Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGANTAR SOSIOLOGI

KEKUASAAN, WEWENANG, DAN KEPEMIMPINAN

Disusun Oleh:
1. Muhammad Rais (1812040077)
2. Ryan Syahputra (2112040004)

Dosen Pengampu:
Dr. Hermawati, M.Si
Budi Satriadi, M.Sos.I

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL
PADANG
1443H/2022M
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullaah Wabarakaatuh


Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah
Pengantar Sosiologi tentang “Kekuasaan, Wewenang, Dan Kepemimpinan.” Dan juga
penulis berterima kasih kepada Ibuk Dr. Hermawati, M.Si dan Bapak Budi Satriadi, M.Sos.I
selaku Dosen pengampu mata kuliah Pengantar Sosiologi yang telah memberikan tugas ini.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang interaksi sosial. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan penulis meminta kritik dan saran yang membangun terhadap penulisan makalah
ini demi perbaikan di masa depan.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaah Wabarakaatuh

Padang, 31 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN

A. Hakikat Kekuasaan Dan Sumbernya………………………………………….......6

B. Unsur-Unsur Saluran Kekuasaan dan Dimensinya…………………………..........7

C. Cara-Cara Mempertahankan Kekuasaan………………………………………......10

D. Wewenang dan Bentuknya……………………………………………………………10

E. Perkembangan Kepemimpinan dan Sifat-sifat Seorang Pemimpin……………..........12

F. Sandaran-Sandaran Kepemimpinan……………………………………………..........14

G. Kepemimpinan Yang Dianggap Efektif…………………………………………........15


  
BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................... 16

B. Saran......................................................................................................................... 16

Daftar Referensi.................................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu sosiologi, kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat, dimana pemimpin selalu ada dalam berbagai kelompok baik
kelompok besar seperti pemerintahan maupun kelompok kecil seperti kelompok RT
sampai kelompok ibu-ibu arisan.
Dari sekelompok individu dipilih salah satu yang mempunyai kelebihan di antara
individu yang lain, dari hasil kesepakatan bersama, maka munculah seorang yang
memimpin dan di sebut sebagai pemimpin. Kepemimpinan adalah perilaku seseorang
individu ketika ia mengarahkan aktivitas sebuah kelompok menuju suatu tujuan
bersama (hemphill dan Coons, 1957:7).
Dari kepemimpinan itu, maka munculah kekuasaan. kekuasaan adalah
kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya di dalam suatu hubungan
social yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa mengiraukan landasan yang
menjadi pijakan kemungkinan itu.
Seorang pemimpin mempunyai kekuasaan untuk mengatur dan mengarahkan
anggota-anggotanya. Selain itu, pemimpin juga mempunyai wewenanga untuk
memerintah anggotanya. Wewenang merupaka hak jabatan yang sah untuk
memerintahkan orang lain bertindak dan untuk memaksa pelaksanaannya. Dengan
wewenang, seseorang dapat mempengaruhi aktifitas atau tingkah laku perorangan dan
grup.
Maka kepemimpinan tidak akan pernah lepas dari kekuasaan dan kewenangan
untuk mengatur anggota-anggotanya. Dari makalah ini, penulis ingin menjelaskan
bagaimana hakikat kepemimpinan, kekeuasaan, dan kewenangan yang sebenarnya
karena dilihat masih banyaknya orang yang menjadi pemimpin namun menyalah
gunakan kekuasaannya dan kewenangannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hakikat kekuasaan dan sumbernya?
2. Apa saja unsur-unsur saluran kekuasaan dan dimensinya?
3. Bagaimana cara-cara mempertahankan kekuasaan?
4. Apa saja pembagian dari wewenang dan bentuknya?
5. Bagaimana perkembangan kepemimpinan dan sifat-sifat seorang pemimpin?
6. Apa saja sandaran-sandaran kepemimpinan?
7. Apa saja kepemimpinan yang dianggap efektif?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mengetahui hakikat kekuasaan dan sumbernya
2. Agar mahasiswa mengetahui unsur-unsur saluran kekuasaan dan dimensinya
3. Agar mahasiswa memahami cara-cara mempertahankan kekuasaan
4. Agar mahasiswa mengetahui pembagian dari wewenang dan bentuknya

4
5. Agar mahasiswa mengetahui perkembangan kepemimpinan dan sifat-sifat
seorang pemimpin
6. Agar mahasiswa mampu menjelaskan sandaran-sandaran kepemimpinan
7. Agar mahasiswa mampu memahami kepemimpinan yang dianggap efektif

