MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sosio & Antropologi Pendidikan
yang dibina oleh Drs. H. Hadi Mustofa, M.Pd.
oleh:
Puji dan syukur saya haturkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi
Tidak lupa kami juga berterima kasih kepada Bapak Drs. H.Hadi Mustofa
M.Pd selaku dosen pembimbing Sosio & Antropologi Pendidikan yang telah
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
PENDAHULUAN
3
4
g. Hubungan sehari-hari
1. Rasa Takut
2. Rasa Cinta
3. Kepercyaan
4. Pemujaan
tersebut banyak sekali, akan tetapi kita hanya akan membatasi diri pada saluran-
saluran sebagai berikut:
1) Saluran Militer
Apabila saluran ini yang dipergunakan, maka penguasa akan lebih banyak
mempergunakan paksaan (coercion) serta kekuatan militer (military force)
di dalam melaksanakan kekuasaanya. Tujuan utama adalah untuk
mrnimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat, sehingga media tunduk
kepada kemauan penguasa atau sekelompo orang-orang yang dianggap
sebagai penguasa. Untuk keperluan tersebut, seringkali dibentuk organisasi-
organisasi atau pasukan-pasukan khusus yang bertindak sebagai dinas
rahasia. Hal ini banyak dijumpai pada negara-negara totaliter.
2) Saluran Ekonomi
Dengan menggunakan saluran-saluran di bidang ekonomi, penguasa
berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakat. Dengan jalan menguasai
ekonomi serta kehidupan rakyat tersebut, penguasa dapat melaksanakan
peraturan-peraturannya serta akan menyalurkan perintah-perintahnya denga
dikenakan saksi-saksi yang tertentu.
3) Saluran Politik
Melalui saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat
peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat. Caranya adalah,
antara lain, dengan meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menaati
peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh badan-badan yang berwenang
dan yang sah.
4) Saluran Tradisional
Saluran tradisional biasanya merupakan saluran yang paling disukai.
Dengan cara menyesuaikan tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi yang
dikenal di dalam sesuatu masyarakat, maka pelaksanaan kekuasaan dapat
berjalan dengan lebih lancar.
Caranya adalah dengan jalan menguji tradisi pemegang kekuasaan dengan
tradisi yang dkenal dalam masyarakat, yang sudah meresap di dalam jiwa
masyarakat yang bersangkutan. Dengan cara demikian, akan dapat
9
Apabila dalam salah satu bidang kehidupan terdapat orang kuat yang berkuasa,
maka timbul suatu pusat kekuasaan (power centre). Sudah tentu akan timbul
pusat-pusat kekuasaan lain yang mungkin merupakan oposisi. Sehat tidaknya
oposisi merupakan soal lain. Konkurensi terhadap kekuasaan akan selalu ada.
Apakah konkurensi dapat dilakukan secara bebas dan terbatas, semuanya
tergantung pada struktur masyarakat. Ciri-ciri masyarakat liberal dan
kapitalistis berbeda dengan masyarakat totaliter dan sosialistis. Dengan
demikian, penguasa mempunyai beberapa cara untuk memperkuat
kedudukannya (yang khusus), antara lain:
umumnya garis tegas antara yang berkuasa dengan yang dikuasai selalu ada.
