Anda di halaman 1dari 7

WEEKLY REPORT

HAK ASASI MANUSIA

Disusun Oleh:
Tarmiji (1812040075)

Dosen Pengampu:
Sri Meiweni Basra, M.Pd

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG
1443H/2022M
A. Pengertian HAM
1. Menurut PBB, HAM adalah hak-hak yang ada pada tiap manusia, tanpa
adanya hak-hak tersrbut manusia mustahil hidup sebagai manusia.
2. Menurut John Locke, HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan sebagai sebuah sifat yang menjadi kodrat dari manusia.
3. HAM adalah hak dasar setiap manusia yang dibawa sejak lahir sebagai
anugerah dari Tuhan, bukan pemberian manusia atau sebuah Lembaga
kekuasaan.
HAM tertuang dalam UU Nomor 39 Tahuun 1999 tentang HAM. UU tersebut
menjelaskan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk dari Tuhan dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.

B. Sejarah Perkembangan HAM


1. Sebelum Deklarasi Universal HAM 1948
Para ahli berbeda pendapat mengenai awal munculnya HAM, ada yang
mengatakan berasal dari Eropa, mengatakan jauh sebelum peradaban Eropa
muncul, dan ada yang mengatakan HAM telah ada di masa kejayaan Islam.
Wacana HAM di Eropa dimulai dengan lahirnya Magna Charta. Sejak
lahirnya Magna Charta (1215), raja yang melanggar aturan kekuaan harus
diadili dan mempertanggungjawabkan kekuasaannya di parlemen.
Lahirnya Magna Charta merupakan cikal bakal lahirnya monarki
konstitusional. Empat abad kemudian, tepatnya pada 1689, lahir Undang-
Undang Hak Asasi Manusia (HAM) DI Inggris. Pada saat itu muncullah istilah
equality before the law, kesetaraan manusia di depan hukum. Pandangan ini
memunculkan wacana negara hukum dan negara demokrasi pada kuruun
waktu selanjutnya. Untuk mewujudkan kebebasan yang bersendikan
persamaan hak warga negara, lahirlah sejumlah istilah dan teori sosial yang
berkaitan dengan perkembangan dan karakter masyarakat Eropa dan Amerika,
yaitu:
a) Teori kontrak sosial
Teori yang menyatakan bahwa hubungan antara penguasa dan rakyat
didasari olrh sebuah kontrak yang ketentuan-ketentuannya mengikat
kedua belah pihak.
b) Trias politica
Teori tentang system politik yang membagi kekuasaan pemerintahan
negara dalam tiga komponen, pemerintah (eksekutif), parlemen
(legislatif), dan peradilan (yudikatif)
c) Teori hukum kodrati
Teori yang menyatakan bahwa di dalam masyarakat manusia ada hak-
hak dasar manusia yang tidak dapat dilanggar oleh negara dan tidak
diserahkan kepada negara.
Menurut Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), ada lima jenis
HAM yang dimiliki setiap individu, yaitu hak personal (hak jaminan
kebutuhan pribadi), hak legal (hak jaminan perlindungan hukum), hak hak
sipil dan politik, hak subsistensi (hak jaminan adanya sumber daya untuk
menunjang kehidupan), dan hak ekonomi, sosial, budaya.
2. Setelah Deklarasi Universal HAM 1948
Generasi pertama, generasi yang menjelaskan HAM hanya berpusat pada
bidang hukum dan politik. Dampak perang dunia II, dimana totaliterisme dan
munculnya keinginan negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan
ketertiban hukum.
Generasi kedua, generasi yan menjelaskan bahwa HAM tidak saja menuntut
hak yuridis, tetapi juga menyerukan hak-hak sosial, ekonomi, politik, dan
budaya.
Generasi ketiga, generasi ynag menyerukan wacana kesatuan HAM antara
hak ekonomi, sosial, politik, dan hukum dalam satu bagian integral yang
dikenal dengan istilah hak-hak melaksanakan pembangunan.
Genenrasi keempat, lahirnya pemikiran kritis HAM, yang dipelopori oleh
negara-negara di Kawasan Asia.

