Anda di halaman 1dari 4

Rule of law adalah suatu legalisme hukum yang mengandung sebuah gagasan bahwa keadilan dapat

dilayani dengan cara pembuatan sistem peraturan dan juga prosedur yang objektif, tidak memihak, juga
tidak personal, dan otonom.

Rule of law sendiri muncul ketika abad ke 19, sebuah doktrin hukum yang muncul beriringan dengan
kemunculan sebuah negara konstitusi dan demokrasi. Doktrin hukum ini tumbuh seiring dengan
semakin suburnya demokrasi, menitik beratkan pada peran dari sebuah sistem parlementer sebagai
reaksi terhadap negara absolut yang berkembang sebelumnya.

Rule of Law merupakan konsep tentang common law dimana segenap lapisan masyarakat dan negara
beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip
keadilan dan egalitarian. Rule of Law adalah rule by the law dan bukan rule by the man.

Rule of law lahir untuk mengambil alih dominasi para kaum ningrat, menggeser negara kerajaan dan
menggantikannya dengan negara konstitusional dimana konsep rule of law ini lahir. Ada tidaknya Rule of
Law dalam suatu negara ditentukan oleh “kenyataan” apakah rakyatnya benar-benar menikmati
keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik sesama warganegara, maupun dari pemerintah.

Adapun beberapa definisi rule of law menurut beberapa ahli,

Philipus M. Hadjon

ialah bahwa negara hukum yang menurut istilah bahasa Belanda adalah “rechtsstaat” ini lahir dari suatu
perjuangan menentang suatu absolutisme, ialah dari kekuasaan raja yang semena-mena untuk dapat
mewujudkan negara yang didasarkan pada suatu peraturan perundang-undanagan. Oleh sebab itu
didalam proses perkembangannya “rechtsstaat” ini lebih memiliki ciri yang revolusioner.

Friederich J. Stahl

Ada 4 unsur pokok untuk berdirinya satu rechstaat, ialah sebagai berikut, Hak-hak manusia, Pemisahan
atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu, Pemerintahan berdasarkan peraturan-
peraturan, Peradilan administrasi dalam perselisihan.

Sunarjati Hartono

Tetapi diakui bahwa sulit untuk dapat memberikan pengertian Rule of law, Namun pada intinya tetap
sama, bahwa Rule of law ialah harus menjamin apa yang diperoleh masyarakat ataupun bangsa yang
bersangkutan dipandang sebagai keadilan, khususnya pada keadilan sosial .
HAM (hak asasi manusia)

seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
Negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia (UU No.39 th.1999)

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut Para ahli

Ada berbagai versi umum pengertian mengenai HAM. Setiap pengertian menekankan pada segi-segi
tertentu dari HAM. Berikut beberapa definisi tersebut. Adapun beberapa definisi Hak Asasi Manusia
(HAM) adalah sebagai berikut:

1. Austin-Ranney, HAM adalah ruang kebebasan individu yang dirumuskan secara jelas dalam
konstitusi dan dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah.

2. A.J.M. Milne, HAM adalah hak yang dimiliki oleh semua umat manusia di segala masa dan di
segala tempat karena keutamaan keberadaannya sebagai manusia.

3. UU No. 39 Tahun 1999, Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, HAM adalah


seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Hak itu merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

4. John Locke, Menurut John Locke, hak asasi adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan
sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Artinya, hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya
tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci.

5. David Beetham dan Kevin Boyle, Menurut David Beetham dan Kevin Boyle, HAM dan
kebebasan-kebebasan fundamental adalah hak-hak individual yang berasal dari kebutuhan-
kebutuhan serta kapasitas-kapasitas manusia.

Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM)

1. Upaya Pemerintah dalam Menegakkan HAM

a. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

Komnas HAM mempunyai wewenang sebagai berikut.

a. Melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yang bermasalah.

b. Menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi.

c. Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada pemerintah
dan DPR untuk ditindaklanjuti.
d. Memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan sengketa di pengadilan.

Setiap warga negara yang merasa hak asasinya dilanggar boleh melakukan pengaduan kepada Komnas
HAM. Pengaduan tersebut harus disertai dengan alasan, baik secara tertulis maupun lisan dan identitas
pengadu yang benar.

b. Pembentukan Instrumen HAM.

Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses perlindungan dan penegakan hak asasi
manusia. Instrumen HAM biasanya berupa peraturan perundang-undangan dan lembaga-lembaga
penegak hak asasi manusia, seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Pengadilan
HAM. Instrumen HAM yang berupa peraturan perundang-undangan dibentuk untuk menjamin kepastian
hukum serta memberikan arahan dalam proses penegakan HAM

c. Pembentukan Pengadilan HAM

Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2000. Pengadilan HAM
adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat yang diharapkan dapat melindungi hak
asasi manusia, baik perseorangan maupun masyarakat. Pengadilan HAM menjadi dasar bagi penegakan,
kepastian hukum, keadilan dan perasaan aman, baik perseorangan maupun masyarakat.

Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran hak asasi
manusia yang berat. Di samping itu, berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
yang dilakukan oleh warga negara Indonesia dan terjadi di luar batas teritorial wilayah Indonesia.

2. Upaya Penanganan Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia

a. Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia

1) Menegakkan supremasi hukum dan demokrasi.

2) Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk pelanggaran
HAM oleh pemerintah.

3) Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik terhadap setiap upaya
penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah.

4) Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat melalui lembaga pendidikan


formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun non-formal (kegiatan-kegiatan keagamaan dan kursus-
kursus). Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.

5) Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam masyarakat agar
mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan pendapat masing-masing.

b. Membangun Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia


Hak dan kewajiban asasi manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Seseorang tidak dapat menikmati hak yang dimilikinya, sebelum memenuhi apa yang yang menjadi
kewajibannya.

Salah satu cara untuk mengharmonisasikan hak dan kewajiban asasi manusia dalam kehidupan sehari-
hari adalah dengan menghindarkan diri kita dari sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri.
Sikap egois dapat menyebabkan seseorang untuk selalu menuntut haknya, sementara kewajibannya
sering diabaikan. Seseorang yang mempunyai sikap egois akan menghalalkan segala cara agar haknya
dapat terpenuhi, meskipun caranya dapat melanggar hak orang lain.

Anda mungkin juga menyukai