Anda di halaman 1dari 6

Korupsi Di Indonesia 2009

KORUPSI DI INDONESIA
Problematika.
Masalah korupsi di Negara ini
tidak kunjung selesai. UU No.31 tahun
1999 mengeneai pemberantasan
korupsi di Indonesia. Masalah korupsi
sangat merugikan negara. Karena
dapat mempengaruhi keadaan
perekonomian negara. Korupsi
sepertinya sudah merupakan suatu
budaya yang sulit dihilangkan. Sudah
terlanjur banyak tindakan korupsi serta
upaya pemberantasannya. Selain itu
pula tindak korupsi dapat menghambat
jalannya pertumbuhan pembangunan di Indonesia. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971
tentang Pemberantasan Tindak Pidana. Korupsi sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
kebutuhan hukum dalam masyarakat, karena itu perlu diganti dengan Undang-undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang baru sehingga diharapkan lebih efektif dalam
mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi.

Peraturan perundang-undangan (legislation) merupakan wujud dari politik hukum


institusi Negara dirancang dan disahkan sebagai undang-undang pemberantasan tindak
pidana korupsi. Secara parsial, dapat disimpulkan pemerintah dan bangsa Indonesia serius
melawan dan memberantas tindak pidana korupsi di negeri ini. Tebang pilih. Begitu kira-kira
pendapat beberapa praktisi dan pengamat hukum terhadap gerak pemerintah dalam
menangani kasus korupsi akhir-akhir ini.

Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangt-hangatnya dibicarakan publik, terutama


dalam media massa baik lokal maupun nasional. Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya
tentang masalah korupsi ini. Pada dasarnya, ada yang pro adapula yang kontra. Akan tetapi
walau bagaimanapun korupsi ini merugikan negara dan dapat meusak sendi-sendi kebersamaan
bangsa. Pada hakekatnya, korupsi adalah “benalu sosial” yang merusak struktur pemerintahan,
dan menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan pada
umumnya. Dalam prakteknya, korupsi sangat sukar bahkan hampir tidak mungkin dapat
diberantas, oleh karena sangat sulit memberikan pembuktian-pembuktian yang eksak.
Disamping itu sangat sulit mendeteksinya dengan dasar-dasar hukum yang pasti. Namun akses
perbuatan korupsi merupakan bahaya latent yang harus diwaspadai baik oleh pemerintah
maupun oleh masyarakat itu sendiri. Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok
masyarakat yang memakai uang sebagai standard kebenaran dan sebagai kekuasaaan mutlak.
Sebagai akibatnya, kaum koruptor yang kaya raya dan para politisi korup yang berkelebihan
uang bisa masuk ke dalam golongan elit yang berkuasa dan sangat dihormati. Mereka ini juga
akan menduduki status sosial yang tinggi dimata masyarakat.
Korupsi sudah berlangsung lama, sejak zaman Mesir Kuno, Babilonia, Roma sampai abad
pertengahan dan sampai sekarang. Korupsi terjadi diberbagai negara, tak terkecuali di negara-
negara maju sekalipun. Di negara Amerika Serikat sendiri yang sudah begitu maju masih ada
praktek-praktek korupsi. Sebaliknya, pada masyarakat yang primitif dimana ikatan-ikatan sosial
masih sangat kuat dan kontrol sosial yang efektif, korupsi relatif jarang terjadi. Tetapi dengan
semakin berkembangnya sektor ekonomi dan politik serta semakin majunya usaha-usaha
Korupsi Di Indonesia 2009

pembangunan dengan pembukaan-pembukaan sumber alam yang baru, maka semakin kuat
dorongan individu terutama di kalangan pegawai negari untuk melakukan praktek korupsi dan
usaha-usaha penggelapan.
Korupsi dimulai dengan semakin mendesaknya usaha-usaha pembangunan yang
diinginkan, sedangkan proses birokrasi relaif lambat, sehingga setiap orang atau badan
menginginkan jalan pintas yang cepat dengan memberikan imbalan-imbalan dengan cara
memberikan uang pelicin (uang sogok). Praktek ini akan berlangsung terus menerus sepanjang
tidak adanya kontrol dari pemerintah dan masyarakat, sehingga timbul golongan pegawai yang
termasuk OKB-OKB (orang kaya baru) yang memperkaya diri sendiri (ambisi material). Agar
tercapai tujuan pembangunan nasional, maka mau tidak mau korupsi harus diberantas. Ada
beberapa cara penanggulangan korupsi, dimulai yang sifatnya preventif maupun yang represif.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari struktrur
bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna
yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan
kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari
kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara
dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal (misalnya denagan alasan
hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri. Korupsi terjadi disebabkan
adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi
kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan
teman. Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan
melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan
mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi
hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk
dalam korupsi.
Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima
atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/
kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat
dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling
menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan
masyarakat.

