Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SOSIOLOGI

Kekuasaan, Wewenang, dan kepemimpinan


Dosen Mata Kuliah : Drs. Lukas J.B.B. Hattu, M.Si

Kelompok 9

Nama anggota kelompok :

1. Merlin Simu (2103020027)


2. Moriani Leo Haba (2103020028)
3. Nidya Abineno (2103020029)

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik – Prodi Administrasi Bisnis


Universitas Nusa Cendana Kupang
2021

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas Rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
sosiologi dengan judul materi “KEKUASAAN,WEWENANG DAN KEPEMIMPINAN”
Selain itu tujuan dari penulisan makalah ini untuk menambah wawasan tentang
pengetahuan yang berkaitan dengan kekuasaan,wewenang dan kepemimpinan. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada bapak Lukas Hattu selaku dosen pengantar sosiologi kami
yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu,dengan segala kerendahan hati , kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak Terima Kasih dan
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Kupang,5 November 2021


Penulis

2
Daftar Isi
Halaman judul ..........................................................................................................1
Kata pengantar ..........................................................................................................2
Daftar isi ...........................................................................................................3
Bab I Pendahuluan ...........................................................................................4
A. Latar Belakang ...........................................................................................4-5
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................5
C. Tujuan ...........................................................................................5
Bab II Pembahasan ...........................................................................................6
1. Hakikat kekuasaan dan sumbernya .............................................6
2. Unsur-unsur saluran kekuasaan dan dimensinya............................................6
3. Cara-cara mempertahankan kekuasaan ........................................... 7
4. Bentuk-bentuk lapisan kekuasaan ............................................8-9
5. Wewenang dan bagian-bagiannya ...........................................9-10
6. Kepemimpinan dan bagian-bagiannya .......................................... 11-13

Bab III Penutup ..................................................................................................14

 Kesimpulan ..................................................................................................14

3
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukannasib berjuta-juta
manusia. Oleh karena itu, kekuasaan (power) sangat menarik perhatian para ahgli ilmu
pengetahuan kemasyarakatan. Sesuai dengan sifatnya sebagai ilmu pengetahuan,
sosiologi tidak memandang kekuasan sebagai sesuatu yang baik atau yang buruk.
Sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang sangat penting dalam kehidupan suatu
masyarakat. Penilaian baik atau buruk senantiasa harus diukur dengan kegunaannya
untuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditentukan atau disadari oleh masyarakat.
Karena kekuasaan sendiri mempunyai sifat yang netral, maka menilai baik atau buruknya
harus dilihat pada penggunaannya bagi keperluan masyarakat. Kekuasaan senantiasa ada
di dalam setiap masyarakat, baik yang masih bersahaja, maupun yang sudah besar atau
rumit susunannya. Akan tetapi, walaupun selalu ada kekuasaan tidak dapat dibagi rata
kepada semua anggota masyarakat. Justru karena pembagian yang tidak merata tadi
timbul makna yang pokok dari kekuasaan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.
Adanya kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan antara pihak yang
memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dengan pihak yang lain yang
menerima pengaruh itu, rela atau terpaksa. Apabila kekuasaan dijelmakan pada diri
seseorang, biasanya orang itu dinamakan pemimpin dan mereka yang menerima
pengaruhnya adalah pengikut. Perbedaan antara kekuasaan dengan wewenang ialah
bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan.
Sementara itu, wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok
orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. Karena
memerlukan pengakuan masyarakat, maka di dalam suatu msyarakat yang susunannya
sudah kompleks dan sudah mengenal pembagian kerja yang terinci, wewenang biasanya
terbatas pada hal-hal yang diliputinya, waktunya dan cara menggunakan kekuasaan itu.
Pengertian wewenang timbul pada waktu masyarakat mulai mengatur pembagian
kekuasaan dan menentukan penggunaannya. Akan tetapi, tidak ada suatu masyarakat pun
di dalam sejarah manusia yang berhasil dengan sadar mengatur setiap macam kekuasaan
yang ada di dalam masyarakat itu menjadi wewenang. Selain itu, tidak mungkin setiap
macam kekuasaan yang ada dirangkum dalam suatu peraturan dan sebenarnya hal itu juga
tidak akan menguntungkan bagi masyarakat. Apabila setiap masyarakat akan menjadi
kaku karena tidak dapat mengikuti perubahan-perubahan yang senantiasa terjadi di dalam
masyarakat.