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Kekuasaan Dan Sumbernya
Kekuasaan sering kali dipandang sebagai suatu hubungan antara dua atau lebih
kesatuan, sehingga kekuasaan dianggap mempunyai sifat yang relational. Kemudian
muncul istilah scope of power dan domain of power. Scope of power atau ruang
lingkup kekuasaan menunjuk pada kegiatan, tingkah laku, serta sikap dan keputusan-
keputusan yang menjadi objek dari kekuasaan. Sedangkan domain of power, ialah
jangkauan kekuasaan menunjuk pada pelaku, kelompok atau kolektivitas yang terkena
kekuasaan.
Kekuasaan dapat diartikan, sebagai daya atau kemampuan untuk melakukan
pengaruh terhadap orang lain. Jika kekuasaan itu dialami atau diterima oleh
masyarakat, maka kekuasaan itu berubah menjadi kewibawaan. Jadi kewibawaan
adalah kekuasaan yang diakui.
Adapun pengertian kekuasaan menurut ahli, sebagai berikut:
1. Menurut Max Weber
Menurut Max Weber dalam Buku Wirtschaft und Gessellshaft pada tahun
1992 bahwa pengertian kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu
hubungan sosial melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami
perlawanan dan apapun dasar kemampuan ini (Macht beduetet jede chance
innerhalb einer soziale Beziehung den eigenen Willen durchzusetchen auch
gegen Widerstreben durchzustzen, gleichviel worauf diese chance
beruht).Yaitu keegoisan dalam suatu kelompok, akan tetapi walaupun
keegoisan tersebut memiliki pertentangan, tetap tidak mampu melawan
dikarenakan adanya kekuasaan tersebut.
2. Menurut Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan
Kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang
dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke arah tujuan dari
pihak pertama.
3. Menurut Barbara Goodwin (2003)
Pengertian kekuasaan adalah kemampuan untuk mengakibatkan seseorang
bertindak dengan cara yang oleh yang bersangkutan, dan tidak akan dipilih
seandainya ia tidak dilibatkan. Dengan kata lain memaksa seseorang untuk
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendaknya.
Berdasarkan pengertian kekuasaan diatas, terdapat beberapa poin yaitu,
Bahwa kekuasaan umumnya diselenggarakan melalui isyarat jelas. Hal ini
disebut dengan kekuasaan Manifes atau manifest power.
Kekuasaan yang lain, namun hanya kadang terjadi yaitu kekuasaan implisit
yang terjadi tanpa adanya isyarat yang jelas.
Hal yang perlu ditekankan karena adanya kekuasaan adalah adanya hak untuk
mengadakan sanksi. Dalam menyelenggarakan kekuasaan, banyak upaya yang

6
dilakukan dalam bentuk sanksi untuk menegakkan kekuasaan seperti koersi,
persuasi dan cara lainnya.
4. Menurut Miriam Budiardjo
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi tingkah lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian
rupa, sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan
dari orang yang memiliki kekuasaan itu (Miriam Budiardjo).
5. Menurut Gibson
Kekuasaan adalah Kemampuan seseorang untuk memperoleh seuatu sesuai
dengan cara yang dikehendaki.
6. Menurut R.M. MacIver
Pengertian kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku
orang lain, baik secara langsung dengan memberi perintah, maupun secara
tidak langsung dengan memper- gunakan segala alat dan cara yang tersedia.
7. Menurut Walterd Nord
Pengertian Kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran
energi dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda
secara jelas dari tujuan lainnya.

Ada pun sumber kekuasaan terbagi menjadi 3 macam, yaitu:


1. Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
Sumber kekuasaan pertama ini bisa berupa jabatan saat ini. Misalnya,
seseorang memiliki jabatan sebagai ketua di sebuah organisasi, memiliki
pangkat yang tinggi di bidang kemiliteran, dan sebagainya. Sumber kekuasaan
yang berasal dari kedudukan ini, jika ada seorang yang salah, maka akan
memunculkan kerugian banyak orang.
2. Kekuasaan yang bersumber pada kekayaan
Sudah menjadi hal umum, jika kekayaan yang dimiliki oleh seseorang yang
bisa menentukan apakah seseorang itu bisa berkuasa atau tidak. Biasanya
kebanyakan seseorang yang kaya dapat menguasai seorang politikus.
3. Kekuasaan yang bersumber pada kepercayaan
Pada bagian ini, seseorang yang sudah memiliki ilmu yang cukup tinggi dalam
suatu agama akan dianggap bisa membimbing para umatnya.