• Sementara itu Merican (1971) menyatakan sebab-sebab terjadinya korupsi sebagai


berikut :
a. Peninggalan pemerintahan kolonial.
b. Kemiskinan dan ketidaksamaan.
c. Gaji yang rendah.
d. Persepsi yang populer.
e. Pengaturan yang bertele-tele.
f. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.
Korupsi Di Indonesia 2009

• Di sisi lain Ainan (1982) menyebutkan beberapa sebab terjadinya korupsi yaitu :
a. Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.
b. Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes.
c. Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah
dengan upeti atau suap.
d. Dimana berbagai macam korupsi dianggap biasa, tidak dianggap
bertentangan, tidak dianggap bertentangan dengan moral, sehingga orang
berlomba untuk korupsi.

Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa sebab – sebab terjadinya
korupsi adalah sebagai berikut :
a. Gaji yang rendah, kurang sempurnanya peraturan perundang – undangan,
administrasi yang lamban dan sebagainya.
b. Warisan pemerintah kolonial.
c. Sikap mental pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang tidak halal,
tidak ada kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan
yang dilakukan oleh pejabat pemerintah.
Maka, akibat dari tindak korupsi sebagai berikut :
a. Pemborosan sumber – sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman
modal, terbuangnya keahlaian, bantuan yang lenyap.
b. Ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan ahli kekusasaan oleh militer,
menimbulkan ketimpangan sosial budaya.
c. Peengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas
administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi.
Selanjutnya Mc Mullan (1961) menyatakan bahwa akibat korupsi adalah ketidak
efisienan, ketidakadilan, rakyat tidak mempercayai pemerintah, memboroskan sumber-
sumber negara, tidak mendorong perusahaan untuk berusaha terutama perusahaan asing,
ketidakstabilan politik, pembatasan dalam kebijaksanaan pemerintah dan tidak represif.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan akibat-akibat korupsi diatas
adalah sebagai berikut :
1. Tata ekonomi seperti larinya modal luar negeri, gangguan terhadap perusahaan,
gangguan penanaman modal.
2. Tata administrasi seperti tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi,
hilangnya keahlian, hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasan kebijaksanaan
pemerintah, pengambilan tindakan-tindakan represif.
3. Tata sosial budaya seperti revolusi sosial, ketimpangan sosial.
4. Tata politik seperti pengambilan alihan kekuasaan, hilangnya bantuan luar negeri.
Korupsi Di Indonesia 2009

Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak sendi-sendi
kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional seperti yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalau suatu negara ingin mencapai
tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus, maka akan terbiasa dan menjadi
subur dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang selalu mencari jalan pintas yang
mudah dan menghalalkan segala cara (the end justifies the means). Untuk itu, korupsi perlu
ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawab.
Ada beberapa upaya penggulangan korupsi yang ditawarkan para ahli yang masing-
masing memandang dari berbagai segi dan pandangan. Caiden (dalam Soerjono, 1980)
memberikan langkah-langkah untuk menanggulangi korupsi sebagai berikut :
1. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang.

2. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat.


3. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah pengawasan dan
pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan, wewenang yang saling tindih
organisasi yang sama, birokrasi yang saling bersaing, dan menunjukkan instansi
pengawas adalah saran – saran yang secara jelas diketemukan untuk mengurangi
kesempatan korupsi.
4. Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi dengan jalan menigkatkan
ancaman.
5. Korupsi adalah persoalan niai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsi
dibatasi, tetapi memang harus ditekan seminimum mungkin agar beban korupsi
organisasional maupun korupsi sestimik tidak telalu besar sekiranya ada sesuatu
pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan
dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi.

 KPK dan Pengadilan Khusus Korupsi.