4
Adanya wewenang hanya dapat menjadi efektif apabila didukung dengan
kekuasaan yang nyata. Akan tetapi, acapkali terjadi bahwa letaknya wewenang yang
diakui oleh masyarakat dan letaknya kekuasaan yang nyata tidak di satu tempat atau satu
tangan. Di dalam masyarakat yang kecil dan yang susunannya bersahaja, pada umumnya
kekuasaan yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang meliputi bermacam
bidang. Kekuasaan itu lambat laun diidentifikasikan dengan orang yang memegangnya.
Contoh yang demikian itu dalam masyarakat Indonesia terpadat pada masyarakat-
masyarakat hukum adat (misalnya desa) yang letaknya terpencil, dimana semua
kekuasaan pemerintahan, ekonomi, dan sosial dipercayakan kepada para kepala
masyarakat hukum adat tersebut untuk seumur hidup. Karena luasnya kekuasaan dan
besarnya kepercayaan yang menyeluruh dari masyarakat hukum adat kepada kepalanya
tadi, pengertian kekuasaan dan pengertian orang yang memegangnya lebur menjadi satu.
Gejala lain dalam masyarakat yang kecil dan bersahaja tadi adalah tidak adanya
perbedaan yang jelas antara kekuasaan (yang tidak resmi) dengan wewenang (yang
resmi).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat kekuasaan dan sumbernya?
2. Apa saja unsur-unsur saluran kekuasaan dan dimensinya ?
3. Bagaimana cara-cara mempertahankan kekuasaan ?
4. Apa saja bentuk-bentuk lapisan kekuasaan ?
5. Apa itu wewenang dan bagian-bagiannya ?
6. Apa itu kepemimpinann dan bagian-bagiannya ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami hakikat kekuasaan dan sumbernya
2. Untuk mengetahui unsur-unsur saluran kekuasaan dan dimensinya
3. Untuk mengetahui cara-cara mempertahankan kekuasaan
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk lapisan kekuasaan
5. Untuk memahami wewenang dan bagian-bagiannya
6. Untuk memahami kepemimpinan dan bagian-bagiannya

5
Bab II Pembahasan
1. Hakikat Kekuasaan dan Sumbernya
Kekuasaan mencakup kemampuan untuk memerintah dan juga untuk memberi
keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
tindakan-tindakan. Max Weber mengatakan, kekuasaan adalah kesempatan seseorang
atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya
sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari
orangorang atau golongan tertentu.
Kekuasaan tertinggi dalam masyarakat dinamakan pula kedaulatan yang biasanya
dijalankan oleh segolongan kecil masyarakat. Golongan yang berkuasa tidak mungkin
bertahan terus tanpa didukung oleh masyarakat. Oleh sebab itu, golongan yang berkuasa
harus berusaha untuk menanamkan kekuasaannya dengan jalan menghubungkannya
dengan kepercayaan dan perasaan yang kuat di dalam masyarakat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sifat hakikat kekuasaan dapat terwujud
dalam hubungan yang simetris dan asimetris. Kekuasaan dapat bersumber dari beberapa
faktor, apabila sumber-sumber kekuasaan tersebut dikaitkan dengan kegunaanya.
2. Unsur – Unsur Saluran Kekuasaan dan Dimensinya
Kekuasaan yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antara manusia maupun antar
kelompok mempunyai beberapa unsur pokok, yaitu:
1) Rasa takut,
2) Rasa cinta,
3) Kepercayaan,
4) Pemujaan
Apabila dilihat dalam masyarakat, maka kekuasaan di dalam pelaksanaannya di
jalankan melalui saluran-saluran tertentu. Saluran-saluran kekuasaan antara lain:
1) Saluaran Militer,
2) Saluran Ekonomi,
3) Saluran Politik,
4) Saluran Tradisi,
5) Saluran Ideologi, dan lain-lain.
Apabila dimensi kekuasaan ditelaah, maka ada kemungkinan-
kemungkinan sebagai berikut:
1) Kekuasaan yang sah dengan kekerasan.
2) Kekuasaan yang sah tanpa kekerasan.
3) Kekuasaan tidak sah dengan kekerasan.

6
4) Kekuasaan tidak sah tanpa kekerasan.