B. Unsur-Unsur Saluran Kekuasaan Dan Dimensinya


Soerjono Soekonto (1983), menggambarkan beberapa unsur kekuasaan ynag
dapat dijumpai pada hubungan sosialantara manusia maupun antar kelompok, yaitu
meliputi:1
1. Rasa Takut
Rasa Takut Perasaan takut pada seseorang menimbulkan suatu kepatuhan
terhadap segala kemauan dan tindakan pada orang yang ditakuti tadi; rasa
takut ini bernuansa negatif, karena orang tersebut tunduk pada orang lain
1
Soekanto Soerjono, 1990; Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persaja.

7
dalam keadaan yang terpaksa. Rasa takut merupakan gejala umum yang
terdapat dimana-mana, dan bila dilekatkan pada suatu pola pemerintahan
negara, rasa takut ini biasanya dipergunakan sebaik-baiknya dalam masyarakat
dengan pemerintahan otoriter.
2. Rasa Cinta
Unsur kekuasaan dengan perasaan cinta menghasilkan perbuatanperbuatan
yang bernuansa positif, orang-orang dapat bertindak sesuai dengan keinginan
yang berkuasa, masing-masing pihak tidak merasa dirugikan satu sama lain.
Reaksi kedua belah pihak, yaitu antara kekuasaan dan yang dikuasai, bersifat
positif, dari keadaan ini maka suatu sistem kekuasaan dapat berjalan dengan
baik dan teratur.
3. Kepercayaan
Suatu kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung dari dua
orang atau lebih, satu pihak secara penuh percaya pada pihak lainnya, dalam
hal ini pemegang kekuasaan terhadap segenap tindakan sesuai dengan peranan
yang dilakukannya dengan kepercayaannya ini maka orang-orang akan
bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penguasa.

Pada dasarnya untuk memahami sebuah gejala politik kekuasaan secara tuntas,
maka kekuasaan dibagi menjadi 6 bentuk dimensi, yaitu:2
1. Potensial dan Aktual
Seorang dipandang mempunyai kekuasaan potensial apabila dia memiliki
sumber-sumber kekuasaan, seperti kekayaan, tanah,
senjata, pengetahuan dan informasi, popularitas, status sosial yang tinggi,
masa yang terorganisasi dan jabatan. sebaliknya, seseorang dipandang
memiliki kekuasaan aktual apabila dia telah menggunakan sumber-sumber
yang dimilikinya ke dalam kegiatan politik secara efektif (mencapai
tujuannya). Dengan ini seorang jutawan sudah dipastikan memiliki kekuasaan
yang potensial, tetapi dia hanya dapat disebut sebagai memiliki kekuasaan
aktual apabila dia telah menggunakan kekayaannya untuk mempengaruhi para
pembuat dan pelaksana keputusan politik secara efektif.
2. Konsensus dan Paksaan
Dalam menganalisis hubungan kekuasaan, seorang harus membedakan
kekuasaan yang berdasarkan paksaan dengan kekuasaan yang berdasarkan
konsensus. Penganalisis politik yang menekankan aspek paksaan dari
kekuasaan dari kekuasaan akan cenderung memandang politik sebagai
perjuangan, pertentangan, dominasi dan konflik. Mereka melihat tujuan yang
ingin dicapai oleh elite politik tidak menyangkut masyarakat secara
keseluruhan, melainkan menyangkut kepentingan kelompok kecil masyarakat.
Sebaliknya, penganalisis politik yang menekankan pada aspek konsensus dari
kekuasaan akan cenderung melihat elit politik sebagai orang yang tengah
berusaha menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan masyarakat secara
keseluruhan.
2
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Grasindo. Hal. 71-79