C. Perkembangan HAM di Indonesia


1. Periode Sebelum Kemerdekaan (1908-1945)
Pemukiran HAM sudah dapat dijumpai dalam organisasi pergerakan nasional,
seperti Boedi Oetomo (1908), Sarekat Islam (1911), Indische Partij (1912),
Partai Komunis Indonesia (1920), dan lain sebagainya. Puncak perdebatan
HAM dilontarkan oleh para tokoh pergerakan nasional, seperti Soekarno,
Agus Salim, Mohammad Natsir, Mohammad Yamin, Mr. Maramis, dan lain-
lainnya.
Dalam sejarah pemikiran HAM di Indonesia, Boedi Oetomo mewakili
organisasi pergerakan nasional yang mula-mula menyuarakan kesadaran
berserikat dan mengekuarkan pendapat melalui petisi-petisiyang ditujukan
kepada pemerintah kolonial. Inti perjuangan Boedi Oetomo adalah perjuangan
akan kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat melalaui organisasi
massa dan konsep perwakilan rakyat.
2. Periode Setekah Kemerdekaan
a) Perode 1945-1950
Sepanjang periode ini, wacana HAM bisa dicirikan melalui, bidang
sipil dan politik, dan bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
b) Periode 1950-1959
Ada lima indicator pada perkembangan HAM pada masa ini, yaitu
munculnya partai-partai politik dengan beragam ideologi, adanya
kebebasan pers, pelaksanaan pemilu secara aman, komtrol parlemen
atas eksekutif, dan perdebatan HAM secara bebas dan demokratis.
c) Periode 1959-1966
Merpakan masa berakhirnya demokrasi liberal, digantikan oleh system
demokrasi terpimpin. Artinya kekuasaan berada di tangan presiden,
presiden tidak dapat dikontrol oleh parlemen, dan presidenlah yang
mengatur parlemen.

d) Periode 1966-1998
Diantara butir penolakan pemerintahan orde baru terhadap konsep
universal HAM, yaitu:
 HAM adalah produk pemikiran Barat yang tidak sesuai dengan
nilai luhur Pancasila
 Bangsa Indonesia sudah lebih dahulu mengenal HAM
 Isu HAM seringkali digunakan untuk memojokkan negara
berkembang
e) Periode pasca orde baru
Tahun 1998 terjadinya lengsernya tampuk kekuasaan orde baru
sekaligus menandai berakhirnya rezim militer di Indonesia da
datangnya era baru demokrasi dan HAM. Komitmen pemerintah dalam
dalam menegakkan HAM ditunjukkan dengan pengesahan UU tentang
HAM, pembentukan kantor Kementerian Negara Urusan HAM yang
kemudian digabung dengan paarlemen.

D. HAM: Antara Universalitas dan Relativitas


Hampir semua negara menyepakati dengan primsip universal dari HAM,
tetapi kenyataannya memiliki perbedaan pandangan dan cara terkaiat cara
pelaksanaannya. Hal ini sering disebut sebagai partikularitas HAM yang terkait
dengan kekhususan yang dimiliki suatu negara atau kelompok sehingga tidak
sepenuhnya dapat melaksanakan prinsip-prinsip HAM. Kekhususkan tersebut bisa
saja bersumber pada kekhasakan nilai budaya, agama,dan tradisi setempat.
Perdebatan antara universalitas dan particular HAM tercermn dalam dua teori
yang saling berlawanan, yaitu:
 Teori relativisme kultural, berpandangan bahwa nilai-nilai moral dan budaya
bersifat particular, penganut teori ini mengatakan tidak ada hak yang
universal, semua tergantung kondisi masyarakat sendiri.
 Teori universalitas HAM, berpandangan bahwa perbedaan kebudayaan bukan
berarti membenarkan perbedaan konsepsi HAM. Perbedaan pengalaman
historis dan system nilai tidak meniscayakan HAM dipahami secara berbeda,
teori ini mengatakan nilai HAM bersifat universal dan tidak bisa dimodifikasi
untuk menyesuaikan perbedaan.

