1
Ramdlon naning, 1982, Gatra llmu Negara, Yogyakarta : Liberty, Hal. 97.
2
Meriam Budiardjo, 1980, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT. Gramedia, Hal.120.
3
I Made Subawa, 2008, Hak Asasi Manusia Bidang Ekonomi Sosial dan Budaya Menurut
Perubahan UUD 1945, Jurnal Kertha Patrika vol. 33 no. 1, Januari 2008, hal.2.
Pengertian hak asasi manusia sebagai hak-hak menurut hukum mempunyai
pengertian yang lebih luas, bukan saja hak-hak alamiah atau hak moral saja, tetapi
juga meliputi hak-hak menurut hukum yang dibuat oleh badan yang berwenang
dalam negara. Yang dimaksud dengan hak dalam pembicaraan mengenai hak asasi
manusia diartikan sebagai suatu lingkungan keadaan atau daerah kebebasan
bertindak dimana pemerintah tidak mengadakan pembatasannya, sehingga
membiarkan kepada individu atau perseorangan untuk memilih sendiri. Oleh karena
itu maka hak mengandung arti membatasi kekuasaan berdaulat dari pemerintah.
Terdapat berbagai batasan mengenai HAM, Hendarmin Ranadirekasa
memberikan definisi tentang HAM pada hakekatnya adalah seperangkat ketentuan
atau aturan untuk melindungi warga negara dari kemungkinan penindasan,
pemasungan dan atau pembatasan ruang gerak warga negara oleh negara, artinya
ada pembatasan-pembatasan tertentu yang diberlakukan pada negara agar hak
warga negara yang paling hakiki terlindungi dari kesewengan-wenangan kekuasaan.
Sedangkan Mahfu MD mengartikan HAM sebagai hak yang melekat pada martabat
manusia sebagai mekhluk ciptaan Tuhan, dan hak tersebut dibawa manusia sejak
lahir kemuka bumi sehingga hak tersebut bersifat fitri (kodrati), bukan merupakan
pemberian manusia atau negara. Sehingga dari dua pengertian diatas bisa
disimpulkan bahwa HAM adalah hak dasar yang melekat pada setiap individu sejak
dilahirkan kemuka bumi dan bukan merupakan pemberian manusia atau negara
yang wajib dilindungi oleh negara. 4
Dengan definisi di atas kita bisa melihat bagaimana posisi HAM dengan
hukum yang dibuat oleh negara. Keberadaan HAM mendahului hukum 5 dengan kata
lain bahwa Hak asasi manusia adalah hak dasar yang secara kodrat melekat pada
diri manusia sepanjang hidupnya sebagai anugerah Tuhan, bersifat universal dan
harus dilindungi secara hukum atau Ham diformalkan kedalam seperangkat aturan
hukum yang ada. Dari posisi tersebut, hukum menjadi conditio sine qua non dalam
penegakan HAM, lengkapnya Instrumen hukum tentang HAM menjadi salah satu
4
Muladi, 2005, Hak Asasi Manusia : Hakekat, konsep dan implikasinya dalam perspektif hukum dan
masyarakat, Bandung : Refika Aditama,Hal. 39.
5
Masyur Efendi dan Taufani Sukmana E, 2007, HAM: Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, Bogor :
Ghalia Indonesia, Hal. 35.
sumber human right law yang menunggu langkah politik pemimpin dunia dan
pemimpin negara untuk menegakkannya 6.
Isi dari pada hak asasi manusia hanya dapat ditelusuri lewat penelusuran
aturan hukum dan moral yang berlaku dalam masyarakat. John Locke (1632-1704)
yang dikenal sebagai bapak hak asasi manusia, dalam bukunya yang berjudul “Two
Treatises On Civil Government”,menyatakan tujuan Negara adalah untuk melindungi
hak asasi manusia warga negaranya. Manusia sebelum hidup bernegara atau dalam
keadaan alamiah (status naturalis) telah hidup dengan damai dengan haknya
masing-masing, yaitu hak untuk hidup, hak atas kemerdekaan dan hak atas
penghormatan terhadap harta miliknya, yang semua itu merupakan propertinya. 7
Dalam HAM terdapat dua prinsip penting yang melatarbelakangi konsep
HAM itu sendiri yakni Prinsip Kebebasan dan Persamaan, dimana dua hal tersebut
merupakan dasar dari adanya sebuah keadilan. John Rawls, berpendapat bahwa
terdapat tiga hal yang merupakan solusi bagi problem utama keadilan yaitu : 8
1. Prinsip kebebasan yang sebesar-besarnya bagi setiap orang (principle of greatest
equel liberty). Prinsip ini mencakup kebebasan untuk berperan serta dalam
kehidupan politik, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan memeluk
agama, kebebasan menjadi diri sendiri, kebebasan dari penangkapan dan
penahanan yang sewenang-wenang, dan hak untuk mempertahankan milik
pribadi.
2. Prinsip Perbedaan (the difference principle). Inti dari prinsip ini adalah perbedaan
sosial ekonomi harus diatur agar memberikan kemanfaatan yang besar bagi
mereka yang kurang diuntungkan.