8
Perbedaan antara dimensi kekuasaan paksaan dan kekuasaan konsensus ini
menyangkut dua hal, yaitu alasan penataan dan sarana kekuasaan yang
digunakan. Pada umumnya, alasan untuk menaati kekuasaan paksaan berupa
rasa takut. Dalam hal ini, takut akan fisik dapat berupa dipukul, ditangkap,
dipenjarakan dan ancaman bunuh. selain itu, rasa takut nonfisik, seperti
kehilangan pekerjaan, dikucilkan dan diintimidasi. Sementara itu, alasan untuk
menaati kekuasaan konsensus pada umumnya berupa persetujuan secara sadar
dari pihak yang dipengaruhi.
3. Positif dan Negatif
Tujuan umum pemegang kekuasaan adalah untuk mendapatkan ketaatan
atau penyesuaian diri dari pihak yang dipengaruhi. Tujuan umum ini
dikelompokkan menjadi dua aspek yang berbeda, yaitu tujuan positif dan
negatif. Yang dimaksud dengan kekuasaan positif adalah penggunaan sumber-
sumber kekuasaan untuk mencapai tujuan yang dipandang penting dan
diharuskan, sedangkan kekuasaan negatif ialah penggunaan sumber-sumber
kekuasaan untuk mencegah pihak lain dalam mencapai tujuannya yang tidak
hanya dipandang tidak perlu, tetapi juga merugikan pihaknya.
4. Jabatan dan Pribadi
Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan, kekuasaan terkandung erat
dalam jabatan-jabatan, seperti presiden, perdana menteri, menteri-menteri dan
senator. Contoh, tanpa memandang kualitas pribadinya, seorang presiden di
Amerika Serikat akan memiliki kekuasaan formal yang besar. Namun,
penggunaan kekuasaan yang terkandung dalam jabatan itu secara efektif
bergantung sekali pada kualitas pribadi yang dimiliki dan ditampilkan oleh
setiap pribadi yang memegang jabatan.
Oleh karena itu, pada masyarakat maju dan mapan baik jabatan
maupun kualitas pribadi yang menduduki jabatan merupakan
sumber kekuasaan. Sebaliknya, pada masyarakat yang sederhana dalam
struktur kekuasaan kualitas pribadi lebih menonjol dari pada kekuasaan yang
terkandung dalam jabatan.
5. Implisit dan Eksplisit
Kekuasaan implisit adalah pengaruh yang tidak dapat dilihat, tetapi dapat
dirasakan. Sedangkan, kekuasaan eksplisit adalah pengaruh yang secara jelas
terlihat dan dapat dirasakan.
6. Langsung dan tidak langsung
Kekuasaan langsung ialah penggunaan sumber-sumber untuk mempengaruhi
pembuat dan pelaksana keputusan politik dengan melakukan hubungan secara
langsung, tanpa melalui perantara. Sedangkan kekuasaan tidak langsung ialah
penggunaan sumber-sumber untuk mempengaruhi pembuat dan pelaksana
keputusan politik melalui perantaraan pihak lain yang diperkirakan
mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap pembuat dan pelaksana
keputusan politik.

9
C. Cara-Cara Mempertahankan Kekuasaan
Penguasa sadar bahwa kekuasaan itu pada suatu waktu mungkin akan hilang
karena berbagai sebab, atas dasar kesadarannya inilah yang biasanya menjadi
pemikiran dasar bahwa sedapat mungkin dia atau mereka mempertahankan
kekuasaanya, untuk tujuan itu ditempuh beberapa cara agar kekuasaan itu
dipertahankan, yaitu melalui:
1. Menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama
terutama dalam bidang politik, yang dianggap merugikan kedudukan
penguasa. Peraturan-peraturan tersebut akan digantikannya dengan peraturan
peraturan baru yang akan menguntungkan penguasa. Keadaan tersebut
biasanya terjadi pada waktu akan ada pergantian kekuasaan dari seorang
penguasa kepada penguasa yang lain.
2. Menghilangkan peraturan-peraturan yang dapat merugikan kekuasaan
Apabila kekuasaan tidak bisa dipertahankan dengan cara membangun dinasti
politik dan membatasi akses untuk berpendapat, maka sudah seharusnya
menggunakan cara ketiga mempertahankan kekuasaan, yaitu menghilangkan
peraturan-peraturan yang dapat merugikan kekuasaan. Dengan menghilangkan
peraturan-peraturan yang merugikan suatu kekuasaan akan membuat suatu
kekuasaan tetap berjalan tanpa harus melanggar peraturan.
3. Bagi para pemimpin politik yang ingin mempertahankan kekuasaannya bisa
melakukannya dengan cara mengurangi kebebasan berpendapat kepada
masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat yang akan sangat sulit untuk
memberikan kritik kepada pemerintahan atau pemimpin politik.
4. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan yang akan dapat memperkokoh
kedudukan penguasa atau golongannya, sistem-sistem itu meliputi ideologi,
agama dan lainnya.
5. Menyelenggarakan administrasi dan birokrasi yang baik, yang dianggap lebih
memudahkan kehidupan orang banyak.

