak bersalah sebagai sasaran
kekerasan.
• Sering teror memiliki motif baik tetapi di dalam mencapai tujuannya lewat
cara-cara yang kasar, brutal, dan tidak manusiawi. Motif yang muncul
dapat dalam bentuk kemiskinan, penindasan, perlakuan tidak adil
berkepanjangan, tereliminasi/terpinggirkan dan motif lainnya. Lebih-lebih
kalau di kalangan yang "tertindas" tersebut timbul kesan penguasa hanya
membela yang kuat dan kaya hal ini akan semakin memicu tindakan
ekstrem karenanya paradigma Bagaimana keamanan, kenyamanan, dan
ketentraman umat manusia menjadi prioritas utama dan menjadi acuan
para pemimpin dunia. Untuk itu secara konkrit perlindungan HAM menjadi
prioritas utama
Pemimpin yang berpihak kepada rakyat tersebut berarti menempatkan HAM sebagai landasan salah satu pemikiran atau
kebijakan dalam setiap keputusan politik yang ada. Dengan demikian kelompok yang kuat memperlihatkan garis politik
yang tidak adil, malah menyakitkan bagi kelompok lainnya yang merasa tertindas, akan menjadi batu sandung mengurangi
bahaya teror. Karena itu banyak pengamat internasional yang berpendapat munculnya atau banyaknya gerakan radikal
(radix=akar)
Contohnya di Timur Tengah adalah akibat kebijaksanaan politik luar negeri AS yang berstandar ganda. Satu pihak
"membabi buta" membela Israel, pada lainnya pihak menekan perjuangan rakyat Palestina. Penindasan Israel Di Luar
Batas kemanusiaan, yang jelas-jelas merupakan salah satu bentuk teror dan melanggar HAM dibela mati matian oleh AS.
Sangatlahh ketidakadilan didapatkan oleh warga palestina.
Dalam perspektif ketidakadilan, penting untuk menjamin bahwa tindakan pencegahan dan penanggulangan terorisme
dilakukan dengan mempertimbangkan hak-hak asasi manusia dan prinsip-prinsip keadilan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menegakkan hukum yang adil dan menghindari tindakan sewenang-wenang yang mengabaikan hak-hak asasi manusia.
SEKIAN
TERIMA KASIH!