3. Prinsip persamaan yang adil atas kesempatan (the principle of fair equality of
opportunity). Inti dari prinsip ini adalah bahwa ketidaksamaan sosial ekonomi
harus diatur sedemikian rupa sehingga membuka jabatan dan kedudukan sosial
bagi semua orang dibawah kondisi persamaan kesempatan.
Dari prinsip diatas dapat dilihat bawa ketiga prinsip tersebut merupakan hal-hal
pokok yang ada dalam HAM, dimana HAM tidak melihat kedudukan ekonomi, sosial
dan budaya seseorang, serta tidak melihat bagaimana kedudukannya sebagai orang
6
Ibid.
7
I Made Subawa, Log Cit. Hal 3.
8
Masyur Efendi, Op Cit. Hal 40-41.
sipil maupun kedudukannya dalam hal politik, semua orang memiliki kebebasan dan
juga mempunyai kedudukan yang sama.
KEBERLAKUAN HAM
Perangkat hukum tentang HAM secara Internasional sangat banyak dan
lengkap, meliputi hukum HAM materiil mupun hukum HAM formil. Dengan definisi
Ham seperti yang telah dikemukakan diatas maka HAM pada hakikatnya adalah
bersifat universal, dimanapun sama tanpa memandang dimana dia tinggal atau
berdomisili. Namun dengan adanya berbagai instrumen internasional dan juga
nasional yang ada menyebabkan dalam menegakkan hukum HAM mengalami
hambatan. Keengganan untuk menyerahkan para penjahat HAM pada pengadilan
HAM tingkat nasional, lebih-lebih pada pengadilan HAM Internasional, masih banyak
hambatan. Akibatnya terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai
keberlakuakn hukum HAM yakni pandangan yang menyatakan HAM otomatis
berlaku universal serta sebaliknya ada pandangan yang menyatakan HAM berlaku
partikular.
Dalam tatanan teori wacana tersebut menghasilkan 4 kelompok berbeda
yang masing-masing pandangan tersebut di ikuti oleh masing-masing negara secara
9
berbeda. Ke-empat pandangan tersebut adalah :
1. Pandangan Universal Absolut.
Pandangan ini melihat HAM sebagai nilai-nilai Universal sebagaimana
dirumuskan dalam dokumen HAM internasional, seperti the International Bill of
Rights. Dalam hal ini profil sosial budaya yang melekat pada masing-masing
bangsa tidak diperhitungkan. Penganut pandnagan ini adalah negara-negara
maju.
2. Pandangan Universal Relatif.
Pandangan ini melihat persoalan HAM sebagai masalah Universal namun
perkecualian dan pembatasan yang didasarkan atas asas-asas hukum nasional
tetap diakui keberadaannya.
3. Pandangan Partikularistis Absolute.
Pandngan ini melihat HAM sebagai persoalan masing-masing bangsa tanoa
memberikan alasan yang kuat, khususnya dalam melakukan penolakan terhadap
9
Ibid, hal.81-82.
berlakunya dokumen-dokumen Internasional. Pandangan ini sering kali
menimbulkan kesan chauvinist, egois, defensif, dan pasif tentang HAM.
4. Pandangan Partikularistis Relatif.
Dalam pandangan ini, HAM dilihat disamping sebagai masalah Universal juga
merupakan masalah nasional masing-masing bangsa. Berlakunya dokumen-
dokumen HAM internasional harus diselaraskan, diserasikan dan diseimbangakan
serta memperleh dukungan budaya bangsa. Pandangan ini tidak hanya
menjadikan kekhususan yang ada pada masing-masing bangsa sebagai sasaran
untuk bersikap defensif, tetapi dilain pihak juga aktif mencari perumusan dan
pembenaran (vindication) terhadap karakteristik HAM yang dianutnya. Pandangan
ini yang kemudian dianut oleh Indonesia.
Menurut Syekh Syaukat Hussain (1996), hak asasi manusia (HAM) yang dijamin
oleh agama Islam dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu :
1. HAM dasar yang telah diletakkan oleh Islam bagi seseorang sebagai manusia;
2. HAM yang dianugerahkan oleh Islam bagi kelompok rakyat yang berbeda dalam
situasi tertentu, status, posisi dan lain-lainnya yang mereka miliki. Hak-hak asasi
manusia khusus bagi nonmuslim, kaum wanita, buruh/pekerja, anak-anak, dan
lainnya merupakan beberapa contoh dari kategori hak asasi manusia-hak asasi
manusia ini.
2. Petition Of Rights
Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai
hak-hak rakyat beserta jaminannya. Petisi ini diajukan oleh para bangsawan
kepada raja di depan parlemen pada tahun 1628. Isinya secara garis besar
menuntut hak-hak sebagai berikut :
a. Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.
b. Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya.
c. Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai.
4. Bill Of Rights
Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan tahun 1689 dan
diterima parlemen Inggris, yang isinya mengatur tentang :
a. Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.
b. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
c. Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen.
d. Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-
masing .
e. Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.