D. Wewenang Dan Bentuk Kekuasaan


Kata kewenangan berasal dari kata dasar wewenang yang diartikan sebagai hal
berwenang, hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu. Kewenangan
adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan berasal dari kekuasaan legislate
(diberi oleh undang-undang) atau dari kekuasaan eksekutif administrative.
Kewenangan yang biasanya terdiri dari beberapa wewenang adalah kekuasaan
terhadap segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang
pemerintahan.3
1. Tipe Kasta Tipe
kasta adalah tipe atau sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan yang
tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat
3
Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, Hal. 78

10
berkasta yang hampir tidak terjadi mobilitas sosial vertikal. Garis pemisah
antara masing-masing lapisan hampir tidak mungkin ditembus. Puncak
piramida diduduki oleh penguasa tertinggi, misalnya maharaja, raja, dan
sebagainya, dengan lingkungan yang didukung oleh kaum bangsawan, tentara,
dan para ahli agama.
2. Tipe Oligarkis
Tipe ini memiliki garis pemisah yang tegas, tetapi dasar pembedaan kelas-
kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut. Tipe ini hampir
sama dengan tipe kasta, namun individu masih diberi kesempatan untuk naik
lapisan. Di setiap lapisan juga dapat dijumpai lapisan yang lebih khusus lagi,
sedangkan perbedaan antara satu lapisan dengan lapisan lainnya tidak begitu
mencolok. Kelas menengah mempunyai warga yang paling banyak; industri,
perdagangan dan keuangan memegang peranan yang lebih penting. Ada
beberapa macam cara di mana warga-warga dari lapisan bawah untuk naik ke
lapisan atasnya, dan juga ada kesempatan bagi warga-warga lapisan menengah
untuk menjadi penguasa.
3. Tipe Demokratis
Tipe ini menunjukkan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya
mobil (bergerak) sekali. Dalam hal ini kelahiran tidak menentukan kedudukan
seseorang, melainkan yang terpenting adalah kemampuannya dan kadang-
kadang faktor keberuntungan. Gambaran dari pola kekuasaan di atas
merupakan tipe ideal yang dalam kenyataan dan perwujudannya tidak jarang
mengalami penyimpangan-penyimpangan. Setiap perubahan sosial dan
kebudayaan memerlukan suatu perubahan pula dalam pola piramida
kekuasaan, yaitu untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat
sesuai dengan perkembangan yang dialaminya.

Adapun bentuk kekuasaan menurut Konsep French and Raven’s Five Form


Power atau yang lebih sering dikenal dengan 5 bentuk kekuasaan menurut French
dan Raven menunjukkan bagaimana berbagai bentuk kekuasaan memengaruhi
kepemimpinan seseorang. Konsep ini dikenalkan oleh psikolog sosial bernama
John R. P. French dan Bertram H. Raven yang melakukan penelitian mengenai
kekuasaan pada tahun 1959.4 Mereka menyatakan bahwa kekuasaan dibagi
menjadi lima bentuk yang terpisah dan berbeda. Konsep ini kemudian sering
digunakan dalam komunikasi di seluruh organisasi, yaitu:
 Coercive Power
Bentuk kekuasaan ini adalah bersumber dari tindakan pemaksaan. Artinya,
pemimpin memiliki kekuatan untuk memaksa seseorang melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan keinginannya. Tujuan utama pemaksaan adalah
kepatuhan dan kekuasaan dengan mengandalkan ancaman dalam gaya
manajemennya. Seringkali bentuk kekuasaan ini menimbulkan tanggapan
negatif dan cenderung disalahgunakan. Contoh pemimpin yang
4
Ambur, O. (2000). Reconsidering the higher-order legitimacy of french and raven’s bases of social
power in the information age. University of Maryland University College.

11
menggunakan coercive power adalah Adolf Hitler, pemimpin partai Nazi yang
terkenal otoriter.
 Reward Power
Bentuk kekuatan ini didasarkan pada gagasan bahwa sebagai masyarakat, kita
lebih cenderung melakukan sesuatu dengan baik ketika kita mendapatkan
balasan yang kita sukai. Bentuk paling populer dari kekuatan ini adalah
menaikkan gaji, memberi promosi, atau memberi pujian. Namun, kekuasaan
tipe ini akan melemah apabila reward yang diberikan tidak memiliki nilai
kepuasan yang cukup bagi orang lain. Contoh pemimpin yang
menerapkan reward power  adalah Sundar Pichai yang memberikan
banyak reward bagi karyawan google.
 Legitimate Power
Bentuk kekuasaan ini adalah membuat anggota merasa bertanggung jawab dan
menghormati posisi tertentu. Pemimpin yang menggunakan legitimate
power  akan dipatuhi oleh anggotanya. Kekuasaan ini biasanya didasarkan
pada suatu peran, sehingga dapat dengan mudah diatasi segera setelah
seseorang kehilangan posisi. Contoh pemimpin yang menerapkan legitimate
power  adalah Steve Jobs, mantan CEO Apple yang terkenal dengan gaya
memimpin otokratis. 
 Referent Power
Bentuk kekuasaan ini adalah tentang manajemen yang didasarkan pada
kemampuan untuk memberikan rasa penerimaan kepada seseorang. Pemimpin
yang memiliki kekuasaan ini sering dilihat sebagai panutan yang dikagumi,
sering memberikan apresiasi, dan berpengaruh kuat dalam kelompok karena
kepribadiannya. Contoh pemimpin yang menggunakan referent power adalah
Mark Zuckerberg, pendiri Facebook yang karismatik.
 Expert Power
Bentuk kekuasaan ini didasarkan pada pengetahuan yang mendalam. Para
pemimpin ini seringkali sangat cerdas dan percaya pada kekuatan keahlian
untuk memenuhi peran dan tanggung jawab organisasi. Anggota menghargai
pemimpin karena kecakapannya dalam suatu hal tertentu. Contoh pemimpin
yang menggunakan expert power adalah Bill Gates, pendiri Microsoft yang
terkenal dengan kecerdasannya.