3. Cara - Cara Mempertahankan Kekuasaan


Orang atau kelompok orang yang memegang kekuasaan sadar bahwa selain
kewajibankewajiban yang menjadi tanggung jawabnya, dia atau mereka juga diberikan
semacam fasilitas dan hak-hak tertentu yang lebih dari orang-orang kebanyakan, dan
penguasa juga sadar bahwa kekuasaannya itu pada suatu waktu mungkin akan akan
hilang karena berbagai sebab; atas dasar kesadarannya inilah yang biasanya menjadi
pemikiran dasar bahwa sedapat mungkin dia atau mereka mempertahankan kekuasaanya.
Cara agar kekuasaan itu dipertahankan, yaitu melalui :
1. Menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang
politik, yang dianggap merugikan kedudukan penguasa.; peraturan-peraturan
tersebut akan digantikannya dengan peraturan-peraturan baru yang akan
menguntungkan penguasa; keadaan tersebut biasnya terjadi pada waktu akan ada
pergantian kekuasaan dari seorang penguasa kepada penguasa yang lain,
2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan yang akan dapat memperkokoh
kedudukan penguasa ataugolongannya, sistem-sistem itu meliputi ideologi,
agama dan lainnya,
3. Menyelenggarakan administrasi dan birokrasi yang baik, yang dianggap lebih
memudahkan kehidupan orang banyak.
4. Senantiasa mengadakan konsolidasi secara horisontal dan vertikal

Secara khusus cara-cara penguasa dalam memperkuat kedudukannya yaitu

1. Dengan menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu, misalnya menguasai


bidang ekonomi dengan cara memperluas pasaran-pasaran perdagangan,
menambah tenaga kerja, menaikan produksi, mengadakan perlindungan
terhadap barang-barang produksi dan sebagainya; hal ini biasanyadilakukan
dengan cara damai,
2. Menguasai bidang-bidang kehidupan pokok dalam masyarakat dengan cara
kekerasan atau paksaan. Maksudnya adalah untuk menghancurkan atau
menguasai pusat-pusat kekuasaan di bidang-bidang kehidupan. Biasanya
cara-cara ini tidak dapat bertahan lama, karena pada suatu saat pasti timbul
reaksi yang akan menghancurkan kekuasaan yang ada, selain bahwa
kekuasaan dengan tipe demikian tidak akan bertahan lama, karena penguasa
juga mempunyai batas-batas kemampuan akan kekuatannya.

7
4. Bentuk-Bentuk Kekuasaan
Bentuk dan sistem kekuasaan selalu menyesuaikan diri dengan adat istiadat dan pola
perilaku yang berlaku pada masyarakat. Batas yang tegas antara yang berkuasa dengan
yang dikuasai selalu ada, dan batas-batas itulah yang menyebabkan lahirnya stratifikasi
atau pelapisan dalam masyarakat.
Mac Iver dalam bukunya yang berjudul “The Web of Government” menyebutkan ada
tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu tipe kasta,
oligarkis, dan demokratis.
1) Tipe Kasta
Tipe kasta adalah tipe atau sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan
yang tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat
berkasta yang hampir tidak terjadi mobilitas sosial vertikal. Garis pemisah antara
masing-masing lapisan hampir tidak mungkin ditembus.
Puncak piramida diduduki oleh penguasa tertinggi, misalnya maharaja, raja, dan
sebagainya, dengan lingkungan yang didukung oleh kaum bangsawan, tentara,
dan para ahli agama. Lapisan berikutnya berturut-turut adalah para tukang,
pelayan, petani, buruh tani, dan budak.

2) Tipe Oligarkis
Tipe ini memiliki garis pemisah yang tegas, tetapi dasar pembedaan kelas-kelas
sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut. Tipe ini hampir sama
dengan tipe kasta, namun individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan.
Di setiap lapisan juga dapat dijumpai lapisan yang lebih khusus lagi, sedangkan
perbedaan antara satu lapisan dengan dengan lapisan lainnya tidak begitu
mencolok.

8
3) Tipe Demokratis
Tipe ini menunjukkan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya mobil
(bergerak) sekali. Dalam hal ini kelahiran tidak menentukan kedudukan
seseorang, melainkan yang terpenting adalah kemampuannya dan kadang-kadang
faktor keberuntungan.