Praktik korupsi di negeri ini terus saja menggurita. Kasus terakhir adalah
bocornya dana Bank BNI yang ternyata diduga dilakukan oelh oknum petinggi bank
bersangkutan. Rupanya korupsi bukan hanya marak pada pemerintahan Orde Baru, tetapi
pada pemerintahan reformasi pun, korupsi tetap berjalan tanpa hambatan. Saat orde baru,
korupsi dibiarkan berlangsung, bahkan dipelihara dengan maksud untuk menguatkan
posisi politik penguasa. Namun di era reformasi, justru korupsi semakin menjadi – jadi.
Hasil korupsi digunakan untuk membiayai mesin politik kekuasaan dengan memberikan
janji – janji “semu” pada rakyat saat pemilu. Demikian juga dengan proses penanganan
korupsi oleh para pelaksana hukum yang sebetulnya telah didukung oelh perangkat hukum
yang memadai. Namun kenyataannya, sampai saat ini para koruptor masih sulit dijatuhi
pidana setimpal oleh hakim. Agenda reformasi untuk memberantas korupsi yang tertuang
dalam Tap MPR Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas KKN, hanya manis dimulut tanpa adanya political will yang memadai.
Korupsi Di Indonesia 2009

Oknum – oknum di DPR sering berdalih bahwa kasus – kasus korupsi yang
diduga menyangkut golongan atau partainya yang terjadi pada masa lalu bukan urusan
DPR perode sekarang. Mereka lupa bahwa proses hukum itu selalu mempersoalkan masa
lalu bukan masa yang akan datang. Bahkan aspek politik pun perlu diperhatikan.
Pengabdian aspirasi rakyat berarti mengabaikan kapasitasnya sebagai wakil rakyat yang
tidak mengenal periode keanggotaan DPR. Penantian panjang akan hadirnya suatu institusi
yang nantinya betul – betul mandiri dan berwibawa untuk memberantas korupsi, rupanya
sudah ada titik terang karena Panitia Seleksi pembentukan KPK sudah dibentuk
pemerintah. Kehadiran lemabaga baru ini tidak lepas dari intensitas korupsi yang sudah
tergolong kejahatan luar biasa dan melanggar hak – hak sosial rakyat. Meskipun
pembentukan KPK telah melewati batas waktu menurut pasal 43 ayat (1) UU Nomor 31
Tahun 1999 (yang diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi) bahwa paling lambat dua tahun sejak UU ini berlaku (18 Agustus
1999) dibentuk KPK, namun tidak membawa harapan baru dalam memberantas korupsi
yang sudah mengakar. Seandainya pemerintah dan aparat hukumnya maupun
memberantas korupsi sesuai dengan harapan rakyat, tentu kita tidak membutuhkan
lembaga baru untuk memberantas korupsi.
Terdapat lima wewenang KPK yyang diatur dalam pasal 7 UU KPK yaitu antara
lain :
1. Mengkoordinasikan penyelidikan dan penuntutan korupsi.
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsi.
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan korupsi kepada instansi yang
terkait.
4. Melaksanakan dengar pendapat dan pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan korupsi.
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan korupsi.
KPK juga berwenang (Pasal 8 ayat 2) mengambil alih penyelidikan atau
penntutan perkara korupsi yang sedang ditangani oleh kepolisian atau kejaksaan. Oleh
karena itu, kepolisian atau kejaksaan yang tengah menyidik atau menuntut suatu perkara
korupsi tadi diminta oleh KPK untuk ditangani, wajib menyerahkan tersangka dan seluruh
berkas perkara, dan dokumen lainnya kepada KPK (Pasal 8 ayat 3). Pengamblan itu
dilakukan bila ada laporan warga masyarakat mengenai tindak korupsi yang
ditindaklanjuti, atau proses penanganannya berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa alasan
dapat dipertanggung jawabkan.
Kenyataan yang terjadi saat ini adalah para pelaku korupsi mendapatkan hukuman
yang tidak sesuai dengan kejahatannya. Hal tersebut dikarenakan karena kurang tegasnya
hukum yang ditegakkan. Masih ada kegiatan suap – menyuap di atas meja hijau.dan bahkan
kasus terbaru adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga terlibat dalam tindakan
korupsi. Keadilan di Indonesia saat ini sudah dapat diperjualbelikan. Kejahatan korupsi
sangat sulit untuk diberantas, karena korupsi yang telah terjadi di Indonesia merupakan
korupsi yang dilakukan secara berjamaah, serta pelakunya sudah melibatkan badan hukum
Indonesia. Hal ini yang sangat menyulitkan pemerintah dalam memerangi tindakan korupsi
di Indonesia.
Solusi Pemerintah.
Korupsi Di Indonesia 2009