E. Perkembangan Kepemimpinan Dan Sifat-Sifat Seorang Pemimpin


Kepemimpinan transformasional pada dasarnya lahir sebagai jawaban atas
tantangan zaman yang menghajatkan perubahan disana sini. Kepemimpinan dengan
pendekatan baru menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan lagi dalam menghadapi
tuntutan zaman yang begitu cepat. Salah satunya adalah dibutuhkannya model
kepemimpinan transformatif yang mampu mengembangkan potensi yang dimiliki diri
dan bawahannya secara inovatif, memberdayakan staf dan organisasi dengan
perubahan cara berfikir, pengembangan visi, pengertian dan pemahaman tentang
tujuan organisasi, serta membawa organisasi menuju perubahan yang kontinu
(Khairul Umam, 2010).

12
Kepemimpinan transformasional ditemukan secara konseptual pada tahun 1978 di
Amerika Serikat oleh James Mac Gregor, seorang sejarawan. Menurutnya
kepemimpinan ada dua tipe, yaitu kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan
transformasional (Khairul Umam, 2010; Fred Luthans, 2006). Kepemimpinan
transaksional tradisional mencakup hubungan pertukaran antara pemimpin dan
pengikut, tetapi kepemimpinan transformasional lebih mendasarkan pada pergeseran
nilai dan kepercayaan pemimpin serta kebutuhan pengikutnya (Fred Luthans, 2006).
Pendekatan dengan mengedepankan aspek sifat dalam kepemimpinan, cenderung
hanya memahami kepemimpinan berdasarkan sifat-sifat yang dimilikinya, sehingga
dipahami bahwa ada pemimpin yang sukses karena ia telah memiliki karakter
kepemimpinan sejak ia dilahirkan. Memahami kepemimpinan berdasarkan
pendekatan perilaku cenderung pula hanya melihat kepemimpinan berdasarkan
perilaku-perilaku yang dilakukannya dalam mewujudkan tujuannya. Sehingga dapat
dilihat bahwa adanya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan berorientasi
pada hubungan kemanusiaan.
Adapun sifata-sifat pemimpin yang harus dimiliki dan diharapkan agar
terwujudnya sebuah kekuasaan yang baik, yaitu:
1. Visioner dan memiliki perencanaan strategis
Pemimpin yang visioner ini merupakan salah satu yang membedakan antara
gaya transformasional dan transaksional. Pemimpin yang transformasional
dipandang merupakan sebagai pemimpin yang berorientasi masa depan,
mampu mengembangkan strategi bisnis yang efektif dalam lingkungan yang
cepat berubah, sementara itu pemimpin transaksional dipandang sebagai
pemimpin yang hanya melakukan pekerjaan dengan apa yang ada dan
memfokuskan perhatiannya pada pengawasan dan tindakan korektif atas
kesalahan pekerjaan karyawan. Dengan demikian, Nabi Muhammad juga
merupakan pemimpin yang transformasional yang mampu mengembangkan
visi dan melakukan perencanaan strategis yang efektif.
2. Memiliki kemampuan atau hubungan interpersonal yang baik
Diantara kewajiban yang harus ditunaikan seorang pemimpin yang
ditunjukkan oleh Nabi Muhammad dihadapan bawahannya adalah:
a) Menunjukkan suri tauladan yang baik
b) Berakhlak mulia, adil dan penyayang
c) Musyawarah dan partnership
d) Pelatihan
e) Pendelegasian
f) Pengawasan dan audit
3. Memiliki kemampuan teknis yang baik
Nabi Muhammad merupakan contoh ideal bagi para sahabatnya dalam
menyelesaikan suatu persoalan. Nabi Muhammad menggunakan kedua
tangannya untuk membangun Mesjid Madinah bersama para sahabat, beliau
juga dibarisan terdepan dalam pasukan perang, sehingga darah menetes dari
lukanya. Beliau juga mengenali karakter masyarakat Arab dengan baik,
sehingga mampu berdiskusi dengan mereka secara lemah lembut