5. Wewenang
Wewenang diartikan sebagai suatu hak pemimpin yang telah ditetapkan dalam tata tertib
sosial untuk menetapkan kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan mengenai
masalah-masalah penting, dan untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan.
a. Wewenang Kharismatis, Tradisional, dan Rasional
- Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma
yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang. Kemampuan
khusus tadi melekat pada orang tersebut karena anugerah dari Tuhan Yang
Maha Kuasa. Wewenang kharismatis tidak diatur oleh kaidah-kaidah baik
yang tradisional maupun rasional, sifatnya cenderung irasional.
- Wewenang Tradisional dapat dipunyai oleh seseorang maupun sekelompok
orang. Dengan kata lain, wewenang tersebut dimiliki oleh orang-orang yang
menjadi anggota kelompok, yang sudah lama sekali mempunyai kekuasaan di
dalam masyarakat.
Ciri-ciri utama wewenang tradisional adalah:
 Adanya ketentuan-ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang
mempunyai wewenang, serta orang-orang lainnya dalam masyarakat.
 Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang kedudukan seseorang
yang hadir secara pribadi.
 Selama tak aadapertentangan dengan ketentuan-ketentuan tradisional,
orang-orang dapat bertindak secara bebas.

9
- Wewenang Rasional atau legal adalah wewenang yang disandarkan pada
sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sistem hukum di sini
dipahamkan sebagai kaidah-kaidah yang telah diakui serta ditaati masyarakat
dan bahkan yang telah diperkuat oleh negara. Pada wewenang yang
didasarkan pada sistem hukum, harus dilihat juga apakah sistem hukumnya
bersandar pada tradisi, agama, atau faktor-faktor lain. Kemudian harus
ditelaah pada hubungannya dengan sistem kekuasaan serta diuji pula apakah
sistem hukum tadi cocok atau tidak dengan sistem kebudayaan masyarakat
supaya kehidupan dapat berjalan dengan tenang dan tentram.
b. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi
- Wewenang tidak resmi bersifat spontan, situasional dan didasarkan pada
faktor saling mengenal. Keadaan semacam ini sering kali dijumpai, contohnya
pada ciri seorang ayah dalam fungsinya sebagai kepala rumah tangga atau
pada guru yang sedang mengajar di muka kelas. Wewenang tidak resmi
biasanya timbul dalam hubungan-hubungan antarpribadi yang sifatnya
situasional dan sangat ditentukan oleh kepribadian para pihak.
- Wewenang resmi sifatnya sistematis, diperhitungkan dan rasional. Biasanya
wewenang tersebut dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang
memerlukan aturan-aturan tata tertib yang tegas dan bersifat tetap. Contohnya
dalam sebuah perusahaan, setiap karyawan/orang dalam perusahaan tersebut
harus mematuhi peraturan dan tata tertib perusahaan dengan baik jika ingin
tetap bekerja pada perusahaan tersebut.
c. Wewenang Pribadi dan Teritorial
Pembedaan antara wewenang pribadi dan teritorial sebenarnya timbul dari sifat
dan dasar kelompok-kelompok sosial tertentu. Kelompok-kelompok sosial ini bisa
timbul karena faktor ikatan darah misalnya marga, garis keturunan, dan
seterusnya atau juga karena faktor ikatan tempat tinggal seperti desa, atau bisa
juga karena gabungan kedua faktor tersebut.
- Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara anggota-anggota
kelompok dan di sini unsur kebersamaan sangat memegang peranan. Struktur
wewenang ini bersifat konsenteris, yaitu dari satu titik pusat kemudian meluas
melalui lingkaran-lingkaran wewenang tertentu. Setiap lingkaran wewenang
dianggap mempunyai kekuasaan penuh di wilayahnya masing-masing.
Wewenang pribadi lebih didasarkan pada tradisi daripada peraturan-peraturan.
- Pada wewenang teritorial, wilayah tempat tinggal memegang peranan penting.
Pada kelompok-kelompok teritorial unsur kebersamaan cenderung berkurang
kerena faktor individualisme.
- Pada wewenang teritorial ada kecendrungan untuk mengadakan sentralisasi
wewenang yang memungkinkan hubungan langsung dengan para warga
kelompok. Di dalam kenyataannya kedua bentuk wewenang yakni wewenang
pribadi dan wewenang teritorial dapat hidup berdampingan.
d. Wewenang Terbatas dan Menyeluruh
- Wewenang terbatas adalah wewenang yang tidak mencakup semua bidang
atau sektor kehidupan, tetapi hanya terbatas pada salah satu sektor atau bidang
saja. Misalnya, seorang Jaksa Indonesia memiliki wewenang untuk atas nama
negara dan mewakili masyarakat menuntut sorang warga masyarakat yang

10
melakukan tindak pidana. Namun Jaksa tidak memiliki wewenang untuk
mengadilinya. Contoh lainnya adalah seorang Menteri Dalam negeri tidak
mempunyai wewenang untuk mencampuri urusan-urusan yang menjadi
wewenang Menteri Luar Negeri.
- Wewenang menyeluruh adalah suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh
bidang-bidang kehidupan tertentu. Contohnya adalah setiap negara
mempunyai wewenang yang menyeluruh atau mutlak untuk mempertahankan
kedaulatan wilayahnya.

6. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain
sehingga orang lain tersebut bertingkah-laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin
tersebut. Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan
kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan
merupakan suatu kompleks dari hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang
atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan
yang dilakukan seseorang atau suatu badan yang menyebabkan gerak dari warga
masyarakat.
Kepemimpinan resmi adalah kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu
jabatan, contohnya adalah adalah pemimpin perusahaan. Sedangkan kepemimpinan tidak
resmi adalah kepemimpinan karena pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang
untuk menjalankan kepemimpinan, contohnya adalah ketua kelas.
a. Perkembangan kepemimpinan dan sifat-sifat seorang pemimpin
Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau
sebagai hasil dari dinamika interaksi sosial. Sejak mulai terbentuknya suatu
kelompok sosial, seseorang atau beberapa orang di antara warga-warganya
melakukan peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya sehingga seseorang
atau beberapa orang tampak lebih menonjol daripada yang lain. Itulah asal mula
timbulnya kepemimpinan. Yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam
struktur sosial yang kurang stabil.
Munculnya seorang pemimpin sangat diperlukan dalam keadaan di mana tujuan
kelompok sosial yang bersangkutan mengalami hambatan-hambatan atau
ancaman dari luar. Dalam keadaan demikian, agak sulit bagi anggota kelompok
menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi. Muncul seseorang yang mempunyai kemampuan
menonjol yang diharapkan akan mampu memimpin dan menanggulangi segala
kesulitan-kesulitan yang ada.
Sifat-sifat kepemimpinan:
 Kompeten
Menunjukkan kompetensi kepemimpinan dalam mengambil keputusan
yang tepat.
 Berwawasan ke Depan
Dapat menetapkan tujuan secara menyeluruh; memiliki visi yang dapat
dikomunikasikan dengan baik dan kemudian dimiliki oleh seluruh anggota

11
organisasi; mempunyai gambaran bagaimana cara untuk meraih
keberhasilan dan menetapkan prioritas berdasarkan nilai-nilai inti
perusahaan.
 Menginspirasi
Memperlihatkan kepercayaan diri dalam semua interaksi; memegang
kendali; memiliki daya tahan; senantiasa berkomunikasi, memberi
inpsirasi, dan memberdayakan para karyawan untuk terus berprestasi.
 Mengaktualisasi Diri
Terus mengembangkan potensi diri dan mencari tantangan baru.
 Jujur & Rendah Hati
Selalu bersikap tulus, rendah hati, dapat diandalkan, dan jujur dalam
menjaga kepercayaan.
Abdul Sani dalam bukunya Manajemen Organisasi mengemukakan adanya
beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimipin suapaya dalam
memimpinnya bawahannya lebih efektif yaitu:

 Kemampuan pengawasan dalam kedudukan atau pelaksanaan fungsi-


fungsi manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan
orang lain (para bawahan).
 Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian
tanggungjawab dan keinginan untuk sukses.
 Kecerdasan, mencakup kebijaksanaan, pemikiran, kreatif dan daya
pikir.
 Ketegasan atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan
memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.
 Kepercayaan diri atau pandanngan terhadap dirinya sebagai
kemampuan untuk menghadapi masalah-masalah.
 Inisiatif atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung
mengembangkan serangkaian aktivitas dan menemukan cara-cara baru
atau inovasi (Sani, 1987).
b. Kepemimpinan menurut ajaran tradisional
Menurut ajaran dalam suku sabu, seorang pemimpin biasanya ditentukan menurut
garis keturunan atau bisa juga menurut orang yang dituakan di dalam sebuah
kumpulan masyarakat. Ketua adat haruslah orang yang paham betul aturan-aturan
adat sehingga dapat memimpin anggota suku dengan baik. Ketua adat harus
mempunyai sikap dan tahu menempatkan dirinya sebagai pemimpin dalam
hubungan bermasyarakat. Seorang ketua adat, juga harus dapat mengayomi dan
membimbing anggotanya dan bijaksana dalam menangani masalah-masalah yang
dialami anggotanya.
c. Sandaran-sandaran kepemimpinan dan kepemimpinan yang dianggap efektif.
Kepemimpinan Yang Dianggap Efektif
Kepemimpinan seseorang (pemimpin) harus mempunyai sandaran-sandaran
kemasyarakatan atau social basis. Pada umumnya para pemimpin masyarakat