Gejala demikian menimbulkan lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yang
didasarkan pada rasa kekhawatiran masyarakat akan terjadinya disintegrasi, bila
tidak ada kekuasaan yang menguasainya. Karena integrasi masyarakat
dipertahankan oleh tata tertib sosial yang dijalankan oleh penguasa, maka
masyarakat mengakui adanya lapisan kekuasaan tersebut. Walupun kadang-
kadang kenyataan demikian merupakan beban. Adanya faktor pengikat antara
warga-warga masyarakat adalah atas dasar gejala, bahwa ada yang memerintah
dan ada yang diperintah dalam masyarakat yang bersangkutan. Lapisan-lapisan
tersebut selalu aka nada, walaupun setiap perubahan dalam masyarakat akan
berpengaruh terhadapnya. Mungkin sistem lapisan yang lama akan hancur sama
sekali, akan tetapi pasti akan timbul sistem lapisan kekuasaan baru, karena
masyarakat memerlukannya. Setiap tahap perkembangan dari suatu masyarakat
tertentu, mempunyai ciri-ciri sistem lapisan kekuasaan baru, karna masyarakat
memerlukannya. Setiap tahap perkembangan dari suatu masyarakat tertentu,
mempunyai ciri-ciri sistem lapisan kekuasaan yang khusus. Perlu pula
ditambahkan bahwa kekuasaan bukanlah semata-mata berarti bahwa banyak orang
tunduk di bawah penguasa. Kekuasaan selalu berarti suatu sistem lapisan
bertingkat (birarkis). Menurut Maclver dalam Soekanto (2002:277) menyatakan
ada tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu:
1. Tipe pertama (tipe kasta) adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis
pemisah yang tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada
masyarakat berkasta, di mana hampir-hampir tak terjadi gerak sosial vertikal.
Garis pemisah antara masing-masing lapisan hampir tak mungkin ditembus.
Gambar piramida dari tipe ini dapat dilihat pada halaman berikut.
Pada puncak paramida paling atas, duduk penguasa tertinggi (misalnya
maharaja, raja, dsb) dengan lingkungannya, yang didukung oleh kaum
bangsawan, tentara, dan para pendeta. Lapisan kedua terdiri dari para petani
dan buruh tani yang kemudian diikuti dengan lapisan terendah dalam
masyarakat yang terdiri dari para budak.
13
Keterangan:
1. Raja atau penguasa
2. Bangsawan
3. Orang-orang yang bekerja di pemerintahan
4. Pegawai rendah
5. Tukang dan pelayan
6. Petani dan buruh tani
7. Budak-budak
Gambar 2.1 Tipe Kasta
2. Tipe yang kedua (tipe oligarkis) masih mempunyai garis pemisah yang tegas.
Akan tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan
masyarakat, terutama pada kesempatan yang diberikan kepada para warga
untuk memperoleh kekuasaa-kekuasaan tertentu. Bedanya dengan tipe yang
pertama adalah, walupun kedudukan para warga pada tipe kedua masih
didasarkan pada kelahiran ascribed status tetapi individu masih diberi
kesempatan untuk naik lapisan yang lebih khusus lagi, sedangkan perbedaan
antara satu lapisan dengan lainnya tidak begitu mencolok. Gambaran tipe yang
kedua tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Keterangan:
1. Raja (penguasa)
2. Bangsawan dari macam-macam tingkatan
3. Pegawai tinggi (militer dan sipil) orang-
orang kaya, pengusaha, dan sebagainya.
4. Pengacara, tukang, pedagang, petani,buruh
tani dan budak.
Gambar 2.2 Tipe Oligarkis
14
Gambaran pola piramida kekuasaan di atas merupakan tipe-tipe ideal atau tipe-
tipe idaman. Di dalam kenyataan dan perwujudannya tidak jarang mengalami
penyimpangan-penyimpangan, terutama disebabkan pada setiap
15
2.5 Wewenang
5) Terlalu banyak aktivitas staf dapat menyulitkan control dari manajer lini.
c. Wewenang Fungsional/ Functional authority
Hak yang didelegasikan kepada seorang individu atau departemen
untukmengontrol aktivitas yang spesifik yang dilakukan oleh karyawan dimana
pun aktivitas itu berada dalam organisasi (dalam departemen lain).
d. Wewenang Kewibawaan / Personality authority
Wewenang kewibawaan seseorang adalah karena kecakapan, perilaku,
ketangkasan, dan kemampuan, sehingga ia disegani.