13
4. Yakin terhadap tujuan dan mampu menjelaskan kepada masyarakat
Keyakinan terhadap tujuan dan bersungguh-sungguh untuk merealisasikannya,
merupakan pilar bagi keberhasilan seorang pemimpin. Para pemimpin Muslim
telah memberikan contoh ideal tentang kekuatan keyakinan mereka terhadap
tujuan
5. Mampu melakukan perencanaan dan pengorganisasian
Banyak fakta membuktikan bahwa organisasi menuai kegagalan mencapai
tujuannya karena tidak adanya perencanaan dan pengorganisasian yang
matang, walaupun sumber daya yang tersedia cukup melimpah.
6. Bertanggung jawab
Nabi Muhammad seorang pemimpin yang bertanggung jawab atas semua yang
dilakukannya. Ia tidak pernah lari dari tanggung jawab dan selalu menanggung
segala sesuatu yang merupakan konsekwensi dari pekerjaan walaupun harus
harus dengan pengorbanan. Ia juga tidak pernah lari dari kondisi kritis atau
terdapat lingkungan yang tidak kondusif.
7. Mengembangkan organisasi
Nabi Muhammad pernah memberikan isyarat kepada Gubernur Mesir, Amr bi
Ash untuk membangun kanal (Terusan Suess) sebagai media transportasi
ekspor-impor barang dari Mesir ke tanah Hijaz, sebagai media transportasi
untuk mengatasi paceklik dan busung lapar yang dialami rakyat, sehingga
kehidupan mereka tetap baik.

F. Sandaran-Sandaran Kepemimpinan
Kepemimpinan seseorang pemimpin harus mempunyai sandaran- sandaran
kemasyarakatan atau social basis. Pertama-tama kepemimpinan erat hubungannya
dengan susunan masyarakat. Masyarakat-masyarakat yang agraris di mana belum ada
spesialisasi, biasanya kepemimpinan meliputi seluruh bidang kehidupan masyarakat.
Kekuatan kepemimpinan juga ditentukan oleh suatu lapangan kehidupan masyarakat
yang pada suatu saat mendapat perhatian khusus dari masyarakat yang disebut
cultural focus. Cultural focus dapat berpindah-pindah, misalnya pada suatu waktu
pada lapangan politik, lain waktu pada lapangan hukum, kemudian pada lapangan
ekonomi dan seterusnya. Apabila pada suatu saat cultural focus beralih, maka si
pemimpin pun harus mampu mengalihkan titik berat kepemimpinannya pada cultural
focus yang baru. Setiap kepemimpinan yang efektif harus memperhitungkan social
basis apabila tidak menghendaki timbulnya ketegangan-ketegangan atau setidak-
tidaknya terhindar dari pemerintahan boneka belaka.
Kepemimpinan di dalam masyarakat-masyarkat hukum adat yang tradisional dan
homogen, perlu disesuaikan dengan susunan masyarakat tersebut yang masih tegas-
tegas memperlihatkan ciri-ciri paguyuban. Hubungan pribadi antara para pemimpin
dengan yang dipimpin sangat dihargai. Hal ini disebabkan, pemimpin-pemimpin pada
masyarakat tersebut adalah pemimpin-pemimpin tidak resmi yang mendapat
dukungan tradisi atau karena sifat-sifat pribadinya yang menonjol. Dengan sendirinya,
masyarakat lebih menaruh kepercayaan terhadap pemimpin-pemimpin tersebut,
beserta peraturan- peraturan yang dikeluarkannya. Perlu juga dicatat, bahwa

14
kepemimpinan dalam masyarakat-masyarakat tradisional pada umumnya
dilaksanakan secara kolegial bersama-sama. Seorang penyumbang marga sebagai
kepala adat di Daerah Lampung misalnya, tidak akan bertindak sendiri sebelum
dirundingkan dalam suatu rapat yang dinamakan proatin. Sifat kolegial dari daerah
Minangkabau tercermin dari pepatah adatnya yang berbunyi terjemahan: Air
memancar dengan bulat karena pembuluh Dan putusan menjadi bulat karena mufakat.
Dengan demikian, maka keputusan para pemimpin tersebut sekaligus merupakan pula
rasa keadilan masyarakat yang bersangkutan.
Pada umumnya para pemimpin masyarakat tradisional adalah pemimpin-
pemimpin di belakang atau di tengah, jarang sekali yang menjadi pemimpin di muka.
Sebaliknya, apabila ditinjau atau ditelaah keadaan di kota-kota besar, maka susunan
masyarakat kota tersebut menghendaki kepemimpinan yang lain dari kepemimpinan
masyarakat tradisional. Untuk memenuhi kebutuhan setiap golongan masyarakat kota,
tidak dapat lagi dilaksanakan melalui hubungan-hubungan pribadi. Kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang rasionallah yang lebih diperlukan Soekanto, 2005:294.