12
tradisional adalah pemimpin-pemimpin di belakang atau ditengah. Jarang sekali
yang jarang sekali yang menjadi pemimpin di muka
d. Tugas dan metode
Secara sosiologis, tugas-tugas pokok seorang pemimpin adalah sebagai berikut:
 Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan
pegangan bagi pengikut-pengikutnya.
  Mengawasi, mengendalikan, serta menyalurkan perilaku warga
masyarakat yang dipimpinnya.
 Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia di luar kelompok yang
dipimpin.
Cara-cara tersebut lazimnya dikelompokan ke dalam kategori-kategori,
sebagai berikut:
I. Cara-cara otoriter memiliki cirri-ciri pokok berikut ini.
 Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara
sepihak.
 Pengikut sama sekali tidak diajak untuk ikut serta merumuskan
tujuan kelompok dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
 Pemimpin terpisah deri kelompok dan seakan-akan tidak ikut
dalam proses interaksi di dalam kelompok tersebut.
II. Cara-cara demokrasi
 Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga
atau anggota kelompok untuk ikut serta merumuskan
tujuan0tujuan yang harus dicapai kelompok, serta cara-cara
untuk mencapai tujuan-tujuan yang tersebut.
 Pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk-
petunjuk.
 Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun pengikut-
pengikut.
 Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi di dalam kegiatan-
kegiatan kelompok.
III. Cara-cara bebas
Cara-cara bebas memiliki cirri-ciri pokok sebagai berikut.
 Pemimpin menjalankan peranannya secara pasif.
 Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya
diserahkan kelompok.
 Pemimpin hanya menyediakan sarana yang deperlukan
kelompok.
 Pemimpin berda di tengah-tengah kelompok, namun dia hanya
berperan sebagai penonton.
Cara-cara otoriter mungkin lebih tepat untuk diterapkan di dalam
masyarakat yang sangat heterogen, sedangkan cara-cara bebas
lebih cocok bagi masyarakat yang relative homogen.

13
Bab III Penutup
 Kesimpulan
Dasar dari paparan makalah ini adalah menjelaskan kepada para pembaca, bahwa
di dalam komunitas mulai dari yang masih hidup secara sederhana sampai yang kompleks
tidak akan pernah lepas dari pola hubungan antara anggota masyarakat dan pihak yang
memiliki hak-hak tertentu yang menentukan arah perjalanan kehidupan sosial mereka.
Seorang pemimpin lahir di dalam komunitas tidak begitu saja muncul secara tiba-tiba. Ia
muncul melalui berbagai babak kualifikasi yang ketat, agar menjadi orang yang memiliki
hak-hak istimewa ini. Hal ini tentu lepas dari apakah kualifikasi bersifat informal maupun
formal, prosedural maupun instrumental.
Pemahaman akan model struktur sosial masing-masing kelompok mesti harus
dijadikan dasar pemahaman untuk dapat menarik kepercayaan masyarakat yang akan
dipimpinnya. Manusia bijak adalah manusia yang memiliki pemahaman tentang pola-
pola kehidupan sosial masing-masing kelompok dan memiliki kemampuan mengambil
hikmah dari pola-pola ini untuk dijadikan dasar-dasar pemikiran untuk menyelesaikan
berbagai persoalan yang muncul di dalamnya.
Karakter kepribadian pemimpin suatu negara tentu berbeda dengan karakter
pemimpin suatu perusahaan atau organisasi sosial lainnya. Untuk itu, manusia bijak yaitu
mereka yang mampu menarik simpati masyarakatnya berkat pemahamannya tentang
struktur budaya ini dijadikan pijakan untuk mengambil keputusan yang mengikat
masyarakat yang dipimpinnya. Selain itu, manusia bijak dapat dilihat dari bagaimana
tingka kemahirannya memanfaatkan potensi dirinya di dalam masyarakat untuk
memberikan keputusan yang sesuai dengan apa yang menjadi dasar falsafah pemikiran
masyarakatnya, bukan memaksakan kehendak kulturnya kepada masyarakat lain, sebab
tiap-tiap kelompok memiliki otonomi untuk menentukan arah perjalanan kelompoknya
sendiri.

14

Anda mungkin juga menyukai