Kasus korupsi yang merupakan makanan sehari – hari pemerintah. Meskipun telah
banyak cara yang telah dilakukan, namun korupsi tetap saja ada di seluruh lapisan masyarakat
di Indonesia. Pemerintah telh bersikeras menangani kasus korupsi di negera kita ini. Yang
salah satunya dengan membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi yang kita kenal KPK. Pada
awal pembentukan KPK ini dapa menjalankan tugasnya dengan baik. Namun, baru – baru ini
KPK membuat sebuah kasus penyuapan terhadap kasus korupsi. Pemerintah pastinya tidak
tinggal diam dengan hal ini. Kemudian pemerintah mengusut tuntas tentang kebenaran ini.
Solusi lai dari pemerintah adalah dengan mempercayakan posisi penting dalam
pemerintahan yang dipercayainya mempunyai kemampuan dan kejujuran dalam memerintah.
Serta pemerintah telah memberikan beberapa kenaikan gaji pada pegawai negeri sipil guna
mengurangi hasrat untuk melakukan korupsi. Selain itu pula pemerintah denagn serius
mengusut kasus korupsi hingga tuntas berapa pun itu dana korupsi yang telah dilakukannya.
Dan adanya hukum tegas bagi pelaku korupsi atau yang dikenal dengan koruptor.
Solusi Masyarakat.
Penanganan korupsi tidak cukup dilakukan oleh pemerintah atau petinggi negara dan
KPK. Namun masyarakat yang baik dengan rasa nasionalisme yang tinggi patut membantu
dalam kegiatan pemberantasan korupsi. Telah banyak kegiatan aksi demo kepada pemerintah
melaui LSM yang ada. Dan masyarakat juga sering mengingatkan pada pemerintah melaui
aksinya dengan menegakkan hukum kepada tindak korupsi. Terutama korupsi yang terjadi di
daerah masing – masing dan korupsi di pemerintah pusat. Korupsi tidak hanya terjadi di
pemerintah pusat, namun pemerintahan daerah banyak tindakan korupsi. Memang tidak
banyak masyarakat yang sadar akan keberadaan korupsi, bahkan dari masyarakat itu sendiri
pelaku korupsi yang terjadi. Namun, pengertian dan tingkat pengetahuan terhadap
perrekonomian harus di tingkatkan dilapisan masyarakat agar masyarakat tidak ikut serta
dalam pelaku korupsi terutama masyarakat kecil. Kebanyakan yang terjadi adalah mereka
masyarakat kecil sebagai pelaksana tindakan korupsi yang telah di instruksikan oleh pejabat
pemerintah yang hendak melakukan tindakan korupsi.
Solusi Mahasiswa.
Tidak hanya lapisan masyarakat juga yang ikut menjaga perekonomian di negara kita
ini. Mahasiswa yang selama ini terkenal dengan aksinya untuk mendemo pemerintah segala
permasalahan di negara kita ini. Mahasiswa sering kali mendemo para pelaku korupsi dan tak
jarang apabila pemerintah tidak merespon, maka tindakan anarkis dilakukannya. Aksi
mahasiswa tidak hanya dilakukan oleh mahsiswa bidang ekonomi saja, namun semua
mahasiswa ekonomi dan taknik ikut serta dalam mengingatkan pemerintah dalam korupsi.
Solusi lain yang telah dilakukan adalah menumbuhkan kesadaraan saat dibangku kuliah akan
kerugian dari tindakan korupsi serta akibat keseimbangan ekonomi yang tejadi apabila
korupsi terjadi. Mahasiswa harus mampu mengevaluasi kegiatan pemerintahan yang tejadi,
karena mahasiswa merupakan agen perubahan yang mudah-mudahan perubahan yang baik
bagi negara kita ini.

Anda mungkin juga menyukai