G. Kepemimpinan Yang Dianggap Efektif


Menurut Edwin A. Locke (1991) terdapat empat kunci untuk memimpin dengan
sukses yang ditunjukkan dalam model kepemimpinan. Empat kunci ini adalah:5
1. Alasan dan sifat-sifat pemimpin/Motives dan traits.
2. Pengetahuan, keahlian, dan kemampuan /Knowledge, Skills, and
Ability/KSAs
3. Visi
4. Implementasi dari visi
Beberapa orang berpendapat bahwa seorang pemimpin yang efektif dapat
menyebabkan pengikutnya secara tidak sadar dengan kemampuan dirinya berkorban
demi organisasi (Bass, 1985 dalam Locke, et al, 1991).6 Definisi yang lebih baik dari
pemimpin efektif mengerjakan dengan menghargai bawahannya dengan kemampuan
diri mereka dalam mencapai visi yang telah diformulasikan dan bekerja untuk
mewujudkannya. Terdapat beberapa hal bagaimana pemimpin memotivasi bawahan
yaitu:
1. Meyakinkan bawahan bahwa visi organisasi (dan peran bawahan dalam hal
ini) penting dan dapat dicapai.
2. Menantang bawahan dengan tujuan, proyek, tugas, dan tanggung jawab
dengan memperhitungkan perasaan diri bawahan akan sukses, prestasi, dan
kecakapan.
3. Memberikan penghargaan kepada bawahan yang berkinerja baik dengan
penghargaan, uang, dan promosi.
Kepemimpinan berbeda dengan manajemen. Kunci dari kepemimpinan adalah
membangun visi dasar (tujuan, misi, agenda) suatu organisasi. Sedangkan kunci

5
Locke, Edwin A, Shelley Kirkpatrick, Jill K. Wheeler, Jodi Schneider, Kathryn Niles, Harold Goldstein,
Kurt Welsh, Dong-Ok Chah (1991), The Essence of Leadership, The Four Keys to Leading Successfully,
Lexington Books, New York.
6
Bass, 1985 dalam Locke, et al, 1991

15
manager adalah mengimplementasikan visi. Manager dan bawahan bertindak dengan
berbagai cara untuk mencapai tujuan akhir.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kekuasaan dapat diartikan, sebagai daya atau kemampuan untuk melakukan
pengaruh terhadap orang lain. Jika kekuasaan itu dialami atau diterima oleh
masyarakat, maka kekuasaan itu berubah menjadi kewibawaan. Jadi kewibawaan
adalah kekuasaan yang diakui. Kekuasaan adalah Kemampuan sesorang atau
sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku sesorang atau sekelompok
orang lain sehingga tingkah lakunya menjadi sesuai dengan keinginan/ tujuan
seseorang/kelompok orang yang mempunyai kekuasaan tersebut.
Kekuasaan merupakan suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lainmenurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Sedangkan
wewenangmerupakan hak moral yang sejalan dengan nilai dan norma masyarakat
untukmembuat dan melaksanakan keputusan publik yang mempunyai pengaruh
besarterhadap pembuat dan pelaksana keputusan publik.
Perbedaan antara kekuasaan dengan wewenang ialah setiap kemampuanuntuk
mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan. Sedangkanwewenang adalah
kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang,yang medapat dukungan
atau pengakuan dari masyarakat.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini
dapat disusun menjadi lebih baik lagi dan bermanfaat untuk kalangan banyak.

16
17
DAFTAR PUSTAKA
Ambur, O. (2000). Reconsidering the higher-order legitimacy of french and raven’s bases
of social power in the information age. University of Maryland University College.

Locke, Edwin A, Shelley Kirkpatrick, Jill K. Wheeler, Jodi Schneider, Kathryn Niles,
Harold Goldstein, Kurt Welsh, Dong-Ok Chah (1991), The Essence of Leadership,
The Four Keys to Leading Successfully, Lexington Books, New York.
Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, Hal. 78
Suprihatin, Siti. 2018. Sosiologi Antropologi Pendidikan. Metro.
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Grasindo. Hal. 71-79
Soekanto Soerjono, 1990; Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaja.

18

Anda mungkin juga menyukai