E. Pelanggaran dan Pengadilan HAM


Kejahatan HAM dikelompokkan pada dua bentuk, yaitu pelanggaran HAM
berat dan pelanggaran HAM ringan. Pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan
genosida dan kejahatan kemanusiaan. Adapun pelanggaran HAM ringan selain dari
kedua kejahatan yang ada pada kejahatan HAM berat.
Kejahatan genosida dilakukan dengan cara:
1) Membunuh anggota kelompok
2) Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental
3) Mengakibatkan kemusnahan
4) Memaksakan Tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran
5) Memindahkan secara paksa anak-anak
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan baik oleh aparatur negara
ataupun warga negara sendiri. Untuk menjaga pelaksanaan HAM dilakukan melalui
tahap-tahap penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan. Pengadilan HAM merupakan
pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum.
Selain pengadilan HAM, dibentuk juga Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
(KKR) dibentuk sebagai Lembaga ekstrayudisial yang bertugas menegaskan
kebenaran untuk mengungkap penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran HAM.
Pengadilan HAM berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
yang berat. Dalam pelaksanaan pengadilan HAM, pengadilan HAM menempuh
proses pengadilan melalaui hukum acara pengadilan HAM sebagaimana terdapat
dalam UU HAM.

F. HAM, Gender, Kebebasan Lingkungan, dan Lingkungan Hidup


Gender, dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan gender yaitu suatu
konsep kultural yang berkembang di masyarakat yang berupaya membuat perbedaan
peran, perilaku, mentalitas, emosional antara laki-laki dan perempuan. Ketidak adilan
gender dapat dilihat sebagai berikut:
1. Marginalisasi perempuan, ialah pengucilan perempuan dari kepemilikan,
aksess, fasilitas, dan kesempatan.
2. Penempatan perempuan pada posisi tersubordinasi, ialha menempatkan
perempuan pada posisi yang lebih rendah
3. Stereotipisasi perempuan, ialah pencitraan perempuan yang berkonotasi
negative
4. Kekerasann terhadap perempuan
5. Beban kerja yang tidak proporsional

Dalam perspektif membangun toleransi antar umat beragama, ada lima prinsip
yang bisa dijadikan pedoman semua pemeluk agama, yaitu:
1. Tidak satu pun agama ynag mengajarkan penganutnya untuk menjadi jahat
2. Adanya persamaan yang dimiliki agama-agama, seperti harus berbuat baik
3. Adanya perbedaan mendasar yang diajarkan agama-agama, seperti
perbedaan kitab suci, nabi, dan cara beribadah
4. Adanya bukti kebenaran agama
5. Tidak boleh memaksa seseorang menganut suatu agama atau kepercayaan

Terkait denga hubungan HAM dan lingkungan hidup, Tindakan merusak


kelestarian lingkungan hidup merupakan bagian dari pelanggaran HAM. Sayangnya
masih banyak pihak yang kurang menyadari bahwa perusakan alam dapat berakibat
pada perubahan iklim dan cuaca dalam skala luas.
KESIMPULAN
Menurut saya HAM itu muncul jauh sebelum Eropa bersuara mengenai HAM, yaitu
HAM telah ada padaa sejak Islam datang. Sebagai buktinya, yaitu adanya perjanjian yang
tercantum di Piagam Madinah antara perjanjian Kaum Yahudi Madinah dengan Nabi beserta
kaum muslimin. Di sana dijamin semua keamanan dan kesetiaan kepada Nani jika semua
pihak dapat menjalankan perjajian tersebut dengan baik.
Menurut saya HAM itu adalah sebuah aturan yang dibungkus dengan peraturan-
peraturan yang bersifat memanusiakan manusia dengan memberikan hak-hak yang ada pada
fitrahnya manusia. Artinya seseorang dilarang untuk menganggu, menyakiti orang lain
dengan alasan apapun. Salah satu cara agar HAM dapat berjalan dengan sebaiknya yaitu
dengan kesadaran akan gender, tidak boleh ada perbedaan menerima hak antara laki-laki dan
perempuan. Artinya harus ada keseimbangan antara perlakuan dan sikap di depan hukum.
DAFTAR REFERENSI
Ubaidillah Achmad, Buku Kewarganegaraan, Bab 7

Anda mungkin juga menyukai