Menurut Asta Brata, pada diri seorang raja terkumpul sifat-sifat dari
delapan dewa yang masing-masing mempunyai kepribadian sendiri. Kedelapan
sifat dan kepribadian itulah yang harus dijalankan oleh seseorang raja (pemimpin)
yang baik. Asta Brata dalam kakawin Ramayana, terdiri
27
dari sepuluh seloka, di mana seloka pertama dan kedua, pada pokoknya berisikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa Asta Brata merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat dipisah-
pisahkan.
b. Asta Brata memberikan kepastian bahwa seorang pemimpin yang
menjalankannya akan mempunyai kekuasaan dan kewibawaan sehingga
akan dapat menggerakkan bawahannya. Keadaan demikian dapat
menghindari terjadinya krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan akan
terjadi oleh karena pemimpin tidak berani mengambil keputusan, bertindak
dan tidak jujur.
Demikianlah beberapa sifat atau syarat yang harus dimiliki oleh sesorang
pemimpin yang baik menurut mitologi Indonesia. Sifat-sifat tersebut dengan
perubahan di sana-sini dapat diterapkan pula dalam kepemimpinan yang modern.
28
mengalihkan titik berat kepemimpinnanya pada cultural focus yang baru. Setiap
kepemimpinan yang efektif harus memperhitungkan social basis apabila tidak
menghendaki timbulnya ketegangan-ketegangan atau setidak-tidaknya terhindar
dari pemerintahan boneka belaka.
Kepemimpinan di dalam masyarakat-masyarakat hukum adat yang
tradisional dan homogen, perlu disesuaikan dengan susunan masyarakat tersebut
yang masih tegas-tegas dan memperlihatkan ciri-ciri paguyuban. Hubungan
pribadi antara pemimpin dengan yang dipimpin sangat dihargai. Hal ini
disebabkan pemimpin-pemimpin pada masyarakat tersebut adalah pemimpin yang
tidak resmi (informal leaders) yang mendapatakan dukungan tradisi atau karena
sifat-sifat pribadinya yang menonjol. Dengan sendirinya, masyarakat lebih
menaruh kepercayaan terhadap pemimpin-pemimpin tersebut, beserta peraturan-
peraturan yang dikeluarkannya.
Perlu juga dicatat, bahwa kepemimpinan dalam masyarakat-masyarakat
tradisional, pada umumnya dilaksanakan secara kelogial (bersama-sama). Seorang
penyumbang marga sebagai kepala adat di daerah Lampung misalnya, tidak akan
bertindak sendiri sebelum dirundingkan dalam suatu rapat yang dinamakan
proatin. Sifat kolegial dari daerah Minangkabau tercermin dari pepatah adatanya
yang berbunyi (terjemahan):
Air memancar dengan bulat karena pembuluh,
Dan putusan menjadi bulat karena mufakat.
Dengan demikian, maka putusan para pemimpin tersebut sekaligus
merupakan pula rasa keadilan masyarakat yang bersangkutan. Pada umumnya
para pemimpin masyarakat tradisional adalah pemimpin-pemimpin di belakang
atau di tengah. Jarang sekali ada pemimpin di muka. Sebaliknya, apabila ditinjau
dan ditelaah keadaan di kota-kota besar, maka susunan masyarakat kota tersebut
menghendaki kepemimpinan yang lain dan kepemimpinan pada masyarakat
tradisional. Untuk memenuhi kebutuhan setiap golongan masyarakat kota, tak lagi
dapat dilaksanakan melalui hubunagn-hubungan pribadi. Kebijaksanaan-
kebijaksanaan rasionallah yang lebih diperlukan.
31
Wewenang adalah kekuasaan yang sah dan legal ynag dimiliki seseorang
untuk memerintah orang lain, berbuat, atau tidak berbuat sesuatu, wewenang
merupakan dasar hukum yang sah dan legal untuk dapat mengerjakan sesuatu
pekerjaan.Sebagaimana halnya dengan kekuasaan, maka wewenang juga dapat
dijumpai di mana-mana, walaupun tidak selamanya kekuasaan dan wewenang
berada di satu tangan.
33
34
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan para pembaca dapat memahami
mengenai kekuasaan, wewenang, dan kepemimpinan dalam hidup di dalam
masyarakat. Selain dari itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang dapat
membangun atau untuk menyempurnakan pembuatan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN
35